KEPERAWATAN JIWA
Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Keperawatan Jiwa (PPKJ)
Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Dosen Pengampu : Ns. Sripuji Lestari, M.Kep,Sp. Kep.j
Di Susun Oleh:
Sazeli (2308107)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiibua lain yang juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada
oleh klien.
B. PENYEBAB
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri
yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami
schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia
antara lain istri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku
3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan, dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
c. Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu Perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bias
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di
kendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian
realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami
masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi. Masalah
itu antara lain harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan social, klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan
stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut:
Halusinasi
Isolasi Sosial
ETIOLOGI Kerusakan interaksi sosial:
Menarik diri
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi audiotorik.
2. Perubahan persepsi sensori: Audiotorik berhubungan dengan menarik diri
3. Kerusakan interaksi sosial: Menarik diri berhubungan dengan Harga diri rendah
4. Defisit Perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias berhubungan dengan
intoleransi aktifitas
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di mulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina, intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana cara yang
biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi
Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah:
1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.
Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena
keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu
gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu cara
Perawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis
sehingga Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara
tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul.
SP 1 KLIEN
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih mas, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana ibu
melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi…pergi saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan oleh keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
cara minum obat yang benar, apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia mas (sambil mengannguk)
Pearaibuat : Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baik mas
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja mas
Perawat Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah mas
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang,
dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang
warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan
tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya
untuk menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada
Perawat. Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibuk sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat lihat
dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibuk yang
tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis,
satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus
diminum, dan cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara
teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi
jadwalnya adalah jika ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh
Perawat atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di kolom M artinya
mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh keluarga/ Perawat/ teman saya
buat di kolom B, jika saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba ibu
sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat: Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik mas
c. Kontrak yang akan datang:
Perawat: Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat
minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia mas
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00- 21.00 Wib, jadi kita latihan
sore saja ya buk. Kira- kira ibuk siang jam berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 buk
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya buk. Saya permisi dulu
ya buk. Assalammualaikum wr. wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3: BERCAKAP-CAKAP.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif:
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb..selamat pagi buk Rahmi
Pasien : Walaikum salam buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih mas, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : sudah mas
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu sudah minum
obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada
saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang ibuk dengarkan
berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita
pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi…pergi saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan benar.
Pasien : Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya
harus diminum, dan cara meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : saya bersedia mas
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit, Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja mas
Perawat : Baiklah mas
2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja ibu
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan
ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan saya, saya mulai
mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada
perawat untuk berbicara dengannya seperti “buk tolong berbicara dengan
saya karena saya mulai mendengar suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan!
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau perawat untuk berbicara
dengan saya. Buk, tolong bicara dengan saya karena saya sudah mendengar
suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik mas
Perawat : Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya Ibu
b. RTL:
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali mas
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibu jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara yang ketiga
agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.
c. Kontrak yang akan datang:
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara yang ibuk dengar dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik,
apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira ibuk bisa jam berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja mas.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di ruangan ini ya buk. Saya
permisi dulu. Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4: MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif:
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi. Saya boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada mendengar
suara-suara?
Pasien : saya baik mas, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat : Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya, saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada perawat)
Perawat : Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan teratur, latihan bercakap-
cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan
pada saya apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : iya mas, suaranya berkurang
Perawat : Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak akan
menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan jelaskan kembali pada
saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-
cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi. pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya).
Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam
berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya. Dan yang
terakhir saya harus bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara itu
terdengar.
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi! Ibu sudah bisa mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya
kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan berkurang.
Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baiklah mas
2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk ya.
Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling
dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas ya
sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala. Selanjutnya kita
lipat dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat : Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan rapi.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur apakah
selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang mas dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya buk. Ibu
dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan
tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang sepraynya, mulai
dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat
dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
b. RTL:
Perawat : Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik buk (sambil membuka buku jadwal harian)
c. Kontrak yang akan datang
Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-suara
yang ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara- suara
itu tidak mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk? Apakah ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk, saya akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah ibuk
melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk.
Assalammualaikum wr wb
d. SP 1 Keluarga: Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
a. Orientasi
Perawat : Assalammualaikum Buk! Saya Sazeli , perawat yang merawat Kakak Ibuk.
Bagaimana perasaan ibuk hari ini?
Adik pasien : Saya kurang baik, mas. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk alami dan
bantuan apa yang bisa ibuk berikan. Kita mau diskusi di mana, Buk?
Bagaimana kalau di ruang wawancara?
Perawat : Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?
b. Kerja
Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?
Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.
Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?
Adik : Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi kakak saya
tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa
sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa
cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan
kakak ibuk, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja
ibuk percaya bahwa kakak ibuk tersebut memang mendengar suara, tetapi
ibuk sendiri tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan kakak ibuk
melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi.
Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih kakak ibuk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk
pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini
apakah ibuk sudah mengerti? Apakah ada yang ingin ibuk tanyakan?
Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat secara
teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini,
saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat secara teratur. Jadi adik
dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya
CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Diminum 3 X sehari pada
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya
HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada
tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan cara
menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak ibuk menghardik
suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
Bagaimana buk? Apakah sudah paham?
Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus katakan :
Buk, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara-suara itu datang? Ya. Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan
katakan pada suara itu” saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang,
Buk.
Perawat : Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan
c. Terminasi:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi kakak ibuk?
Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantu kakak saya
Perawat : Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak ibuk?
Perawat : Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk.
Jam berapa kita bertemu?
Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.
Perawat : Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya buk. Saya
permisi dulu Assalamu’alaikum wr wb
Pasien :Walikumsalamwr.wb.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat : Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?
Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi kakak ibuk
yang sedang mengalami halusinasi?
Perawat : Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk.
Mari kita datangi kakak ibuk
2) Kerja
Perawat : (diruang Pasien) Assalamu’alaikum buk, adik ibuk sangat ingin membantu
ibuk mengendalikan suara-suara yang sering ibuk dengar. Untuk itu pagi ini
adik ibuk datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang ibuk
dengar. Ibuk nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, maka adik ibuk akan mengingatkan seperti ini”Sekarang, coba
ibuk peragakan cara memutus halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang
sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak
ibuk mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)
Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu
Perawat : Baiklah, Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya Buk.Ibuk
dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.
Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian kakak ibuk untuk persiapan di rumah. Jam berapa
ibuk bisa datang?
Assalammualaikum wr wb
1) Orientasi
Perawat : Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibuk selama
dirumah. Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat kakak ibuk?
Adik : Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus menjalankan
kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita duduk di
ruang perawat!
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit. Jadwal ini
dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah dilakukan di rumah.
Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Buk, jadwal yang
telah dibuat selama kakak ibuk di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh kakak ibuk selama di rumah. Misalnya kalau kakak ibuk terus menerus
mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat
dari rumah ibuk. Selanjutnya perawat tersebut yang akan membantu memantau
perkembangan kakak ibuk selama di rumah
Adik : Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau kondisi
kakak saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan kegiatan yang ia
dapat selama di rumah sakit.
2) Terminasi
Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.
Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibuk
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan kakak ibuk
untuk pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang
lain.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan
pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari
sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat
agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan
memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap
g. Rentang Respon Marah
1) Menurut Yosep (2010), rentang respon dari marah, seperti pada gambar 1
berikut:
Gambar 1. Rentang Respon Marah
Keterangan:
1. Asertif, adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas dan
langsung, jarak bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap
serius tapi tidak mengancam, tubuh lurus dan santai, pembicaraan penuh
percaya diri, bebas untuk menolak permintaan, bebas mengungkapkan
alasan pribadi kepada orang lain, bisa menerima penolakan orang lain,
mampu menyatakan perasaan pada orang lain, mampu menyatakan cinta
orang terdekat, mampu menerima masukan/kritik dari orang lain. Jadi bila
orang asertif marah, dia akan menyatakan rasa marah dengan cara dan
situasi yang tepat, menyatakan ketidakpuasannya dengan memberi alasan
yang tepat.
2. Frustasi, merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.
3. Perilaku Pasif, orang yang pasif merasa haknya di bawah hak orang lain.
Bila marah, orang ini akan menyembunyikan marahnya sehingga
menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Bila ada orang mulai
memperhatikan non verbal marahnya, orang ini akan menolak
dikonfrontasi sehingga semakin menimbulkan ketegangan bagi dirinya.
Sering berperilaku seperti memperhatikan, tertarik, dan simpati walau
dalam dirinya sangat berbeda. Kadang-kadang bersuara pelan, lemah,
seperti anak kecil, menghindar kontak mata, jarak bicara jauh dan
mengingkari kenyataan. Ucapan sering menyindir atau bercanda yang
keterlaluan.
4. Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang
tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar.
5. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
Adapun perbedaan perilaku pasif, asertif dan agresif, seperti pada tabel
1, berikut:
Tabel 1 Perbandingan Antara Perilaku Pasif, Asertif, Dan Agresif
Pasif Asertif Agresif
D. Pathway
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan (Keliat, 2002):
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu:
Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara
yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan
melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini
dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan
lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Pohon masalah
Waham
Perilaku kekerasan
Berduka disfungsional
E. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa mengamuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
F. Pengkajian Data Fokus
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah
1. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif:
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif:
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
a) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b) Data obyektif:
c) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
G. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Carpenito, 2000):
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
H. Rencana Tindakan
Dx 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan:
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4. Secara spiritual: berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusu
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKnya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan
cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas
dalam).
Orientasi:
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Anindita. Saya senang dipanggil
Anin. Siapa nama anda kemudian senang diapanggil apa ? baiklah, Saya perawat
yang dinas diruangan cempaka 1 ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu.
Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama2 minggu ini
saya yang merawat ibu. Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan ibu N saat ini?” masih ada perasaan kesal atau marah? Apa
yang terjadi dirumah?’’ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang
perasaan marah ibu,” Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? bagaimana
kalau 20 menit “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang diruang tamu?”
Kerja:
“apa yang menyebabkan ibu N marah? Apakah sebelumnya ibu N pernah
marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak
tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu N
rasakan?“ Apakah ibu N merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”“ Apakah dengan ibu N marah-marah, keadaan jadi lebih baik?“
Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?“maukah ibu
belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” ada
beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu, “ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali.
Bagus sekali ibu N sudah dapat melakukan nya. “nah sebaiknya latihan ini ibu N
lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu N
sudah terbiasa melakukannya”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu N setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu? ”Coba ibu N sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya. Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya bu,
berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam? baik bagaimana kalau besok kita
latihan cara lain untuk mencegah dan mengendalikan marah ibu N.” tempatnya
disini saja ya Bu?” Selamat Pagi.”
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. MASALAH UTAMA:
Resiko Bunuh Diri
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri.
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang
harapanharapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan yang mengarah
pada kematian.
TANDA GEJALA
TAHAPAN RESIKO BUNUH DIRI
d. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan. Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang
menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu
dalam mencapai keinginan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena
merasa gagal dalam mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
3. POHON MASALAH
HDR
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
4. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Bunuh Diri
2) Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain
3) Harga Diri Rendah
5. Rencana tinddakan :
1) DX1 : Harga Diri Rendah
a). SP1 : identifikasi penyebab, tanda gejala, pk yg dilakukan, akibat,
menjelaskan 4 cara marah, dan mengajarkan cara marah fisik : TND dan PB
b). SP2 : mengajarkan marah dengan minum obat
c). SP3 : mengajarkan marah dengan verbal
b) SP 2 :
c) SP 3 :
1. KONDISI KLIEN:
DS:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
b. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman untuk
pasien)
c. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek
positif diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek positif yang dimiliki
d. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari
B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
1. Salam :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Sazeli, saya bertugas pada shift pagi ini
mulai pukul 07.00 -14.00. Nama mbak siapa ya? senang dipanggil apa? Ohh
Siska. Baiklah Siska,”
2. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan mbak siska hari ini? Saya akan selalu menemani mbak siska
disini mulai dari pukul 07.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan
saya untuk menemani mbak siska selama dirawat di rumah sakit ini.”
3. Kontrak:
Waktu: “Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang mbak?”
Topic: “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan
selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan”
KERJA
TERMINASI
1. Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak siska selama kita bercakap – cakap?”
2. Evaluasi obyektif:
“Tolong mbak siska ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang sering
mbak lakukan? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga mbak
terhadap kemampuan dan kegiatan yang mbak lakukan?”.
4. Kontrak:
Waktu: “Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan
1. KONDISI KLIEN:
DS:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a.Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan pujian, kaji
ulang resiko bunuh diri
b. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir aspek positif
keluarga dan lingkungan
c.Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga dan
lingkungan
B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
1. Salam :
“Selamat pagi Mbk, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana
perasaan mbk siska saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik,
sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas
pemberian Tuhan yang mas miliki. Mau berapa lama, bila 10 menit bagaimana?
Dimana, bila diruangan ini bagaimana?”
2. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasan mbak siska sekarang?” “bagaimana, apakah ada kemampuan
lain yang belum mbak siska ceritakan kemarin”
3. Kontrak:
a.Waktu: Mau berapa lama, bila 10 menit bagaimana? “
b. Tempat: “Dimana, bila diruangan ini bagaimana?”
c.Topic: “sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian
Tuhan yang mas miliki”
KERJA
TERMINASI
5. Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan mbak siska setelah bercakap – cakap?
6. Evaluasi obyektif:
Apa cara mengatasi masalah yang mbak siska gunakan. Coba mbak siska melatih
cara yang mbak siska pilih dalam aspek positif untuk keluarga dan lingkungan.
Topic: membahas pengalaman dan melatih cara untuk mencapai harapan dan masa
depan
SP 3
A. PROSES KEPERAWATAN 1. KONDISI KLIEN:
DS:
DO:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a.Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan.
berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
1. Salam :
“Selamat pagi Mbk siska.”
“Bagaimana perasaan Mbk siska hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh
diri?”
2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasan mbak siska sekarang?” “Apakah mbak siska sudah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kemarin?”
Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya mbak!”
3. Kontrak:
Waktu: “Mau berapa lama Mbk siska, jika 30 menit bagaimana? “
1. Coba ceritakan situasi yang membuat Mbk Siska ingin bunuh diri.
2. Selain bunuh diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Mbk
Siska. Nah, sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut.
3. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut
cara Mbk Siska yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan Mbk Siska.
4. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan ketik Mbk Siska
mau bunuh diri dengan cara tersebut.
TERMINASI
1. Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak siska setelah kita bercakap-cakap?”
2. Evaluasi obyektif:
“Apa cara mengatasi masalah yang mbak siska gunakan. Coba mbak siska melatih
cara yang mbak siska pilih tadi.”
