DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK SAWIT
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2022
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tentang Halusinasi
A. Pengertian
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
respon neurobiologis maladaptif tanpa stimulus eksternal atau internal
yang terjadi saat kesadaran penuh dan dapat terjadi pada semua
pancaindra (Nurlaili, Nurdin, & Putri, 2019)
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis
halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan
perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang
paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi
penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan dan perabaan. Pasien halusinasi merasakan adanya
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yangteramati pada pasien
yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien merasa
mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau
sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada
halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui bau-bauan tertentu
padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada
halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu
yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa
ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan
kulit (Nurhalimah, 2018).
Halusinasi dapat diartikan suatu persepsi yang salah dalam
keadaan sadar tanpa ada rangsangan pada semua pancaindra
B. Etiologi
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti (Biologis,psikososial dan spiritual):
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti :
a. Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal,temporal
dan citim limbic. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan
dalam belajar,daya ingat dan berbicara.
b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada
pranatal,perinatal neonatus dan kanak kanak.
2. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis diri klien,sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat dirasakan dari
keluarga,pengasuh atau teman yang bersikap dingin,cemas,tidak
peduli atau bahkan terlalu melindungi sedangkan kekerasan dapat
bisa berupa konflik dalam rumah tangga merupakan lingkungan
resiko gangguan orientasi realitas
3. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan,konflik
sosial,budaya,kehidupan yang terisolir disertai stres yang
menumpuk. (Yudi hartono;2019)
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien
halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif:
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit (Nurhalimah, 2018)
D. Proses Terjadinya Masalah
Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah
kita belajar mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya
halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
a. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa (herediter), riwayat Penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain (NAPZA).
b. Faktor Psikologis Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.
Menjadi korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan
serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
c. Sosiobudaya dan lingkungan, Sebahagian besar pasien
halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah,
selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan
pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali
memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta
pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
Keterangan Gambar:
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
G. Fase-Fase
Individu mengenalimengasyikkan
> 1 orang
H. Jenis-Jenis Halusinasi
pada
sesuatu yang atau monster
tidak jelas.
I. Akibat Halusinasi
Dampak negatif halusinasi pendengaran dapat melukai dirinya
sendiri atau orang lain (Nurlaili et al., 2019)
pasien sangat terganggu dan gelisah karena seringnya frekuensi,
banyaknya jumlah tekanan dan tingginya intensitas tekanan dari
halusinasi pendengaran yang membuat mereka sulit membedakan
khayalan dengan kenyataan yang membuat mereka depresi. 46% pasien
skizofrenia mengalami depresi. Depresi pada pasien skizofrenia dengan
halusinasi mengakibatkan 9%-13% bunuh diri dan 20%-
50% diantaranya mulai melakukan percobaan bunuh diri (Nurlaili et
al., 2019)
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri,orang lain dan lingkungan.ini diakibatkan karena klien berada di
bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal
diluar kesadarannya. (Iskandar;2018)
b. Anti Parkinson :
1) Trihexyphenidile
2) Arthan
BAB III
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
A. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang
sama (Stuart & Laraia, 2019). Anggota kelompok mungkin datang dari
berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaan-
nya, seperti agresif, ketakutan, kebencian, berkompetitit, memiliki
kesamaan, memiliki ketidaksamaan, kesuka an, dan ketertarikan yang
sama.Semua kondisi ini akan meme- ngaruhi dinamika kelompok,
ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang
berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Peran Fungsi
Peran mempertahankan
Pendorong (encouragen) Memberi pengaruh positif pada kelompok
Persan individu
Korban Dipandang negatif oleh kelompok
Monopoli Berperan aktif mengontrol kelompok
Seduser Menjaga jarak dan meminta diperhatikan
Diam Mengontrol secara pasif dengan diam
Tukang komplain Mengeluh dan marah pada kerja kelompok
Negatif Mengecilkan kerja kelompok
Moralis Berperan sebagai penilai benar dan salah
a. Fase Perkelompok
d. Fase terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir.
Terminasi sementara adalah terminasi yang dilakukan untuk
mengakhiri satu sesi TAK, yaitu ketika ada sesi
TAK berikutnya yang akan dilaksanakan. Terminasi
akhir adalah terminasi di sesi terakhir TAK ketika TAK tidak
dilanjutkan lagi karena tujuan terapi sudah tercapai atau karena
alasan lain, misalnya karena anggota kelompok atau pemimpin
kelompok keluar dari kelompok. Pada fase terminasi terapis
(leader) melakukan evaluasi. Evaluasi umumnya difokuskan
pada jumlah pencapaian (perubahan perilaku) baik kelompok
mau pun individu. Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan.
