Anda di halaman 1dari 137

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

KEPERAWATAN JIWA

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Keperawatan Jiwa (PPKJ)
Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Dosen Pengampu : Ns. Sripuji Lestari, M.Kep,Sp. Kep.j

Di Susun Oleh:
Sazeli (2308107)

1. Harga Diri Rendah


2. Defisit Perawatan Diri
3. Isolasi Sosial
4. Halusinasi
5. Resiko Prilaku Kekerasan
6. Waham
7. Resiko Bunuh Diri

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiibua lain yang juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada
oleh klien.
B. PENYEBAB
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi factor penentu
gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen
schizoprenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri
yang salah satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami
schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi schizofrenia
antara lain istri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku
3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan, dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
c. Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu Perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bias
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di
kendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian
realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri
(suicide), membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami
masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi. Masalah
itu antara lain harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan social, klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan
stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut:

resiko prilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial
ETIOLOGI Kerusakan interaksi sosial:
Menarik diri
Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi audiotorik.
2. Perubahan persepsi sensori: Audiotorik berhubungan dengan menarik diri
3. Kerusakan interaksi sosial: Menarik diri berhubungan dengan Harga diri rendah
4. Defisit Perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias berhubungan dengan
intoleransi aktifitas
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya di mulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Setelah hubungan saling percaya terbina, intervensi keperawatan selanjutnya adalah
membntu klien mengenali halusinasinya.
3. Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana cara yang
biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi
Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah:
1. Menghardik halusinasi.
2. Berinteraksi dengan orang lain.
3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
4. Memanfaatkan obat dengan baik.
Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang
mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting karena
keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan halusinasi sebagai salah satu
gejala psikosis dapat berlangsung lama (kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu cara
Perawatan klien halusinasi dirumah.
Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis
sehingga Perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat menggunakan obat secara
tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus utama dalam pemberian obat.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika:


1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
2. Mampu melaksistrian program pengobatan berkelanjutan
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam membantu
klien mengatasi masalahnya

F. CARA MENGONTROL HALUSINASI


Menurut Budi Anna Keliat (2009), Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Perawat dapat melati pasien dengan empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara mengontrol halusinasi adalah
sebagai berikut :

1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul.

2. Minum obat secara teratur


Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus
dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter.Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien
mengalami kekambuhan.Jka kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti
semula akan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan Perawat
agar pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, dan benar dosis).
3. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap- cakap dengan orang lain dapat membantu mengotrol halusinasi.
Ketika pasien bercakap- cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian
pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
4. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan
diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi. Oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan intervensi Perawat dalam
memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu:
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku
pasien yang positif
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif:
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1: PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.

SP 1 KLIEN

1. Mengidentifikasi halusinasi: isi, frekuensi, ibuaktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,


respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap- cakap,
melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadibual kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik:
Perawat: Assalamualaikum.!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya
Anindita Saya mahasiswa praktek dari Unkaha. Hari ini saya dinas pagi dari jam
07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit
ini. Nama ibu siapa?
Pasien : nama saya Rahmi Novania
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
Pasien : Rahmi
b. Evaluasi/validasi:
Perawat: Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini?
Pasien : baik buk
c. Kontrak:
Perawat: Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara tersebut, Apakah ibuk
Rahmi bersedia?
Pasien : iya buk (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baiklah buk
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini
2. Fase Kerja.
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Pasien : Iya buk.
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar? Apakah ibu
mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Pasien : suara itu mengejek saya buk, saya mendengarnya kadang- kadang
buk
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : siang hari setelah makan buk.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 3- 5 kali buk
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Pasien : ya buk, saat saya sedang duduk dikamar setelah saya selesai makan
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana
perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut?
Pasien : saya merasa kesal mendengar suara itu
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Pasien : jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup telinga saya
dengan bantal dan kadang saya berteriak agar suara itu diam
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Pasien : tidak, suaranya tetap bisa saya dengar.
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara
yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?
Pasien : bersedia mas(sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu,
baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara
itu muncul katakan dengan keras “pergi. pergi saya tidak mau dengar. kamu suara
palsu” sambil menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi
lagi seperti yang saya lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi. pergi saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap?
Pasien : saya merasa baikan mas
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang
telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “pergi-pergi
saya tidak mau dengar kamu suara palsu”
b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu
mendengar suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai
dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu
melakukanya secara mandiri maka ibu menuliskan di kolom M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat di
kolom B, Jika ibuk tidak melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah ibu
mengerti?
Pasien : Iya, saya mengerti bu
c. Kontrak yang akan datang:
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara
itu muncul, apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia mas
Perawat : Ibuk maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00?
Pasien : baik mas
Perawat : Ibuk maunya dimana kita berbincang-bincang?
Pasien : disini saja mas.
Perawat : Baiklah buk Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00 ya buk. Saya
permisi ya buk. Assalamualaikum wr. Wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2: ENAM BENAR MINUM OBAT


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif:
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum obat.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.
A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih mas
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : baik mas

b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih mas, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana ibu
melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi…pergi saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan oleh keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
cara minum obat yang benar, apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia mas (sambil mengannguk)
Pearaibuat : Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baik mas
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja mas
Perawat Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah mas
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang,
dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang
warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan
tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya
untuk menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada
Perawat. Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibuk sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat lihat
dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibuk yang
tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis,
satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus
diminum, dan cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara
teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi
jadwalnya adalah jika ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh
Perawat atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di kolom M artinya
mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh keluarga/ Perawat/ teman saya
buat di kolom B, jika saya tidak melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik buk
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba ibu
sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali

b. Tindakan lanjut
Perawat: Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik mas
c. Kontrak yang akan datang:
Perawat: Baik lah buk. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat
minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia mas
Perawat : Karena besok saya dinas siang dari pukul 14.00- 21.00 Wib, jadi kita latihan
sore saja ya buk. Kira- kira ibuk siang jam berapa ibuk bisa?
Pasien : jam 15.00 buk
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya buk. Saya permisi dulu
ya buk. Assalammualaikum wr. wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3: BERCAKAP-CAKAP.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif:
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb..selamat pagi buk Rahmi
Pasien : Walaikum salam buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih mas, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : sudah mas
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada Perawat)
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu sudah minum
obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada
saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang ibuk dengarkan
berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah kita
pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergi…pergi saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan benar.
Pasien : Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya
harus diminum, dan cara meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : saya bersedia mas
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit, Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : Disini saja mas
Perawat : Baiklah mas
2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja ibu
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan
ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan saya, saya mulai
mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada
perawat untuk berbicara dengannya seperti “buk tolong berbicara dengan
saya karena saya mulai mendengar suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan!
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau perawat untuk berbicara
dengan saya. Buk, tolong bicara dengan saya karena saya sudah mendengar
suara-suara
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik mas
Perawat : Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya Ibu

b. RTL:
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali mas
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibu jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara yang ketiga
agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.
c. Kontrak yang akan datang:
Perawat : Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara yang ibuk dengar dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik,
apakah buk Rahmi bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia (sambil mengangguk-anggukan kepala)
Perawat : besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira ibuk bisa jam berapa?
Pasien : jam 17.00 setelah saya tidur siang saja mas.
Perawat : Baiklah buk, saya akan datang besok jam 17.00 di ruangan ini ya buk. Saya
permisi dulu. Assalammualaikum wr. Wb
Pasien : Walaikumsalam wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4: MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif:
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif:
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi. Saya boleh duduk buk?
Pasien : Walaikumsalam wr.wb, boleh buk
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih buk (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada mendengar
suara-suara?
Pasien : saya baik mas, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat : Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : ya, saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada perawat)
Perawat : Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan teratur, latihan bercakap-
cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan
pada saya apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang ibu dengarkan berkurang?
Pasien : iya mas, suaranya berkurang
Perawat : Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak akan
menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan jelaskan kembali pada
saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-
cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi. pergi saya tidak
mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup kedua telinganya).
Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis disitu, perhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam
berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya. Dan yang
terakhir saya harus bercakap cakap dengan teman atau perawat jika suara itu
terdengar.
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi! Ibu sudah bisa mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya
kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan berkurang.
Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20
menit?
Pasien : baiklah mas

2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana buk, disebelah dapur.
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk ya.
Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling
dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas ya
sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan.
Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala. Selanjutnya kita
lipat dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat : Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan rapi.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur apakah
selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang mas dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya buk. Ibu
dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara dengan sering
bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali langkah-langkah merapikan
tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang sepraynya, mulai
dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Kemudian letakkan bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat
dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki.

b. RTL:
Perawat : Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik buk (sambil membuka buku jadwal harian)
c. Kontrak yang akan datang
Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-suara
yang ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara- suara
itu tidak mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk? Apakah ibu mengerti?
Pasien : ya saya mengerti
Perawat : Baiklah buk, saya akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah ibuk
melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk.
Assalammualaikum wr wb
d. SP 1 Keluarga: Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
a. Orientasi

Perawat : Assalammualaikum Buk! Saya Sazeli , perawat yang merawat Kakak Ibuk.
Bagaimana perasaan ibuk hari ini?

Adik pasien : Saya kurang baik, mas. Saya khawatir melihat kondisi kakak saya.

Perawat : Apa pendapat ibuk tentang kondisi Adik Ibu?

Adik : saya merasa sedih mas melihatnya.

Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk alami dan
bantuan apa yang bisa ibuk berikan. Kita mau diskusi di mana, Buk?
Bagaimana kalau di ruang wawancara?

Adik Pasien : Baiklah, mas

Perawat : Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?

Adik pasien : bisa mas , saya ikut saja.

b. Kerja

Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?

Adik : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada kakak saya.

Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?

Adik : Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi kakak saya
tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa
sebab
Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa
cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan
kakak ibuk, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja
ibuk percaya bahwa kakak ibuk tersebut memang mendengar suara, tetapi
ibuk sendiri tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan kakak ibuk
melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi.
Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih kakak ibuk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk
pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini
apakah ibuk sudah mengerti? Apakah ada yang ingin ibuk tanyakan?

Pasien : Saya mengerti, Sus. Dan saya tidak ada pertanyaan

Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat secara
teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini,
saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat secara teratur. Jadi adik
dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya
CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Diminum 3 X sehari pada
jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya
HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada
tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan cara
menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak ibuk menghardik
suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
Bagaimana buk? Apakah sudah paham?

Adik : paham Sus.


Perawat : Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi kakak ibuk. Sambil menepuk
punggung kakak ibuk, contoh: Buk, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa
yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya. Usir suara itu, Buk.
Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu “saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, Buk. Sekarang coba ibuk praktekkan cara yang
barusan saya ajarkan.