4. Kontrak:
Waktu: 09.00 WIB
Topic: membahas pengalaman dan melatih cara ke 2 untuk mencapai harapan dan
masa depan
SP 4
DO:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
b. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
c. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga,
lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan masa depan
B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
1. Salam :
“Selamat pagi Mbk siska?”
“Bagaimana perasaan Mbk siska hari ini? “masihkah ada keinginan bunuh diri?
“Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Mbk siska,
selama ini. Mau berapa lama mas bila 10 menit bagaimana?”.” mau disini sajaatau ditaman?”
2. Evaluasi/validasi:
3. Kontrak:
1. Coba ceritakan situasi yang membuat Mbk siska ingin bunuh diri.
2. Selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah.
3. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut.
4. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut
Mbk siska cara yang mana? Ya, saya setuju. Mbk siska bisa dicoba!” Mari kita
buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
TERMINASI
5. Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem pendukung yang
mbak siska miliki? 6. Evaluasi obyektif:
“Coba mbak siska sebutkan cara mengatasi masalah yang mbak siska ketahui, satu
persatu ya!”
7. Rencana tindak lanjut:
“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga ya mbak!
Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit”
8. Kontrak:
Waktu: “pada jam 10.00 pagi”
Topic: “membahas pengalaman dan melatih berfikir positif pada diri sendiri,
keluarga dan lingkungan untuk persiapan masa depan”
DAFTAR PUSTAKA
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
Laporan Pendahuluan
1. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. Harga diri adalah penilaian tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
serta merasa tidak percaya pada diri sendiri.
Tanda dan Gejala:
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker
a. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
b. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
c. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
d. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
e. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
b. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
Faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Harga diri
rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.
3. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Effect
d) SP 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan
masing2 dua kali per hari.
3) DIAGNOSA : Resiko Bunuh Diri
a) SP 1
1. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
2. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman
untuk pasien)
3. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek
positif yang dimiliki
4. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari
b) SP 2
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan
pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir
aspek positif keluarga dan lingkungan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga
dan lingkungan
c) SP 3
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan. berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap)
5. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih
d) SP4
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan
masa depan
STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada
kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
b. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yangdapat dilakukan saat ini
c. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
d. Latih kegiatan yang dipilh (alat dan cara melakukannya)
e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per minggu
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapt mengenal beberapa kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
b. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
c. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing2 dua
kali per hari
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bu Siti”, “Masih ingat saya?” “................ Bagus!”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?”“................ O ............. ya
bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu siti ceritakan
kemarin”
3. Kontrak
a. Topik
“Apakah ibu siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan
sekarang?”. “ya............ bagus”
b. Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap –cakap di
taman benar kan?”
c. Waktu
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin bu siti
ingin bercakap – cakap lebih lama lagi?”
KERJA
“Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah?”......... “memasak, mencuci
pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah
ibu juga senang menyulam ya?”, wah bagus sekali!“Bagaimana kalau ibu siti
menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki?” kemudian apa
lagi.“Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan
selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu?”
TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit”
2. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi!”. “Bagus”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat
tadi!”“.........nah nanti kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan bersama–sama dengan
teman–teman yang lain ya!”. “Bagaimana kalau nanti siang?”
4. Kontrak
a. Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah”. “Bagaimana menurut ibu siti?”. “Setuju”
b. Tempat
“Ibu ingin bercakapn – cakap dimana besok?”, “......... oooo di taman, baiklah.”
c. Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”
Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telah dibuat
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
b. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
c. Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan masing2 dua
kali per hari
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
c. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : empat kegiatan masing2
dua kali per hari
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu!”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu Siti hari ini, baik baik saja?”.
“Syukurlah”“Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat
kemarin?”
3. Kontrak
a. Topik
“Hari ini kita akan bercakap – cakap tentang sistem pendukung
yang dapat membantu ibu siti di rumah?”.
b. Tempat
“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap – cakap di
teras ya?”
c. Waktu
“Kita bercakap – cakap berapa lama?”. “10 menit saja ya
boleh!”
KERJA
“Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan saya
jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu
di rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana,
keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan
tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis”“Ibu di rumah tinggal
dengan siapa? ..... terus siapa lagi?”“Apakah mereka sayang dan
memperhatikan kesehatan ibu siti?”“Siapa selama ini yang
mengingatkan ibu minum obat dan mengantarkan control/periksa ke
dokter?”. “wah bagus! Terus selama ini yang mencari nafkah dan
mencari biaya pengobatan unutk ibu siapa?”“Apakah punya teman
atau tetangga yang dekat dengan ibu siti?”“Kegiatan apa saja yang
ada di lingkungan ibu siti?”. “Oooo pengajian..... Bagus itu, kalau
kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu!”. “selama ini bu siti
sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang paling
dekat dengan rumah ibu?”
TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem
pendukung yang ibu siti miliki?”
2. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan kembali sistem pendukung yang ibu miliki
dirumah, satu persatu ya!”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga ya
Bu! Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit!”
4. Kontrak
a. Topik
“Bagaimana besok kita bercakap – cakap lagi, tentang
obatobatan yang ibu siti minum setiap hari”
b. Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di warung
makan, o.... bisa!”
c. Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi
bu!
DAFTAR PUSTAKA
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Pasien merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain disekitarnya.
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi
perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Harga diri rendah merupakan perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Halusinasinasi adalah persepsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera
(penglihatan, pendegaran, perasaan, penciuman / perabaan).
b. Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
1. Faktor predisposisi
a) fakor tumbuh kembang
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalinhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu,
komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
b) faktor komunikasi dan keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting
dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan,
sikap mengancam, sikap merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu
mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak dibri kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
c) faktor sosial budaya
Menarik diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota keluarga tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d) faktor biologis
Faktor genetik dapt berperan dalam respon sosial maladaptif.
Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan
mood dan gangguan kecemasan. Neurotransmiliter yang mempengaruhi
pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
1) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai penurun mood dan motivasi.
2) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan memori,
menarik diri dari masyarakat dan depresi.
3) Serotonin
Pasien dengan isolasi sosial, serotonin cenderung menurun sehingga
biasanya dijumpai tanda-tanda seperti lemah, lesu dan malas melakukan
aktivitas.
4) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolinpada pasien isolasi sosial
cenderung menunjukkan tand-tanda seperti lemah, malas dan lesu.
2. Faktor Presipitasi
a) Faktor eksternal
Stress sosiokultural
Sters dapat ditimulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di ruamah sakit
atau di penjara.
b) Faktor internal
Stres psikologis
Kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasaan tingkat tinggi.
c. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a) Aspek fisik:
1. Makan dan minum kurang
2. Tidur kurang atau terganggu
3. Penampilan diri kurang
4. Keberanian kurang
b) Aspek emosi:
1. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2. Merasa malu, bersalah
3. Mudah panik dan tiba-tiba marah
c) Aspek sosial:
1. Duduk menyendiri
2. Selalu tunduk
3. Menghindar dari orang lain
4. Tergantung dari orang lain
d) Aspek intelektual:
1. Putus asa
2. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3. Kurang percaya diri
C. POHON MASALAH
D. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
E. Intervensi
1. Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
a. SP 1 : identifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan punya teman dan
bercakap-cakap, kerugian tidak punya teman dan tidak barcakap-cakap, latih
cara berkenalan dengan anggota keluarga, masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan berkenalan.
b. SP 2 : evaluasi kegiatan bekenalan, latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian, masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan dua
sampai tiga orang.
c. SP 3 : evaluasi kegiatan latihan berkenalan dan bicara saat melakukan dua
kegiatan harian, latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian,
masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan empat sampai lima
orang.
d. SP 4 : evauasi kegiatan latihan berkenalan bicara saat melakukan empat
kegiatan harian, latih cara berbicara sosial belanja ke warung, masukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan lebih dari lima orang.
2. Diagnosa 2 : harga diri rendah
a. SP 1 : Identifikasi kemampun melakukan kegiatan dan aspek positif pasien.
Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini, bantu pasien
memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih.
melatih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
b. SP 2 : Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih. Latih kegiatan
kedua ( alat dan cara).
c. SP 3 : Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. Latih kegiatan
ketiga ( alat dan cara).
d. SP 4 : bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. Latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
a. SP 1 : identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
b. SP 2 : latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c. SP 3 : melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. SP 4 : melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan).
Strategi Pelaksanaan
SP 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
DS : pasien mengatakan bahwa dirinya merasa di tolak dilingkungan
rumahnya dan bingung dalam memulai pembicaraan.
DO : pasien tampak murung dan menarik diri dari interaksi sosial, kontak
mata kurang, sering menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tindakan Keperawatan
SP 1 : terhadap pasien
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Diskusikan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
c. Diskusikan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
d. Latih cara berkenalan denga anggota keluarga.
e. Masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
B. Strategi Komunikasi
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Perawat Anindita Saya senang dipanggil Perawat Anin, Saya mahasiswa
keperawatan Unkaha, saya yang akan membantu merawat Ibu dari sekarang
sampai nanti.”
“Siapa nama Ibu? Ibu Senang dipanggil dengan nama apa?”
“Apa keluhan Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama Bu?Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan Ibu? Apa yang membuat Ibu jarang
bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang Ibu rasakan selama Ibu dirawat disini? Apakah Ibu merasa
sendirian? Siapa saja yang Ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ibu lakukan dengan teman yang Ibu kenal?”
“Apa yang menghambat Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
“Menurut Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Ibu?Ya, apa
lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ibu belajar bergaul dengan orang
lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi.
Contoh: Nama Saya Anindita, saya senang dipanggil Anin. Asal saya dari Pati,
hobi saya olahraga”
“Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? dan
Hobinya apa?”
“Ayo Ibu dicoba....
Misalnya saya belum kenal dengan Ibu.... Coba Ibu berkenalan dengan saya....”
“Ya bagus sekali..... Coba sekali lagi Ibu... Bagus sekali.....”
“Setelah Ibu berkenalan dengan orang tersebut Ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Ibu dapat melakukan dengan sendiri apa yang telah kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga Ibu lebih siap untuk berkenalan dengan
orang lain. Ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya.
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 9 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan
dengan teman saya, Bagaimana, Ibu mau kan?”
”Baiklah, terima kasih Ibu..
“ sampai jumpa....”
SP 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS : pasien tampak murung dan selalu menyendiri
DO : pasien sudah tidak murung dan membuka diri dari interaksi sosial.
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 2 : Terhadap pasien
a. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang) berikan pujian.
b. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan).
c. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
ORIENTASI :
“Selamat pagi Ibu”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan”
“Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Saya”
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Ibu
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Linda. Tidak lama kok, sekitar
10 menit”
KERJA :
“Selamat pagi perawat Linda, Bapak ini ingin berkenalan dengan Anda.”
“Baiklah Bu, Ibu bisa berkenalan dengan perawat Linda seperti yang kita
praktekkan kemarin.”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat Linda: memberi
salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“Ada lagi yang ingin Ibu tanyakan kepada perawat Linda? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat Linda”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi sesi perkenalan
kali ini. Lalu Ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Linda, misalnya
jam 1 siang nanti”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan perawat Linda”
”Ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti Ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
“ Terima Kasih atas waktunya Ibu.... Sampai besok.”
SP 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Pasien tidak memiliki teman
DO : setelah pasien mencoba untuk membuka diri dan berkenalan dengan
temannya pasien mempunyai teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 3 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin
siang”
”Bagus sekali, Ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu Ibu ingin punya banyak teman lagi ya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien I”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
(Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi pasien I)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu
lakukan sebelumnya.’’
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Ibu I”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.”
(Ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan pasien I)
“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”
(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkan pasien I untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan Ibu I”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan Ibu I.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan Ibu I jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Ibu bisa bertemu dengan I, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya Ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana Ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
SP 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :pasien mengatakan sudah senang memiliki banyak teman
DO :pasien sekarang sudah berjalan ke taman agar dapat berkenalan dengan
banyak teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah Ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan pasien I kemarin siang ? ”
” Ibu senang ya tambah teman untuk bercakap cakap dengan Ibu.”
” bagaimana sekarang seperti janji kita kemarin Ibu agar Ibu mendapatkan banyak
teman ?”
” ya sekarang kita berjalan ke taman ya Bu agar Ibu dapat berkenlan dengan banyak
orang disana?
” waktunya kita perpanjang sedikit nya Bu, bagaimana jika 15 menit?” (sambil
berjalan ke arah taman)
KERJA:
(Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi para pasien yang sedang berkumpul
ditaman)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan ibu bapak
sekalian.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu lakukan
sebelumnya.’’
“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Bapak dan ibu”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti atau besok
pagi di taman sini lagi.”
“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang bincang dengan para pasien”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan para
bapak dan ibu.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan bapak ibu besok pagi ditaman ya pak.”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak ditaman besok pagi, Bagaimana Ibu, setuju
kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan kita bertemu ditaman ya Bu. Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
Laporan Pendahuluan
1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : Waham
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau
delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua
kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya.
B. Tanda dan gejala :
1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2) Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
3) Takut, kadang panik
4) Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
5) Ekspresi tegang, mudah tersinggung
C. Rentang Respon
D. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a) Klien
Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranopid,
skizofrenia, , keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada
pendenagran
Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas,
misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang
berkepanjangan
b) Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan
pekerjaan, support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat,
atau tidak mempunyai orang dipercaya.
c) Interaksi
Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien
Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi mpikir
Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.
2. Faktor presipitasi
a) Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara
berulang, ketakutan karena adanya penyakit fisik
b) Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan
orang lain , adanya keritikan dari orang lain.
E. Tipe-tipe Waham
Ada beberapa tipe waham yang ditemukan pada kasus, yaitu kasus
kebesaran, agama adanya curiga. Menurut W.F.Maramis
a) Waham kejadian
Mempunyai psaien yaitu bahwa ada orang lain atau komplotan yang
sedang mengganggu bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya
sedang diancam oleh orang lain
b) Waham kebesaran
Yaitu bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekerasan
yang luas biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca pikiran orang
lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil
c) Waham keagamaan
Waham dengan tema keagamaan, misalnya : dia mengaku sebagai dari
sejuta umat
d) Waham somatik
Klien yaitu tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
e) Waham curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan
atau mencederai diri sendiri, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
f) Waham nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia / meninggal,
diucapkan berulang kali teetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Pohon Masalah
Perubahan isi
pikir: waham
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah rendah
Pertemuan :I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang bos yang kaya dan mempunyai
toko jam yang banyak.
O : Klien tampak mendominasi pembicaraan, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
realitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham kebesaran
3. Tujuan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2) Membantu orientasi realita pada klien
3) Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
B. Strategi Pelaksanaan pasien
Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan sekarang?”
2. Fase Kerja
“Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan?”
“Saya mengerti ibu merasa bahwa ibu adalah seorang bos, tapi yang ibu rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain”
“O... bagus ibu sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi.”
d. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang hobi ibu?”
Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
Waktu: “Besok jam 9 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
C. Strategi Pelaksanaan keluarga
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Unkaha semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny.s ?”
c. Kontrak
Topik: “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan selama
merawat ny.s?”
2. Fase Kerja
“Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan selama
merawat ny.s?”
“waham itu gangguan pola pikir, dia meyakini sesuatu berdasarkan penilaian realitas
yang salah.tanda dan gejala yaitu ada
“ibu bisa merawat ny.s contohnya dengan memberikan penjelasak seperti ini
Ny.s :Saya orang paling kaya ( ucap perawat ) kemudian ibu jawab “ rumah orang
kaya seperti ini? coba perhatikan? Lama kelamaan ny.s akan berfikir tentang itu.dan
jangan lupa beri pujian ke ny.s atas apa yang sudah dilakukan jika itu berdampak
positif”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
d. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
Waktu: “Besok jam 13 siang ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat
siang bu.”
SP 2
Pertemuan :2
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Unkaha. hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat ibu
pagi ini.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
c. Kontrak
Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang kegiatan kemaren bu.ada
kendala atau menyenangkan bu?”
2. Fase Kerja
“O... bagus ibu sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal untuk kegemaran dan hobi Ibu
ini, Berapa jam sehari Ibu mau menyulam?”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin ada kegiatan menyulam dan
memberikan hasil sulaman Ibu pada anak Ibu ya?”
3. Fase Terminasi
e. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
e. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
f. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi?”
g. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang obat yang harus Ibu
minum, setuju?”
Tempat: “Mau dimana kita bertemu lagi besok?”
Waktu: “Besok jam 9 pagi y bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
D. Strategi Pelaksanaan keluarga
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny.s ?”
c. Kontrak
2. Fase Kerja
“gimana ibu apa perkebangan atau perubahan ny.s dalam melakukan kegiatan
menyulam?”
“terus beri dukungan dan ajak ngobrol ketikan ny.s sedang melakukan kegiatanya,dan
jika dirumah ibu ada tamu kemudia ada ny,s dirumah maka anjurkan tamunya untuk
menyapa ny.s agar ny.s tidak tersin ggung dan ketika ny.s dilibatkan dalam kegiatan
sehari hari maka lam kelamaan ny.s akan merasa lebih di hargai.“
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
h. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
i. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
j. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
Waktu: “Besok jam 09 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi
bu.”
SP 3
Pertemuan :3
1. Fase Orientasi
d. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya wini, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang. hari ini saya dinas pagi dari pukul 14.00-21.00, saya yang akan
merawat ibu siang ini.”
e. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
f. Kontrak
Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang kegiatan ibu hari ini?”
2. Fase Kerja
“kalo boleh tau ibu kan semangat sekali menyulam ,kira kira ibu mau bikin apa ? Coba
ceritakan kepada saya?”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal untuk kegemaran dan hobi Ibu
ini, Berapa jam sehari Ibu mau menyulam?”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin hasil sulamnya lebih dari 5 ya bu?
semangat ibu bagus sekali”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
4. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
5. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi?”
6. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang obat yang harus
Ibu minum, setuju?”
Tempat: “Mau dimana kita bertemu lagi besok?”
Waktu: “Besok jam 10 pagi y bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
E. Strategi Pelaksanaan keluarga
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya wini, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny. s ?”
c. Kontrak
“ bagaimana sholat nya ny.s ? lancar sesuai jadual atau kadang di tinggalkan?”
“alhamdulilah kalo semuanya lancar bu,kita doakan semoga makin membaik keadaan
ny.s”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
7. Evaluasi Obyektif
“ibu bisa sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
8. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
9. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
Waktu: “Besok jam 08 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi
bu.”
SP 4
Pertemuan :4
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya nia, saya mahasiswa keperawatan dari Stikes
semarang. hari ini saya dinas pagi hari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat ibu
siang ini.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu sifil hari ini?”
c. Kontrak
2. Fase Kerja
“Wah rupannya Ibu habat sekali ya bisa menyulam dengan sangat rapi.”
“wah sebat, ibu bisa menyulam sesuai target bahkan lebih dari 5 ya bu,luar biasa bu”
“betul sekali bu,jadi ibu tidak kesepian dan tidak dilarang larang lagi sama kakaknya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi Obyektif
“ ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
3. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, lain waktu kalo kita ada waktu ngobrol
ibu bisa berbagi cerita dengan saya”
4. Kontrak
Topik: “ibu boleh bercerita tentang appaun yag ingin ibu ceritakan”
Waktu: “kalo begitu besok saya sudah tidak perlu ke sini lagi, ibu sudah bisa
melakukan kegiatan sesuai jadul yang ibu buat dan perkembanganya sangat
bagus”
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya nia, saya mahasiswa keperawatan dari Stikes
semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu melihat perkembangan ny. s ?”
c. Kontrak
2. Fase Kerja
“jadi apa ada kendala bu selama proses perkembangan ny.s?”
