Anda di halaman 1dari 46

SIKLUS PROFESI

KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

OLEH:
LAILA SAADAH
2241312064

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan
Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan maniak depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi
yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk. 2018)
2. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk
(2018), faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya
dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.

3. Jenis-Jenis Halusinasi
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
a. Halusinasi Pendengaran (Audio) 70%
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari
bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada
stimulus pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi
audio pada penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di
dalam kepala maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap
lebih parah ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang
berupa suara wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab.
Pada penderita skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara
suara dua orang atau lebihyang berbicara pada satu sama lain, ia
mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, prilaku
atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20%
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.
Misalnya seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya
pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu
mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.
Jenis halusinasi ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti
epilepsi dibandingkan pada gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus,
trauma, tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu pada saat seseorang mengalami perasaan tubuh mereka
merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi atau pergeseran
sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami penyerahan
oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam perut.

4. Tanda Dan Gejala

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacau terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat
5. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiranGangguan


Persepsi Ilusi pikir/delusi
akurat Halusinasi
Reaksi emosi
Emosi konsisten
berlebihan/kuranSulit berespon
dengan
g emosi
pengalaman
Perilaku sesuai Perilaku Perilaku
Berhubungan aneh/tidak biasadisorganisa
sosial Menarik diri si
Isolasi
Gambar : Rentang respon halusinasi (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
sosial
dkk. 2018)
6. Tahap-Tahap Halusinasi
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi, dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu
seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri
sendiri orang lain dan lingkungan. Tahap-tahap halusinasi sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Sleep disorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi.
1. Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah, ingin
menghindar dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah.
2. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus
sehingga terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal
sebagai pemecah masalah
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: pasien cemas
sedang.
1. Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan cemas.
2. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat respon
verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi
c. Condeming
Condeming adalah tahap halusinasi menjadi menjijikan: pasien cemas
berat.
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang presepsikan.Klien mungkin
merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri
dari orang lain
2. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem syaraf
otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut jantung,
pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan lingkungan
berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman sendiri dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
d. Controling
Controling adalah tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: pasien
cemas berat
1. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.
2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit
berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja.
e. Conquering
Concuering adalah tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur
dalam halusinasi
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
2. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain.

7. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial (menarik diri)

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
8. Akibat Yang Ditimbulkan
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018).
9. Mekanisme Koping Penderita Gangguan Halusinasi
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor: pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. With Drawal : Menarik diri dan klien sudah asik dengan pelaman
internalnya
b. Proyeksi : Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan
c. Regresi : Terjadi dalam hubungan sehari hari untuk memproses masalah
dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara (Wahyudi, Oktaviani,
Dianesti dkk. 2018):
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara
individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh
atau dipegang
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya
secara persuasif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya serta reaksi obat yang diberikan.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana
penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan
kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan.
Pertama keluarga adalah sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap
keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin
sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara
kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi.
Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin
masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara
penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis
begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara
teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan –
lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang
sekali menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi
6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5
mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping
yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi,
gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu
alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai
dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot
atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (
12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam
Pambayun (2015).
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk
menggali potensi keterampilan dirinya
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan
keperawatan.
B. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018) berisi tentang hal-hal dibawah ini :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi
a) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan,
suka melamun, dan berdiam diri.
b) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran
pasien.

4. Status mental menurut Hartono (2010) :


a) Pembicaraan klien meliputi nada suara rendah, lambat,
kurang bicara, apatis.
b) Penampilan diri meliputi pasien tampak lesu, tak bergairah,
rambut acak-acakan.
c) Aktivitas motorik klien meliputi kegiatan yang dilakukan
tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada
satu posisi yang dibuatnya.
d) Emosi klien berupa emosi dangkal (mudah tersinggung)
e) Afek pada klien meliputi dangkal, tak ada ekspresi wajah.

f) Interaksi selama wawancara klien meliputi cenderung tidak


kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g) Persepsi klien meliputi tidak terdapat halusinasi atau
waham
h) Proses berpikir klien meliputi gangguan proses berpikir
jarang ditemukan.
i) Kesadaran pada klien dapat berubah, tidak sesuai dengan
kenyataan.
j) Memori atau ingatan pada klien tidak ditemukan gangguan
spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
k) Kemampuan penilaian kien dapat berupa tidak dapat
mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.
l) Tilik diri tak ada yang khas
5. Kebutuhan sehari-hari
Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur
C. Masalah Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
D. Intervensi
SP HALUSINASI PASIEN DAN KELUARGA
NO SP PASIEN SP KELUARGA
1 Sp 1 Sp 1 keluarga
1. Bina hubungan saling percaya 1. Memberikan pendidikan kesehatan
dengan pasien pada keluarga mengenai masalah
2. Membantu pasien menyadari pengertian halusinasi,
gangguan sensori persepsi 2. Jenis halusinasi yang dialami pasien,
halusinasi. 3. Tanda dan gejala halusinasi dan
3. Melatih pasien cara mengontrol 4. Cara-cara merawat pasien
halusinasi. halusinasi.
4. Mengidentifikasi halusinasi : isi,
frekuensi, ibuaktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon
5. Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: menghardik, minum
obat, bercakap- cakap, melakukan
kegiatan
6. Melatih klien cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
7. Melatih klien memasukkan latihan
menghardik dalam jadibual
kegiatan harian klien
2 Sp 2 Sp 2 keluarga
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga praktek merawat
pasien pasien langsung dihadapan pasien
2. Jelaskan pentingnya penggunaan 2. Berikan kesempatan kepada
obat pada gangguan jiwa. keluarga untuk memperagakan cara
3. Jelaskan akibat bila obat tidak merawat pasien dengan halusinasi
digunakan sesuai program. langsung dihadapan pasien.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan cara mendapatkan obat.
6. Jelaskan cara menggunakan obat
dengan prinsip 6 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara,
benar ibuaktu, benar dosis dan
kontinuitas.
3 Sp 3 Sp 3
1. Evaluasi ke jadwal harian 1. Membantu keluarga membuat jadual
2. Melatih pasien mengendalikan aktivitas di rumah termasuk minum
halusinasi dengan cara bercakap- obat (discharge planning)
cakap dengan orang lain. 2. Menjelaskan follow up pasien
3. Menganjurkan kepada klien agar setelah pulang
memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan harian klien.
4 Sp 4
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu klien
lakukan.
3. Menganjurkan klien memasukan
kegiatan ke jadwal kegiatan
sehari-hari klien.

Diagnosa 1: Gangguan persepsi sensori: halusinasi


Tum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
 Menyapa dengan ramah klien
 mempererkenalkan diri dengan sopan
 Bertanya nama lengkap klien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
Tuk 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Intervensi :
 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (* dengar /lihat
/penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi:
o Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap )
o Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya
o Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
o Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
o Katakan bahwa perawat akan membantu klien
 Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
o Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau
sering dan kadang – kadang )
o Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

 Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.

 Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati


halusinasinya

Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi


Intervensi :
 Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)

 Diskusikan cara yang digunakan klien,

 Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.

 Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut


 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :

 Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/ lihat/
penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)

 Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan


tentang halusinasinya.

 Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari yang telah di susun.

 Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.

 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.

 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian

 Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi


persepsi

Tuk 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi


Intervensi :
 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)
 Pengertian halusinasi
 Tanda dan gejala halusinasi
 Proses terjadinya halusinasi
 Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
 Obat- obatan halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau obat – obatan
dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah
Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama ,
warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
 Pantau klien saat penggunaan obat
 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .

Diagnosa 2: Isolasi sosial


Tum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tuk 1 :klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
 Beri salam terapeutik
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi

 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

 Buat kontak interaksi yang jelas

Tuk 2 : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
 Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
yang menyebabkan klien tidak mau bergaul.
 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
Tuk 3 : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
 Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman
 Memberi kesempatan klien untuk berinteraksi dengan orang lain

 Mendiskusikan dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang


lain
 Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berinteraksi dengan orang lain tentan kerugian apabila tidak
 Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan orang lain
Tuk 4 : Klien Dapat Melaksanakan Interaksi Sosial secara bertahap.
Intervensi :
 Mengkaji kemapuan klien membina hubungan dengan orang lain
 Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain
 Mendorong klien untuk berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian klien terhadap keberhasilan yang telah dicapai
 Membantu klien mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial
 Mendiskusikan jadwal harian dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain
Tuk 5 :Klien Dapat Mengungkapkan Perasaannya setelah berinteraksi dengan
orang lain.
Intervensi :
 Mendorong klien mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan
orang lain
 Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya setelah
berinteraksi dengan orang lain
 Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan
berinteraksi dengan orang lain

Tuk 6 : Klien dapat menggunakan system pendukung atau keluarga.


Intervensi :
 Membina hubungan saling percaya kepada keluarga
 Mendiskusikan tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Penebab perilaku menarik diri
c. Akibat yang terjadi apabila perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi perilaku menarik diri
e. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
klien dalam berkomunikasi dengan orang lain

Tuk 7 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Intervensi :
 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat

 Pantau klien saat penggunaan obat

 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter

Diagnosa 3: Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah


Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan mampu
meningkatkan harga dirinya.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Bersalaman panggil nama
 Menyebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Menjelaskan maksud hubungan interaksi
 Menjelaskan kontrak yang akan dibahas
 Melakukan kontak singkat tapi sering

Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
 Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Setiap bertemu hindarkan diri memberi penilaian negatif
 Mengutamakan memberi pujian positif

Tuk 3 :Kklien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.


Intervensi :
 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dimiliki dapat
digunakan sebelum sakit
 Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
Tuk 4 :Klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
 Mengingatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Memberi contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
Tuk 5 :Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi klien dan kemampuannya.
Intervensi :
 Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
 Memberi kesempatan pada klien untuk melakukan kegiatan yang
direncanakan.
 Memberi pujian atas keberhasilan klien

Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Intervensi :
 Mendiskusikan mengenai tanda-tanda harga diri rendah
 Menganjurkan keluarga klien mengenal tanda-tanda dan cara menghargai
klien
 Keluarga tidak membedakan dengan anggota keluarga yang lain
Diagnosa 4: Gangguan konsep diri: Resiko perilaku kekerasan
Tum :Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
 Beri salam setiap berinteraksi.
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
Intervensi :
 Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
 Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
klien
Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
 Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi
 Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat
terjadi perilaku kekerasan
 Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda
sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
Tuk 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
Intervensi :
 Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya.
 Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut
terjadi
 Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang
dialami teratasi
Tuk 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada:
 Diri sendiri
 Orang lain/keluarga
 Lingkungan
Tuk 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan
Intervensi :
 Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat
 Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
 Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
 Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.
 Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
 Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya
masing-masing
Tuk 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
 Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang
mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
 Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
 Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
 Jelaskan manfaat cara tersebut
 Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
 Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel
Tuk 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

Intervensi :
 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk
perilaku kekerasan.

 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku


kekerasan
 Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku
kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.
 Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
 Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
 Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.

Tuk 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan

Intervensi :

 Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
 Jelaskan kepada klien:
 Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
 Dosis yang tepat untuk klien
 Waktu pemakaian
 Cara pemakaian
 Efek yang akan dirasakan klien
 Anjurkan klien:
 Minta dan menggunakan obat tepat waktu
 Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
 Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan Halusinasi.
E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi
Lampiran 1

FORMAT PENGKAJIAN JIWA

IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. S
2. Umur : 34 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Kawin
5. Orang yang berarti : suami/istri/anak/ibu
6. Pekerjaan : TNI/Polisi/PNS/Swasta = IRT
7. Pendidikan : Terakhir S1
8. Tanggal masuk : -
9. Tanggal pengkajian : 8/11/2022
10. Diagnosis medik : Skizofrenia
Keluhan Utama Klien dan Keluarga: Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara,
suara tersebut seolah-olah nyata dan jelas padahal klien sadar itu tidak ada
Faktor predisposisi:
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

b. Pengobatan sebelumnya

c. Riwayat Penganiayaan
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Jelaskan : Sekitar 4 tahun yang lalu pisah dengan suami (pisah rumah sampai
sekarang), namun berlum bercerai. Pernah dirawat di RS HB Saanin 2x selama
masing-masing 1 minggu. Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
dengan pengobatan berhasil karena klien teratur minum obat, namun penyakit yang
diderita kambuh kembali dikarenakan pasien pernah terlambat minum obat. Namun
dalam 2 bulan terakhir pasien merasa benar-benar tidak mendengar suara-suara
tersebut lagi.
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?

