Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan penyelenggaraan kesehatan suatu negara diukur dari tinggi

rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu di Indonesia

pada tahun 1995 adalah 390/100.000 kelahiran hidup.

Penyebab angka langsung kematian ibu adalah pendarahan, infeksi,

ekslamsi, abortus dan partus lama. Selain itu keadaan ibu pra hamil dapat

berpengaruh terhadap kehamilannya. Penyebab langsung adalah anemi,

kurang energi dan terlalu tua/muda, sering dan banyak, selain itu juga

diwarnai oleh rendahnya status wanita, ketidakberdayaan dan taraf pendidikan

rendah. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu diselenggarakan peningkatan

pelayanan perawatan kesehatan materniti dan neonatal yang secara langsung

dan komprehensif.

Salah satu target yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2010 adalah

menurunkan angka kematian maternital menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.


B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara

langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan

spiritual, dengan pendekatan proses keperawatan pada ibu nifas post

sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.

b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada ibu nifas post seksio

sesaria atas indikasi ketuban pecah dini.

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada ibu nifas

post seksio sesaria atas indikasi ketuban pecah dini.

3. Mampu menyusun asuhan keperawatan pada ibu nifas post

seksio sesaria atas indikasi ketuban pecah dini

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat pada

ibu nifas post seksio sesarea dengan ketuban pecah dini

5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada ibu nifas post

seksio sesarea dengan ketuban pecah dini

6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada ibu

nifas post seksio sesarea dengan indikasi ketuban pecah dini

C. Manfaat Makalah
1. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dalam memberikan assuhan keperawatan

serta sebagai bahan evaluasi yang diperlukan dalam pemberian asuhan

pada pelaksanaan praktik layanan keperawatan pada pasien secsio

sesare atas indikasi ketuban pecah dini

2. Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan dan perbandingan perawat dalam

meningkatakan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien secsio

sesare atas indikasi ketuban pecah dini

3. Bagi rumah sakit

Sebagai bahan wacana untuk meningkatkan pelayanan pada

pasien secsio sesare atas indikasi ketuban pecah dini


BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

SEKSIO SESAREA

A. Pengertian

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Persalinan sesarea adalah

kelahiran bayi melalui abdomen melalui insisi uterus. Seksio sesarea adalah

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding

rahim.

B. Indikasi

 Indikasi dari Ibu :

Disproporsi sevalo pelvik, panggul sempit, plasenta praevia, ruptur uteri

mengancam, partus lama (prolonged labor), partus tak maju (obstrukted

labor), distosia servik, preekslamsi dan hypertensi, inkoordinate uteri aotion,

kehamilan prematur, kehamilan dengan resiko tinggi.

 Indikasi dari janin :

- Mal presentasi janin seperti letak lintang, bokong, presentasi dahi dan

muka bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil, gemeli.


- Fetal distress

- Janin terlalu besar (lebih dari 4000 gr)

C. Komplikasi

 Bagi Ibu : Infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kemih,

embolisme paru-paru, ruptur uteri.

 Bagi bayi : Kematian perinatal.

D. Penatalaksanaan Keperawatan

 Perawatan Pasca Operasi

Pemeriksaan pasca operasi sectio sesarea meliputi pemeriksaan tingkat

kesadaran, sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, serta jumlah dan

bentuk lochea, pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak

ditemukannya gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang

berlebihan. Kondisi rahim (uterus) dan leher rahim (serviks) juga diperiksa

untuk memastikan keadaan dalam kondisi normal serta pantau juga keadaan

emosi oral secara umum.

 Perawatan di Ruangan

1. Pemeriksaan / Pengkajian

- Kaji tanda-tanda vital

- Kaji jumlah dan karakter lochea

- Kaji jumlah, warna dan bau urine


- Kaji keadaan luka, drainase dan apakah ada tanda-tanda infeksi.

2. Efek Pembiusan

Jika pasien mendapat bius epidural, maka efek biusnya kecil, sedangkan

apabila menggunakan anastesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebas/

baal, tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Apabila operasi

menggunakan anastesi umum, biasanya pasien akan mengantuk serta

nyeri kerongkongan. Selain itu mulut pun terasa kering selama beberapa

jam setelah operasi. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan

jelaskan kepada ibu tentang efek pembiusan.

