Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK MENGONTROL

HALUSINASI DENGAN LATIHAN MENGHARDIK PADA


PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI BALEE TANJUNG
RUMAH SAKIT JIWA ACEH

Disusun Oleh:

Raissa Ardilla, S.Kep 2212501010193


Mar’aton Salihah, S.Kep 2212501010210
Rayhanul Aliefia, S.Kep 2212501010196
Nadhira Nisrina, S.Kep 2212501010208
Nurul Khadijah Kamal, S.Kep 2212501010187
Devi Rahmayanti, S.Kep 2212501010190

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan TAK ini telah dibaca, dikoreksi, dan disetujui oleh Pembimbing Klinik (CI) Rumah
Sakit Jiwa Aceh

Seluruh Anggota Kelompok

Raissa Ardilla, S.Kep 2212501010193


Mar’aton Salihah, S.Kep 2212501010210
Rayhanul Aliefia, S.Kep 2212501010196
Nadhira Nisrina, S.Kep 2212501010208
Nurul Khadijah Kamal, S.Kep 2212501010187
Devi Rahmayanti, S.Kep 2212501010190

Mengetahui

Pembimbing Klnik (CI) Koordinator Keperawatan Jiwa

Ns. Nurlaili, M.Kep Ns. Rudi Alfiandi, M.Kep


NIP.19730120 199302 2 001 NIP.19860204 201106 1 101

MENGETAHUI
Pengelola Penyelenggaraan Diklat
Rumah Sakit Jiwa Aceh

SYAHRUL FITRI, SKM


NIP. 19751005 200012 1 003
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK BAHASAN
Sesi 1 : Menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien, dan
perasaan pasien saat terjadi halusinasi
Sesi 2 : Mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan spiritual

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) ini adalah agar
pasien dapat mengenal halusinasi yang dialami dan mampu
mengendalikannya. Pasien jugadiharapkan dapat membagikan pengalaman
mengendalikan halusinasi tersebut kepada teman-temannya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut:
a. Pasien mampu menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
b. Pasien mampu memahami cara menghardik halusinasi dan menghardik
secara spiritual
c. Pasien mampu memperagakan menghardik halusinasi dengan suara keras
dan menghardik secara spiritual

C. LANDASAN TEORI
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah (Keliat & Pawirowiyono, 2014).
Menurut Keliat, 2015 TAK stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan
adanya ketertarikan responden terhadap TAK yang dilaksanakan sehingga
setelah dilaksanakan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku
kekerasan mengalami peningkatan (Pardede dan Laia, 2020). TAK dibagi
empat bagian, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,
terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas orientasi realita,
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2015). Fokus terapi aktivitas
kelompok dengan stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang
mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan
gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif
atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep,
2014).
2. Halusinasi
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan stimulus seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan,pengecapan perabaan atau penciuman yang sebenarnya tidak
ada atau tidak nyata halusinasi merupakan salah satu dari sekian bentuk
psikopatologi yang paling parahdan membingunkan. Secara fenomenologis
halusinasi adalah gangguan yang paling umum dan yang paling penting,
selain itu halusinasi dapat dianggap sebagai karakteristik psikosis (Sutejo,
2017)

Halusinasi adalah gangguan yang terjadi pada presepsi sensori dari satu
objek tanpa adanya suatu rangsangan yang nyata dari luar, gangguan
presepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra seperti merasakan sensasi
palsu berupa pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan
perabaan. Pasien biasanya merasakan suatu stimulus khusus yang
sebenarnya tidak ada (Yusuf , Fitryasari, & Nihayati, 2015). Halusinasi
pendengaran adalah dimana seseorang mendengar suara atau kebisingan,
suara terdengar seperti suara yang mengejek, menertawakan, mengancam,
memerintahkan untuk melakukan. Perilaku yang muncul seperti
mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, menutup telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan
tangan (Nurarif & Kusuma, 2015).

