Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA HALUSINASI

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Triyana Harlina Putri, M.Kep

PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Dwi Suseno, S.Kep

DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrah Syahrurramadhan

NIM : I1032191019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. Pengertian

Halusinasi merupakan gangguan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
pengindraan. Halusinasi adalah penyerapan atau persepsi panca indra tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. (Agustina, 2017)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren persepsi palsu. (Andri, Febriawati, Penizilion, Sari, & Utama, 2019).

Tipe halusinasi terdiri dari halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan,


dan halusinasi perabaan. (Sovitriana, 2019)

1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik) Gangguan stimulus dimana pasien


mendengar suara-suara terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual) Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk
pencaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas
dan komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penciuman, Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya bau busuk,
amis, dan bau yang menjijikan seperti, darah, urine atau feses. Kadang-kadang
terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi Pengecap (Gustatorik) Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan.
5. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik) Gangguan stimulus yang ditandai dengan
adanya sara sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
B. Etiologi

Menurut (Muhith, 2015) faktor penyebab halusinasi ada dua yaitu Faktor Predisposisi dan
Faktor Presipitasi.

1. Faktor Predisposisi, merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari
klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia
dan psikologis dan genetik yaitu faktor risko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Perkembangan
c. Faktor Neurobiology
d. Faktor Biokimia
e. Study Neurtransmitter
f. Teori Virus
g. Psikologis
h. Faktor Sosiokultural
2. Faktor Presipitasi, yaitu stimulus yang dipersepsokan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman atau tuntutan yang memperlukan energi ekstra untuk koping. Adanya
ragsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama diajak komunikasi dan suasana sepi atau isolasi sering sebagai pencetusnya
terjadi halusinasi karena hal tersebut dapat meningatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

Faktor-faktor pencetus respon neurubiologis dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gatting abnormal).
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan , sikap dan perilaku.
C. Diagnosa Medis

D. Manifestasi Klinis atau Tanda dan Gejala


Halusinasi terjadi pada seseorang dengan beberapa tanda dan gejalanya yang dibagi
berdasar data subjektif (data ungkapan) dan data objektif (data observasi) diantaranya
yaitu (Nurhalimah, 2016)
Data subjektif adalah seseorang mengatakan bahwa dirinya mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara yang mengajak berbicara, mendengar suara ajakan
melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan atau sinar, melihat bayangan bentuk
geometris, melihat hantu atau hal-hal yang menyeramkan, mempunyai keinginan untuk
menyakiti diri sendiri bahkan orang lain, mencium bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses, serta merasa takut atau senang dengan perasaannya yang sebenarnya tidak ada
didalam kehidupan nyatanya.
Data objektif adalah seseorang yang terlihat berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah
tanpa alasan, mengarahkan telinga ke arah tertentu seperti mendengarkan sesuatu,
menutup telinga tanpa alasan, menunjuk-nunjuk ke arah tertentu yang tidak jelas, terlihat
gelisah dan ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium sesuatu dengan
mendekatkan hidung pada sesuatu, menutup hidung, serta sering meludah, muntah, dan
menggaruk-garuk permukaan kulit.

E. Tujuan Asuhan Keperawatan

F. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji


Pengkajian keperawatan jiwa yang dapat dikaji pada seseorang yang mengalami
gangguan kejiwaan salah satunya halusinasi ialah dapat mengkajinya dengan menijau
faktor predisposisi dan prepitasinya. Faktor predisposisi tersebut ialah (Yusuf, Fitryasari,
& Nihayati, 2015)
a. Faktor perkembangan
Terjadinya hambatan perkembangan pada diri seseorang sehingga akan mengganggu
proses kehidupannya, salah satunya terkait hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan ansietas dan stress dan akan berlanjut terjadinya gangguan persepsi.
Seseorang yang mengalami hambatan pada perkembangannya maka akan merasa
tertekan sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi kurang efektif.
b. Faktor biologis
Biologi tubuh seseorang khususnya struktur otak yang kurang normal/abnormal juga
dapat menyebabkan timbulnya halusinasi terkhusus gangguan orientasi kenyataan,
gangguan atropik otak, serta bentuk sel kortikal dan limbik
c. Faktor psikologis
Timbulnya perasaan yang berkaitan dengan hubungan tidak harmonis, memiliki peran
yang ganda ataupun peran yang bertentangan dengan kehidupan seseorang sehingga
dapat menimbulkan ansietas berat terkait dengan pengingkaran terhadap kenyataan
yang ada, sehingga terjadinya halusinasi.
d. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi
dan halusinasi
e. Faktor genetik
Halusinasi umumnya dapat terjadi pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ini memiliki
potensi cukup tinggi terjadi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya juga
mengalami skizofrenia, dan juga akan menjadi lebih tinggi jika kedua orang tuanya
mengalami skizofrenia.

Menurut (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015), faktor presipitasi terjadinya halusinasi
ialah:

a. Stresor sosial budaya


Terjadinya stresor sosial budaya karena penurunan stabilitas keluarga dan adanya
perpisahan dengan orang yang disayangi serta merasa diasingkan dari lingkungan
sosial tertentu maka akan dapat mencetuskan terjadinya halusinasi.

b. Faktor biokimia

Karena adanya hormon dopamin, norepinetrin, indolamin, dan zat halusigenik ini
dapat mencetus terjadinya gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c. Faktor psikologis
Tingginya tingkat kecemasan seseorang yang terjadi secara berkepanjangan yang
tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengatasi masalah terkait kecemasan
tersebut sehingga memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas yakni
halusinasi.