3. Perawatan luka

- Ganti balutan luka minimal 1 hari sekali, kaji keadaan luka (tanda-

tanda infeksi, drainase)

- Penggantian balutan luka biasanya dilakukan pada hari ketiga-

keempat

- Anjurkan untuk banyak minum.

4. Mobilisasi

- Ibu dianjurkan untuk tetap berada di tempat tidur selama 6 jam

pertama setelah operasi.

- Anjurkan ibu untuk menggerakkan lengan, kaki dan jari-jarinya untuk

mencegah kekakuan.
- Ibu sudah dapat mulai duduk pada jam kedelapan sampai ke dua belas

setelah operasi. Ibu dapat berjalan apabila mampu pada 24 jam post

operasi.

- Beberapa cara yang dapat dilakukan akan dapat mobilisasi tanpa

meningkatkan nyeri :

 Ganjal punggung dengan bantal pada posisi setengah duduk, lalu

gerakkan kaki ke depan dan ke belakang serta berputar ke kanan

atau ke kiri, dapat dilakukan juga dalam posisi berbaring atau

sebelum ibu mampu untuk duduk. Gerakan ini dapat

memperlancar peredaran darah dan mempercepat sistem

pencernaan tubuh.

 Apabila tubuh semakin kuat, tekuk kedua kaki, lalu luruskan,

ulangi dengan sering.

 Minta tolong pada suami atau perawat untuk menyangga tubuh

dan latihan tubuh untuk duduk tegak.

5. Mengurangi rasa nyeri

- Anjurkan ibu untuk menggunakan teknik distraksi dan relaksasi

- Anjurkan ibu untuk beristirahat karena kegairahan dan ketegangan

persalinan serta nyeri yang terasa akan mengganggu sistem tubuh.

- Hindari pemakaian celana dalam mini yang ketat karena akan

memberikan rasa tidak nyaman.


- Anjurkan untuk melapisi perut dengan lipatan handuk atau kain

- Kolaborasi untuk terapi analgetik.

6. Personal hygiene

- Seperti pada persalinan alami, ibu post partum akan mengeluarkan

cairan yang disebut lochea.

- Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut dan membersihkan vagina,

terutama setelah buang air kecil.

- Ibu post operasi setelah sadar, beberapa jam kemudian harus

dimandikan/dibersihkan dengan dibasuh seluruh tubuhnya.


KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut

ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10%

wanita aterm akan mengalami ketuban pecah dini ( Prawirohardjo, 2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-

tanda kehamilan persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37

minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak

(Manuaba, 2010).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini

adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu

pada pembukaan < 4 cm (fase laten) yang terjadi setelah kehamilan berusia 22

minggu.

B. Etiologi

Ketuban pecah dini disebabkan kurangnya kekuatan membrane atau

meningkatnya tekananintra uterin atau oleh kedua factor tersebut.

Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat

berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga disebabkan karena servik.

Polihidramnion/hidramnion, mal presentasi janin (seperti letak lintang) dan


juga infeksi vagina / serviks ( Prawirohardji, 2010). Adapun yang menjadi

factor terjadinya ketubanpecah dini adalah :

a) Infeksi (amnionitis atau korioamniosisi

Korioamniosisi adalah keadaan pada ibu dimana karion,

amnion dan cairan ketuban terkena infeki bakteri. Korioamniontis

merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat

menjadi sepsis. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput

ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

bias menyebabkan terjadinya KPD.

b) Serviks yang inkompeten

Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu

terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,

curettage). Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi

(inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks

uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompeten serviks sering

menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan

ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum

uterus dan bikornis. Sebagian besar kasusu merupakan akibat dari

trauma bedah pada serviks konisasi, produksi eksisi loop

electrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan

atau laserasi obstetric.


c) Trauma

Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban

pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual saat

hamil baik dari frekuensi yang kurang lebih 4 kali seminggu, posisi

koitus yaitu suami diatas dan presentasi penis yang sangat dalam

sebesar 37,505 memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan

dalam, maupun amnosintesis dapat menyebabkan terjadimya ketuban

pecah dini karena biasanya disertai infeksi.

d) Ketegangan intra uterin

Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan erat

dengan hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra

uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi

urin) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.

e) Kelaianan letak

Misalnya sungsang tidak ada bagian terendah yang menutupi

pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap

membrane bagian bawah

f) Paritas

Factor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara.

Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin

mencapau titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara yang mengalami

ketuban pecah dini berkaitan dengn kondisi patologik, mencakup sakit


saat hamil, gangguan fisiologik seperti emosi dan termasuk kecemasan

akan kehamilan. Selain itu, hal ini berhubungan dengan aktifitas ibu

saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan ketiga

kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh factor lain

seperti keputihan atau terinfeksi maternal. Sedangkan multipara adalah

wanita yang telah beberapa kali dan mengalami ketuban pecah dini

pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiranya yang terlampau

dekat, diyakini lebih beresiko akan mengalami ketuban pecah dini

pada kehamilan berikutnya.

g) Usia kehamilan

Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebabyang jelas,

infeksi diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD dan

preterm ( Prawirohardjo, 2010). Komplikasi paling sering terjadi pada

KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress

pernapasan yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi

meningkat pada kejadian KPD, selain itu juga terjadinya prolapse tali

pusat. Resiko ckecacatan janin meningkat pada ketuban pecah dini

paterm. Kejadiannya mencapai 100% apabila ketuban pecah dini

paterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

h) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD

kembali. Pathogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat


adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga

memicu terjadinya ketuban pecah dini da ketuban pecah dini paterm

terutama pada pasien resiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada

kehamilan menjelang berikutnya wanita yang telah mengalami KPD

akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada

wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi

membrane yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang

semakin menurun pada kehamilan berikutnya.

C. Ptofiologi Ketuban Pecah Dini

Mekanisme terjadinya KPD menurut manuaba adalah :

a. Terjadinya pembukaan premature serviks

b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi serta

nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan

c. Jaringan ikat yang menyangga membrane ketuban makin berkurang

d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang

mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim kolagenase

D. Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini

Menurut manuaba tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD

adalah keluarnya cairan ketuban merembas melalui vagina. Aroma air ketuban

bau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembas dan menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan

ini tidak akan berhenti dan kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah

biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung bayi bertambah cepat

merupakan tanda infeksi terjadi.

E. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang terjadi pada KPD meliputi mudah terjadinya infeksi intra

uteri, partus premature, dan prolapse bagian janin terutama tali pusat.

Terdapat 3 komplikasi utama yang terjadi pada KPD yaitu peningkatan

morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan

dan kelahiran, resiko infeksi baik pada ibu maupun janin. Resiko infeksi

karena ketuban yang utuh merupakan penghalang penyebab infeksi

( Prawirohardjo, 2010).

F. Penatalaksanaan

Penatalaksaan ketuban pecah dini tergantung pada ada atau tidaknya

infeksi dan usia gestasi janin

1. Konservatif

a. Rawat di rumah sakit

b. Beri Anti biotika (ampisilin 4x500 Mg atau entromosin bila tak

tahan ampisilin) dan metronidazol 2x 500 Mg selama 7 hari

c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban keluar lagi


d. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, sebelum inpartu tidak ada

infeksi, tes busa negatif. Beri dekametason, observasi tanda-

tanda infeksi dan kesejahteraan janin

e. Jika umur kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada

infeksi beri salbutamol, deksametason dan induksi sesudah 24

jam

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi beri anti biotik

dan lakukan induksi

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit dan tanda-tanda

infeksi intra uterin)

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk

memacu kematangan paru janin.

2. Aktif

a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin bila gagal

seksio sesarea

b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anti biotika dosis tinggi


BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Ny. S usia 25 tahun seorang ibu rumah tangga, Pendidikan terakhir

SMA dan Tn. A berusia 28 tahun, pekerjaan wiraswasta. Ny. S dan Tn. A

tinggal Kp. Cinyompok Rt. 05/03 Kec. Tenjo. Pengkajian dilakukan pada

tanggal 14 Januari tahun 2020 di ruang Aster Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang. Pada saat pengkajian klien mengatakan masuk RS

karena mules-mules dan keluar cairan bercampur darah dan lendir

pervagina. Klien datang dengan keluhan mules-mules seperti ingin

melahirkan dan disertai dengan keluar cairan bercampur darah dan lendir,

kemudian klien datang ke bidan di daerah rumahnya pada tanggal 12

januari sore hari untuk meminta pertolongan. Setelah diperiksa akhirnya

klien dirujuk ke RS.