Penyebab Halusinasi dibagi menjadi 2 yaitu predisposisi dan presipitasi


menurut (Videbeck & Sheila, 2020) yaitu:

a. Predisposisi

1) Faktor genetik Faktor genetik merupakan salah satu


faktor utama yang dapat menyebabkan halusinasi
dikarenakan anak yang memiliki satu orang tua penderita
halusinasi memiliki resiko 15%, angka ini meningkat
sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita
halusinasi.

2) Faktor psikologis Faktor psikologis terjadi karena


kegagalan berulang dalam menyelesaikan
perkembangan awal psikososial, korban kekerasan,
kurang kasih sayang. Sebagai contoh seorang anak yang
tidak mampu membentuk hubungan saling percaya yang
dapat mengakibatkan konflik intrapsikis seumur hidup.

3) Faktor sosiokultural dan lingkungan Seseorang yang


berada dalam sosial ekonomi kelas rendah mengalami
gejala halusinasi lebih besar dibandingkan dengan
individu dari sosial ekonomi yang lebih tinggi. Kejadian
ini berhubungan dengan kemiskinan, akomodasi
perumahan padat, nutrisi tidak memadahi. Seseorang
yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian,
dan tidak percaya pada lingkungannya.

4) Faktor biologis Adanya riwayat penyakit herediter


gangguan jiwa, riwayat penyakit, trauma kepala dan
riwayat penggunaan NAPZA mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Dimetytranferase (DMP). Akibat
Buffofenon dan stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmiliter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamine.

b. Faktor presipitasi Respon klien terhadap halusinasi seperti


curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung,
perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu membuat
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata ataupun
tidak nyata.

Tanda dan gejala halusinasi menurut Sutejo (2017), dapat dinilai dari
hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala
pada pasien halusinasi adalah:

a. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien atau


keluarga dengan gangguan sensori halusinasi mengatakan
bahwa dirinya:

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.

3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang


berbahaya.

4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk


kartun, melihat hantu atau monster.

5) Mencium bau-bauan busuk ataupun wangi seperti bau


darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.

6) Merasakan rasa seperti merasakan makanan atau rasa


tertentu yang tidak nyata

7) Merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya seperti


yang mengerayap seperti serangga, makhluk halus

8) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

b. Data objektif adalah data yang didapatkan pada pasien yang


tampak secara langsung. Pasien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi melakukan hal-hal berikut:

1) Bicara atau tertawa sendiri

2) Marah-marah tanpa sebab

3) Mengarahkan telinga menjadiarah tertentu

4) Menutup telinga

5) Menunjuk-nunjuk menjadiarah tertentu

6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

3. Mengontrol Halusinasi

Keliat & Akemat (2014) menjelaskan ada empat cara mengontrol


halusinasi dalam standar asuhan keperawatan generalis, pertama tehnik
distraksi menghardik dengan suara yang keras dan mengatakan
“pergi…pergi…kamu suara palsu saya tidak mau dengar”, kedua dengan patuh
obat, ketiga bercakap-cakap dan keempat melakukan aktifitas terjadwal.
Carolina (2008) dan Wardani (2016) yang menyatakan keempat tehnik
distraksi berpengaruh pada peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi.
Semua tehnik distraksi dan kolaborasi diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien mengontrol halusinasi.

Fenomena di rumah sakit jiwa Aceh tahun 2017 dan 2018 ditemukan
bahwa pasien dengan diagnosa keperawatan halusinasi berada pada urutan
pertama. Modifikasi tindakan keperawatan sangat dibutuhkan untuk
membantu pasien mengurangi halusinasi sehingga pasien dapat
mengoptimalkan kemampuannya dan pasien dapat hidup sehat dimasyarakat
tanpa harus dirawat inap. Nilai spiritual dapat disandingkan karena spiritual
mempengaruhi terjadinya sakit (Laroi et al. 2014). McCarthyJones,et.al
(2013), O’Brien et al (2014) dan Stuart (2016) menyatakan nilai spiritual dapat
mempercepat penyembuhan. Nilai Spiritual mencakup keyakinan kepada
Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan
praktik budaya (Townsend, 2014).

