Anda di halaman 1dari 13

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“HALUSINASI”

Disusun Oleh :

Nyimas Nur Alinda 04064822326029


Prisa Tifa Azizah 04064822326016
Sindy Claudia 04064822326004
Welin Dwi Sagitari 04064822326013
Putri Puspita Sari 04064822326011
Suci Andaresta 04064822326017

Pembimbing :
Ns. Ike Dwita Sari, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) gangguan persepsi sensori halusinasi : Identifikasi
halusinasi dan melatih pasien cara mengontrol halusinasi

B. TUJUAN
1. Pasien dapat mengidentifikasi isi halusinasi
2. Pasien dapat mengidentifikasi waktu dan frekuensi munculnya halusinasi
3. Pasien dapat mengidentifikasi situasi yang menyebababkan munculnya halusinasi
4. Pasien dapat menyebutkan respon halusinasi
5. Pasien mengetahui cara mengontrol halusinasi

C. LANDASAN TEORI

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan skizofrenia. Seluruh klien dengan
skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering disertai
dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delirium. Halusinasi
adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi (Maramis, 1998 dalam Maryatun, 2017). Halusinasi adalah distorsi persepsi
palsu yang terjadi pada respon neurobiologis maladaptif. Klien yang sebenarnya
mengalami distorsi sensori sebagai hal yang nyata dan meresponnya (Struart, Keliat &
Pasaribu, 2016 dalam Anna, 2019).Menurut Satrio dkk (2015), halusinasi terdiri dari :

a. Halusinasi Pendengaran
Klien mendengar bunyi atau suara,suara tersebut membicarakan tentang pasien dan
suara yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien untuk
melakukan sesuatu, kadang-kadang dapat membahayakan atau mencederai dirinya
sendiri.
b. Halusinasi Penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau
tertentu seperti urine atau feses atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk
atau bau yang tidak sedap.
c. Halusinasi Penglihatan
Pada klien halusinasi penglihatan,isi halusinasi berupa melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada sama sekali,misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal
atau mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan.
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya.
e. Halusinasi Perabaaan
Merasa mengalami nyeri, rasa kesetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas
Halusinasi dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan presipitasi yaitu :
1. Faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon halusinasi antara
lain:
a. Faktor genetik, telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia diturunkan
melalui kromosom-kromosom tertentu.
b. Faktor perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan.
c. Faktor neurobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic
pada klien dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh.
d. Study neurotransmitter, schizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotansmitter serta dopamine berlebihan, tidak
seimbang
dengan kadar serotinin.
e. Faktor biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh aan
menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimetytranferase (DMP).
f. Teori virus, paparan virus influenzae pada trimester ke-3 kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi schizofrenia.
g. Psikologis, beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
schizofrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas,
terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.
h. Faktor sosiolkultural, berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan
seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien
dibesarkan.
2. Faktor Presipitasi
Stimulus dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan
yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang
sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak
komunikasi dan suasana sepi/isolasi sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi
karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang
tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Disaping itu juga oleh karena proses
penghambatan dalam proses tranduksi dari suatu impuls yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan dalam proses interpretasi dan interkoneksi sehingga
dengan demikian faktor-faktor pencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak
b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu (mekanisme gatting
abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku

Tanda dan Gejala Menurut Azizah (2016), tanda dan gejala perlu diketahui
supaya dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:

1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

4. Disorientasi

5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi

6. Cepat berubah pikiran

7. Alur pikiran kacau

8. Respon yang tidak sesuai


9. Menarik diri

10. Sering melamun

Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi:

1. Menghardik halusinasi
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih
untuk mengatakan, “tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi,
jelaskan car - cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
cara pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien
perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta
bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai
secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar
dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas
dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien
yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting
dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal.
Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien
mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara
kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan
kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis),
sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan
mendidik keluarga tentang cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat
menjadi terapis begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat
secara teratur
3. Berinteraksi dengan orang lain
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal
jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian
klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain
a. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari
pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang
bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut
sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan
aktivitas terjadwal.

Rentang Respon Halusinasi

Rentang respon neurobiologis yang paling adaptif yaitu adanya pikiran logis, persepsi
akurat, emosi yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan
sosial yang harmonis. Sedangkan, respon maladaptif yang meliputi waham, halusinasi,
kesukaran proses emosi, perilaku tidak teroganisasi, dan isolasi sosial. Rentang respon
neurobiologis halusinasi digambaran sebagai berikut (Stuart, 2013).

Adaptif Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses - Gangguan proses


Persepsi akurat pikir tidak berpikir/waham
- Emosi konsisten terganggu - Halusinasi
dengan - Ilusi - Emosi - Kesukaran
pengalaman tidak stabil proses emosi
- Perilaku cocok - Perilaku tidak - Perilaku tidak
- Hubungan sosial biasa terorganisasi
harmonis - Menarik diri - Solasi sosial
KLIEN

1. Karakteristik Klien
a. Karakteristik/kriteria klien
b. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
c. Klien yang mengalami perubahan persepsi.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
3. Jumlah Peserta TAK
Perawat : 6 Orang
Pasien : 5 Orang

PENGORGANISASIAN

1. Waktu
Hari/Tanggal : Senin, 13 Maret 2023
Pukul : 08.30 – 08.45 WIB
Lama TAK : 15 Menit
2. Tim Terapis
a. Leader : Sindy Claudia
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi kelompok
- Memimpin diskusi
b. Co-Leader : Prisa Tifa Azizah
- Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
- Membantu memimpin jalannya kegiatan
- Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Fasilitator : Nyimas Nur Alinda, Welin Dwi Sagitari dan Putri Puspita Sari
- Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
- Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan diskusi
- Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
d. Observer : Suci Andaresta
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok denga
evaluasi kelompok
3. Metode
a. Dinamika Kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran/stimulas
4. Media
a. Kertas karton
b. Spidol
c. Stiker bintang
5. Setting Tempat : Halaman Ruang Cempaka
a. Terapis dan klien duduk bersama
b. Tempat tenang dan nyaman.

Keterangan :

Leader Fasilitator Klien

Co- Leader Observer


PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih pasien dengan halusinasi yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan pasien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
d. Leader menulis nama pasien di kertas karton
e. Leader, co-leader, fasilitator dan pasien duduk dengan posisi melingkar sesuai formasi
yang dibuat
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam dari leader kepada pasien
2) Perkenalkan nama dan panggilan leader
3) Menanyakan nama dan panggilan semua pasien
b. Evaluasi/Validasi
1) Leader menanyakan perasaan pasien saat ini
2) Leader menanyakan keluhan yang dirasakan pasien
c. Penjelasan tujuan dan aturan main
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal halusinasi yang dialami
2) Membacakan aturan main:
- Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
leader
- Tidak memotong pembicaraan leader dan pasien lain
- Lama kegiatan 15 menit
- Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Kerja (Evaluasi/Validasi)
a. Leader menjelaskan mengenai isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon halusinasi serta
cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
b. Leader mempersilahkan pasien yang ingin menjelaskan mengenai halusinasi yang biasa
dialami pasien
c. Memberikan pujian kepada pasien yang telah menjelaskan mengenai halusinasi yang
biasa dialami pasien
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subjektif
- Leader menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti kegiatan TAK
2) Evaluasi Objektif
- Leader meminta salah satu pasien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi
dan respon halusinasi serta cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana Tindak lanjut
Leader menganjurkan kepada pasien apabila mengalami halusinasi dan tidak bisa
mengontrolnya segera melapor kepada perawat.
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik
Menyepakati kegiatan yang akan datang yaitu belajar cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
2) Waktu
Menyepakati waktu kegiatan TAK sesi ke-2
3) Tempat
Menyepakati tempat TAK sesi ke-2
EVALUASI
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan kegiatan yang dilakukan. Untuk
Sesi 1: TAK Stimulasi isi halusinasi, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui tanda
dan gejala halusinasi, penyebab dan akibat halusinasi. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 1: TAK
Stimulasi Isi Halusinasi
Klien Mampu Memberi Tanggapan Klien Mampu
Klien Mampu Tentang: Mengikuti
Nama
No Mengidentifikasi Situasi Perasaan Saat Kegiatan
Klien Waktu
Isi Halusinasi Halusinasi Halusinasi Dari Awal
Halusinasi
Sampai Akhir
1
2.
3.
4.
5.
Dst

Petunjuk :
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
b. Untuk setiap klien, beri penilaian mengenai kemampuan klien dalam mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasanya, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan serta akibat dari perilaku kekerasan. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda 
jika klien tidak mampu.
FORM IDENTIFIKASI HALUSINASI

No. Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan


Isi Halusinasi Waktu Situasi Perasaan Saat
Halusinasi Halusinasi Halusinasi

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi
dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda
X jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati Dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta

Dermawan & Rusdi. (2013) Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Herman, Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat, A. B., Akemat, & Novy, H. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Maryatun, Sri. (2017). Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1. Palembang: Unsri Press.

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Stuart, G. W., Keliat, B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier Inc.

Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropik. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai