Pengesahan:
Singkawang, 23 Januari 2023
Mengetahui,
Preceptor akademik/ klinik
I. KONSEP TEORITIS
A. Pengertian
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang ditandai dengan
pengalamanpersepsi sensori dari suatu objek yang sebenarnya tidak terjadi atau dapat
disebut juga persepsi palsu. Gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra, seperti merasakan sensasi palsu yang berkaitan dengan indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan (Ruswadi, 2021).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling sering
suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar
perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan (azizah, 2016)
Berbeda dengan ilusi yang terjadi karena pengalaman persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi ini terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal. Adapun stimulus internal dipersepsikan sebagai suatu yang nyata ada
(Muhith, 2015).
B. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Muhith (2015), berdasarkan jenis-jenisnya halusinasi debedakan sebagai
berikut :
1. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dapat berupa bentuk kilatan cahaya, gambaran kartun, atau
gambaran geometris. Isi halusinasi juga dapat berupa melihat bayangan yang
sebenarnya tidak ada sama sekali seperti bayangan yang rumit dan kompleks
serta bayangan yang menyenangkan atau sesuatu yang terlihat menakutkan.
2. Halusinasi pendengaran
Isi halusinasi dapat berupa mendengar bunyi atau suara. Suara yang terdengar
dapat berupa membicarakan tentang individu yang mengalami halusinasi jenis ini
atau perintah yang memberitahukan untuk melakukan sesuatu yang kadang-
kadang dapat mencederai atau membahayakan individu tersebut.
3. Halusinasi penciuman
Isi halusinasi dapat berupa mencium aroma tertentu, misalnya wewangian atau
aroma yang bersifat lebih umum atau bau yang tidak sedap. Halusinasi
penciuman sering muncul akibat stroke, kejang, tumor, atau demensia.
4. Halusinasi pengecapan
Isi halusinasi dapat berupa merasa mengecap rasa sesuatu, seperti darah, urine,
feces, atau rasa lainnya.
5. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi dapat berupa merasa mengalami sakit atau nyeri, rasa kesetrum,
atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas pada suatu anggota atau bagian
tubuh.
6. Halusinasi senestetik
Isi halusinasi dapat berupa merasakan fungsi tubuh seperti pencernaan makanan,
pembentukan urine, atau aliran darah pada vena atau arteri.
7. Halusinasi kinestetik
Isi halusinasi dapat berupa merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.
C. Tanda dan gejala
1. Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang. Klien
skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada
tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul yaitu klien
merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu dirasakan menyejukan
hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu
yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri (Sujarwo, 2018).
Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam
menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Misalnya penderita skizofrenia, lampu traffic di jalan raya yang berwarna merah,
kuning, hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa
penderita skizofreniaberubah menjadi paranoid, mereka selalu merasa sedang di
amat-amati, diikuti atau hendak diserang. Kegagalan berpikir mengarah kepada
masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya.
Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan
logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan
mengendalikan emosi dan perasaan (Susilawati, 2019).
Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa atau berbicara sendiri
dengan keras tanpa mempedulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita
skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa
mengerti apa itu manusia, juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia
berada dan sebagainya (Novita, 2019).
2. Gejala negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis yaitu kehilangan minat
dalam hidup yang membuat klien menjadi orang pemalas. Karena klien hanya
memiliki minat sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal lain selain tidur dan
makan. Perasaan yang tumpul membuat emosinya menjadi datar. Klien
skizofrenia tidak memiliki ekspresi yang baik dari raut muka maupun gerakan
tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun (Sujarwo, 2018).
Mereka mungkin bisa menerima perhatian dari orang lain tapi tidak bisa
mengekspresikan perasaan mereka. Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin
ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia.
Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina
hubungan relasi dengan orang lain (Susilawati, 2019).
Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien menarik diri dari
lingkungannya dan merasa aman bila sendirian. Dalam beberapa kasus
skizofrenia sering menyerang pada usia antara 15-30 tahun dan kebanyakan
menyerang saat usia 40 tahun ke atas (Novita, 2019).
D. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
ditimbulkan oleh individu untuk mengatasi stres dapat diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya, meliputi faktor genetik, perkembangan sosial kultural,
biokimia, dan psikologis. Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada
timbulnya respons neurobiologi seperti pada halusinasi adalah sebagai berikut
(Muhith, 2015):
a. Faktor perkembangan
Suatu individu akan mengalami kecemasan dan stres jika terdapat hambatan
pada tugas perkembangan dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
b. Faktor genetik
Secara genetik, diketahui bahwa skizofrenia diwariskan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun, kromosom keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini masih belum diketahui. Anak kembar identik memiliki
potensi mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sedangkan kembar nonidentik berpeluang sebesar 15%. Seorang
anak berpeluang mengalami skizofrenia sebesar 15% jika salah satu orang
tuanya mengidap skizofrenia dan akan meningkat sebesar 35% jika kedua
orang tuanya mengalami skizofrenia.
c. Faktor neurobiologi
Korteks prefrontal dan korteks limbik pada individu dengan skizofrenia
ditemukan tidak pernah berkembang penuh dan ditemukan adanya penurunan
volume juga fungsi otak yang abnormal. Ketidakseimbangan
neurotransmitter, khususnya dopamine yang berlebihan, kadar serotonin tidak
seimbang, dan glutamat diduga menjadi penyebab skizofrenia.
d. Faktor biokimia
Tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogen
neurokimia, seperti Dimetytranferase (DMP) dan Buffofenon, jika suatu
individu mengalami stres yang berlebihan.
e. Faktor psikologis
Anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, dingin, tidak berperasaan,
dan terlalu melindungi, serta ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
merupakan beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis dan adanya peran
ganda yang bertentangan akan mengakibatkan anak mengalami kecemasan
dan stres yang tinggi serta dapat berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
f. Faktor sosiokultural
Berbagai faktor yang ada di masyarakat dapat menyebabkan suatu individu
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat individu
tersebut dibesarkan.
g. Teori virus
Diketahui paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi salah satu faktor predisposisi skizofrenia.
2. Faktor presipitasi
Stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau
tuntutan yang memerlukan ekstra energi untuk koping disebut sebagai faktor
presipitasi. Faktor-faktor pencetus respons neurobiologis yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan dalam proses interpretasi dan interkoneksi karena proses
tranduksi dari suatu impuls terhambat adalah sebagai berikut (Muhith, 2015):
a. Proses informasi pada sistem saraf yang berlebihan dalam menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak;
b. Adanya gangguan pada mekanisme penghantaran listrik di saraf (mekanisme
gatting abnormal); dan
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, sikap, perilaku, dan
lingkungan.
Tabel 1 Gejala-gejala pencetus respons neurobiologi
Kesehatan ▪ Kekurangan nutrisi
▪ Kurang tidur
▪ Kelelahan
▪ Ketidakseimbangan irama sirkadian
▪ Infeksi
▪ Obat-obatan sistem saraf pusat
▪ Kurang latihan
▪ Hambatan dalam menjangkau pelayanan kesehatan
Sikap/ ▪ Harga diri rendah
Perilaku ▪ Tidak percaya diri
▪ Kehilangan motivasi dalam menggunakan
keterampilan diri
▪ Demoralisasi
▪ Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejalatersebut
▪ Tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual
▪ Bertindak tidak sesuai dengan usia maupun
kebudayaan
▪ Kemampuan sosialisasi rendah
▪ Ketidakadekuatan pengobatan
▪ Perilaku agresif
▪ Perilaku kekerasan
▪ Ketidakadekuatan penanganan gejala
Lingkungan ▪ Krisis lingkungan
▪ Masalah rumah tangga
▪ Kehilangan kebebasan hidup
▪ Perubahan kebiasaan hidup atau pola aktivitassehari-hari
▪ Hambatan berhubungan dengan orang lain
▪ Isolasi sosial
▪ Kurang dukungan sosial
▪ Tekanan kerja
▪ Kurang alat transportasi
▪ Ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan
E. Rentang Respons
1. Tahap I (Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, dengan
tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal
yangmenyenangkan bagi klien.
Karakteristik respon klien :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakukan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran
2. Tahap II (Non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipasti.
Karakteristik respon klien :
a. Pengalaman sensori menakutkan dan merasa dilecehkan oleh pengalaman
tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
3. Tahap III (Psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat
danhalusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik respon klien :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menajadi atraktif
c. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
4. Tahap IV (Psikotik)
Klien sudah sangat dikendalikan oleh halusinasinya dan biasanya klien terlihat
panik.