Hubungan keluarga : Ayah kandung


Gejala :
Riwayat pengobatan : dilepaskan dijalanan saja
Masalah keperawatan : -
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Jelaskan : Pasien mengatakan sering bertengkar dengan suaminya sehingga pasien
diceraikan oleh suaminya, namun sekarang pisah rumah belum cerai resmi dari sidang
pengadilan
Fisik.
a. Tanda vital :
TD: 110/80 mmHg Nadi: 92x/menit Suhu: 36,5 °C Pernafasan: 20x/menit
b. Ukur : TB : 150cm
c. Keluhan fisik :

Jelaskan : Pasien mengatakan kadang-kadang merasakan pusing, pusing tersebut


membawanya ke halusinasi misalnya pasien mengatakan seolah-olah sudah pernah
melihat isi langit sampai langit ke 7.
Masalah keperawatan : Vertigo

Genogram

ke
Keterangan :
k
: meninggal

: perempuan

: laki-laki
: pasien
Jelaskan : Ny.S merupakan pasien yang saat ini tinggal bersama keluarganya (Ibu). Status
Ny. S masih nikah dengan memiliki 2 orang anak, 1 orang anak bersama Ny.S dan 1
orang lagi bersama suami. Pasien mengatakan ada 2 kemungkinan penyebab yang
dirasakan yaitu keturunan (dari ayah, sudah meninggal), yang lainnya adalah sejak
pertama kali mengenal laki-laki sejak saat itu pasien mulai mendegar suara-suara aneh
seakan-akan memanggilnya dan drop.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan bagian tubuh yang disukai adalah seluruh
anggota tubuhnya, tidak ada anggota tubuhnya yang tidak disukai, klien tidak mengalami
kelainan fisik.
b. Identitas : Pasien memiliki 2 orang anak, 1 orang bersama pasien dan 1 orang lagi
bersama suami.
c. Peran : Pasien mengatakan saat dirumah sebagai ibu rumah tangga yang selalu
membantu dirumah.
d. Ideal diri : Pasien berharap ingin cepat sembuh
e. Harga diri : Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling
menghargai satu sama lain, namun dari dulu pasien suka sendiri.
Hubungan sosial.
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup pasien
adalah anak.
b. Peran serta dalam kelompok : Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di
masyarakat karena selalu tinggal dirumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Pasien jarang berinteraksi dengan
tetangga maupun orang sekitar rumah.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
Spritual.
a. Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah : Pasien mengatakan jarang menjalankan sholat 5 waktu
Status mental.
a. Penampilan.
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
b. Pembicaraan

Tidak mampu memulai pembicaraan


Jelaskan :

Masalah keperawatan :
c. Aktivitas Motorik

Jelaskan :

Masalah keperawatan :
d. Interaksi selama wawancara

Mu Curiga
Jelaskan :

Masalah keperawatan :
e. Alam Perasaan

Jelaskan :

Masalah keperawatan :
f. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang di derita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : -
Masalah keperawatan : -
Analisis Data
No Data Masalah
Data subjektif: pasien mengatakan sering mendengar
1 Gangguan persepsi sensori:
suara-suara yang tidak nyata mengajak dia berbicara,
halusinasi pendengaran
suaranya jelas dan dari orang yang dikenal. Suara
bisikan tersebut membuat pasien merasa nyaman
sehingga terhanyut dalam percakapan yang tidak
nyata.

Data objektif: interaksi selama wawancara pasien


memiliki kontak mata yang kuat, tampak tenang
karena pasien mengatakan baru 2 bulan ini jarang
berhalusinasi
Data subjektif: pasien mengatakan jarang berinteraksi
2 Isolasi sosial b.d perubahan
dengan tetangga atau orang sekitar, lebih nyaman
status mental
sendiri

Data objektif: pasien terlihat sering bermain


handphone walaupun ada orang disekitarnya
3 Data subjektif: klien mengatakan ia merasa sedih Harga diri rendah
karena sudah 3 bulan ini belum mendapatkan
pekerjaan

Data objektif: klien sesekali sering memutus kontak


mata

Pohon Masalah

Harga Diri Rendah (akibat)

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaraan (core problem)

Gangguan Interaksi Sosial: Menarik Diri (Isolasi Sosial) (penyebab)


Rencana Keperawatan
Tgl/Hari No. Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Dx Keperawata SLKI SIKI
n
Selasa 1 Gangguan Setelah dilakukanManajemen halusinasi
8/11/2022 persepsi tindakan keperawatan Observasi:
sensori b.d selama 1x24 jam 1. Monitor perilaku
gangguan diharapkan persepsi yang mengindikasi
pendengaran sensori membaik dengan halusinasi
kriteria hasil: 2. Monitor isi
- Verbalisasi halusinasi
mendengar Terapeutik:
bisikan dari 1. Pertahankan
menurun menjadi lingkungan yang
meningkat aman
- Perilaku 2. Diskusikan
halusinasi perasaan dan respon
meningkat terhadap halusinasi
- Menarik diri Edukasi:
meningkat 1. Anjurkan
- Konsentrasi memonitor sendiri
membaik situasi terjadinya
halusinasi
2. Anjurkan bicara
pada orang yang
dipercaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
3. Anjurkan
melakukan distraksi
4. Anjurkan pasien
dan keluarga cara
mengontrol
halusinasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan
pemberian obat anti
psikotik dan anti
ansietas, jika perlu

Rabu 2 Isolasi sosial Setelah dilakukan Promosi sosialisasi


9/11/2022 b.d perubahan tindakan keperawatan Observasi:
status mental selama 1x24 jam 1. Identifikasi
diharapkan keterlibatan kemampuan
sosial meningkat melakukan interaksi
dengan kriteria hasil: dengan orang lain
- Minat 2. Identifikasi hambatan
berinteraksi melakukan interaksi
menjadi dengan orang lain
meningkat Terapeutik:
- Minat terhadap 1. Motivasi
aktivitas meningkatkan
meningkat keterlibatan dalam
- Perilaku menarik suatu hubungan
diri menurun 2. Motivasi berpartisipasi
dalam aktivitas baru
dan kegiatan
kelompok
3. Motivasi berinteraksi
di luar lingkungan
Edukasi:
1. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain
secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
4. Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
5. Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi

Kamis 3 Harga diri Setelah dilakukan Promosi harga diri


10/11/2022 rendah kronis tindakan keperawatan Observasi:
selama 4x24 jam, di 1. Monitor verbalisasi
harapkan harga diri yang merendahkan diri
meningkat dengan sendiri
kriteria hasil: 2. Monitor tingkat harga
- Penilaian diri diri setiap waktu,
positif meningkat sesuai kebutuhan
- Minat mencoba Terapeutik:
hal baru 1. Motivasi terlibat
meningkat dalam verbalisasi
- Kemampuan positif untuk diri
membuat sendiri
keputusan 2. Motivasi menerima
meningkat tantangan dan hal baru
- Perasaan malu 3. Diskusikan
menurun pengalaman yang
- Perasaan bersalah meningkatkan harga
menurun diri
- Perasaan tidak 4. Diskusikan persepsi
mampu negatif diri
melakukan 5. Diskusikan bersama
apapun menurun keluarga untuk
menetapkan harapan
dan batasan yang jelas
Edukasi:
1. Jelaskan kepada
keluarga pentingnya
dukungan dalam
perkembangan konsep
positif diri pasien
2. Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
3. Latih cara berpikir dan
berperilaku positif
Implementasi Keperawatan
HARI/TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Rabu/9 November Halusinasi pendengaran SP 1 Halusinasi S:
2022 1. Identifikasi halusinasi: isi, - Klien mengatakan
frekuensi, waktu terjadi, situasi sudah mampu
pencetus, perasaan, respon menghardik dengan
2. Jelaskan cara mengontrol cara menutup telinga
halusinasi: hardik, obat, bercakap- sambil mengatakan
cakap, melakukan kegiatan pergi pergi saya tidak
3. Latih cara mengontrol halusinasi mau dengar kamu suara
dengan menghardik palsu
4. Masukkan pada jadwal kegiatan O:
untuk latihan menghardik - Klien kooperatif, klien
tampak menutup
telinga saat menghardik
halusinasi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Memberikan SP 2 Halusinasi

SP 2 Halusinasi S:
1. Evaluasi kegiatan menghardik. - Klien mengatakan
Beri pujian sudah mampu
2. Latih cara mengontrol halusinasi menghardik halusinasi
dengan obat (jelaskna 6 - Klien mengatakan saat
benar:jenis, guna, dosis, halusinasinya mulai
frekuensi, cara, kontinuitas timbul, klien segera
minum obat) meminum obatnya
3. Masukkan pada jadwal kegiatan O:
untuk latihan menghardik dan - Klien tampak mampu
minum obat mengontrol halusinasi
dengan minum obat 6
benar
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Memberikan SP 3 Halusinasi

SP 3 Halusinasi S:
1. Evaluasi kegiatan latihan - Klien mengatakan
menghardik dan minum obat. Beri sudah mampu
pujian mengontrol
2. Latih cara mengontrol halusinasi halusinasinya
dengan bercakap-cakap saat - Klien mencari teman
terjadi halusinasi untuk bercakap-cakap
3. Masukkan pada jadwal kegiatan atau berbincang-
untuk latihan menghardik, minum bincang dengan
obat, dan bercakap-cakap keluarga di rumah
O:
- Klien tampak dapat
mengontrol halusinasi
dengan benar
- Klien nampak
bercakap-cakap dengan
tetangga dan juga
anggota keluarga yang
lain
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Memberikan SP 4 Halusinasi

SP 4 Halusinasi S:
1. Evaluasi kegiatan latihan - Klien mengatakan
menghardik, obat, dan bercakap- sudah mampu
cakap. Beri pujian mengontrol halusinasi
2. Latih cara mengontrol halusinasi - Klien mengatakan
dengan melakukan kegiatan dapat mengontrol
harian(mulai 2 kegiatan) halusinasi dengan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan melakukan kegiatan
untuk latihan menghardik, minum harian
obat, bercakap-cakap, dan O:
kegiatan harian - Klien tampak sudah
mampu mengontrol
halusinasi
- Klien mampu
melakukan kegiatan
yaitu memasak dan
menyapu rumah dan
halaman rumah
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi selesai
Kamis/10 November Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S:
2022 1. Identifikasi penyebab isolasi - Klien mengatakan tidak
sosial: siapa yang serumah, siapa mau berkenalan dengan
yang dekat, yang tidak dekat, dan orang lain
apa sebabnya - Klien mengatakan
2. Keuntungan punya teman dan masih suka sendiri dan
bercakap-cakap lebih nyaman sendiri
3. Kerugian tidak punya teman dan O:
tidak bercakap-cakap - Klien tampak
4. Latih cara berkenalan dengan menyendiri
pasien dan perawat atau tamu - Klien nampak tidak
5. Masukkan pada jadwal kegiatan bergaul dengan
untuk latihan berkenalan tetangga/orang di
sekitarnya
A:
Masalah belum teratasi
P:
Memberikan SP 2 Isolasi
sosial

SP 2 Isolasi sosial S:
1. Evaluasi kegiatan berkenalan - Klien mengatakan
(beberapa orang). Beri pujian sudah bisa berinteraksi
2. Latih cara berbicara saat dengan orang lain
melakukan kegiatan (latih 2 O:
kegiatan) - Klien nampak sudah
3. Masukkan pada jadwal kegiatan bisa berkenalan dengan
untuk latihan berkenalan 2-3 1 orang
orang pasien, perawat, dan tamu, A:
berbicara saat melakukan kegiatan Masalah teratasi sebagian
harian P:
Memberikan SP 3 Isolasi
sosial

SP 3 Isolasi sosial S:
1. Evaluasi kegiatan latihan - Klien mengatakan
berkenalan (berapa orang) dan sudah bisa berkenalan
bicara saat melakukan dua - Klien sudah dapat
kegiatan harian. Beri pujian mempraktekkan
2. Latih cara berbicara saat berkenalan dengan 1
melakukan kegiatan harian (2 orang
kegiatan baru) O:
3. Masukkan pada jadwal kegiatan - Klien sudah bisa
untuk latihan berkenalan 4-5 berkenalan dengan 1
orang, berbicara saat melakukan 4 orang
kegiatan harian - Klien sudah bisa
menyebutkan
keuntungan berinteraksi
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Memberikan SP 4 Isolasi
sosial

SP 4 Isolasi sosial S:
1. Evaluasi kegiatan latihan - Klien sudah bisa
berkenala, bicara saat melakukan berkenalan dalam suatu
empat kegiatan harian. Beri pujian kegiatan gotong royong
2. Latih cara bicara sosial: meminta membersihkan sampah
sesuatu, menjawab pertanyaan di parit rumah
3. Masukkan pada jadwal kegiatan O:
untuk latihan berkenalan > 5 - Klien nampak
orang, orang baru, berbicara saat berbincang-bincang
melakukan kegiatan harian dan dengan temannya
sosialisasi A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi selesai

Jumat/11 november Harga diri rendah SP 1 Harga diri rendah S:


2022 1. Identifikasi kemampuan - Klien mengatakan ia
melakukan kegiatan dan aspek tidak mampu berbuat
positif pasien (buat daftar apa-apa untuk keluarga
kegiatan) - Klien mengatakan
2. Bantu pasien menilai kegiatan sedikit lega bercerita
yang dapat dilakukan saat ini kepada perawat
(dipilih dari daftar kegiatan): buat O:
daftar kegiatan yang dapat - Klien tampak sedih
dilakukan saat ini karena belum
3. Bantu pasien memilih salah satu mendapatkan pekerjaan
kegiatan yang dapat dilakukan selama 3 bulan terakhir
saat ini untuk dilatih A:
4. Latih kegiatan yang dipilih( Masalah teratasi sebagian
mencuci piring) P:
5. Masukkan pada jadwal kegiatan Memberikan SP 2 HDR
latihan 2x/hari

SP 2 Harga diri rendah S:


1. Evaluasi kegiatan pertama yang - Klien mengatakan ia
telah dilatih dan berikan pujian senang karena bisa
2. Bantu pasien memilih kegiatan merapikan tempat tidur
kedua yang akan dilatih O:
3. Latih kegiatan kedua (alat dan - Klien dapat
cara) menjelaskan cara
4. Masukkan pada jadwal kegiatan merapikan tempat tidur
untuk latihan: dua kegiatan A:
masing-masing 2x/hari Masalah teratasi
P:
Memberikan SP 3 HDR

SP 3 Harga diri rendah S:


1. Evaluasi kegiatan pertama dan - Klien mengatakan ia
kedua yang telah dilatih dan senang karena bisa
berikan pujian mencuci piring
2. Bantu pasien memilih kegiatan O:
ketiga yang akan dilatih - Klien dapat
3. Latih kegiatan ketiga (alat dan menjelaskan cara
cara) mencuci piring
4. Masukkan pada jadwal kegiatan A:
untuk latihan: tiga kegiatan, Masalah teratasi
masing-masing 2x/hari P:
Memberikan SP 4 HDR

SP 4 Harga diri rendah S:


1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua, - Klien mengatakan ia
dan ketiga yang telah dilatih dan senang karena
berikan pujian mempunyai banyak hal
2. Bantu pasien memilih kegiatan yang bisa ia lakukan
keempat yang akan dilatih O:
3. Latih kegitan keempat (alat dan - Klien dapat
cara) menjelaskan cara
4. Masukkan pada jadwal kegiatan memasak
untuk latihan: empat kegiatan A:
masing-masing 2x/hari Masalah teratasi
P:
Intervensi selesai
DOKUMENTASI
8 November 2022

11 November 2022
https://drive.google.com/file/d/1F_lIf4K2I-lgYp6If8Heiur5mOJjgP5O/view?usp=drivesdk

ANALISA PROSES INTERAKSI

PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN

Inisial klien : Ny. S

Status Interaksi : SP 1 Halusinasi Pendengaran

Lingkungan : Duduk berhadapan 1 meter, di teras rumah, suasana cukup tenang

Deskripsi : Pasien memakai baju dan celana panjang, memakai sandal

Tujuan : Menghardik

Nama mahasiswa : Laila Sa’adah

Tanggal : 12 November 2022

Jam : 16.00

Tempat : Di teras rumah pasien

Komunikasi Verbal Komunikasi Non Analisa Berpusat Pada Analisa Berpusat Pada Rasional
Verbal Klien Perawat
P : assalamualaikum P : kontak mata, Berdiri di depan perawat Berharap klien dapat Salam merupakan salah
selamat pagi bu tersenyum menatap klien menerima perkenalan satu cara memberi
perhatian pada klien
K : waalaikumsalam, K : menatap perawat,
pagi tersenyum melihat
perawat
P : masih ingat dengan P : kontak mata, nada Klien mengulurkan Berharap klien dapat Perkenalan merupakan
saya bu? Nama saya pelan mempersilahkan tangan, kontak mata ada menjawab pertanyaan salah satu cara untuk
Laila mahasiswa profesi klien duduk, dengan benar membina hubungan
dari fakultas mengulurkan tangan saling percaya
keperawatan universitas
andalas yang sedang
praktek selama 3
minggu di daerah ini bu.
Sesuai dengan janji saya
kamren saya akan
berbincang-bincang
dengan Ibu kurang lebih
selama 15 menit, apakah
Ibu bersedia?

