Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
DI POLI JIWA RSU DR.SAIFUL ANWAR KOTA MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa

OLEH :

FAHRIZAL MUHARRAM

202020461011099

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan
Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan maniak depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk. 2018)
2. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk
(2018), faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.

1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-
obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya
dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.

3. JENIS-JENIS HALUSINASI
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
a. Halusinasi Pendengaran (Audio) 70%
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi
audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di
dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap
lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang
berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.
Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara
suara dua orang atau lebihyang berbicara pada satu sama lain, ia
mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, prilaku
atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20%
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.
Misalnya seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu
mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.
Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti
epilepsi dibandingkan pada gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus,
trauma, tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan

e. Halusinasi sentuhan (Taktil)


Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka
merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau pergeseran
sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami penyerahan
oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam perut.

4. TANDA DAN GEJALA

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat
5. RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan


Persepsi akurat Ilusi pikir/delusi
Emosi konsisten Halusinasi
Reaksi emosi
dengan
berlebihan/kurang Sulit berespon emosi
pengalaman
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak Perilaku
Berhubungan sosial biasa disorganisas
Menarik diri i
Isolasi sosial
Gambar : Rentang respon halusinasi (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk. 2018)
6. TAHAP-TAHAP HALUSINASI
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi, dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu
seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri
sendiri orang lain dan lingkungan. Tahap-tahap halusinasi sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: pasien cemas
sedang.
1. Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
2. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon
verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi
b. Condeming
Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan: pasien cemas
berat.
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang presepsikan.Klien mungkin
merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain
2. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung,
pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan lingkungan
berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman sendiri dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: pasien
cemas berat
1. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja.
d. Conquering
Concuering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
2. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain.
7. POHON MASALAH
PSIKODINAMIKA HALUSINASI
Faktor predisposisi

biologis psikologis sosiocultural

Abnormalitas perkembangan Tipe kepribadian lemah dan tidak kemiskinan, konflik sosial
sistem saraf, lesi daerah frontal, bertanggung jawab berpengaruh budaya (perang,
dopamine neurotransmitter, terhadap kemampuan klien dalam kerusuhan, bencana alam)
factor biokimia. mengambil keputusan yang tepat dan kehidupan yang
bagi masa depan sehingga klien terisolasi disertai stress,
lebih memilih kesenangan sesaat tinggal di ibukota,
dan lari dari alam nyata kea lam penolakan dari lingkungan
hayal.

Stresor presipitasi

sifat Jumlah asal waktu

Bio: memikirkan sesuatu Kuantitas Bio:kelelahan,obat-obatan, Sejak kapan


yang tidak nyata halisinasi delirium, intoksikasi alcohol, terjadi
Psiko: tidak termotivasi muncul pada kesulitan tidur untuk waktu yang halusinasi,
dalam hidup klien lama kapan saja
Sosial: kurang sosialisasi Psiko: cemas yang berlebihan terjadi halusinasi
Spiritual: tidak percaya Sosial:gangguan interaksi sosial
Tuhan Spiritual: hilangnya aktivitas
ibadah, kehampaan hidup

Penilaian terhadap stressor

Penilaian terhadap stressor

kognitif afektif fisiologis perilaku sosial

penurunan fungsi ego Ansietas dari Gangguan curiga, ketakutan, Klien asyik dengan
ringan sampai dalam rasa tidak aman, halusinasinya,
berat, takut, komunikasi gelisah, bingung, seolah-olah ia
sedih dan putaran perilaku merusak merupakan tempat
balik otak, diri, kurang untuk memenuhi
Tekanan perhatian, tidak kebutuhan akan
darah mampu mengambil interaksi sosial,
meningkat, keputusan, bicara kontrol diri dan
Mual, Muntah inkoheren, bicara harga diri yang
sendiri, tidak tidak didapatkan
membedakan yang dalam dunia nyata
nyata dengan yang
tidak nyata..
Mekanisme Koping

Konstruktif Destruktif

Respon Logis Regresi


Respon Akurat Proyeksi
Bercerita dengan Menarik diri
Teman Halusinasi

Respon Logis Regresi


Respon Akurat Proyeksi
Bercerita dengan Menarik diri
Teman Halusinasi
8. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018).
9. MEKANISME KOPING PENDERITA GANGGUAN HALUSINASI
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018):
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara
individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh
atau dipegang
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuasif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya serta reaksi obat yang diberikan.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan.
Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap
keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin
sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara
kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi.
Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin
masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara
penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis
begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara
teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan –
lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang
sekali menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi
6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5
mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping
yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi,
gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu
alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai
dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot
atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah
( 12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam
Pambayun (2015).
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk
menggali potensi keterampilan dirinya
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan.
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018) berisi tentang hal-hal dibawah ini :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi
a) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan,
suka melamun, dan berdiam diri.
b) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran
pasien.
4. Status mental menurut Hartono (2010) :
a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat,
kurang bicara, apatis.
b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah,
rambut acak-acakan.
c) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan
tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya.
d) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)
e) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.

f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak


kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau
waham
h) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir
jarang ditemukan.
i) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan
kenyataan.
j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan
spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat
mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.
l) Tilik diri tak ada yang khas
5. Kebutuhan sehari-hari
Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
D. INTERVENSI
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Halusinasi
SP 1 Pasien:
 Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi

Orientasi :
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang
dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja :
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus D sudah bisa”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?
Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

SP 2 Pasien:
 Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
Orientasi :
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang
dengar suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa. Wassalammualaikum.

SP 1 Keluarga
 Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.

Kerja :
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa
cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi
atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-
hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu
untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya
ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-
suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama
dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak
Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk
punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D”
”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Pak/Bu”
SP HALUSINASI PASIEN DAN KELUARGA

NO SP PASIEN SP KELUARGA
1 Sp 1 Sp 1 keluarga
1. Bina hubungan saling percaya 1. Memberikan pendidikan
dengan pasien kesehatan pada keluarga
2. Membantu pasien menyadari mengenai masalah pengertian
gangguan sensori persepsi halusinasi,
halusinasi. 2. jenis halusinasi yang dialami
3. Melatih pasien cara mengontrol pasien,
halusinasi. 3. tanda dan gejala halusinasi dan
4. Mengidentifikasi halusinasi : 4. cara-cara merawat pasien
isi, frekuensi, ibuaktu terjadi, halusinasi.
situasi pencetus, perasaan,
respon
5. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: menghardik, minum
obat, bercakap- cakap,
melakukan kegiatan
6. Melatih klien cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
7. Melatih klien memasukkan
latihan menghardik dalam
jadibual kegiatan harian klien
2 Sp 2 Sp 2 keluarga
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga praktek merawat
pasien pasien langsung dihadapan pasien
2. Jelaskan pentingnya 2. Berikan kesempatan kepada
penggunaan obat pada keluarga untuk memperagakan
gangguan jiwa. cara merawat pasien dengan
3. Jelaskan akibat bila obat tidak halusinasi langsung dihadapan
digunakan sesuai program. pasien.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan cara mendapatkan
obat.
6. Jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar
(benar obat, benar pasien, benar
cara, benar ibuaktu, benar dosis
dan kontinuitas.
3 Sp 3 Sp 3
1. Evaluasi ke jadwal harian 1. Membantu keluarga membuat
2. Melatih pasien mengendalikan jadual aktivitas di rumah termasuk
halusinasi dengan cara minum obat  (discharge planning)
bercakap-cakap dengan orang 2. Menjelaskan  follow up pasien
lain. setelah pulang
3. Menganjurkan kepada klien
agar memasukan kegiatan ke
jadwal kegiatan harian klien.
4 Sp 4
1. Evaluasi jadwal kegiatan
harian.
2. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
3. Menganjurkan klien
memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan sehari-hari klien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan
Halusinasi. E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI HALUSINASI
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL
HALUSINASI.
SP 1 KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, ibuaktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadibual kegiatan harian
klien

