Disusun Oleh:
THALIA HANA SEPTIARA MULYANA
NIM. 201820461011091
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
Hari :
Tanggal :
DISUSUN OLEH
201820461011091
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
2. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk
(2018), faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang
anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan
kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam
hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri
rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan
kendali diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.
3. JENIS-JENIS HALUSINASI
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit tertentu,seperti
skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh penyalahgunaan
narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis jenis halusianasi yang
mungkin saja mengintai pikiran manusia. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk.
2018)
a. Halusinasi Pendengaran (Audio) 70%
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang salah dari bunyi,
musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara ketika tidak ada stimulus
pendengaran adalah jenis yang paling umum dari halusinasi audio pada
penderita gangguan mental.Suara dapat didengar baik di dalam kepala
maupun di luar kepala seseorang dan umumnya dianggap lebih parah
ketika hal tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa suara
wanita maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab. Pada penderita
skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara suara dua orang atau
lebihyang berbicara pada satu sama lain, ia mendengar suara berupa
kritikan atau komentar tentang dirinya, prilaku atau pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20%
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan isi dari halusinasi
dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh seperti manusia.
Misalnya seseorang merasa ada orang berdiri di belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa biasanya pengalaman
ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang individu mungkin mengeluh
telah mengecap rasa logam secara terus menerus. Jenis halusinasi ini sering
terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi dibandingkan pada
gangguan mental
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai Phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh virus, trauma,
tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau suatu
yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya
merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada kulit.
f. Halusinasi somatik
Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat
5. RENTANG RESPON HALUSINASI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling
maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan),
klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra
ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi
yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
2. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal sebagai pemecah
masalah
b. Comforthing
Comforthing adalah halusinasi tahap menyenangkan: pasien cemas sedang.
1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika
mengikuti perintah halusinasi.
2. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri atau
membunuh orang lain.
7. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan dilakukan secara
individu dan usahakan terjadi kontak mata jika perlu pasien di sentuh atau
dipegang
b. Melaksanakan program terapi dokter
dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien
patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal
ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di
mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan
kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya,
tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan
halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu
gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke
rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga
tentang cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi
terapis begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat
secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala-
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah
( 12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping
yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi
simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari
menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktifitas kepada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolahraga, bermain, atau melakukan kegiatan untuk menggali potensi
keterampilan dirinya
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat kesinambungan dalam asuhan keperawatan.
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa menurut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018) berisi tentang hal-hal dibawah ini :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi
a) Hubungan sosial
5. Kebutuhan sehari-hari
Seperti makan, BAK/BAB, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial
3.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
D. INTERVENSI
SP HALUSINASI PASIEN DAN KELUARGA
NO SP PASIEN SP KELUARGA
1Sp 1 Sp 1 keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien 1. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga mengen
2. Membantupasienmenyadari
3. Jelaskan akibat bila obat tidak merawat pasien dengan halusinasi
digunakan sesuai program. langsung dihadapan pasien.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.
5. Jelaskan cara mendapatkan obat.
6. Jelaskan cara menggunakan obat
Bertanya nama lengkap klien
halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
Intervensi :
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata ( “saya tidak mau
dengar/ lihat/ penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi terjadi)
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika berhasil beri pujian
Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
Obat- obatan halusinasi
Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau
obat – obatan dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di rumah
Tuk 6 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi :
Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek samping penggunan obat
Pantau klien saat penggunaan obat
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi
hal – hal yang tidak di inginkan .
berkenalan
Berikan
pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
Tuk 3 : klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
Intervensi :
orang lain
Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain tentan
kerugian apabila tidak
Mengkaji pengetahuan klien berinteraksi dengan orang lain
Mendiskusikan
bersama klien tentang perasaannya setelah
berinteraksi dengan orang lain
Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
Tuk 6 : Klien dapat menggunakan system pendukung atau keluarga.
Intervensi :
Membina hubungan saling percaya kepada keluarga
Mendiskusikan tentang :
Intervensi :
Pantau klien saat penggunaan obat
Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
dokter
Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal dan
mampu meningkatkan harga dirinya.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Bersalaman panggil nama
Tuk 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Intervensi :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Setiap bertemu hindarkan diri memberi penilaian negatif
Mengutamakan memberi pujian positif
Mendiskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya
Tuk 4 :Klien dapat menetapkan, merencanakan kegiatan sesuai dengan
direncanakan.
Memberi pujian atas keberhasilan klien
Diagnosa 4 : Gangguan konsep diri: Resiko perilaku kekerasan
Tum :Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Beri salam setiap berinteraksi.
perawat berinteraksi
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
berinteraksi
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
perasaan klien
Tuk 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Intervensi :
Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik)
Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya
pada:
Diri sendiri
Orang lain/keluarga
Lingkungan
sehat
Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
marah/jengkel
Tuk 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
Intervensi :
Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien
Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
perilaku kekerasan
Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi
Program S-1 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan dengan Halusinasi.
E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi