DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Triyana Harlina Putri, M.Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Dwi Suseno, S.Kep
DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrah Syahrurramadhan
NIM : I1032191019
Halusinasi merupakan gangguan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
pengindraan. Halusinasi adalah penyerapan atau persepsi panca indra tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat dapat menerima rangsangan dari luar dan dari
dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan. (Agustina, 2017)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren persepsi palsu. (Andri, Febriawati, Penizilion, Sari, & Utama, 2019).
Menurut (Muhith, 2015) faktor penyebab halusinasi ada dua yaitu Faktor Predisposisi dan
Faktor Presipitasi.
1. Faktor Predisposisi, merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari
klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia
dan psikologis dan genetik yaitu faktor risko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa faktor yang
berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Perkembangan
c. Faktor Neurobiology
d. Faktor Biokimia
e. Study Neurtransmitter
f. Teori Virus
g. Psikologis
h. Faktor Sosiokultural
2. Faktor Presipitasi, yaitu stimulus yang dipersepsokan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman atau tuntutan yang memperlukan energi ekstra untuk koping. Adanya
ragsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok,
terlalu lama diajak komunikasi dan suasana sepi atau isolasi sering sebagai pencetusnya
terjadi halusinasi karena hal tersebut dapat meningatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
a. Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gatting abnormal).
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan , sikap dan perilaku.
C. Diagnosa Medis
Menurut (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015), faktor presipitasi terjadinya halusinasi
ialah:
b. Faktor biokimia
Karena adanya hormon dopamin, norepinetrin, indolamin, dan zat halusigenik ini
dapat mencetus terjadinya gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c. Faktor psikologis
Tingginya tingkat kecemasan seseorang yang terjadi secara berkepanjangan yang
tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mengatasi masalah terkait kecemasan
tersebut sehingga memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas yakni
halusinasi.
Andri, Febriawati, H., Penizilion, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019, Desember ).
Implementasi Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, Vol.1, No. 2.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
Yusuf, A., Fitryasari, & Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a. Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar suara yang mengejek dirinya
2) Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri.
b. Objektif :
1) Klien tampak berbicara sendiri.
2) Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Klien)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya vilaria priska, saya senang dipanggil vilaria.
Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00 wib. Saya yang akan merawat ibu hari
ini. Nama ibu siapa, senangnya dipanggil siapa?”
b. Evaluasi/validasi
“Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya ibu mendengar
suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh
suara yang ibu dengar? Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari ibu
mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa
yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan ibu ketika
mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang ibu lakukan? Apakah dengan cara
tersebut suara-suara itu hilang.”
“Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol
halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu,
yaitu dengan menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?”
“Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu, baru ibu
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul
katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang
saya lakukan tadi.” “Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
“Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita
pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak
mau dengar kamu suara palsu”
“Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3 kali
sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat ibu mendengar suara
tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan
harian yang telah kita buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka
ibu menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibuk tidak melakukanya maka
ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?”
c. Kontrak yang akan datang
“Baik lah buk, Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang
kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah ibu
bersedia? Ibu rahmi maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ? ibu maunya
di rawat di mana? Baiklah ibu Rahmi besok saya akan kesini jam 09:00 ya bu. Saya
permisi ya bu. Selamat pagi.”
C. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Keluarga)
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien,
tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya Vilaria Priska, dan saya yang merawat
ibu rahmi. Bagaimana perasaan bapak saat ini?apa pendapat bapak dengan kondisi
istri bapak? Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang istri bapak alami
dan bantuan apa yang bisa bapak berikan. Kita mau diskusi di mana, pak?
Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama waktu pak inginkan? Bisa
selama 20 menit, pak”
2. Kerja
“Baiklah pak. Apa yang bapak rasakan ketika melihat istri bapak? Apa yang bapak
lakukan saat melihat istri bapak berteriak-teriak?”
“Baiklah bapak. Gejala yang dialami oleh ibu rahmi itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab
Jadi kalau ibu rahmi mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu rahmi agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan ibu rahmi, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja bapak percaya bahwa istri bapak
tersebut memang mendengar suara, tetapi bapak sendiri tidak mendengarnya. Kedua,
jangan biarkan ibu rahmi melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat
kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan,
saya telah melatih ibu rahmi untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong
bapak pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini
apakah bapak sudah mengerti? Apakah ada yang ingin bapak tanyakan?”
“Baiklah bapak, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu ibu rahmi minum obat secara teratur.
Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih ibu rahmi untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir,
jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan. Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus
halusinasi ibu rahmi dengan cara menepuk punggung ibu rahmi. Kemudian suruhlah
ibu rahmi menghardik suara tersebut. Istri bapak sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi. Bagaimana pak? Apakah sudah paham?”
“Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi istri bapak. Sambil menepuk
punggung ibu rahmi, contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-
ulang, pak. Sekarang coba bapak praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.
3. Terminasi