B.     Strategi Komunikasi.


1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya Refiazka
Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari Poltekkes Kemenkes Padang. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan
merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya ibu
dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi :
Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
c. Kontrak :
Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara yang
mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara tersebut, Apakah ibuk
Rahmi bersedia? Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau
20 menit? Ibu mau berbincang-bincang dimana? baiklah buk kita akan
berbincang-bincang disini
1. Fase Kerja .
Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya ibu
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang
dikatakan oleh suara yang ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus menerus
atau sewaktu- waktu? Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu? Berapa
kali dalam sehari ibu mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri? Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu?
Bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang
ibu lakukan? jika saya mendengar suara itu, saya langsuang menutup telinga saya
dengan bantal dan kadang saya berteriak agar suara itu diam. Apakah dengan cara
tersebut suara-suara itu hilang? Baiklah bu, apa yang alami itu namanya
Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami
yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas. Hari
ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya
akan mempraktekan dahulu, baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah
saya lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga ibu.
seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.
2. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap? Baiklah bu,
Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita pelajari
bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau
dengar kamu suara palsu”
b. Tindakan Lanjut
Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3 kali
sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal
kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara
mandiri maka ibu menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu
atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk
tidak melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?
c. Kontrak yang akan datang :
Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua
yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah ibu
bersedia? Ibuk maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ? Ibuk
maunya dimana kita berbincang-bincang? Baiklah buk Rahmi besok saya akan
kesini jam 09:00 ya buk. Saya permisi ya buk. Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum
obat.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.
A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya? Bagaimana perasaan buk
Rahmi hari ini?
b. Evaluasi/validasi.
Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu? Apakah ibu telah
melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin? Apakah dengan menghardik
suara-suara yang ibu dengar berkurang? Sekarang coba ibu praktekkan pada saya
bagaimana ibu melakukannya. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk,
bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan menghardik secara
mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan oleh keluarga.
c. Kontrak.
Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum obat
yang benar, apakah ibuk bersedia? Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit? ibuk mau berbincang-bincang dimana?
2. Fase Kerja.
Ibuk sudah dapat obat dari Perawat? Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur
agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya
supaya tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang warnanya
putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang
warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya untuk menghilangkan suara-
suara yang ibuk dengar. Semuanya ini harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk
membantu mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada
Perawat. Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibuk sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya buk. Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat lihat dulu
label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibuk yang tertulis
disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau
dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan
cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara teratur dan tidak
menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan
waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi jadwalnya adalah jika
ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau teman maka di isi
dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum obatnya diingatkan oleh Perawat
atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya
maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti bu? coba ibuk ulangi kembali
cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba ibu sebutkan?
b. Tindakan lanjut
Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang telah
kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua dengan teratur ya ibuk
c. Kontrak yang akan datang.
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat manfaat minum obat dan
berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain. apakah buk Rahmi bersedia? Karena besok saya dinas siang
dari pukul 14.00- 21.00 Wib, jadi kita latihan sore saja ya buk. Kira- kira ibuk
siang jam berapa ibuk bisa? baiklah buk. Kita akan bertemu jam 15.00 disini ya
buk. Saya permisi dulu ya buk. Assalammualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
       Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
harian klien.
B.     Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi buk Rahmi
b. Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah suara-suara masih muncul?
Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian ibuk? Ya bagus, ibu sudah minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00
dan 19:00 dan latihan menghardik suara-suara juga dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
ibuk dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari.
c. Kontrak.
Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga dari
empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia? Berapa lama ibu mau berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 20 menit, Buk? ibuk mau berbincang-bincang dimana?
2. Fase Kerja.
Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja ibu cari
teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk berbicara dengan ibu.
Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan saya, saya mulai mendengar
suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau Ibuk minta pada perawat untuk
berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya
mulai mendengar suara-suara. Sekarang coba ibu praktekkan !
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-
suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk
mengontrol suara-suara?
b. RTL :
berapa kali ibuk akan bercakap-cakap. Jam berapa saja ibuk? jam 08:00 dan
19:00. Jangan lupa ibuk lakukan cara yang ketiga agar suara-suara yang ibuk
dengarkan tidak mengganggu ibuk lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang manfaat bercakap-cakap
dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-suara yang ibuk dengar
dengan cara melakukan kegiatan aktivitas fisik, apakah buk Rahmi bersedia?
besok saya masih dinas seperti sekarang. Kira kira ibuk bisa jam berapa? Baiklah
buk, saya akan datang besok jam 17.00 di ruangan ini ya buk. Saya permisi dulu.
Assalammualaikum wr. Wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-HARI.


Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 4/ gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :
Nama Klien :
A.    Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari
klien.
B.     Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya boleh duduk buk? Ibu masih
ingat dengan saya?
b. Evaluasi validasi.
Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada mendengar suara-
suara? Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya? Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara tadi
suara-suara yang ibu dengarkan berkurang? Coba sekarang ibuk praktekkan lagi
bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan jelaskan
kembali pada saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan siapa ibu bisa
bercakap-cakap?
c. Kontrak.
Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang muncul
yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya kalau ibuk
sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan berkurang. Apakah ibuk
bersedia? Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20
menit?
2. Fase Kerja.
Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk dapat
mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu? (di kamar) Baiklah
buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk ya. Kalau kita akan merapikan
tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu kita pasang
sepraynya lagi, kita mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik dan
masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan
dibagian atas kepala. Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakan
dibawah kaki.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur apakah selama
kegiatan berlangsung suara-suara itu datang? Apakah ibuk bisa menjelaskan
kembali langkah-langkah merapikan tempat tidur?
b. RTL :
Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. Kontrak yang akan datang
Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-suara yang
ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar suara- suara itu tidak
mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk? Apakah ibu mengerti? Baiklah buk,saya
akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah ibuk melakukan keempat
kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi dulu ya buk. Assalammualaikum wr wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 KELUARGA : PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG PENGERTIAN HALUSINASI, JENIS HALUSINASI YANG DIALAMI
PASIEN, TANDA DAN GEJALA HALUSINASI DAN CARA-CARA MERAWAT
PASIEN HALUSINASI.