“sekarang ny.s sudah sangat membaik kondisinya ya bu, sudah bisa menyulam sesuai
target dan bisa melakukan kegiatan lain seperti sholat dan makan sesuai jadual”
“ibu terus dampingi dan beri dukungan kepda ny.s jangan lupa beri pujian kepada ny.s
supaya ny.s semakin semangat melakukan kegiatan”
“semakin sering ibu sifil melakukan kegiatan positif sesuai jadual apa lagi sesuai hobi
makan semakin sedikit kemungkinan ibu sifil mengalami gagguan waham seperti
waktu itu, terus pertahankan kegiatan positif yang di lakukan ny.s ya buy, kita doakan
semoga tidak terjadi hal yang tidak baik kepada ibu sifil”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“tadi kita berbincang apa saja bu.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis, dan sepertinya saya besok titak perlu ke sini lagi.
Cukup ibu sekeluarga yang mendampingi ny.s.kalo begitu saya pamit bu.”
DAFTAR PUSTAKA
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN
Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2. ProsesTerjadinya Masalah
a. Pengertian dan tanda gejala
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting), kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandi.
Defisit perawatan diri adalah situasi seseorang yang megalami kelemahan dalam
kemampuan melakukan hal untuk melengkapi aktifitas perawatan diri secara
mandiri.
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes, Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara
makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat.
b. Penyebab
Menurut Depkes, penyebab kurang perawatan diri adalah:
1) Faktor prediposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes, Faktor–faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
3) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
4) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Tanda dan gejalanya:
1) Data subjektif: klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa
melakukan apa-apa.
2) Data objektif: Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan,
halitosis, badan bau, kulit kotor.
c. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan.
Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam. Akibat
dari defisit perawat diri adalah sebagai beriku :
1) Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam
penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa,
dan borok).
2) Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan. Disamping
itu kuku yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit
cacing pita, cacing tambang, dan penyakit perut.
3) Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau
mulut, dan penyakit gusi
4) Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dariorofecal (karena hygiene
BAB/BAK sembarangan) (Wahit Iqbal, dkk.,2015:159).
Sedangkan akibatnya adalah :
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
Tanda dan gejala :
a. Data Subyektif :
1) Klien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju
2) Klien mengatakan malas menyisir rambut
3) Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar
4) Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan benar
b. Data Obyektif :
1) Klien terlihat kotor, rambut tidak disisir, baju agak kotor, bau dan menolak
diajak mandi.
2) Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
3) Klien terlihat BAK sembarangan
3. Pohon Masalah
Effect Harga diri rendah
Keluarga :
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet)
3. Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama memberikan pujian semua hal yang
positif pada pasien
4. Latih keluarga memberikan tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien: bimbing dan
berikan pujian
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP 2
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing2 dua kali per hari
Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan kebersihan
diri dan berikan pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
SP 3
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
3. Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan masing2 dua kali per hari.
Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bersama pasien melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
3. Anjurkan membantu pasin sesuai jadwal dan berikan pujian
SP 4
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : empat kegiatan masing masing dua kali per
hari
Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan dan berikan
pujian
2. Bersama pasien melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang dipilih
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasin sesuai jadwal dan berikan pujian
SP 2
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setehan kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan, sisiran,
cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir. Berikan pujian
2. Latih dua (yang lain) cara merawat: makan & minum dan BAB & BAK
3.Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian
SP 3
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan . Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri ,berdandan dan makan & minum
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir dan berdandan. Berikan
pujian
2. Bombing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan makan & minum pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian.
SP 4
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan dan makan & minum . Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB & BAK yang baik
3. Latih cara BAB dan BAK yang baik
4.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri ,berdandan, makan & minum, dan
BAB dan BAK
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir, berdandan dan makan &
minum. Berikan pujian
2. Bimbing keluarga merawat BAB & BAK pasien
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-garuk kepala yang
terlihat kotor,rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan Klien tidak
terpasang dengan benar, dan terlihat banyak robekan. Kuku jari tangan terlihat hitam
dan panjang. Gigi Klien terlihat kotor, dan mulut Klien mengeluarkan bau .
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi masalah-masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
d. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
e. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku.
f. Masukkan kedalam jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2x sehari),
cuci rambut (2 perminggu), potong kuku (1x seminggu).
c. Kontrak
Topik : Bagimana kalau kita latihan cara BAB/BAK yang baik?
Waktu : kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagamana menurut
Ny. H?
Tempat : Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita latihan langsung
di tempat BAB/BAK
4. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/ subjektif
Bagaimana perasaan Ny. H setelah latihan cara BAB/BAK yang baik?
2. Evaluasi perawat/ objektif
Ny. H terlihat tersenyum dan wajah yang segar
b. Tindak lanjut klien
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis Ny. H melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan yang baik dan benar, jika
Ny.H merasakan keinginan BAB/BAK Ny.H dapat melakukan latihan yang telah kita
lakukan. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.
Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.