Adik : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus katakan :
Buk, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara-suara itu datang? Ya. Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan
katakan pada suara itu” saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang,
Buk.

Perawat : Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan

c. Terminasi:

Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi kakak ibuk?

Adik : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantu kakak saya

Perawat : Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak ibuk?

Adik : Mengingatkan minum obat, tidak membiarkan sendiri (sering bercakap-


cakap), dan mengingatkan untuk menghardik suara tersebut jika terdengar.

Perawat : Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk.
Jam berapa kita bertemu?

Adik Pasien : jam 2 siang Sus, soalnya pagi saya harus kerja dulu.

Perawat : Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya buk. Saya
permisi dulu Assalamu’alaikum wr wb

Pasien :Walikumsalamwr.wb.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat : Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?

Adik : Baik, Sus

Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi kakak ibuk
yang sedang mengalami halusinasi?

Adik pasien : Ya, Sus. Saya masih ingat

Perawat : Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk.
Mari kita datangi kakak ibuk

2) Kerja

Perawat : (diruang Pasien) Assalamu’alaikum buk, adik ibuk sangat ingin membantu
ibuk mengendalikan suara-suara yang sering ibuk dengar. Untuk itu pagi ini
adik ibuk datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang ibuk
dengar. Ibuk nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, maka adik ibuk akan mengingatkan seperti ini”Sekarang, coba
ibuk peragakan cara memutus halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang
sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak
ibuk mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)

Adik : (mempraktekkan yang telah dipelajari)

Perawat : Bagus sekali! Bagaimana buk? Senang dibantu adiknya buk?

Pasien : ya, saya senang dibantu oleh adik saya.

Perawat : Nah adik ibuk ingin melihat jadwal harian ibu.

Pasien : (Pasien memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian)

Perawat : Baiklah, sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu

(perawat dan keluarga pasien meninggalkan pasien untuk melakukan


terminasi dengan keluarga)
3) Terminasi

Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi


langsung dihadapan kakak ibuk?

Pasien : saya merasa senang bisa membantu kakak saya, Sus.

Perawat : Baiklah, Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya Buk.Ibuk
dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.

Adik : Baik, Sus, saya akan mengingatnya.

Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian kakak ibuk untuk persiapan di rumah. Jam berapa
ibuk bisa datang?

Adik : sama seperti sekarang saja, Sus, jam 2 siang

Perawat : Tempatnya di sini ya, Buk. Saya permisi dulu ya pak.

Assalammualaikum wr wb

SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

1) Orientasi

Perawat : Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibuk selama
dirumah. Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah sudah terus dilatih
cara merawat kakak ibuk?

Adik : Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus menjalankan
kegiatan tersebut.

Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita duduk di
ruang perawat!

Adik : Baik, Sus

Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit. Jadwal ini
dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah dilakukan di rumah.
Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Buk, jadwal yang
telah dibuat selama kakak ibuk di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh kakak ibuk selama di rumah. Misalnya kalau kakak ibuk terus menerus
mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat
dari rumah ibuk. Selanjutnya perawat tersebut yang akan membantu memantau
perkembangan kakak ibuk selama di rumah

Adik : Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau kondisi
kakak saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan kegiatan yang ia
dapat selama di rumah sakit.

2) Terminasi

Perawat : Bagaimana Adik? Ada yang ingin ditanyakan?

Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.

Perawat : Coba ibuk sebutkan cara-cara merawat kakak ibuk di rumah!

Adik : Mengingatkan minum obat, tidak membiarkannya sendiri, dan mengingatkan


dia untuk menghardik suara yang didengar jika mengganggu.

Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibuk
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan kakak ibuk
untuk pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023

LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang
lain.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan
pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari
sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat
agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan
memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap
g. Rentang Respon Marah
1) Menurut Yosep (2010), rentang respon dari marah, seperti pada gambar 1
berikut:
Gambar 1. Rentang Respon Marah

Keterangan:
1. Asertif, adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas dan
langsung, jarak bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap
serius tapi tidak mengancam, tubuh lurus dan santai, pembicaraan penuh
percaya diri, bebas untuk menolak permintaan, bebas mengungkapkan
alasan pribadi kepada orang lain, bisa menerima penolakan orang lain,
mampu menyatakan perasaan pada orang lain, mampu menyatakan cinta
orang terdekat, mampu menerima masukan/kritik dari orang lain. Jadi bila
orang asertif marah, dia akan menyatakan rasa marah dengan cara dan
situasi yang tepat, menyatakan ketidakpuasannya dengan memberi alasan
yang tepat.
2. Frustasi, merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan
yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan.
3. Perilaku Pasif, orang yang pasif merasa haknya di bawah hak orang lain.
Bila marah, orang ini akan menyembunyikan marahnya sehingga
menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Bila ada orang mulai
memperhatikan non verbal marahnya, orang ini akan menolak
dikonfrontasi sehingga semakin menimbulkan ketegangan bagi dirinya.
Sering berperilaku seperti memperhatikan, tertarik, dan simpati walau
dalam dirinya sangat berbeda. Kadang-kadang bersuara pelan, lemah,
seperti anak kecil, menghindar kontak mata, jarak bicara jauh dan
mengingkari kenyataan. Ucapan sering menyindir atau bercanda yang
keterlaluan.
4. Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang
tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar.
5. Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
Adapun perbedaan perilaku pasif, asertif dan agresif, seperti pada tabel
1, berikut:
Tabel 1 Perbandingan Antara Perilaku Pasif, Asertif, Dan Agresif
Pasif Asertif Agresif

Isi Negatif dan merendahkan Positif dan Menyombongkan diri,


pembica diri, contohnya perkataan:” menawarkan diri, merendahkan orang
raan Dapatkah saya” contohnya perkataan: lain, contohnya
“Dapatkah kamu” “Saya dapat….” perkataan: Kamu
“Saya akan…” selalu…”
“Kamu tidak
pernah….”
Tekanan Cepat, lambat, mengeluh Sedang Keras dan ngotot
suara
Posisi Menundukkan kepala Tegap dan santai Kaku, condong ke
badan depan
Jarak Menjaga jarak dengan sikap Mempertahankan Siap dengan jarak
mengabaikan jarak yang nyaman yang akan menyerang
Penampil Loyo, tidak dapat tenang Sikap tenang Mengancam, posisi
an menyerang

Kontak Sedikit/sama sekali tidak Mempertahankan Mata melotot dan


mata kontak mata sesuai dipertahankan
dengan hubungan

2) Fase- fase perilaku kekerasan


a. Triggering incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa
faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi, respon terhadap
kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan frustrasi, pelanggaran
batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien
dan keluarga baru datang.
b. Escalation phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan dengan
respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak, dan belum
terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien gangguan psikiatrik
bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat,
kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif.
c. Crisis point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de escalation
gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan tindakan kekerasan.
d. Settling phase
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya. Mungkin
masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase awal.
e. Post crisis depression
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan berfokus
pada kemarahan dan kelelahan.
f. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi, dan kelelahan
3) Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
e. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif dalam
mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego sepertidisplacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat
berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat
menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul
dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi
akan memunculkan halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien
untuk melakukan tindak kekerasan. Hal tersebut akan berdampak pada keselamatan
dirinya dan orang lain (resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
Selain diakibatkan berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang
baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien
(koping keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar
masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal
(regimen terapeutik inefektif.
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Yoseph, 2009):
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Mengamuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

D. Pathway
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan (Keliat, 2002):
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu:
Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara
yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif. Dengan
melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini
dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan
lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
Pohon masalah
Waham

Perilaku kekerasan

Berduka disfungsional

E. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa mengamuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
F. Pengkajian Data Fokus
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Gangguan Harga Diri: Harga Diri Rendah
1. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif:
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif:
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
a) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b) Data obyektif:
c) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
G. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Carpenito, 2000):
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
H. Rencana Tindakan
Dx 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan.
Tindakan:
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
2. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
3. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4. Secara spiritual: berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

h. Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Dx 2: gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum: Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga

Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

.
STRATEGI PELAKSANAAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusu
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKnya
4. Tindakan Keperawatan
SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan
cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas
dalam).
Orientasi:
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Anindita. Saya senang dipanggil
Anin. Siapa nama anda kemudian senang diapanggil apa ? baiklah, Saya perawat
yang dinas diruangan cempaka 1 ini, saya dinas diruangan ini selama 2 minggu.
Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama2 minggu ini
saya yang merawat ibu. Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan ibu N saat ini?” masih ada perasaan kesal atau marah? Apa
yang terjadi dirumah?’’ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang
perasaan marah ibu,” Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? bagaimana
kalau 20 menit “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang diruang tamu?”

Kerja:
“apa yang menyebabkan ibu N marah? Apakah sebelumnya ibu N pernah
marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak
tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu N
rasakan?“ Apakah ibu N merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu lakukan
selanjutnya”“ Apakah dengan ibu N marah-marah, keadaan jadi lebih baik?“
Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?“maukah ibu
belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” ada
beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar satu cara
dulu, “ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari mulut
seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali.
Bagus sekali ibu N sudah dapat melakukan nya. “nah sebaiknya latihan ini ibu N
lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu N
sudah terbiasa melakukannya”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu N setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
ibu? ”Coba ibu N sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya. Sekarang kita buat jadwal latihan nya ya bu,
berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam? baik bagaimana kalau besok kita
latihan cara lain untuk mencegah dan mengendalikan marah ibu N.” tempatnya
disini saja ya Bu?” Selamat Pagi.”