Karakteristik respon klien :
a. Klien beresiko mencederai diri atau orang lain
b. Impulsif
F. Akibat yang Ditimbulkan
1. Perubahan prilaku
a. Tahap Non – Psikotik
• Tersenyum atau tertawa sendiri
• Menggerakkan bibir tanpa suara
• Pergerakan mata cepat
• Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
• Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
• Perhatian terhadap lingkungan menurun
• Konsentrasi pada pengalaman sensori pun menurun
• Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
b. Tahap Psikotik
• Klien menuruti perintah halusinasi
• Sulit berhubungan dengan orang lain
• Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
• Tidak mampu mengikuti perintah nyata
• Klien tampak tremor dan berkeringat
• Beresiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain
• Impulsif
• Agitasi
• Kataton
• Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu dieksplorasi baik pada klien sendiri
maupun keluarga berkenan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
1. Indentitas klien
Meliputi identitas pribadi, identitas penanggung jawab klien
2. Keluhan utama atau alasan masuk
Merupakan alasan utama pasin dibawa masuk ke rumah sakit
3. Faktor predisposisi
4. Faktor Presipitasi
5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien
6. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
• Identitas diri
• Fungsi peran
• Ideal diri
• Harga diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
7. Status Mental
Meliputi pengkajian terhadap penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, afek
emosi, proses fikir, persepsi sensori, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi berhitung, dan pengambilan keputusan.
8. Kebutuhan perencanaan pulang
9. Mekanisme Koping
B. Diagnosa Keperawatan
• Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
• Harga Diri Rendah
• Koping Individu Tidak Efektif
• Defisit Pengetahuan
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
NO JENIS SP SP PADA KLIEN SP PADA KELUARGA
1 SP 1 • Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi • Identifikasi masalah yang dirasakan keluarga
pencetus,perasaan, respon. dalam merawat klien
• Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, • Jelaskan tentang halusinasi pada keluarga :
bercakap-cakap, melakukan kegiatan. Pengertian halusinasi, Tanda dan gejala
• Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. halusinasi. Jenis halusinasi yang dialami
• Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik klien
• Cara merawat klien halusinasi (menghardik,
berkomunikasi, pemberian obat dan aktifitas)
SP 2 • Evaluasi kegiatan latihan menghardik. Beri pujian. • Evaluasi kemampuan keluarga dalam
• Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat merawat klien dengan halusinasi
terjadi halusinasi. • Latih keluarga merawat langsung klien
• Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,
dan bercakap-cakap.
SP 3 • Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan bercakap - cakap. • Bantu keluarga membuat jadwal aktifitas
Beri pujian. termasuk minum obat
• Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan • Jelaskan follow up klien
harian
• Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
SP 4 • Evaluasi kegiatan menghardik, bercakap-cakap dan kegiatan
harian. Beri pujian.
• Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6
benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat).
• Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik,
bercakap-cakap, kegiatan harian dan minum obat.
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. B
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. B (L)
Umur : 45 tahun
No. RM : 0049xx
Ruang Rawat : Kakak Tua
Tanggal MRS : 21 November 2022
B. ALASAN MASUK
a. Data pada saat masuk RS
Klien merupakan pasien ulangan. Pertama kali masuk RS pada tahun 2019.
Klien masuk diantar keluarga dengan keluhan berprilaku aneh, putus obat,
susah tidur, kepala pusing, mendengar suara bisiskan, kadang marah-marah.
Keluarga sudah mencoba berobat ke puskesmas namun dirasa tidak mempan
karena obat yang tersedia di puskesmas tidak sama dengan obat pada saat
klien pulang dari RS.
b. Data pada saat dikaji
Klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan, klien mengatakan suara
bisikan menyuruh dirinya menjadi kader partai dan menjalankan puasa
seperti umat muslim, klien mengatakan halusinasi muncul kurang lebih 4-5
kali dalam sehari, pagi, siang sore dan paling sering muncul pada malam dan
subuh. Respon pasien ketika bisikan muncul yaitu merasa bising dan kesal
sehingga dia menampar kepalanya sendiri Masalah keperawatan: Gangguan
sensori persepsi
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pertama
kali munculgangguan pada tahun 2019. Pasien sudah 4 kali keluar
masuk rumah sakit
2. Pengobatan sebelumnya:
Pengobatan sebelumnya dianggap kurang berhasil karena obat tidak
tersedia dipuskesmas sehingga pasien putus obat dan kumat kembali
3. Trauma
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan 31 √
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal
Jelaskan no. 1, 2, 3 :
Klien mengatakan ini bukan kali pertama masuk RS, klien mengatakan
sudah 4x masuk rumah sakit. Pertama kali pada agustus 2019, kemudian
klien kembali MRS pada oktober 2020, yang ketiga klien MRS pada
Januari 2021 dan yang terakhir pada November 2022 . Klien sering masuk
kembali kerumah sakit karena jika pulang kerumah klien putus obat.