Terapi spiritual sudah terbukti dapat menurunkan halusinasi pasien.


Hidayati et al (2014) dan Gasril (2015) keduanya merekomendasikan terapi
zikir sebagai terapi tambahan, tetapi sampai saat ini terapi zikir belum ada
dalam standar asuhan keperawatan. Dalam penelitian yang dilakukan Nurlaili,
Nurdin & Putri (2019) dengan menkombinasikan terapi generalis individu
dengan terapi spiritual yaitu zikir yang digabungkan dengan tehnik distraksi
menghardik didapatkan hasil adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan
tehnik distraksi menghardik dengan spiritual terhadap penurunan halusinasi
pasien dengan nilai p value 0,000 yang artinya hipotesis Ha dipenelitian ini
diterima.

D. PESERTA TAK
1. Karakteristik/ Kriteria Peserta
a. Pasien yang mengikuti kegiatan TAK merupakan pasien dengan
diagnosa keperawatan Halusinasi
b. Pasien telah menjalani pembelajaran dan latihan terapi Halusinasi
secara individu
c. Pasien kooperatif
d. Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
e. Pasien bersedia mengikuti kegaitan TAK
2. Inisial Peserta
Peserta TAK ini berjumlah 12 orang dengan inisial berikut; Tn. H, Tn. S,
Tn.R, Tn.A, Tn. I, Tn.RH, Tn.J, Tn.M, Tn.MT, Tn.BA, Tn.MD, Tn.AW
E. PENGORGANISASIAN
3. Waktu
a. Hari/tanggal : Jumat, 14 Juli 2023
b. Tempat pelaksanaan : Balee Tanjung
c. Waktu : 10.30 WIB
d. Durasi : 45 menit
e. Jumlah Peserta : 12 orang
f. Jenis TAK : Stimulasi Persepsi

4. Tim terapi dan Deskripsi Tugas


a. Leader: Raissa Ardilla, S.Kep
1) Menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang
terjadi dalam kelompok
2) Membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok
3) Menjadi motivator
4) Membantu kelompok menetapkan tujuan
5) Membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya
terapi aktivitas kelompok
b. Co-Leader : Rayhanul Aliefia, S.Kep
1) Mendampingi leader
2) Membantu leader dalam dinamika kelompok
3) Menjadi motivator
4) Mengambil alih posisi jika leader blocking
c. Fasilitator: Devi Rahmayanti, S.Kep & Mar’aton Salihah, S.Kep, dan
Nurul Khadijah Kamal, S.Kep Sebagai fasilitator, perawat ikut serta
dalam kegiatan sebagai anggota kelompok. Tugas seorang fasilitator
yaitu memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat
mengikuti jalannya kegiatan membantu leader dalam dinamika
kelompok.
d. Observer: Nadhira Nisrina, S.Kep
1) Mencatat serta mengamati respon pasien
2) Mengamati proses berjalannya terapi aktivitas kelompok
3) Menangani peserta/anggota kelompok yang meninggalkan
kegiatan

5. Alat
a. Karton
b. Spidol
c. Speaker
d. Tikar
e. Kursi
f. Lembar Balik
g. Leaflet
6. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Memperhatikan dan memperagakan proses perkenalan diri
c. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasi
d. Menyebutkan efektifitas cara
e. Menjelaskan pengalaman mengendalikan halusinasi
f. Memperagakan mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik
g. Berdiskusi dan tanya jawab
7. Kriteria hasil
a. Evaluasi struktur
1) Kondisi lingkungan kondusif, tenang dan jatuh dari kebisingan
agar pasien dapat berfokus terhadap kegiatan yang akan dilakukan
2) Pasien dan terapis duduk bersama membentuk barisan
3) Semua pasien sepakat untuk mengikuti kegiatan TAK
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5) Terapis berperan sesuai dengan perannya
b. Evaluasi proses
1) Pasien terlihat senang
2) Pasien tampak rileks
3) Pasien mengikuti TAK sampai selesai
4) Leader bertugas mengkoordinasi dan memimpin seluruh kegiatan
dari awal sampai akhir kegiatan
5) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
6) Fasilitator berperan aktif membantu pasien melakukan kegiatan
dan mengantisipasi masalah yang kemungkinan terjadi
7) Observer melakukan pengamatan dalam kelompok dan
menyampaikan hasil penilaiannya kepada masing-masing peserta
c. Evaluasi hasil
1) Diharapkan 80% peserta mampu menjelaskan tujuan TAK
2) Diharapkan 80% peserta mampu menjelaskan tujuan menghardik
3) Diharapkan 80% peserta mampu memperagakan teknik menghardik
untuk mengontrol halusinasi baik dengan kata kata suara keras dan
istighfar