Pengkajian merupakan langkah awal penyusunan asuhan keperawatan yang dilakukan


dengan wawancara dan observasi langsung pada pasien dan keluarga. Pengkajian dengan
wawancara dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang juga diimbangi dengan
komunikasi terapeutik (Nurhalimah, 2016)
 Berdasarkan pengamatan saya tadi, bapak/ibu sepertinya kelihatan berbicara ya,
dengan siapa bapak berbicara?
 Apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
 Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
 Apakah bapak/ibu mencium bau tertentu yang menjijikkan?
 Apakah bapak/ibu merasakan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
 Apakah bapak/ibu merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
 Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?
 Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
 Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
 Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayangan tersebut?
 Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?
F. Diagnosa Keperawatan
a. Halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
b. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
G. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial
- Mengkaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab, dan kemampuan klien
mengatasinya
- Menjelaskan proses terjadinya halusinasi
- Melatih klien untuk mengendalikan halusinasi dengan menghardik
- Melatih klien untuk mengabaikan perasaan halusinasinya dengan bersikap cuek
- Berikan apresiasi pada klien yang mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
halusinasinya
b. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
- Mengkaji tandan dan gejala resiko perilaku kekerasan, penyebab, kemampuan
mengatasinya dan akibatnya
- Menjelaskan proses terjadinya resiko perilaku kekerasan
- Melatih klien untuk melakukan relaksasi seperti tarik nafas dalam, pukul bantal,
senam dan jalan-jalan
- Melatih klien untuk dapat berbicara dengan baik
H. Referensi
Agustina, M. (2017, Desember). Tingkat Pengetahuan Pasien dalam Melakukan Cara
Mengontrol dengan Perilaku Pasien Halusinasi Pendengan. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia, Vol. 7 No. 4, 307.

Andri, Febriawati, H., Penizilion, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019, Desember ).
Implementasi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, Vol.1, No. 2.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: CV.
Andi Offset.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Sovitriana, R. (2019). Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia. Sidoarjo: Uwais


Inspirasi Indonesia.

Yusuf, A., Fitryasari, & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a. Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar suara yang mengejek dirinya
2) Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri.
b. Objektif :
1) Klien tampak berbicara sendiri.
2) Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Klien)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik

“selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya vilaria priska, saya senang dipanggil vilaria.
Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00 wib. Saya yang akan merawat ibu hari
ini. Nama ibu siapa, senangnya dipanggil siapa?”

b. Evaluasi/validasi

“baiklah ibu rahmi, bagaimana keadaan ibu hari ini ?”


c. Kontrak
“bu rahmi, bagaimana kalau kita berbincang- bincang tentang suara yang menganggu
ibu dan cara mengontrol suara tersebut, apakah ibu rahmi bersedia ?bagaimana kalau
kita berbincang- bincang selama 20 menit bu?ibu mau berbincang -bincang dimana?
baiklah ibu kita akan berbincang- bincang di sini.”
2. Kerja

“Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya ibu mendengar
suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh
suara yang ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari ibu
mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa
yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan ibu ketika
mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang ibu lakukan? Apakah dengan cara
tersebut suara-suara itu hilang.”
“Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol
halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu,
yaitu dengan menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?”
“Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu, baru ibu
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul
katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap? ”


2) Evaluasi objektif

“Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita
pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar kamu suara palsu”

b. Rencana tindak lanjut

“Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3 kali
sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan
harian yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka
ibu menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk tidak melakukanya maka
ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?”
c. Kontrak yang akan datang

“Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang
kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah ibu
bersedia? Ibu rahmi maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ? ibu maunya
di rawat di mana? Baiklah ibu Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00 ya bu. Saya
permisi ya bu. Selamat pagi.”
C. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Keluarga)
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien,
tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya Vilaria Priska, dan saya yang merawat
ibu rahmi. Bagaimana perasaan bapak saat ini?apa pendapat bapak dengan kondisi
istri bapak? Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang istri bapak alami
dan bantuan apa yang bisa bapak berikan. Kita mau diskusi di mana, pak?
Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu pak inginkan? Bisa
selama 20 menit, pak”

2. Kerja
“Baiklah pak. Apa yang bapak rasakan ketika melihat istri bapak? Apa yang bapak
lakukan saat melihat istri bapak berteriak-teriak?”

“Baiklah bapak. Gejala yang dialami oleh ibu rahmi itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau ibu rahmi mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu rahmi agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan ibu rahmi, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja bapak percaya bahwa istri bapak
tersebut memang mendengar suara, tetapi bapak sendiri tidak mendengarnya. Kedua,
jangan biarkan ibu rahmi melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat
kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan,
saya telah melatih ibu rahmi untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong
bapak pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini
apakah bapak sudah mengerti? Apakah ada yang ingin bapak tanyakan?”
“Baiklah bapak, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu ibu rahmi minum obat secara teratur.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih ibu rahmi untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir,
jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan. Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus
halusinasi ibu rahmi dengan cara menepuk punggung ibu rahmi. Kemudian suruhlah
ibu rahmi menghardik suara tersebut. Istri bapak sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi. Bagaimana pak? Apakah sudah paham?”

“Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi istri bapak. Sambil menepuk
punggung ibu rahmi, contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-
ulang, pak. Sekarang coba bapak praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.

“Bagus pak. bapak sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan”

3. Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan


halusinasi istri bapak? Sekarang coba bapak sebutkan kembali tiga cara merawat
istri bapak? Bagus sekali pak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan istri bapak. Jam
berapa kita bertemu? Baiklah, pak. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2
ya pak. Saya permisi dulu . selamat pagi”

Anda mungkin juga menyukai