Pada saat dikaji klien post operasi sesar hari ke-1, klien mengeluh

nyeri pada daerah luka operasi klien tampak lemas, takut dan hati-hati

sekali bila bergerak. Klien mengatakan kehamilan ini merupakan

kehamilan yang pertama (G1P0A0). Di dalam keluarga klien tidak ada

yang menderita penyakit keturunan seperti hypertensi, DM, jantung dan

penyakit menular lainnya seperti paru.


 Struktur Keluarga

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan

: Klien : Tinggal Serumah

Klien adalah seorang perempuan anak ke 4 dari 4 bersaudara, Keluarga klien

berasal dari suku sunda, beragama islam dan berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa sunda dan Bahasa indonesia. Saat ini klien tinggal dirumah orang tua.
A. ANALISA DATA

Data focus Diagnosa Keperawatan


DS: Domain 12 : Kenyamanan

 Pasien mengatakan nyeri pada Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

luka post op Diagnosa: Nyeri Persalinan (00256)

 Nyeri bertambah apabila jalan

Do:

 Tampak terdapat luka post op

diantara umbilikus dan

suprapubik

 Luka post op tampak dibalut

 Balutan tampak bersih

DS : Domain 11 : Keamanan /

 Klien mengatan nyeri pada Perlindungan

luka post op apabila bergerak Kelas 1 : Infeksi

Do : Diagnosa : Resiko Infeksi (00004)

 Tampak terdapat luka post op

 Luka tampak di balut

 Balutan tampak bersih

DS : Domain 2 : Nutrisi
 Pasien mengatakan ASI nya Kelas 1 : Makan

keluar sedikit Diagnosa : Ketidakcukupan ASI

Do : (00216)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Prioritas ke : Diagnosa Keperawatan


1. Domain 12 : Kenyamanan

Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

Diagnosa: Nyeri Persalinan (00256)

2. Domain 11 : Keamanan / Perlindungan

Kelas 1 : Infeksi

Diagnosa : Resiko Infeksi (00004)

3. Domain 2 : Nutrisi

Kelas 1 : Makan

Diagnosa : Ketidakcukupan ASI (00216)


C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIC

Keperawatan
Domain 12 : Setelah dilakukan Domain 5 : Keluarga

Kenyamanan tindakan keperawatan Class W : Perawatan

Kelas 1 : selama 1 jam nyeri Melahirkan

Kenyamanan akut teratasi/teratasi Intervensi : Perawatan Kelahiran

Fisik sebagian dengan Caesar ( 6750)

Diagnosa: Nyeri kriteria hasil :  Monitor aspek fsikologis

Persalinan Domain 4 : pada saat fase pemulihan

(00256) pengetahuan seperti nyeri, perubahan

kesehatan dan prilaku uterus, kepatenan jalan

Kelas Q : prilaku nafas, dan lokhea)

sehat  Inspeksi kondisi insisi dan

Outcomes : perilaku balutan luka oprasi

kesehatan ibu  Bantu klien untuk latihan

postpartum (1624) kaki, miring kanan, miring

- 162401 adaptasi kiri, batuk efektif dan nafas

peran sebagai ibu dalam

- 162406 menjaga  Dukung ibu untuk

perawatan insisi memberikan ASI jika


pembedahan memungkinkan

- 162418  Berikan Pendidikan

menggunakan kesehatan yang cukup

teknik manajemen tentang menyusui, jika

nyeri memungkinkan

- 162420 monitor missal( mendemonstrasikan

status cara pelekatan bayi sesuai

kenyamanan dengan kemampuan ibu).

- 162425

menyeimbangkan

aktivitas dan

aktivitas

Domain 11 : Setelah dilakukan Domain II :Pfiaologi Kompleks

Keamanan / tindakan keperawatan


Class L Manajemen kulit / luka
Perlindungan selama 30 menit atau

Kelas 1 : Infeksi lebih resiko infeksi Perawatan luka (3660)

Diagnosa : sebagian teratasi


Aktivitas :
Resiko Infeksi dengan kriteria hasil :

(00004) - Angkat balutan dan plester


Domain IV :
perekat berikan rawatan insisi
Pengetahuan tentang
pada luka, yang diperlukan
kesehatan dan - Berikan balutan sesuai jenis

perilaku luka

Class T : Kontrol - Pertahankan teknik balutan

resiko dan keamanan steril ketika melakukan

Outcomes : kontrol perawatan lukadengan tepat

resiko : proses infeksi - Ganti balutan sesuai dengan

(1924) jumlah eksudat dan drainase

- 192426 - Periksa luka setiap perubahan

mengidentifikasi balutan

factor resiko - Anjurkan pasien dan keluarga

infeksi mengenal tanda dan gejala

- 192405 infeksi

mengidentifikasi

tanda dan gejala

infeksi

- 192411

mempertahankan

lingkungan yang

bersih

Domain 2 : Setelah dilakukan Domain V : Keluarga

Nutrisi tindakan keperawatan Class Z : Perawatan membesarkan


Kelas 1 : Makan selama 16-30 menit anak

Diagnosa : masalah sebagian Konseling laktasi (5244)

Ketidakcukupan teratasi atau teratasi Intervensi :

ASI (00216) : dengan kriteria hasil - Berikan informasi mengenai

Domain II : manfaat menyusui baik

Kesehatan fisiologi fisiologi maupun psikologis

Class K : pencernaan - Berikan Pendidikan sesuai

dan nutrisi kebutuhan

Outcomes : 1002 : - Bantu ibu untuk menentukan

mempertahankan makanan tambahan

pemberian ASI - Diskusikan strategi untuk

- 100208 mengenali mengoptimalkan suplai ASI

tanda-tanda

penurunan

pasokan ASI

- 100215 puas

dengan proses

menyusui

A. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi hari pertama


Diagnosa Hari/Tanggal Implmentasi Evaluasi Paraf

Keperawatan /waktu
Domain 12 : Domain 5 : Keluarga S:

Kenyamanan Class W : Perawatan - Klien mengatakan

Kelas 1 : Melahirkan merasa lebih

Kenyamanan Intervensi : Perawatan nyaman

Fisik Kelahiran Caesar - Klien mengatakan

Diagnosa: Nyeri ( 6750) nyeri berkurang

Persalinan  Memonitor O:

(00256) aspek fsikologis - Skala nyeri : 2

pada saat fase - Klien tampak lebih

pemulihan tenang

seperti nyeri, - TD : 130/80


kepatenan jalan - N : 92x/menit
nafas, dan
- Rr : 25x/menit
lokhea)
- S : 36,8
 Memantau
A: Masalah
kondisi insisi
keperawatan nyeri akut
dan balutan luka
teratasi sebagian.
oprasi
P : lanjutlkan intervensi
 Membantu klien
:
untuk latihan
- monitor TTV
kaki, miring - gunakan

kanan, miring aromaterapi

kiri, batuk lavender untuk

efektif dan nafas mengurangi skala

dalam nyeri

- ajarkan tekhnik

relaksasi kepada

pasien untuk

mengurangi rasa

nyeri

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Inovasi Jurnal

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di desa wonokerto wilayah

puskesmas peterongan jombang pada tahun 2014. Dengan 20 orang sampel

dan observasi dilakukan pada ibu menyusui selama 3 hari. Dari hasil

penelitian tersebut didapatkan ibu yang mengkonsumsi buah papaya

mengalami peningkatan produksi ASI. Pada jurnal ini menjelaskan bahwa

buah papaya merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum

memiliki potensi dalam menstimulus hormone oksitosin dan prolactin seperti

alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid, dan substansi lainnya paling efektif

dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI, waktu bayi menghisap

putting payudara ibu, terjadi rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui

nervus vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan

hormone prolactin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar

pembuat ASI . Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

Anda mungkin juga menyukai