SP 2: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara


fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua: pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal
kegiatan harian cara ke dua.
Orientasi:
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua. mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit? Dimana kita bicara?
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal. Sekarang mari kita latihan
memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau
marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan
memukul bantal dan kasur. Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya
bagus sekali ibu melakukannya! Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika
ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi? Coba
ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus! Mari kita masukkan
kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu mau mempraktikkan
memukul kasur/bantal? Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5
pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan
kedua cara tadi ya Bu. sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita
akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai
Jumpa

SP 3: Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara


sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), susun
jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
Orientasi:
“Selamat siang bu, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita
ketemu lagi”. “Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba saya
lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus, Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan
sendiri tulis M, artinya mandiri: kalau diingatkan suster baru dilakukan ditulis B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum
bisa melakukan. “Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk
mencegah marah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat yang sama? Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman
kalau 15 menit?”
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada
tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab
marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta
sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah”
Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba
ibu praktekkan. Bagus bu. “2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan
ibu tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan. Bagus bu.”3. Mengungkapkan
perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal ibu dapat
mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan.
Bagus.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’ “Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik
yang telah kita pelajari. Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat,
makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!” “Bagaimana kalau besok kita ketemu
lagi?”. “besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu
yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai
nanti ya

SP 4: Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual


(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa
Orientasi:
“Selamat pagi bu, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya datang lagi”
“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?
Bagaimana kalau sekarang kita selatihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah? Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu
ditempat biasa?” “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
Kerja:
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana
yang mau di coba?” “Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar
rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat Ibu bisa melakukan
sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.” ibu sebutkan sholat 5 waktu?
Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini? Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus” “Mari
kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali ibu
sholat. Baik kita masukkan sholat.dan (sesuai kesebuatan pasien).” “Coba ibu
sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang marah” Setelah
ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat! “Nanti kita akan membicarakan cara
penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju bu

SP 5 : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien


minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat,
benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan
guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat
secara teratur)
Orientasi:
“Selamat siang bu, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita
ketemu lagi” “Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul
kasur bantal, bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.Bagaimana kalau sekarang
kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat
tadi? “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
Kerja:
“Ibu sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang ibu minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum? Bagus” Obatnya ada 3 macam
bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya
HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu minum 3x sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa
kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila
terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”. “Sekarang kita masukkan waktu
minum obat kedalam jadwal ya bu”
LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. MASALAH UTAMA:
Resiko Bunuh Diri

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. PENGERTIAN RESIKO BUNUH DIRI

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi

Putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah
pada kematian. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri.

Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang
harapanharapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan yang mengarah
pada kematian.

TANDA GEJALA
TAHAPAN RESIKO BUNUH DIRI

Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 Tahap:

a. Isyarat Bunuh Diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri.Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti
rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.

b. Ancaman bunuh diri


Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati, disertai dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri.

c. Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini
pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga
dirinya.

d. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan Gejala:

a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.


b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah
dan mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

b. PENGERTIAN PENYEBAB HARGA DIRI RENDAH

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,


rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi
yang sedang dialami.

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan. Gangguan harga diri
dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang
menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu
dalam mencapai keinginan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana
individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan
kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri
akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena
merasa gagal dalam mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :

1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang


sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok.

TANDA GEJALA HARGA DIRI RENDAH

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

c. PENGERTIAN DAN TANDA GEJALA RESIKO MENCIDERAI DIRI SENDIRI,


ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN

merupakan respon kemarahan yg paling maladaptif yg ditandai dengan


perasaan marah dan bermusuhan yg kuat disertai hilangnya kontrol,dimana
individu dpt merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Faktor-faktor penyebab/mempengaruhi tingkah laku amuk adalah sebagai


berikut :

a. Faktor sosial dan cultural


Staus emosi yg rendah,adanya riwayat penganiayaaan pd masa anak-
anak,pengalaman hidup dari sub kultur yg mengatasi konflik dng
kekerasan,riwayat perilaku kekerasan.

b. Penyakit gangguan mental seperti schizofrenia,gangguan


kepribadian,gejala/ sindroma psikotik organik.
c. Mental retardasi
d. Akibat menderita penyakit yg berat atau terminal
e. Demografi:Usia dan jenis kelamin, lelaki muda cenderung meningkat
tingkah laku amuk.
f. Seseorang yg putus asa dan tidak berdaya
Tanda dan gejala resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan :

- Marah-marah dan mata melotot


- Wajah memerah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mundar mandir dan komunikasi verbal dan bicara kasar
- Suara tinggi, jengkel
- Melempar atau memukul benda
- Merusak lingkungan
- Tangan mengepal
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Melukai diri sendiri

3. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri/orang lain /lingkungan

Resiko bunuh diri

HDR

3. DATA YANG HARUS DIKAJI :


a. Resiko Bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

b. Harga Diri Rendah


DS : menyatakan malu terhadap diri sendiri, percaya diri kurang, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, merasa tidak berguna.

DO : nampak sedih, murung, percaya diri kurang, menarik diri dari


lingkungan.

c. Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain


DS : menyatakan benci atau kesal terhadap diri sendiri dan orang lain, suka
membentak dan menyerang orang yang mengusiknya. DO : nampak mudah
marah, murung dan sedih

4. Diagnosa keperawatan
1) Resiko Bunuh Diri
2) Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain
3) Harga Diri Rendah

5. Rencana tinddakan :
1) DX1 : Harga Diri Rendah
a). SP1 : identifikasi penyebab, tanda gejala, pk yg dilakukan, akibat,
menjelaskan 4 cara marah, dan mengajarkan cara marah fisik : TND dan PB
b). SP2 : mengajarkan marah dengan minum obat
c). SP3 : mengajarkan marah dengan verbal

d). SP4 : mengajarkan marah dengan spiritual

2) Dx2 : Resiko Mencederai diri sendiri dan orang lain


a.SP1 : identifikasi penyebab penarikan sosial. Melatih perkenalan dengan
anggota keluarga.
b. SP2 : melatih 2 cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
c.SP3 : melatih 2 cara baru berbicara saat melakukan kegiatan harian
d. SP4 : melatih cara berbicara sosial : belanja kewarung, meminta
sesuatu dan menjawab pertanyaan.

3) Dx3 : Resiko Bunuh Diri


a) SP 1 :

A. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri : isyarat, ancaman,


percobaan (jika percobaan segera rujuk)
B. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman
untuk pasien)
C. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek
positif yang dimiliki
D. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari

b) SP 2 :

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan


pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat
daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir
aspek positif keluarga dan lingkungan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga
dan lingkungan

c) SP 3 :

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga


dan lingkungan. berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap)
5. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih
d) SP 4:

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga


dan lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan
masa depan

SP: STRATEGI PELAKSANAAN 1


A. PROSES KEPERAWATAN

1. KONDISI KLIEN:
DS:

Pasien Mengungkapkan keinginan bunuh diri.

Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati. Pasien


Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan DO:
Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)

Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan


alcohol).

Krisis ekonomi keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
b. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman untuk
pasien)
c. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek
positif diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek positif yang dimiliki
d. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari
B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI

1. Salam :
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Sazeli, saya bertugas pada shift pagi ini
mulai pukul 07.00 -14.00. Nama mbak siapa ya? senang dipanggil apa? Ohh
Siska. Baiklah Siska,”
2. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan mbak siska hari ini? Saya akan selalu menemani mbak siska
disini mulai dari pukul 07.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan
saya untuk menemani mbak siska selama dirawat di rumah sakit ini.”

3. Kontrak:
Waktu: “Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang mbak?”

Tempat: “Bagaimana kalau kita lakukan disini saja?”

Topic: “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan
selama ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan”

KERJA

1. “Bagaimana perasaan mbak siska setelah bencana itu terjadi?”


2. “Apakah dengan bencana tersebut mbak siska merasa paling menderita di
dunia ini?”
3. “Apakah mbak siska kehilangan kepercayaan diri?”
4. “Apakah mbak siska merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang
lain?”
5. “Apakah mbak siska sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi?”
6. “Apakah mbak siska berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh
diri atau berharap mati?”
7. Apakah mbak siska mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?”
8. Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan
untuk melindungi klien.
9. “Baiklah tampaknya mbak siska memerlukan bantuan untuk menghilangkan
keinginan untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar mbak siska
untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan mbak siska.
Nah, karena mbak siska tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Dea, maka saya tidak akan membiarkan mbak siska sendiri.
10. “Apakah yang akan mbak siska lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul?
Ya, saya setuju. Mbak siska harus memaggil perawat yang bertugas di tempat
ini untuk membantu mbak siska. Saya percaya mbak siska dapat
melakukannya.”

TERMINASI

1. Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak siska selama kita bercakap – cakap?”

“Senang terima kasih”

2. Evaluasi obyektif:
“Tolong mbak siska ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang sering
mbak lakukan? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan keluarga mbak
terhadap kemampuan dan kegiatan yang mbak lakukan?”.

3. Rencana tindak lanjut:


“baiklah mbak siska, nanti mbak ingat ingat ya, kemampuan mbak yang lain dan
belum sempat mbak ceritakan kepada saya?”, besok bisa kita bicara lagi

4. Kontrak:
Waktu: “Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan

/kemampuan yang dapat mbak siska lakukan di rumah dan di RSJ?”

Tempat: “tempatnya diruangan ya”

Topic: “membahas tentang pengalamanpengalaman keseharian dan melatih aspek


positif pada keluarga dan lingkungan”
SP 2
A. PROSES KEPERAWATAN

1. KONDISI KLIEN:
DS:

Pasien Mengungkapkan keinginan mengakhiri hidupnya.

Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.


Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan
DO:

Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menutup diri)

Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan


alcohol).

Krisis ekonomi keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a.Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan pujian, kaji
ulang resiko bunuh diri
b. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir aspek positif
keluarga dan lingkungan
c.Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga dan
lingkungan

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI

1. Salam :
“Selamat pagi Mbk, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Bagaimana
perasaan mbk siska saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik,
sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas
pemberian Tuhan yang mas miliki. Mau berapa lama, bila 10 menit bagaimana?
Dimana, bila diruangan ini bagaimana?”

2. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasan mbak siska sekarang?” “bagaimana, apakah ada kemampuan
lain yang belum mbak siska ceritakan kemarin”
3. Kontrak:
a.Waktu: Mau berapa lama, bila 10 menit bagaimana? “
b. Tempat: “Dimana, bila diruangan ini bagaimana?”
c.Topic: “sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian
Tuhan yang mas miliki”
KERJA

1. Apa saja dalam hidup Mbk Siska yang perlu disyukuri,


2. siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau Mbk Siska meninggal.
3. Coba Mbk Siska ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Mbk Siska.
4. Keadaan yang bagaimana yang membuat Mbk Siska merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan Mbk Siska masih ada yang baik yang patut mas putra
syukuri.
5. Coba Mbk Siska sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Mbk Siska lakukan
selama ini. Bagaimana kalau Dia mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita
latih.

TERMINASI

5. Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaan mbak siska setelah bercakap – cakap?

6. Evaluasi obyektif:
Apa cara mengatasi masalah yang mbak siska gunakan. Coba mbak siska melatih
cara yang mbak siska pilih dalam aspek positif untuk keluarga dan lingkungan.

7. Rencana tindak lanjut:


Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman mbak
siska menggunakan cara yang dipilih.

8. Kontrak: Waktu: 09.00 WIB


Tempat: diruangan

Topic: membahas pengalaman dan melatih cara untuk mencapai harapan dan masa
depan

SP 3
A. PROSES KEPERAWATAN 1. KONDISI KLIEN:
DS:

Pasien Mengungkapkan keinginan mengakhiri hidupnya.


Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.

Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

DO:

Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menutup diri)


Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).

Krisis ekonomi keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a.Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan.
berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri

b. Diskusikan harapan dan masa depan


c.Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
d. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap (setahap
demi setahap)
e.Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga,
lingkungan dan tahapan yang dipilih

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI

1. Salam :
“Selamat pagi Mbk siska.”

“Bagaimana perasaan Mbk siska hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh
diri?”

“Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!”

“Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah


Mbk siska selama ini. Mau berapa lama Mbk siska, jika 30 menit bagaimana?
Mau disini saja, atau tempat lain?”

2. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasan mbak siska sekarang?” “Apakah mbak siska sudah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat kemarin?”
Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya mbak!”

3. Kontrak:
Waktu: “Mau berapa lama Mbk siska, jika 30 menit bagaimana? “

Tempat: “Mau disini saja, atau tempat lain?”

Topic : “bagaimana cara mengatasi masalah Mbk siska selama ini.”


KERJA

1. Coba ceritakan situasi yang membuat Mbk Siska ingin bunuh diri.
2. Selain bunuh diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Mbk
Siska. Nah, sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan
merugikan dari seluruh cara tersebut.
3. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut
cara Mbk Siska yang mana? Ya saya juga setuju dengan pilihan Mbk Siska.
4. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan ketik Mbk Siska
mau bunuh diri dengan cara tersebut.

TERMINASI

1. Evaluasi subyektif:
“Bagaimana perasaan mbak siska setelah kita bercakap-cakap?”

2. Evaluasi obyektif:
“Apa cara mengatasi masalah yang mbak siska gunakan. Coba mbak siska melatih
cara yang mbak siska pilih tadi.”

3. Rencana tindak lanjut:


“Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman
mba siska menggunakan cara yang dipilih”

4. Kontrak:
Waktu: 09.00 WIB

Tempat: rumah mbak siska

Topic: membahas pengalaman dan melatih cara ke 2 untuk mencapai harapan dan
masa depan

SP 4

A. PROSES KEPERAWATAN 1. KONDISI KLIEN:


DS:

Pasien Mengungkapkan keinginan mengakhiri hidupnya.


Pasien Mengungkapkan keinginan untuk mati.

Pasien Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

DO:

Pasien menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menutup diri)


Pasien memiliki riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan penyalahgunaan
alcohol).
Krisis ekonomi keluarga

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
b. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
c. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga,
lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan masa depan

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI

1. Salam :
“Selamat pagi Mbk siska?”

“Bagaimana perasaan Mbk siska hari ini? “masihkah ada keinginan bunuh diri?

“Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri?” Bagus!”

“Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Mbk siska,
selama ini. Mau berapa lama mas bila 10 menit bagaimana?”.” mau disini sajaatau ditaman?”
2. Evaluasi/validasi:

Apakah mbak siska sudah tau cara mengatasi masalahnya?

3. Kontrak:

Waktu: “berapa lama mbak bila 10 menit bagaimana “

Tempat: “mau disini sajaatau ditaman?”

Topic: “cara mengatasi masalah Mbk siska”


KERJA

1. Coba ceritakan situasi yang membuat Mbk siska ingin bunuh diri.
2. Selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah.
3. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut.
4. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut
Mbk siska cara yang mana? Ya, saya setuju. Mbk siska bisa dicoba!” Mari kita
buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
TERMINASI
5. Evaluasi subyektif:
Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem pendukung yang
mbak siska miliki? 6. Evaluasi obyektif:

“Coba mbak siska sebutkan cara mengatasi masalah yang mbak siska ketahui, satu
persatu ya!”
7. Rencana tindak lanjut:
“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga ya mbak!
Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit”

8. Kontrak:
Waktu: “pada jam 10.00 pagi”

Tempat: “ditaman rumah sakit”

Topic: “membahas pengalaman dan melatih berfikir positif pada diri sendiri,
keluarga dan lingkungan untuk persiapan masa depan”
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023

Laporan Pendahuluan

1. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. Harga diri adalah penilaian tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
serta merasa tidak percaya pada diri sendiri.
Tanda dan Gejala:
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar pada kanker
a. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
b. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
c. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
d. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
e. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
b. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
Faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Harga diri
rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.

Tanda dan Gejala

a. Data Subyektif: mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan


orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan
sesuatu.
b. Data Obyektif: tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak
murung.
c. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial: menarik diri,
isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.
Tanda dan Gejala
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
b. tindakan terhadap penyakit
c. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
d. Merendahkan martabat
e. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
f. Percaya diri kurang
g. Menciderai diri

3. POHON MASALAH

Isolasi Sosial
Effect

Harga Diri Rendah


Core Problem

Resiko Bunuh Diri


Causa

4. DATA YANG HARUS DIKAJI


a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data yang harus dikaji
Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin melukai dirinya dan mengakhiri hidup.
b. Isolasi sosial: menarik diri
Data yang harus dikaji
Data Obyektif: Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
dikamar, banyak diam.
Data Subyektif: Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan
tidak jelas.
Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin melukai dirinya dan mengakhiri hidup.
c. Gangguan konsep diri : Resiko Bunuh Diri
Data yang harus dikaji :
Data subyektif: Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, sedih karena tubuhnya,
malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya
yang cacat.
Data obyektif: Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak
bicara, suara pelan tidak jelas, tampak menangis.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Resiko Bunuh Diri
6. RENCANA TINDAKAN
1) DIAGNOSA I : ISOLASI SOSIAL
a) SP 1
1. Identifikasi penyebab isolasi social: siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya
2. Keuntungan punya teman dan bercaka-cakap
3. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4. Latih cara berkenalan dengan anggota keluarga
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
b) SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang) berikan pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2
kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3
orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiiatan
harian
c) SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara
saat melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan
baru)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5
orang, berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian
d) SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan bicara saat melakukan empat
kegiatan harian. Berikan pujian
2. Latih cara berbicara social: belanja ke warung, meminta sesuatu,
manjawab pertanyaan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang
berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian dan sosialisasi
2) DIAGNOSA 2 : HARGA DIRI RENDAH
a) SP 1
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yangdapat dilakukan saat
ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilh (alat dan cara melakukannya)
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per minggu
b) SP 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan
masing2 dua kali per hari
c) SP 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan
pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan
masing2 dua kali per hari

d) SP 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan
masing2 dua kali per hari.
3) DIAGNOSA : Resiko Bunuh Diri
a) SP 1
1. Identifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri: isyarat, ancaman,
percobaan (jika percobaan segera rujuk)
2. Identifikasi tanda-tanda bahaya mengankannya (lingkungan aman
untuk pasien)
3. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif diri sendiri, latihan afirmasi / berpikir aspek
positif yang dimiliki
4. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif 5 kali perhari
b) SP 2
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, berikan
pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/berfikir
aspek positif keluarga dan lingkungan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang dir, keluarga
dan lingkungan
c) SP 3
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan. berikan pujian, kaji ulang resiko bunuh diri
2. Diskusikan harapan dan masa depan
3. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan
4. Latih cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap)
5. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih

d) SP4
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, keluarga dan
lingkungan serta kegiatan yang dipilih. berikan pujian
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai masa depan
3. Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri,
keluarga, lingkungan dan tahapan yang dipilih untuk persiapan
masa depan

STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke I (satu)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien mengatakan malu dan tidak berguna
b. Klien mengatakan ekspresi wajah malu
c. Klien mengatakan “tidak bisa”ketika diminta melakukan sesuatu
d. Klien tampak kurang bergairah
e. Klien selalu mengungkapkan kekurangannya dari pada
kelebihannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
b. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan): buat daftar kegiatan yangdapat dilakukan saat ini
c. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih
d. Latih kegiatan yang dipilh (alat dan cara melakukannya)
e. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per minggu

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bu, saya sazeli, Ibu bisa panggil saya perawat zel ”.
”Nama ibu siapa?”. “........” “Ibu lebih senang dipanggil siapa?”“o o
o ibu siti”. “saya akan menemani ibu selama 2 minggu, jadi kalau
ada yang mengganggu pikiran ibu bisa bilang ke saya, siapa tahu saya
bisa bantu”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini? ......... o o o begitu”“Coba ceritakan pada
saya, apa yang dirasakan dirumah, hinggadibawah ke RSJ”
3. Kontrak
a. Topik
“ Maukah ibu bsiti bercakap – cakap dengan kemampuan yang dimiliki
serta hobi yang sering dilakukan dirumah”
b. Tempat
“Ibu Sti lebih suka bercakap – cakap dimana?, o o o ditaman, baiklah”
c. Waktu
“kita mau becakap – cakap berapa lama?, Bagaimana kalau 10 menit
saja”
KERJA
“Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah?”.........
“memasak, mencuci pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi
yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah ibu juga senang menyulam
ya?”, wah bagus sekali!“Bagaimana kalau ibu siti menceritakan
kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki?” kemudian apa
lagi.“Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka menyenangi apa
yang ibu lakukan selama ini, atau apakah mereka sering mengejek
hasil kerja ibu?”
TERMINASI
1. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu siti selama kita bercakap – cakap?”,
“Senang terima kasih”
2. Evaluasi Obyektif
“Tolong ibu siti ceritakan kembali kemampuan dan kegiatan yang
sering ibu lakukan? ........ Bagus”, “terus bagaimana tanggapan
keluarga ibu terhadap kemampuan dan kegiatan yang ibu
lakukan?”.
3. Rencana Tindak Lanjut
“baiklah Bu siti, nanti ibu ingat ingat ya, kemampuan ibu yang lain dan
belum sempat ibu ceritakan kepada saya?”, “besok bisa kita bicara
lagi”.
4. Kontrak
a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan
/kemampuan yang dapat ibu siti lakukan di rumah dan di RSJ”
b. Tempat
“Tempatnya mau dimana Bu? ”
c. Waktu
“bagaimana kalau kita bertemu jam 08.00 ya bu”
“setuju” “sampai bertemu lagi besok ya bu siti”
Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien telah mengetahui/dapt mengenal beberapa kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
b. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
c. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan masing2 dua
kali per hari
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bu Siti”, “Masih ingat saya?” “................ Bagus!”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?”“................ O ............. ya
bagaimana, apakah ada kemampuan lain yang belum ibu siti ceritakan
kemarin”
3. Kontrak
a. Topik
“Apakah ibu siti masih ingat apa yang akan kita bicarakan
sekarang?”. “ya............ bagus”
b. Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap –cakap di
taman benar kan?”
c. Waktu
“Kita akan bercakap – cakap selama 15 menit, atau mungkin bu siti
ingin bercakap – cakap lebih lama lagi?”
KERJA
“Kegiatan apa saja yang sering ibu siti lakukan dirumah?”......... “memasak, mencuci
pakaian, bagus itu bu”. “Terus kegiatan apalagi yang ibu lakukan?”. “kalau tidak salah
ibu juga senang menyulam ya?”, wah bagus sekali!“Bagaimana kalau ibu siti
menceritakan kelebihan lain/kemampuan lain yang dimiliki?” kemudian apa
lagi.“Bagaimana dengan keluarga ibu siti, apakah mereka menyenangi apa yang ibu lakukan
selama ini, atau apakah mereka sering mengejek hasil kerja ibu?”
TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu siti setelah berhasil membuat jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit”
2. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu bacakan kembali jadwal kegiatan yang telah dibuat tadi!”. “Bagus”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Ibu siti mau kan melaksanakan jadwal kegiatan yang telah ibu buat
tadi!”“.........nah nanti kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan bersama–sama dengan
teman–teman yang lain ya!”. “Bagaimana kalau nanti siang?”
4. Kontrak
a. Topik
“Baiklah besok kita bertemu lagi, bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang
kegiatan yang dapat dilakukan di rumah”. “Bagaimana menurut ibu siti?”. “Setuju”
b. Tempat
“Ibu ingin bercakapn – cakap dimana besok?”, “......... oooo di taman, baiklah.”
c. Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 10 menit?”
Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
a. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah sakit
b. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telah dibuat
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
b. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
c. Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan masing2 dua
kali per hari

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi,ibu siti sedang apa?”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?”“Apakah ibu siti sudah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang telah dinuat
kemarin?”. “Bagus ibu sudah dapat membantu membersihkan
lingkungan”“Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali,
sudah diberi tanda semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya bu!”
3. Kontrak
a. Topik
“Nah bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang kegiatan yang
dapat dilakukan di rumah?”.
b. Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap-cakap di
taman benar kan?”
c. Waktu
“Mau berapalama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”
KERJA
“Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang
kita buat jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan bolpointnya,
jangan khawatir nanti saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana
kalau kita mulai? ”“Ibu mulai dari jam 05.00 WIB?.............. ya,
tidak apa-apa, bangun tidur......... terus ya sholat shubuh, terus
masak (samapi jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum
obatnya, ya Bu!”
TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu siti setelah dapat membuat jadwal
kegiatan di rumah”
2. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat
dilakukan di rumah”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari apa yang
dapat dilakukan di rumah?”
4. Kontrak
a. Topik
“Nah, bagaimana besok kita bercakap–cakap tentang
perlunya dukungan keluarga terhadap kesembuhan Bu Siti”
b. Tempat
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap di teras, setuju!, atau
mungkin ibu ingin di tempat lain?”
c. Waktu
“Kita mau bercakap –cakap berapa lama, bagaimana kalau 10
menit?”
Pertemuan ke IV (empat)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
Klien telah mampu menyusun kegiatan yang sesuai kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
3. Tujuan Khusus
a. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian
b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
c. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : empat kegiatan masing2
dua kali per hari
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
ORIENTASI
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Bu!”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasan Ibu Siti hari ini, baik baik saja?”.
“Syukurlah”“Masih ibu simpan jadwal kegiatan yang telah dibuat
kemarin?”
3. Kontrak
a. Topik
“Hari ini kita akan bercakap – cakap tentang sistem pendukung
yang dapat membantu ibu siti di rumah?”.
b. Tempat
“Sesuai kesepakatan kemarin kita bercakap – cakap di
teras ya?”
c. Waktu
“Kita bercakap – cakap berapa lama?”. “10 menit saja ya
boleh!”
KERJA
“Apakah ibu tahu artinya sistem pendukung?”.“Baiklah akan saya
jelaskan, sistem pendukung adalah hal-hal yang dapat membantu
di rumah dalam mencapai kesembuhan nantinya, misalnya: dana,
keluarga, teman/tetangga yang mau menerima, kegiatan bersama, dan
tempat yang dapat dikunjungi saat obat habis”“Ibu di rumah tinggal
dengan siapa? ..... terus siapa lagi?”“Apakah mereka sayang dan
memperhatikan kesehatan ibu siti?”“Siapa selama ini yang
mengingatkan ibu minum obat dan mengantarkan control/periksa ke
dokter?”. “wah bagus! Terus selama ini yang mencari nafkah dan
mencari biaya pengobatan unutk ibu siapa?”“Apakah punya teman
atau tetangga yang dekat dengan ibu siti?”“Kegiatan apa saja yang
ada di lingkungan ibu siti?”. “Oooo pengajian..... Bagus itu, kalau
kelompok ibu-ibu arisan ada tidak bu, oo begitu!”. “selama ini bu siti
sudah berobat kemana saja, apakah ada rumah sakit yang paling
dekat dengan rumah ibu?”
TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaannya setelah bercakap – cakap tentang sistem
pendukung yang ibu siti miliki?”
2. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan kembali sistem pendukung yang ibu miliki
dirumah, satu persatu ya!”
3. Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah pulang, harus mendengarkan nasihat keluarga ya
Bu! Jangan lupa kalau obat hampir habis cepat datangi rumah sakit!”
4. Kontrak
a. Topik
“Bagaimana besok kita bercakap – cakap lagi, tentang
obatobatan yang ibu siti minum setiap hari”
b. Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana bu?”, “ di warung
makan, o.... bisa!”
c. Waktu
“Mau berapa lama bu?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi
bu!
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Pasien merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain disekitarnya.
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi
perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Harga diri rendah merupakan perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Halusinasinasi adalah persepsi yang kuat terhadap peristiwa atau objek yang
sebenarnya tidak ada, halusinasi dapat terjadi pada setiap pasca indera
(penglihatan, pendegaran, perasaan, penciuman / perabaan).
b. Penyebab dari Menarik Diri
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan.

1. Faktor predisposisi
a) fakor tumbuh kembang
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, maka akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalinhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu,
komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
b) faktor komunikasi dan keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi penting
dalam mengembangkan gangguan tingkah laku seperti sikap bermusuhan,
sikap mengancam, sikap merendahkan dan menjelek-jelekkan anak, selalu
mengkritik, menyalahkan, dan anak tidak dibri kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya.
c) faktor sosial budaya
Menarik diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma
yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota keluarga tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d) faktor biologis
Faktor genetik dapt berperan dalam respon sosial maladaptif.
Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan
mood dan gangguan kecemasan. Neurotransmiliter yang mempengaruhi
pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut:
1) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai penurun mood dan motivasi.
2) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan memori,
menarik diri dari masyarakat dan depresi.

3) Serotonin
Pasien dengan isolasi sosial, serotonin cenderung menurun sehingga
biasanya dijumpai tanda-tanda seperti lemah, lesu dan malas melakukan
aktivitas.
4) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolinpada pasien isolasi sosial
cenderung menunjukkan tand-tanda seperti lemah, malas dan lesu.
2. Faktor Presipitasi
a) Faktor eksternal
Stress sosiokultural
Sters dapat ditimulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
seperti perceraian, berpisah dari orang yang berarti, kehilangan pasangan
pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dan dirawat di ruamah sakit
atau di penjara.
b) Faktor internal
Stres psikologis
Kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan kecemasaan tingkat tinggi.
c. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a) Aspek fisik:
1. Makan dan minum kurang
2. Tidur kurang atau terganggu
3. Penampilan diri kurang
4. Keberanian kurang
b) Aspek emosi:
1. Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2. Merasa malu, bersalah
3. Mudah panik dan tiba-tiba marah
c) Aspek sosial:
1. Duduk menyendiri
2. Selalu tunduk
3. Menghindar dari orang lain
4. Tergantung dari orang lain
d) Aspek intelektual:
1. Putus asa
2. Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3. Kurang percaya diri
C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri Core Problem

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

D. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
E. Intervensi
1. Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
a. SP 1 : identifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan punya teman dan
bercakap-cakap, kerugian tidak punya teman dan tidak barcakap-cakap, latih
cara berkenalan dengan anggota keluarga, masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan berkenalan.
b. SP 2 : evaluasi kegiatan bekenalan, latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian, masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan dua
sampai tiga orang.
c. SP 3 : evaluasi kegiatan latihan berkenalan dan bicara saat melakukan dua
kegiatan harian, latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian,
masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan empat sampai lima
orang.
d. SP 4 : evauasi kegiatan latihan berkenalan bicara saat melakukan empat
kegiatan harian, latih cara berbicara sosial belanja ke warung, masukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan lebih dari lima orang.
2. Diagnosa 2 : harga diri rendah
a. SP 1 : Identifikasi kemampun melakukan kegiatan dan aspek positif pasien.
Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini, bantu pasien
memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih.
melatih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
b. SP 2 : Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih. Latih kegiatan
kedua ( alat dan cara).
c. SP 3 : Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih. Latih kegiatan
ketiga ( alat dan cara).
d. SP 4 : bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih. Latih
kegiatan keempat ( alat dan cara).
3. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
a. SP 1 : identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan kegiatan. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
b. SP 2 : latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c. SP 3 : melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. SP 4 : melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan).
Strategi Pelaksanaan
SP 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
DS : pasien mengatakan bahwa dirinya merasa di tolak dilingkungan
rumahnya dan bingung dalam memulai pembicaraan.
DO : pasien tampak murung dan menarik diri dari interaksi sosial, kontak
mata kurang, sering menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Tindakan Keperawatan
SP 1 : terhadap pasien
a. Identifikasi penyebab isolasi sosial : siapa yang serumah, siapa
yang dekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Diskusikan keuntungan punya teman dan bercakap-cakap.
c. Diskusikan kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap.
d. Latih cara berkenalan denga anggota keluarga.
e. Masukkan jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
B. Strategi Komunikasi
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Perawat Anindita Saya senang dipanggil Perawat Anin, Saya mahasiswa
keperawatan Unkaha, saya yang akan membantu merawat Ibu dari sekarang
sampai nanti.”
“Siapa nama Ibu? Ibu Senang dipanggil dengan nama apa?”
“Apa keluhan Ibu hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Ibu? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama Bu?Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan Ibu? Apa yang membuat Ibu jarang
bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
“Apa yang Ibu rasakan selama Ibu dirawat disini? Apakah Ibu merasa
sendirian? Siapa saja yang Ibu kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ibu lakukan dengan teman yang Ibu kenal?”
“Apa yang menghambat Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”
“Menurut Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Ibu?Ya, apa
lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya
tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ibu belajar bergaul dengan orang
lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho Ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi.
Contoh: Nama Saya Anindita, saya senang dipanggil Anin. Asal saya dari Pati,
hobi saya olahraga”
“Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? dan
Hobinya apa?”
“Ayo Ibu dicoba....
Misalnya saya belum kenal dengan Ibu.... Coba Ibu berkenalan dengan saya....”
“Ya bagus sekali..... Coba sekali lagi Ibu... Bagus sekali.....”
“Setelah Ibu berkenalan dengan orang tersebut Ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Bapak bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya Ibu dapat melakukan dengan sendiri apa yang telah kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga Ibu lebih siap untuk berkenalan dengan
orang lain. Ibu mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya.
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 9 saya akan datang kesini untuk mengajak Bapak berkenalan
dengan teman saya, Bagaimana, Ibu mau kan?”
”Baiklah, terima kasih Ibu..
“ sampai jumpa....”
SP 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS : pasien tampak murung dan selalu menyendiri
DO : pasien sudah tidak murung dan membuka diri dari interaksi sosial.
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 2 : Terhadap pasien
a. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang) berikan pujian.
b. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan).
c. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang
tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
ORIENTASI :
“Selamat pagi Ibu”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?
“Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan”
“Coba sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Saya”
“Bagus sekali, ibu masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak Ibu
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat Linda. Tidak lama kok, sekitar
10 menit”
KERJA :
“Selamat pagi perawat Linda, Bapak ini ingin berkenalan dengan Anda.”
“Baiklah Bu, Ibu bisa berkenalan dengan perawat Linda seperti yang kita
praktekkan kemarin.”
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat Linda: memberi
salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
“Ada lagi yang ingin Ibu tanyakan kepada perawat Linda? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat Linda”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi sesi perkenalan
kali ini. Lalu Ibu bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat Linda, misalnya
jam 1 siang nanti”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan perawat Linda”
”Ibu tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari
kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik nanti Ibu coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10?
“ Terima Kasih atas waktunya Ibu.... Sampai besok.”
SP 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Pasien tidak memiliki teman
DO : setelah pasien mencoba untuk membuka diri dan berkenalan dengan
temannya pasien mempunyai teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 3 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin
siang”
”Bagus sekali, Ibu menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu Ibu ingin punya banyak teman lagi ya?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien I”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
KERJA:
(Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi pasien I)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu
lakukan sebelumnya.’’
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).
“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Ibu I”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti.”
(Ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan pasien I)
“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”
(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkan pasien I untuk melakukan
terminasi dengan S di tempat lain)
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berkenalan dengan Ibu I”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan Ibu I.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan Ibu I jam 4 sore nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan
orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8
malam, Ibu bisa bertemu dengan I, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal.
Selanjutnya Ibu bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana Ibu, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok.”
SP 4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :pasien mengatakan sudah senang memiliki banyak teman
DO :pasien sekarang sudah berjalan ke taman agar dapat berkenalan dengan
banyak teman
2. Diagnosa
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Terhadap pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) & bicara saat
melakukan dua kegiatan harian. Berikan pujian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan 4 kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi

ORIENTASI:
“Selamat pagi Ibu? Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah Ibu bercakap-cakap dengan perawat Linda kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan Ibu setelah bercakap-cakap dengan pasien I kemarin siang ? ”
” Ibu senang ya tambah teman untuk bercakap cakap dengan Ibu.”
” bagaimana sekarang seperti janji kita kemarin Ibu agar Ibu mendapatkan banyak
teman ?”
” ya sekarang kita berjalan ke taman ya Bu agar Ibu dapat berkenlan dengan banyak
orang disana?
” waktunya kita perpanjang sedikit nya Bu, bagaimana jika 15 menit?” (sambil
berjalan ke arah taman)
KERJA:
(Bersama-sama Perawat dan klien mendatangi para pasien yang sedang berkumpul
ditaman)
‘Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan dengan ibu bapak
sekalian.”
“Baiklah Bu, Ibu sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu lakukan
sebelumnya.’’

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,


nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama).

“Ada lagi yang Ibu ingin tanyakan kepada Bapak dan ibu”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu bisa sudahi perkenalan ini. Lalu
Ibu bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti atau besok
pagi di taman sini lagi.”

(Ibu membuat janji untuk bertemu kembali dengan para pasien)

“Baiklah Bu, karena Ibu sudah selesai berkenalan, saya dan klien akan kembali ke
ruangan Ibu. Selamat pagi...”

(Bersama-sama perawat dan pasien meninggalkan para pasien untuk melakukan


terminasi dengan S di tempat lain)

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang bincang dengan para pasien”
”Dibandingkan kemarin pagi, Ibu tampak lebih baik saat berkenalan dengan para
bapak dan ibu.”
“Pertahankan apa yang sudah Ibu lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan bapak ibu besok pagi ditaman ya pak.”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari Ibu dapat berbincang-
bincang dengan orang lain sebanyak ditaman besok pagi, Bagaimana Ibu, setuju
kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu. Pada jam
yang sama dan kita bertemu ditaman ya Bu. Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
Laporan Pendahuluan

1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : Waham
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau
delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua
kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya.
B. Tanda dan gejala :
1) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
2) Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
3) Takut, kadang panik
4) Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
5) Ekspresi tegang, mudah tersinggung
C. Rentang Respon
D. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a) Klien
 Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranopid,
skizofrenia, , keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada
pendenagran
 Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas,
misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam
mengungkapkan perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang
berkepanjangan
b) Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan
pekerjaan, support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat,
atau tidak mempunyai orang dipercaya.
c) Interaksi
 Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien
 Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi mpikir
 Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.
2. Faktor presipitasi
a) Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara
berulang, ketakutan karena adanya penyakit fisik
b) Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan
orang lain , adanya keritikan dari orang lain.
E. Tipe-tipe Waham
Ada beberapa tipe waham yang ditemukan pada kasus, yaitu kasus
kebesaran, agama adanya curiga. Menurut W.F.Maramis
a) Waham kejadian
Mempunyai psaien yaitu bahwa ada orang lain atau komplotan yang
sedang mengganggu bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya
sedang diancam oleh orang lain
b) Waham kebesaran
Yaitu bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekerasan
yang luas biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat membaca pikiran orang
lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil
c) Waham keagamaan
Waham dengan tema keagamaan, misalnya : dia mengaku sebagai dari
sejuta umat
d) Waham somatik
Klien yaitu tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
e) Waham curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan
atau mencederai diri sendiri, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
f) Waham nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia / meninggal,
diucapkan berulang kali teetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri,


orang lain dan lingkungan

Perubahan isi
pikir: waham

Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah rendah

4. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


a) Perubahan isi pikir: waham
b) Resiko tinggi mencidrai diri, orang lain dan lingkungan
c) Gangguan konsep diri HDR

5. Data yang Perlu Dikaji


a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
- Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang,
klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri
- Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai,
ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
b) Kerusakan komunikasi : verbal
- Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
- Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
c) Perubahan isi pikir : waham
- Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
- Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
d) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
- Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM

Pertemuan :I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang bos yang kaya dan mempunyai
toko jam yang banyak.
O : Klien tampak mendominasi pembicaraan, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
realitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham kebesaran
3. Tujuan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2) Membantu orientasi realita pada klien
3) Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
B. Strategi Pelaksanaan pasien

1) Bantu orientasi realita pada klien


2) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh klien
3) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
4) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Anindita, saya mahasiswa keperawatan dari
Unkaha semarang. hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan
merawat ibu pagi ini.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
c. Kontrak

Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan sekarang?”

Tempat: “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”


Waktu: “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”

2. Fase Kerja

“Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan?”

“Saya mengerti ibu merasa bahwa ibu adalah seorang bos, tapi yang ibu rasakan tidak
dirasakan oleh orang lain”

“Jadi ibu takut dilarang dalam melakukan sesuatu ?“

“Siapa menurut ibu yang sering melarang ?”

“Jadi sodara kandung ( kakak) yang terlalu melaranng ibu?”

“Kalau ibu sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus ibu sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”

“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi.”
d. Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang hobi ibu?”
 Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
 Waktu: “Besok jam 9 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
C. Strategi Pelaksanaan keluarga

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Unkaha semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny.s ?”
c. Kontrak

Topik: “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan selama
merawat ny.s?”

Tempat: “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu: “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja
“Tampaknya ibu gelisah sekali, bisa ibu ceritakan apa yang ibu rasakan selama
merawat ny.s?”

“Jadi begini bu, ny.s mengalami sakit yang di sebut waham?“

“waham itu gangguan pola pikir, dia meyakini sesuatu berdasarkan penilaian realitas
yang salah.tanda dan gejala yaitu ada

1.pasien mengungkapkan sesuatu yang di yakini.

2.tidak percaya dengan orang lain

3.takut,panik,tidak tepat menilai lingkungan

4.mudah tersinggung.nah itu tanda dan gejalanya bu.”

“ibu haru beri dukungan moral kepada ny.s ”

“ibu bisa merawat ny.s contohnya dengan memberikan penjelasak seperti ini
Ny.s :Saya orang paling kaya ( ucap perawat ) kemudian ibu jawab “ rumah orang
kaya seperti ini? coba perhatikan? Lama kelamaan ny.s akan berfikir tentang itu.dan
jangan lupa beri pujian ke ny.s atas apa yang sudah dilakukan jika itu berdampak
positif”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
d. Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
 Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
 Waktu: “Besok jam 13 siang ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat
siang bu.”

SP 2
Pertemuan :2

1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan berikan pujian


2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki
3. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian
4. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Unkaha. hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat ibu
pagi ini.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
c. Kontrak
Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang kegiatan kemaren bu.ada
kendala atau menyenangkan bu?”

Tempat : “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu : “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja

“bagaimana kegiatan ibu kemarin?”

“Wah rupannya Ibu suka menyulam ya.”

“Kapan Ibu mulai suka menyulam? Coba ceritakan kepada saya?”

“O... bagus ibu sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”

“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal untuk kegemaran dan hobi Ibu
ini, Berapa jam sehari Ibu mau menyulam?”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin ada kegiatan menyulam dan
memberikan hasil sulaman Ibu pada anak Ibu ya?”

3. Fase Terminasi
e. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
e. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
f. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi?”
g. Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang obat yang harus Ibu
minum, setuju?”
 Tempat: “Mau dimana kita bertemu lagi besok?”
 Waktu: “Besok jam 9 pagi y bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
D. Strategi Pelaksanaan keluarga

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya Sazeli, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny.s ?”

c. Kontrak

Topik: “Ibu, bisa kita berbincang-bincang perkembangan sekaligus evaluasi selama


ibu merawat ny. s?”

Tempat: “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu: “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja
“gimana ibu apa perkebangan atau perubahan ny.s dalam melakukan kegiatan
menyulam?”

“terus beri dukungan dan ajak ngobrol ketikan ny.s sedang melakukan kegiatanya,dan
jika dirumah ibu ada tamu kemudia ada ny,s dirumah maka anjurkan tamunya untuk
menyapa ny.s agar ny.s tidak tersin ggung dan ketika ny.s dilibatkan dalam kegiatan
sehari hari maka lam kelamaan ny.s akan merasa lebih di hargai.“

“Dan terus buat jadual kegiatan untuk ny.s “

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
h. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
i. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
j. Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
 Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
 Waktu: “Besok jam 09 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi
bu.”

SP 3
Pertemuan :3

1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan berikan pujian


2. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian
3. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih

1. Fase Orientasi
d. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya wini, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang. hari ini saya dinas pagi dari pukul 14.00-21.00, saya yang akan
merawat ibu siang ini.”
e. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?”
f. Kontrak

Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang kegiatan ibu hari ini?”

Tempat : “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu : “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja

“ternyata ibu sudah bisa menyulam segini banyak ya bu?”

“ibu mau bikin berapa banyak bu .”

“kalo boleh tau ibu kan semangat sekali menyulam ,kira kira ibu mau bikin apa ? Coba
ceritakan kepada saya?”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal untuk kegemaran dan hobi Ibu
ini, Berapa jam sehari Ibu mau menyulam?”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya ibu ingin hasil sulamnya lebih dari 5 ya bu?
semangat ibu bagus sekali”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
4. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
5. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
pagi?”
6. Kontrak
 Topik : “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang obat yang harus
Ibu minum, setuju?”
 Tempat: “Mau dimana kita bertemu lagi besok?”
 Waktu: “Besok jam 10 pagi y bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat Pagi
bu.”
E. Strategi Pelaksanaan keluarga

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya wini, saya mahasiswa keperawatan dari
Stikes semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu selama merawat ny. s ?”

c. Kontrak

Topik: “Ibu, bisa kita berbincang-bincang perkembangan sekaligus evaluasi selama


ibu merawat ny. s?”

Tempat: “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu: “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”
2. Fase Kerja
“gimana ibu apa perkebangan ny.s selama keseharianya?”

“Jadi ny.s makin semangan mengyulam ya bu? “

“Wah baguse sekali perkembanga ny.s “

“ apakah ada kegiatan lain selain menyulam?”

“bagaimana apakah ada kendala selama merawat ny.s?”

“ bagaimana sholat nya ny.s ? lancar sesuai jadual atau kadang di tinggalkan?”

“alhamdulilah kalo semuanya lancar bu,kita doakan semoga makin membaik keadaan
ny.s”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
7. Evaluasi Obyektif
“ibu bisa sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
8. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita lanjutkan besok
siang.”
9. Kontrak
 Topik: “Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang perkembangan ny. s?”
 Tempat: “Mau dimana kita diskusi untuk besok?”
 Waktu: “Besok jam 08 pagi ya bu, kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi
bu.”

SP 4
Pertemuan :4

1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan berikan pujian


2. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya nia, saya mahasiswa keperawatan dari Stikes
semarang. hari ini saya dinas pagi hari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat ibu
siang ini.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu sifil hari ini?”
c. Kontrak

Topik : “Ibu, bisa kita berbincang-bincang tentang kegiatan menyulam ibu?”

Tempat : “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu : “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja

“bagaimana kegiatan menyulam ibu ?”

“Wah rupannya Ibu habat sekali ya bisa menyulam dengan sangat rapi.”

“mulai jam berapa dan sampai jam berapa ibu menyulam”

“seharinya ibu bisa menyulam sebarapa banyak?”

“wah sebat, ibu bisa menyulam sesuai target bahkan lebih dari 5 ya bu,luar biasa bu”

“ibu sudah bisa mengatur kegiatan ibu sesuai jadual.terus di pertahankan ya bu


kegiatannya.kalo ibu bosan ibu bisa ganti kegiata dengan refresing tapi harus di temani
keluarga”

“betul sekali bu,jadi ibu tidak kesepian dan tidak dilarang larang lagi sama kakaknya”

“Wah.bagus sekali kegiatan ibu sifil”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu Sifil setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi Obyektif
“ ibu sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita perbincangkan.”
3. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktu kita sudah habis kali ini, lain waktu kalo kita ada waktu ngobrol
ibu bisa berbagi cerita dengan saya”
4. Kontrak
 Topik: “ibu boleh bercerita tentang appaun yag ingin ibu ceritakan”
 Waktu: “kalo begitu besok saya sudah tidak perlu ke sini lagi, ibu sudah bisa
melakukan kegiatan sesuai jadul yang ibu buat dan perkembanganya sangat
bagus”

F. Strategi Pelaksanaan keluarga

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat siang bu, perkenalkan nama saya nia, saya mahasiswa keperawatan dari Stikes
semarang, saya yang merawat ny.s.”
b. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan ibu melihat perkembangan ny. s ?”

c. Kontrak

Topik: “Ibu, bisa kita berbincang-bincang perkembangan sekaligus evaluasi


perkembangan ny. s?”

Tempat: “Ibu mau kita berbincang-bincang di mana?”

Waktu: “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15


menit?”

2. Fase Kerja
“jadi apa ada kendala bu selama proses perkembangan ny.s?”

“alhamdulilah kalo tidak ada”

“sekarang ny.s sudah sangat membaik kondisinya ya bu, sudah bisa menyulam sesuai
target dan bisa melakukan kegiatan lain seperti sholat dan makan sesuai jadual”

“ibu terus dampingi dan beri dukungan kepda ny.s jangan lupa beri pujian kepada ny.s
supaya ny.s semakin semangat melakukan kegiatan”

“semakin sering ibu sifil melakukan kegiatan positif sesuai jadual apa lagi sesuai hobi
makan semakin sedikit kemungkinan ibu sifil mengalami gagguan waham seperti
waktu itu, terus pertahankan kegiatan positif yang di lakukan ny.s ya buy, kita doakan
semoga tidak terjadi hal yang tidak baik kepada ibu sifil”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi Obyektif
“tadi kita berbincang apa saja bu.”
c. Rencana Tindak lanjut
“karena waktu kita sudah habis, dan sepertinya saya besok titak perlu ke sini lagi.
Cukup ibu sekeluarga yang mendampingi ny.s.kalo begitu saya pamit bu.”
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.
LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Praktik Jiwa

Di Susun Oleh:
Anindita Siska Ragam (2308017)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
2. ProsesTerjadinya Masalah
a. Pengertian dan tanda gejala
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting), kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandi.
Defisit perawatan diri adalah situasi seseorang yang megalami kelemahan dalam
kemampuan melakukan hal untuk melengkapi aktifitas perawatan diri secara
mandiri.
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia dalam
melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes, Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi
kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara
makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat.
b. Penyebab
Menurut Depkes, penyebab kurang perawatan diri adalah:
1) Faktor prediposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes, Faktor–faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
3) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
4) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Tanda dan gejalanya:
1) Data subjektif: klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa
melakukan apa-apa.
2) Data objektif: Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan,
halitosis, badan bau, kulit kotor.
c. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan.
Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam. Akibat
dari defisit perawat diri adalah sebagai beriku :
1) Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam
penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa,
dan borok).
2) Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan. Disamping
itu kuku yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit
cacing pita, cacing tambang, dan penyakit perut.
3) Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau
mulut, dan penyakit gusi
4) Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dariorofecal (karena hygiene
BAB/BAK sembarangan) (Wahit Iqbal, dkk.,2015:159).
Sedangkan akibatnya adalah :
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
Tanda dan gejala :
a. Data Subyektif :
1) Klien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju
2) Klien mengatakan malas menyisir rambut
3) Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar
4) Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan benar
b. Data Obyektif :
1) Klien terlihat kotor, rambut tidak disisir, baju agak kotor, bau dan menolak
diajak mandi.
2) Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
3) Klien terlihat BAK sembarangan
3. Pohon Masalah
Effect Harga diri rendah

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

4. Data yang harus dikajian


Data Subyektif
1. Klien mengatakan dirinya malas mandi
2. Klien mengatakan tidak tahu cara berhias yang baik
3. Klien mengatakan malas makan
4. Klien mengatakan tidak tahu cara eliminasi yang baik
Data Obyektif
1. Ketidakmampuan mandi dan membersihkan diri ; kotor, berbau
2. Ketidakmampuan berpakaian; pakaian sembarangan, tidak rapi
3. Ketidakmampuan saat makan terlihat berantakan
4. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri : BAB atau BAK sembarangan
5. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan pemeliharaan kesehatan
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Defisist perawatan diri
Tujuan umum : klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
2. Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien mampu menilai kemampuan yang digunakan.
4. Klien mampu merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
SP 1
Pasien :
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan):
buat daftar kegiatan yangdapat dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
4. Latih kegiatan yang dipilh (alat dan cara melakukannya)
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per minggu

Keluarga :
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet)
3. Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutama memberikan pujian semua hal yang
positif pada pasien
4. Latih keluarga memberikan tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien: bimbing dan
berikan pujian
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.

SP 2
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
3. Latih kegiatan kedua kedua (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : dua kegiatan masing2 dua kali per hari
Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan kebersihan
diri dan berikan pujian
2. Bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

SP 3
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan di latih
3. Latih kegiatan ketiga ( alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : tiga kegiatan masing2 dua kali per hari.

Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih dan berikan pujian
2. Bersama pasien melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
3. Anjurkan membantu pasin sesuai jadwal dan berikan pujian

SP 4
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu pasien untuk memilih kegiatan ke empat yang akan dilatih
3. Latih kegiatan ke empat (alat dan cara)
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan : empat kegiatan masing masing dua kali per
hari
Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan dan berikan
pujian
2. Bersama pasien melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang dipilih
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasin sesuai jadwal dan berikan pujian

Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK.


Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri.
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.
SP 1
Pasien :
1. Identifikasi masalah-masalah perawatan diri: kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri
4. Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong
kuku
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi, ( 2kali sehari), cuci rambut
(2 kali perminggu), potong kuku (1 kali seminggu)
Keluarga :
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri (gunakan
booklet)
3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
4. Latih dua cara merawat: kebersihan diri dan berdandan
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan member pujian

SP 2
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setehan kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk perempuan, sisiran,
cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir. Berikan pujian
2. Latih dua (yang lain) cara merawat: makan & minum dan BAB & BAK
3.Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian

SP 3
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan . Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri ,berdandan dan makan & minum
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir dan berdandan. Berikan
pujian
2. Bombing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan makan & minum pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian.