a. Orientasi
Assalammualaikum Buk!”“Saya Refi, perawat yang merawat Kakak Ibuk.
Bagaimana perasaan ibuk hari ini? Apa pendapat ibuk tentang kondisi Adik Ibu?
Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk alami dan
bantuan apa yang bisa ibuk berikan.Kita mau diskusi di mana, Buk? Bagaimana
kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20
menit, Buk?
b. Kerja
Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk? Apa yang ibuk lakukan saat
melihat kakak ibuk berteriak-teriak? Gejala yang dialami oleh kakak itu
dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya. Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-
marah tanpa sebab Jadi kalau kakak ibuk mengatakan mendengar suara-suara,
sebenarnya suara itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya
dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan
kakak ibuk, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja ibuk
percaya bahwa kakak ibuk tersebut memang mendengar suara, tetapi ibuk sendiri
tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan kakak ibuk melamun dan sendiri,
karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau
bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama,
sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih kakak ibuk untuk
membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk pantau pelaksanaannya ya dan
berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini apakah ibuk sudah mengerti?
Apakah ada yang ingin ibuk tanyakan? Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat
secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat
ini, saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat secara teratur. Jadi
adik dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X sehari
pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP
gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru
namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan
CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila
ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk dengan
cara menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak ibuk menghardik
suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
Bagaimana buk? Apakah sudah paham? Sekarang, mari kita latihan memutus
halusinasi kakak ibuk. Sambil menepuk punggung kakak ibuk, contoh : Buk,
sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara
itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara
itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk. Sekarang coba ibuk
praktekkan cara yang barusan saya ajarkan. Ibuk sudah bisa mempraktekkan
yang saya ajarkan
c. Terminasi:
Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi kakak ibuk? Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat
kakak ibuk? Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Jam berapa kita
bertemu? Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya buk. Saya permisi
dulu .Assalamu’alaikum wr wb
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 KELUARGA : MELATIH KELUARGA
PRAKTEK MERAWAT PASIEN LANGSUNG DIHADAPAN PASIEN. BERIKAN
KESEMPATAN KEPADA KELUARGA UNTUK MEMPERAGAKAN CARA
MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI LANGSUNG DIHADAPAN PASIEN.
1) Orientasi:
Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini? Apakah ibuk masih ingat
bagaimana cara memutus halusinasi kakak ibuk yang sedang mengalami
halusinasi? Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk. Mari
kita datangi kakak ibuk
2) Kerja
Assalamu’alaikum buk, adik ibuk sangat ingin membantu ibuk mengendalikan
suara-suara yang sering ibuk dengar. Untuk itu pagi ini adik ibuk datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang ibuk dengar. Ibuk nanti kalau
sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka adik ibuk
akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibuk peragakan cara memutus
halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya.
Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak ibuk mengusir suara dengan
menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (perawat mengobservasi apa
yang dilakukan keluarga terhadap pasien) Bagus sekali!Bagaimana buk? Senang
dibantu adiknya buk? Nah adik ibuk ingin melihat jadwal harian ibu. Baiklah,
sekarang saya dan adik ibuk ke ruang perawat dulu (perawat dan keluarga pasien
meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
3) Terminasi
Bagaimana perasaan ibuk setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan kakak ibuk? Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini
ya Buk.Ibuk dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.
Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian kakak ibuk untuk persiapan di rumah. Jam berapa ibuk bisa
datang? Tempatnya di sini ya, Buk. Saya permisi dulu ya pak.
Assalammualaikum wr wb

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 KELUARGA : MEMBUAT PERENCANAAN


PULANG BERSAMA KELUARGA

1) Orientasi
Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang, maka sesuai
janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibuk selama dirumah.
Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
kakak ibuk? Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita
duduk di ruang perawat! Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit. Jadwal ini
dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah dilakukan di rumah.
Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Buk, jadwal yang
telah dibuat selama kakak ibuk di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan
lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh kakak ibuk selama di rumah.
Misalnya kalau kakak ibuk terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi perawat di Puskesmas terdekat dari rumah ibuk. Selanjutnya perawat
tersebut yang akan membantu memantau perkembangan kakak ibuk selama di
rumah
2) Terminasi
Bagaimana Adik? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibuk sebutkan cara-cara
merawat kakak ibuk di rumah! Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya
silakan ibuk menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan
kakak ibuk untuk pulang

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada Pasien Halusinasi

SP 1 Pasien:
 Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi

Orientasi :
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang
dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja :
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus D sudah bisa”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar
dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?
Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

SP 2 Pasien:
 Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
Orientasi :
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-
suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau
ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang
dengar suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa. Wassalammualaikum.

SP 1 Keluarga
 Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.

Kerja :
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa
cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi
atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-
hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu
untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya
ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-
suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama
dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah anak
Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk
punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D”
”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Pak/Bu”

Anda mungkin juga menyukai