Keluarga klien mengatakan susah mendapatkan obat jika berada di
kampung. Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya seksual.
Namun Klien pernah mengalami penolakan klien mengatakan pernah
diasingkan dari masyarakat.
Masalah keperawatan : -
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa?[ ] Ya [√ ] Tidak
Hubungan keluarga :-
Gejala :-
Riwayat pengobatan/perawatan : tidak ada riwayat keluarga yang
mengalamigangguan jiwa
5. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan?(perceraian/perpisahan/konflik dsb)?
Klien mengatakan pernah diasingkan dan dikucilkan oleh masyarakat
karena sakityang dideritanya.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital TD : 110/70 mmHg N: 85x/mnt S: 36,60C P: 22x/mnt
2. Ukur TB: 170cm BB: 61 kg [ ] Naik [ ] Turun
3. Keluhan fisik [ ] Ya [√ ] Tidak
Jelaskan : Tidak terdapat keluhan fisik dari pasien
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (tiga generasi)
Keterangan:
: laki-laki : tinggal bersama
: perempuan : hubungan keluarga
: meninggal : klien
2. KONSEP DIRI
a. Citra tubuh : klien mengatakan menyukai semua tubuhnya.
b. Identitas : klien mengatakan sebelum sakit dia biasa membant
keluarga, namun setelah sakit dia tidak bisa membantu keluarga, klien
menyadari dia merupakan anak ke 4 dari 6 saudara.
c. Peran diri : klien sebagai anak dalam keluarga dan anggota
masyarakat biasa pada lingkungan tempat tinggal klien. Semenjak sakit
klien tidak bisa menjalankan perannya dengan baik sebagai anggota
keluarga dan masyarakat
d. Ideal diri : klien mengatakan berharap cepat sembuh dan pulang
ke rumah ketemu ibunya. Klien juga berharap dapat bekerja dan
membantu ekonomi keluarga
e. Harga diri : klien merasa dirinya tidak berguna bagi orang tuanya
karena tidak bisa membantu bekerja. Klien mengatakan tidak dianggap
oleh masyarakat
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti: ibu
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien mengatakan tidak
pernah mengikuti kegiatan masyarakat karena masyarakat tidak menganggap
dan menjauhinya akibat penyakit yang dideritanya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien dapat berkomunikasi
dengan baik, namun saat kumat klien bicara ngelantur sehingga masyarakat
menjauhinya.
Masalah keperawatan: gangguan pola interaksi
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama budha dan beribadah sesuai dengan kepercayaan yang
dianutnya. Klien biasa berdoa secara terjadwal namun semenjak sakit
klien tidak bisa beribadah seperti biasanya.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan dulu biasa mengikuti kegiatan ibadah yang terjadwal.
Klien merasa sedih karena sejak masuk RS klien tidak pernah beribadah
lagi
Masalah keperawatan: -
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
[ ] Tidak rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan : klien dapat berpakaian dengan rapi dan sesuai
Masalah Keperawatan :-
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [ ] Inkoheren
[ ] Apatis [ ] Lambat [ ] Membisu [ ] Tidak mampu memulai
pembicaraan Jelaskan : pembicaraan klien normal tidak ada hambatan
dalam berkomunikasi.Masalah Keperawatan : -
3. Aktivitas motorik
[ √ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ]Agitas
[ ] Tik [ ] Grimsen [ ] Tremor [
]KompulsifJelaskan : Klien tampak sedikit
lesu
Masalah Keperawatan : -
4. Afek dan Emosi
a. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [ ]
Labil [ ] Tidak sesuaiJelaskan : afek luas dan selaras antara
perkataan dan ekspresi
Masalah Keperawatan :-
b. Alam perasaan
[√ ] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa
[ ] Curiga
[ ] Konfabulasi
Jelaskan : klien mengatakan sering lupa dengan kegiatan yang
dilakukannyabeberapa hari lalu.
Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektif
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
[ ] Mudah beralih
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Jelaskan : klien mengatakan mampu memenuhi kebutuhan saat di rumah dan
akan dibantu oleh keluarga
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
2. Kegiatan Hidup Sehari-Hari
a. Perawatan diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil/BAK √
Buang air besar /BAB √
Cuci Pakaian √
Jelaskan : klien dapat memenuhi kebutuhan diri dengan bantuan keluarga
Masalah Keperawatan : -
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda [ √ ] Ya [ ] Tidak
Apakah anda memisahkan diri saat makan [ ] Ya [ √ ] Tidak
Frekuensi makan sehari :3x
sehariNafsu makan:
[ √ ] Meningkat [ ] Menurun [ ] Berlebihan
[ ] Sedikit-sedikit
Berat badan: 61 Kg: [ √ ] Meningkat [ ] Menurun
Jelaskan: klien mengatakan merasa berat badan bertambah saat dirawat di
RS
Masalah Keperawatan :-
c. Tidur
Apakah ada gangguan tidur:
[√] Sulit untuk tidur [ ] Bangun terlalu pagi []
Sonambulisme[√] Terbangun saat tidur [√ ] Gelisah saat tidur
Apakah anda merasa segar saat bangun:
Apakah anda kebiasaan tidur siang:
Tidur siang, lama: 09.00 s/d 11.30
Tidur malam, lama: 20.00 s/d 06.00
Aktivitas sebelum/sesudah tidur: mengobrol bersama klien
lain Jelaskan : klien mengatakan susah tidur dan mudah
terbangun saattidur dan gelisah karenasuara bisikan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur
3. Kemampuan klien dalam:
Mengantisipasi kebutuhan sendiri [√ ] Ya [ ] Tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri [ ] Ya [√ ] Tidak
Mengatur penggunaan obat [ ] Ya [√ ] Tidak
4. Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga [√ ] Ya [ ] Tidak
Terapis [√ ] Ya [ ] Tidak
Teman sejawat [√ ] Ya [ ] Tidak
Kelompok sosial [√ ] Ya [ ] Tidak
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alcohol
√ Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
√ Teknik relokasi Bekerja berlebihan
√ Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan : reaksi klien berlebihan, emosi dan marah-marah.
Masalah Keperawatan :-
I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. [ ] Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
2. [ ]Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
3. [ ]Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
4. [√ ]Masalah dengan pekerjaan,
spesifiknya : semenjak sakit klien tidak dapat bekerja kembali
5. [ ] Masalah dengan perumahan, spesifiknya
6. [√ ] Masalah dengan ekonomi,
Spesifiknya : karena tidak bekerja klien tidak memiliki penghasilan tetap
7. [√ ] Masalah dengan pelayanan kesehatan
Spesifiknya : klien merasa tidak sakit sehingga tidak mau minum obat
8. [ ] Masalah lainya, spesifiknya
J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
[ ] Penyakit jiwa [ ] Sistem pendukung
[ ] Faktor presipitasi [ ] Penyakit fisik
[√ ] Koping [ √ ] Obat-obatan
[ ] Lainnya:
Jelaskan : klien mengatakan kurang paham tentang obat yang diminum,
penyakit fisik dan kemampuan diri mengatasi masalah yang dialami.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan tentang koping, penyakit fisik
danobat-obatan
K. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik: Skizofrenia ParanoidTerapi Medik:
jenis obat dosis Rute pemberian
Lodomer 2 x 2 mg (tab) Oral
Risperidone 2 x 2 mg (tab) Oral
Thihexyphenidyl 2 x 2 mg (tab) Oral
Clozapine 1 x 25 mg (tab) Oral
L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
M. POHON MASALAH
Rabu, SP 3: SP 3: SP 3:
25-01-2023 Klien mampu: Setelah melakukan interaksi, klien mampu: ✓ Evaluasi jadwal kegiatan harian
✓ Mengevaluasi jadwal ✓ Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.
kegiatan hariannya. hariannya. ✓ Latih klien mengendalikan
✓ Mengendalikan ✓ Mengendalikan halusinasi dengan halusinasi dengan aktivitas yang
halusinasi dengan aktivitas yang dilakukan di RSJ yang dilakukan di RSJ yang sesuai
aktivitas yang sesuai dengan kegiatan yang biasa dengan kegiatan yang biasa
dilakukan di RSJ yang dilakukan klien di rumah. dilakukan klien di rumah.
sesuai dengan kegiatan ✓ Memasukkan kegiatan di atas ke ✓ Masukkan kegiatan yang
yang biasa dilakukan dalam jadwal kegiatan harian dilakukan klien di RSJ ke dalam
klien di rumah. jadwal kegiatan harian.
Memasukkan kegiatan
di atas ke dalam jadwal
kegiatan harian.
Kamis, SP 4: SP 4: SP 4:
26-01-2023 Klien mampu: Setelah melakukan interaksi, klien mampu:
✓ Mengevaluasi jadwal ❖ Mengevaluasi jadwal kegiatan ❖ Evaluasi jadwal kegiatan harian
kegiatan hariannya. hariannya. klien.
✓ Menkonsumsi obat ❖ Menkonsumsi obat secara teratur. ❖ Dorong klien untuk
secara teratur. Memasukkan kegiatan menkonsumsi obat mengkonsumsi obat secara
✓ Memasukkan kegiatan secara teratur ke dalam jadwal kegiatan teratur.
menkonsumsi obat harian. Masukkan kegiatan mengkonsumsi
secara teratur ke dalam obat secara teratur ke dalam jadwal
jadwal kegiatan harian. kegiatan harian
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
NAMA : Tn. B Jenis Kelamin : Laki-Laki
Ruangan : Kakak Tua Dx. Medis : Skizofrenia
Hari/Jam Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Mahasiswa
Selasa, Perubahan SP 1 Klien S:
24-01-2023 Persepsi • Membina hubungan saling percaya • Klien mengatakan masih mendengar suara-
Sensori: • Membantu klien menyadari gangguan suara,dan melihat bayangan
Halusinasi persepsi sensori halusinasi • Klien mengatakan bisikan muncul pada pagi,
Pendengaran • Tanyakan pendapat klien mengenai : siang sore dan paling sering pada malam dan
halusinasi subuh
• Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu • Klien mengatakan mengerti tentang cara
terjadi, situasi pencetus, respon, perasaan menghardik.
, upaya yang dilakukan untuk mengontrol O:
halusinasi • Klien terlihat bingung,
• Jelaskan cara mengontrol halusinasi • Klien terkadang tampak bicara sendiri
dengan cara menghardik • klien dapat menjelaskan kembali tentang
• Memasukan ke dalam kegiatan harian cara menghardik dan mampu melakukannya
klien A:
Klien mampu melakukan menghardik secara
mandiri, masalah teratasi sebagian
P:
• Pp :
Optimalkan cara pasien dalam menghardik (Sp1) ,
lanjutkan intervensi ke latihan bercakap-cakap (sp2)
• Px:
Latihan menghardik pada pukul 05:00 &
17:00
Rabu, SP 2 Klien S:
25-01-2023 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian • Klien mengatakan terkadang masih
klien. mendengar suara-suara.
• Melatih klien untuk mengendalikan • Klien mengatakan sudah mulai mencoba
halusinasi dengan cara bercakap- cakap menghardik ketika suara bisikan muncul
dengan orang lain. • Klien mengatakan akan mencoba banyak
• Memasukkan cara bercakap-cakap ngobrol sama temanya untuk mengurangi
dengan orang lain ke dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian klien. O:
• Klien sering melamun sendiri
• Klien dapat melakukan bercakap-cakap untuk
mengurangi halusinasi
• Klien sudah mulai menerapkan bercakap-
cakap dengan orang lain untuk mengurangi
halusinasinya
A:
Klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P:
Pp :
• Evaluasi cara pasien dalam menghardik (Sp1),
• Optimalkan Latihan bercakap-cakap (sp2)
• Lanjutkan intervensi pada menyusun aktivitas
terjadwal
Px:
• Latihan menghardik pada pukul 05:00 &
17:00
• Latihan bercakap-cakap pada pukul 09:00 &
pukul 19:00
Kamis, SP 3 Klien S:
26-01- 2023 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian • Klien mengatakan sudah mulai berkurang
klien. mendengar suara-suara
• Melatih klien mengendalikan halusinasi • Klien mengatakan mengerti tentang cara
dengan aktivitas yang bisa dilakukan di melakukan aktivitas harian di RSJ
RSJ yang sesuai dengan kegiatan yang • Klien mengatakan dirinya selalu mengikuti
biasa dilakukan klien di rumah. aktivitas sehari-hari di RSJ
• Memasukkan kegiatan yang O:
dilakukan klien di RSJ ke dalam • Klien mulai terlihat tenang
• jadwal kegiatan harian • Klien dapat menyusun jadwal kegiatan harian
• Klien dapat latihan beraktivitas sehari-hari
sesuai jadwal kegiatan harian yang telah
disusun
• Klien aktif dalam aktivitas sehari-hari di RSJ
A:
Klien mampu melakukan secara mandiri masalah
teratasi sebagian
P:
Pp :
• Evaluasi cara pasien dalam menghardik (Sp1)
• Evaluasi latihan bercakap-cakap (sp2)
• Optimalkan pasien dalam mengikuti aktivitas
yang terjadwal
• Lanjutkan intervensi ke konsumsi obat teratur
(SP 4)
Px:
• Latihan menghardik pada pukul 05:00 &
17:00
• Latihan bercakap-cakap pada pukul 09:00 &
pukul 19:00
• Menjalankan aktivitas harian senam pada
pukul 08:00, mengambil ari galon pada pukul
13:00, membersihkan ruang makan pada
pukul 18:00.