K : iya K : menatap perawat


P : baik bu, sebelum P : kontak mata, nada Klien bicara dengan Berharap klien dapat Menyebutkan nama
berbincang-bincang ada pelan mempersilahkan nada kuat, tegas, menjawab menandakan kesediaan
yang ingin Ibu lakukan? klien berbicara tersenyum menerima hubungan
dengan baik
K : gak ada dek K : kontak mata kuat, Klien merasa perkenalan Perawat merasa pasien
tersenyum itu menyenangkan ingin berkenalan
P : baik bu mulai saja ya P : memandang klien Klien cukup Perawat ingin menjalin Identifikasi halusinasi
bu, saya ingin bertanya berkonsentrasi kedekatan dengan pasien
bu terkait suara-suara
yang datang Perawat senang dengan
menghampiri ibu, em jawaban pasien yang
kira-kira suara itu jelas dan tegas
membisiki ibu tentang
apa bu? Trus biasanya
berapa kali sehari, apa
yang ibu lakukan ketika
mendengar suara itu bu?
K : suara itu membuat K : klien memandang
saya sedikit terganggu kembali perawat
dek, namun kadang saya
merasa nyaman
dengannya, dan ingin
bersama suara tersebut
tapi saya sadar bahwa
suara-suara itu tidak
nyata sehingga ketika
suara tersebut muncul
saya langsung teringat
dan mengalihkannya
pada anak saya.
P : emm, begitu ya bu, P : memandang klien Klien berpikir sejenak, Perawat mencoba Pujian berguna untuk
bagaimana kalau saya sambil tersenyum mengingat nama yang mengakrabkan suasana mendekatkan perawat
ajarkan cara disukainya menjalin hubungan
mengontrolnya dengan terapeutik dengan klien
cara menghardik bu. Klien merasa bahwa Perawat merasa
perawat datang untuk pertanyaan mendapatkan
K : iya K memperhatikan dan membantu klien respon
menoleh perawat
P : nah, kalau misalnya P : memandang klien Klien berpikir dan Perawat masih berusaha Topik sederhana
saya gak ada bu, nanti mengingat-ingat membangun keakraban membantu menjalin
kalau suara itu muncul dengan topik sederhana kedekatan dengan klien
yang ibu lakukan adalah
dengan cara berteriak Klien senang karena Perawat senang karena
bilang begini bu, pergi ingat daerah asalnya dan klien memberi respon
saya tidak mau dengar, kembali membayangkan
kamu suara palsu, begitu daerah asalnya tersebut
diulang-ulang ya bu, nah
sekarang ibu praktekkan

K : pergi sana, saya K : memperhatikan


tidak mau dengar kamu perawat
adalah suara palsu
P : bagus sekali, ibu P : menatap klien Klien berpikir Berharap klien dapat Menilai kemampuan
sudah bisa tersenyum, nada pelan mengingat tempat ia mengingat
Klien tampak tenang dan berada
K : iya K : kontak mata kuat santai bercerita
dan masih dipertahankan Perawat senang klien
dapat menjawab dengan
baik
P : nah sekarang kalau P : memandang klien Klien berpikir berusaha Perawat mulai mengkaji Lama pengobatan
ibu mendengar suara dan mengingat data umum pasien menentukan apakah
lagi ibu bilang apa? klien kronis atau akut
Klien membayangkan Perawat khawatir kalau
K : pergi sana, saya K : menoleh dan keadaan yang telah lama pertanyaan membuat
tidak mau dengar kamu memperhatikan perawat dijalaninya klien kebingungan
adalah suara palsu
P : nah bagaimana kalau P : mendekatkan diri ke Klien berusaha Perawat mengkaji daya Rencana tindak lanjut
latihan ini di masukkan klien mengingat-ingat ingat klien
ke dalam jadwal harian
ibu? Klien menjawab sesuai Perawat merasa arah
dengan daya ingat yang pertanyaan sudah dapat
K : baik dek K : menoleh dan dimilikinya menjawab jelas oleh
tersenyum ke perawat klien
P : baiklah sepertinya P : tersenyum dan Klien merasa lega Berharap klien sudah Menentukan jadwal
ibu sudah mengerti ya menjulurkan tangan karena sudah mulai percaya kepada pertemuan dengan klien
bu, kita akhiri saja kepada klien menceritakan yang perawat dan memastikan klien
bincang-bincang hari ini. dirasakan kepada mau berinteraksi lagi
Bagaimana kalau kita perawat dengan perawat
berbincang-bincang lagi
mengenai cara yang
kedua, di tempat yang
sama selama 15 menit
bu?
K : baik K : merespon uluran
tangan perawat
P : terima kasih atas P : menepuk bahu klien Klien menunjukkan rasa Perawat menutup SP 1 Salam penutup
kesediaan ibu ngobrol dan mengulurkan jabat percaya pada perawat Perawat senang karena merupakan akhir strategi
dengan saya, saya izin tangan klien mau berinteraksi pelaksanaan yang harus
permisi ya bu dengan perawat dilaksanakan untuk
assalamualaikum mencegah tidak percaya
pada klien
K : waalaikumsalam K : tersenyum Klien menyambut salam
perawat

Anda mungkin juga menyukai