SP 4
Pasien :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan dan makan & minum . Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB & BAK yang baik
3. Latih cara BAB dan BAK yang baik
4.Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri ,berdandan, makan & minum, dan
BAB dan BAK
Keluarga :
1. Evaluasi keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan dir, berdandan dan makan &
minum. Berikan pujian
2. Bimbing keluarga merawat BAB & BAK pasien
3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal. Berikan pujian

Diagnosa 3 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.


Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi / Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakannama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien dan kontrak pasti
f. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
2) Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Intervensi / Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Diskusikan bersama klienpentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
3) Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi / Tindakan :
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti pasta gigi, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
4) Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi/ Tindakan :
a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai
sandal.
5) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi / Tindakan :
a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
6) Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Intervensi / Tindakan :
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktumandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-
lain.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP-1 Pasien : Defisit Perawatan Diri

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-garuk kepala yang
terlihat kotor,rambut sebahu dan tidak tertata rapi. Pakaian yang digunakan Klien tidak
terpasang dengan benar, dan terlihat banyak robekan. Kuku jari tangan terlihat hitam
dan panjang. Gigi Klien terlihat kotor, dan mulut Klien mengeluarkan bau .
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi masalah-masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
d. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
e. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku.
f. Masukkan kedalam jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2x sehari),
cuci rambut (2 perminggu), potong kuku (1x seminggu).

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapuetik
Selamat pagi? Perkenalkan nama saya Perawat. Saya adalah Mahasiswa
keperawatan stikes KH yang sedang praktek disini. Saya praktek disini
selama tujuh hari. Nama anda siapa ya? Senangnya dipanggil apa. Oh, jadi
anda senangnya dipanggil Ny. H saja.
b. Evaluasi / Validasi
Neri lihat dari tadi Ny. H menggaruk – garuk kepala, gatal ya?
c. Kontrak
Topik : Bagimana kalau kita berbincang tentang kebersihan diri?
Waktu : Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, Jadi Ny. H
maunya kita ngobrol-ngobrolnya 20 menit.
Tempat : Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. H? Oh, jadi kita
ngobrolnya diruang ini saja.

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)


a. Berapa kali Ny. H mandi dalam sehari? Apakah Ny. H sudah mandi hari ini? Menurut
Ny. H apa kegunaannya mandi ? Apa alasan Ny. H sehingga tidak bisa merawat diri?
Menurut Ny. H apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya?, badan gatal, mulut
bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut
Ny. H yang bisa muncul?” Betul ada kudis, kutu...dsb
b. Menurut Ny. H mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasanya Ny. H
persiapkan? Benar sekali, Ny. H perlu menyiapkan pakain ganti yang bersih, handuk
kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi.
c. Menurut Ny. H tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar mandi,
bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang, Neri akan bantu melakukannya.
Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi yang sudah di kasih
odol kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari atas ke bawah kemudian Ny.
H berkumur kumur dengan air bersih. Bagus sekali Ny. H, sekarang buka pakaian Ny.
H, siram seluruh tubuh Ny. H dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil
shampo sedikit dan gosokkan ke atas kepala Ny. H sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih. Bagus sekali Ny. H, sekarang ambil sabun dan gosokan ke seluruh tubuh Ny. H
secara merata dan di mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram dengan air sampai
bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang menempel. Setelah selesai di siram
dengan air sampai bersih keringkan tubuh Ny. H dengan handuk kering yang sudah
disiapkan. Bagus sekali Ny. H melakukannya. Selanjutnya Ny. H menggunakan
pakaian bersih yang sudah di siapkan.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/ subjektif
Bagaimana perasaan Ny. H setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba Ny. H
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Ny. H lakukan tadi?
Bagus sekali sekarang Ny. H sudah tahu manfaat dan cara mandi yang baik.
2. Evaluasi perawat/ objektif
Ternyata Ny. H masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga kebersihan
diri. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
b. Tindak lanjut klien
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Mau berapa kali sehari
mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore. Kalau pagi jam berapa ?
kalau sore ?? Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdandan..
Waktu : Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 7 pagi setelah Ny.H
melakukan kegiatan mandi
Tempat : Ny. H mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam kamar Ny. H besok
bagaimana?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil memegang rambut yang basah.
Klien terlihat menggunakan pakaian dengan kancing baju yang tidak terpasang. Klien
mengatakan merasa segar setelah mandi.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
c. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk perempuan,
sisiran, cukur untuk pria.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a.Salam terapuetik
Selamat pagi? masih ingat Ny. H dengan saya?
b. Evaluasi / Validasi
Neri lihat dari tadi Ny. H memegang kepala, kenapa Ny. H? Bagaimana perasaan
Ny. H setelah melakukan kegiatan mandi?
c.Kontrak
Topik : Bagimana kalau kita berbincang tentang berhias diri?
Waktu : Mau berapa lama kira-kira kita mengobrolnya? Oke, Jadi Ny. H
maunya kita berbicaranya 20 menit.
Tempat : Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. H? Oh, jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja.
2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)
a. Bagaimana perasaan Ny. H setelah mandi? Apa yang Ny. H lakukan setelah mandi?
Baiklah sekarang kita akan melakukan latihan berdandan
b. Apa Ny. H sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang bersih dan kering.
Berganti pakain yang bersih 2 kali seharai. Sekarang coba Ny. H lakukan mengganti
pakaian. Bagus sekali Ny. H kerja yang bagus. Sekarang setelah menggunakan
pakaian yang baik kita akan latihan berdandan supaya Ny. H tampak rapi dan cantik
c. Kira kira apa alat yang Ny, H butuhkan untuk berdandan? Bagus sekali Ny. H alat
yang dibutuhkan sisir, bedak dan kaca
d. Setelah Ny.H memasang pakaian dengan baik sekarang sisir rambut yang rapi, bagus
Ny. H, sekarang ambil bedak dan bedaki muka Ny. H rata dan tipis. Bagus sekali Ny.
H bisa melakukan dengan baik.
4. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/ subjektif
Bagaimana perasaan Ny. H setelah latihan berdandan?
2. Evaluasi perawat/ objektif
Ny. H terlihat segar dan cantik
b. Tindak lanjut klien
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis Ny. H melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan benar sesuai dengan latihan
kita hari ini. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan cara makan yang
baik dan benar.
Waktu : Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang atau sesuai jadwal
makan Ny. H
Tempat : Siang nanti kita latihan makan yang baik di ruang makan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP-3 Pasien : Defisit Perawatan Diri
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat duduk di salah satu kursi di dekat meja makan Klien terlihat rapi dengan
rambut yang di sisir.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
b. Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
c. Latih cara makan dan minum yang baik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapuetik
Selamat siang Ny. H ? Bagus sekali Ny. H terlihat rapi siang ini,,
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Ny. H siang hari ini?
c. Kontrak
Topik : Bagimana kalau kita latihan cara makan yang baik?
Waktu : Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, Jadi Ny. H maunya
kita ngobrol-ngobrolnya 25 menit.
Tempat : Kita akan latihan cara makan yang baik jadi kita latihan langsung di
ruang makan
2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)
a. Bagaimana menurut Ny. H cara makan yang baik? Bagus Ny. H sebelum kita
makan kita cuci tangan dengan air dan sabun.
b. Setelah mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny. H bias mengambil makanan di
atas meja dengan menggunakan piring.
c. Sebelum makan Ny. H dapat berdoa. Bagus sekarang Ny. H dapat berdoa
sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-pelan, Ya bagus Ny. H sekarang
sudah bisa melakukan menyuap makanan dengan baik dan benar.
d. Setelah makan Ny. H harus membereskan piring dan gelas yang kotor, Setelah di
bereskan sekarang Ny.H dapat mencuci tangan kembali dengan air dan sabun.
Setelah itu keringkan tangan dengan saputangan yang bersih.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/ subjektif
Bagaimana perasaan Ny. H setelah latihan cara makan yang baik?
2. Evaluasi perawat/ objektif
Ny. H terlihat rapi dan bersih.
b. Tindak lanjut klien
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis Ny. H melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan yang baik dan benar
sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa
disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan cara BAK/BAB yang
baik
Waktu : Kalau begitu kita akan latihan cara BAB/BAK besok jam 10 pagi atau
sesuai jadwal kapan Ny. H merasa ingin BAB/BAK
Tempat :Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik di ruangan ini.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP-4 Pasien : Defisit Perawatan Diri
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat duduk di salah satu sisi kamar. klien terlihat rapi dengan rambut yang di
sisir.
2. Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi kegiatan kebersihan dir, berdandan dan makan dan minum. Beri pujian.
b. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik.
c. Latih cara BAB dan BAK yang baik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, BAB dan BAK.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapuetik
Selamat siang Ny. H ? Sudah di lakukan jadwal harian yang telah kita lakukan
kemaren?Bagus sekali Ny. H dapat melakukan secara mandiri semua latihan yang
telah kita lakukan,,
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Ny. H siang hari ini?

c. Kontrak
Topik : Bagimana kalau kita latihan cara BAB/BAK yang baik?
Waktu : kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit, bagamana menurut
Ny. H?
Tempat : Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita latihan langsung
di tempat BAB/BAK

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)


a. Menurut Ny. H dimana kita BAB/BAK yang benar?Benar Ny.H kita BAB/BAK
di ruang tertutup dan ada saluran pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh
BAB/BAK di sembarang tempat.
b. Sekarang coba Ny. H sebutkan bagaiman cara membersihkan/cebok?Bagus Ny.H
cebok itu adalah cara membersihkan bokong atau tempat keluar BAB/BAK
dengan air yang bersih dan jernih.Setelah Ny. H cebok pastikan juga tidak ada
BAB/BAK yang tersisa di WC dengan cara menyirami WC dengan air bersih.
Setelah di pastikan bokong dan WC bersih baru NY. H mencuci tangan dengan
air dan sabun.

4. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/ subjektif
Bagaimana perasaan Ny. H setelah latihan cara BAB/BAK yang baik?
2. Evaluasi perawat/ objektif
Ny. H terlihat tersenyum dan wajah yang segar
b. Tindak lanjut klien
Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. H Sehabis Ny. H melakukan
mandi kemudian melakukan cara berdandan dan cara makan yang baik dan benar, jika
Ny.H merasakan keinginan BAB/BAK Ny.H dapat melakukan latihan yang telah kita
lakukan. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan.

c. Kontrak yang akan datang


Topik : Baiklah Ny. H sekarang kita akhiri pertemuan ini, Kalau Ny.H masih ada
yang ingin ditanyakan/ ada masalah yang ingin dibicarakan boleh kepada
suster lain yang dinas diruangan ini. Suster permisi dulu ya Ny.H
Assalamualaikum.
DAFTAR PUSTAKA

Sinta M. (2017, Maret 22). Academia corporation. Retrieved from academia corporation
web site: http;//www.academia.edu.

Anda mungkin juga menyukai