Jum’at, SP 4 Klien S:
27-01- 2023 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian • Klien mengatakan sudah mulai berkurang
klien. mendengar suara-suara
• Menjelaskan kepada klien tentang 6 • Klien mengatakan sudah melakukan latihan
benar obat menghardik dan bercakap-cakap sesuai
• Mendorong klien untuk mengkonsumsi jadwal
obat secara teratur. • Klien mengatakan mengerti tentang tata cara
• Memasukkan kegiatan mengkonsumsi dan jadwal minum obat
obat secara teratur ke dalam jadwal O:
kegiatan harian • Klien kooperatif dalam setiap proses interaksi
• Klien ingat kapan waktunya minum obat
• Klien dapat menjelaskan ulang apa yang
dijelaskan tentang minum obat teratur
A:
klien mampu melakukan secara mandiri
masalah teratasi sebagian
P:
Pp :
• Evaluasi cara pasien dalam menghardik (Sp1)
• Evaluasi latihan bercakap-cakap (sp2)
• Evaluasi pasien dalam mengikuti aktivitas yang
terjadwal
• Optimalkan pasien konsumsi obat teratur (SP
4)
Px:
• Latihan menghardik pada pukul 05:00 &
17:00
• Latihan bercakap-cakap pada pukul 09:00 &
pukul 19:00
• Menjalankan aktivitas harian senam pada
pukul 08:00, mengambil ari galon pada pukul
13:00, membersihkan ruang makan pada
pukul 18:00.
• Minum obat teratur pada pukul 06:00 dan
16:00
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1-4
PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds :
• Klien mengatakan kadang malam susah tidur
• Klien mengatakan sudah tidur karna masih mendengar bisikan-bisikan
• Klien mengeluh kepala terasa pusing
Do :
• Klien kadang bicara sendiri
• Klien kadang sering melamun
• Klien tampak bingung
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan keperawatan
• Sp 1 Halusinasi Pada Klien
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds :
• Klien mengatakan malam susah tidur
• Klien mengatakan bahwa tadi malam ia kembali mendengar suara bisikan,
tetapi segera ia hardik
• Klien mengeluh kepala terasa pusing
Do :
• Klien kadang bicara sendiri
• Klien tampak ngantuk
• Klien tampak bingung
• Klien sudah mulai dapar mengontrol halusinasinya
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan keperawatan
• Sp 2 Halusinasi Pada Klien
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds :
• Klien mengatakan malam sudah tidur nyenyak
• Klien mengatakan bahwa tadi malam ia tidak mendengar bisikan namun
bisikan masih ada sesekali
Do :
• Klien kadang bicara sendiri
• Klien tampak bingung dan sering melamun
• Klien sudah mulai dapar mengontrol halusinasinya
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan keperawatan
• Sp 3 Halusinasi Pada Klien
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Ds :
• Klien mengatakan malam sudah tidur nyenyak
• Klien mengatakan bahwa tadi malam ia tidak mendengar bisikan namun
bisikan masih ada sesekali
Do :
• Klien kooperatif dalam proses edukasi
• Klien bisa mengulangi cara-caramengontrol halusinasi yang telah diajarkan
• Klien sudah mulai menjalankan kegiatan terjadwal
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan keperawatan
• Sp 4 Halusinasi Pada Klien
“Bapak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-
suara berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara yang
Bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam
obat Bapak minum? (Perawat menyiapkan obat klien). Ini yang berwarna kuning
muda (Clozapine) gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Sedangkan yang
putih (Haloperidol, HLP) berfungsi untuk menenangkan pikiran dan
menghilangkan suara-suara. Semua obat ini diminum sesuai resep ya pak. Kalau
suara-suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, Bapak akan kambuh dan sulit sembuh
seperti keadaan semula. Kalau obat habis, Bapak bisa ke Puskesmas ditemani
oleh keluarganya untuk mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat
minum obat-obat ini. Pastikan obatnya benar, artinya Bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Bapak. Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya. Bapak juga harus memperhatikan berapa jumlah obat sekali
minum, dan Bapak juga harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap- cakap mengenai
obat?”