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
D. METODE
1. Dinamika Kelompok
2. Diskusi dan sharing persepsi
E. MEDIA/ALAT
1. Pulpen
2. Bola tenis
3. Tape recorder/CD player
4. Kaset/CD berirama riang
F. SETTING TEMPAT
F P P F
P
P
CL
O
P
P
L
F P P F
D
Keterangan Gambar
L : Leader
CL : Co leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
D : Dokumentasi
G. PEMBAGIAN TUGAS
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiata
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
H. PASIEN
1. Kriteria Pasien
a. Klien dengan gangguan stimulasi sensorik (halusinasi)
2. Proses Seleksi
a. Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
e. Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi
aktivitas kelompok
f. Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam
kelompok.
J. SUSUNAN PELAKSANAAN
Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a) Leader : Rismanudin
b) Co Leader : Amdar Pramana
c) Fasilitator : Nur Aliah, Ona Ariyani, Marfia Umagapy, Yulianti, Lisdayanti
d) Observer : Wa Ode Eka Wangse, Nur Azza Al M., Windi Andriani P.
e) Dokumentasi : Hijrah, Faradillah Ramadhani M, Nurul Hasmi T., Winda W.
K. Antisipasi Masalah
a. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1. Memanggil pasien
2. Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk
menjawab sapaan perawat atau pasien yang lain
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
Setting
1. Terapis dan klien duduk atau berdiri bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
` Alat dan bahan
1. Pulpen
2. Bola tenis
3. Tape recorder/CD player
4. Kaset/CD berirama riang (sesuaikan dengan kondisi
klien)
Metode
1. Dinamika kelompok
Petunjuk:
1. Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien
mengetahui nama, pangilan, asal dan hobi klien lain. Beri
tanda (V) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak
mampu.
5.Dokumentasi:
Dokumentasikan pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh: klien mngikuti TAK orientasi realitas orang. Klien mampu
menyebutkan
nama, nama panggilan, asal dan hobi klien lain di sebelahnya. Anjurkan
klien mengenal klien lain di ruangan.
Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori
Mendengarkan Musik Sesi 2: Mengenali Musik Yang
Didengar
A. Tujuan
1. Klien mampu mengenali musik yang didengar
2. Klien mampu memberi respon terhadap musik
3. Klien mampu menbceritakanb perasaannya setelah
mendengarkan musik
B. Setting
1. Terapis dan klien duduk atau berdiri bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan tempat perawatan klien
C. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset lagu “dangdut”.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam sesi ke 2 adalah diskusi
dan sharing persepsi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK
stimulasi Sensori mendengarkan music.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik salam dari terapis kepada klien
b) Evaluasi dan validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama
klien lain.
c) Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenali
musik yang didengar dan memberikan respon
perasaan terhadap musik yang didengar . Menjelaskan
aturan main yaitu :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta ijin pada terapis.
Lama kegiatan 45 menit
G. Kemampuan
No Aspek yang dinilai Nama Klien :
Petunjuk:
H. Dokumentasi:
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Lembar penilaian kemampuan pasien
(berilah tanda ˅ jika pasien mampu melakukan aktivitas kelompok sesuai dengan yang di perintahkan )
Nama Pasien Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn.
Kemampuan Menyebutkan nama klien
Menyebutkan nama panggilan klien
Menyebutkan asal klien lain.
Menyebutkan nama klien
Menyebutkan nama panggilan klien
Memahami musik yang didengar.
Memberi respon terhadap musik
yang didengar
Memberi pendapat tentang music
yang didengar
Mampu menceritakan perasaannya
setelah mendengar musik.
Mampu mengikuti peraturan
kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
- Teori dan Aplikasi Praktik Klinik (1st ed.). Yogyakarta: Indomedia
Pustaka. . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Kusumawati
dan Hartono . 2010 Medika
Birckhead (2019). Pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap penurunan tingkat
halusinasi pada pasien skizofrenia: literature review. Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia: Literature Review, 9(1), 153–160.
https://doi.org/10.26714/jkj.9.1.2021.153160
Nurhalimah. (2018). KEPERAWATAN JIWA. In Pusdik SDM Kesehatan. jakarta
selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Sutinah, S., Harkomah, I., & Saswati, N. (2020). Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi
Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada Klien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan,
Iskandar. (2018). Psychiatric nursing (4th ed). California: Addison-Wesley