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
Coba Bapak sebutkan kembali obat-obat yang Bapak konsumsi? Ya
benar sekali! Lalu sebutkan apa saja yang sudah saya ajarkan hari-hari
sebelumnya?”
b. Rencana tindak lanjut klien
“Baiklah Bapak, bagaimana kalau besok kita mendiskusi lebih dalam lagi
tentang apa yang belum Bapak pahami”
c. Kontrak yang akan datang
“Pukul berapa Pak ? Kita bertemu ditempat ini lagi ya? Baik, sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
Endang Susanti. (2018). Konstruksi Makna Kualitas Hidup Sehat (Studi Fenomenologi pada
Anggota Komunitas Herbalife Klub Sehat Ersanddi Jakarta). Jurnal Lugas P-ISSN
2580-8338. E-ISSN 2621-1564 Vol. 2, No. 1, Juni 2018, pp. 1 - 12
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar 2018
Livana PH, Rihadini, Kandar, dkk. (2020). Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Melalui Terapi Generalis Halusinasi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal
1 - 8, April 2020 p-ISSN 2715-6443 e-ISSN 2721-9429
Novita Susilawati Barus, Deborah Siregar. (2019). Kajian Literatur: Efektivitas Terapi Musik
Klasik Terhadap Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia. Nursing CurrentVol.
7 No. 2, Juli 2019 – Desember 2019
Samuel Dwi Krisna Triyono. (2018). Konsep Sehat Dan Sakit Pada Individu Dengan
Urolithiasis (Kencing Batu) Di Kabupaten Klungkung, Bali. Jurnal Psikologi Udayana,
[S.l.], v. 4, n. 02, p. 263-276, jan. 2018. ISSN 2654-4024.
Sujarwo, Livana PH, Imroati Istibsyaroh Ar Ruhimat, dkk. (2018). Peningkatan Kemampuan
Klien Dalam Mengontrol Halusinasi Melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi. Jurnal Ners Widya Husada Volume 5 No 1, Hal 35 - 40, Maret 2018, p-ISSN
2356-3060
Susilawati. (2019). Pengaruh Intervensi Strategi Pelaksanaan Keluarga Terhadap
Pengetahuan Dan Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Skizofrenia Dengan
Halusinasi Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1, Desember 2019 e-ISSN:
2581-1975 p-ISSN: 2597-7482
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [JDIH BPK RI]. LN. 2009/ No. 144 , TLN NO.
5063, LL SETNEG : 77 HLM
RENCANA HARIAN PERAWAT
07:00 – 10:00 Pembukaan dan Serah Terima Mahasiswa STIKES Yarsi Pontianak
10.30 - 11:00 Pre conference dengan perawat ruangan
13.00 – 13:20 Membuat kontrak dengan pasien untuk pertemuan hari berikutny
Dokumentasi mencatat laporan asuhan keperawatan
13.25 – 13: 45
Pre conference
13:45 - 14.00 Operan
11.00 – 11: 30 Membuat kontrak dengan pasien untuk pertemuan hari berikutnya
11:00 – 11:30 Membuat kontrak dengan pasien untuk pertemuan hari berikutnya
11:00 – 11:30 Membuat kontrak dengan pasien untuk pertemuan hari berikutnya
11:00 – 11:30 Membuat kontrak dengan pasien untuk pertemuan hari berikutnya