8. Proses pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mengumpulkan pasien dengan Halusinasi yang sudah
kooperatif
2) Membuat kontrak waktu dan tempat dengan pasien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam terapeutik dari terapis kepada pasien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan perasaan pasien hari ini
4) Menjelaskan tujuan kegiatan, kontrak waktu dan tempat
5) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a) Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
b) Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada fasilitator
c. Tahap kerja
1) Terapis menjelaskan tentang halusinasi dan cara mengontrol
halusinasi dengan menerapkan 4 strategi yaitu pertama tehnik
distraksi menghardik dengan suara yang keras atau dengan
istighfar, kedua dengan patuh obat, ketiga bercakap-cakap dan
keempat melakukan aktifitas terjadwal.
2) Memastikan alat dan bahan sudah tersedia, seperti alat tulis,
karton
3) Pasien membentuk lingkaranan ditengahnya diletakkan kursi
berjumlah sama dengan dengan jumlah pasien dikurang satu
4) Menghidupkan musik dan para pemain harus bergerak
memutari kursi
5) Ketika lagu berhenti para pemain harus segera duduk dikursi
6) bagi klien yang tidak mendapati kursi akan diminta
menceritakan pengalaman mengontrol halusinasi dan
memperagakan sp 1 (menghardik halusinasi)

d. Tahap terminasi
1) Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku pasien
yang positif
3) Menganjurkan pasien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
halusinasi
4) Menganjurkan pasien mengingat dan mengulang strategi
pelaksanaanan, cara mengontrol halusinasi sesuai jadwal
kegiatan yang sudah ditentukan.
POSISI DUDUK KEGIATAN TAK

T B H m
a
M m
p
u
J m
e
D A I R
n
y
e
b
u
t
k
a
Keterangan: n
S
Leader
Co-Leader
Observer
Fasilitator
Clinic Instructur
Peserta
Proses Kegiatan
1. Fase Orientasi
Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dilakukan pada pasien di RSJ
Aceh tepatnya pada ruangan intermediate Balee Tanjung yang di ikuti oleh
pasien yang berjumlah 10 peserta. Kegiatan TAK yang dilakukan bertujuan
untuk mengenal halusinasi yang dialami dan mampu mengendalikannya. Pasien
juga diharapkan dapat membagikan pengalaman mengendalikan halusinasi
tersebut kepada teman-temannya.dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB di
ruangan Balee Tanjung RSJ Aceh hingga selesai. Kegiatan TAK dihadiri oleh
CI, fasilitator ruangan, serta mahasiswa yang melakukan TAK. Kegiatan TAK
dimulai dengan pembukaan yang dilakukan oleh leader tanpa adanya kata
sambutan dari kepala ruangan, fasilitator, CI atau perawat yang bertugas di
ruangan.
Leader membuka kegiatan TAK ini dengan salam dan perkenalan co- leader
serta dilanjurkan dengan memperkenalkan setiap mahasiswa yang mempunyai
peran sebagau observer, dan fasilitator yang melakukan kegiatan serta
melakukan kontrak waktu dan tujuan pertemuan ini kepada pada pasien yang
bersedia menjadi peserta dalam kegiatan TAK. Pada saat pembukaan, respon
pasien sangat baik dan kondisi ruangan juga sangat kondusif. Selanjutnya,
Leader beserta co-leader memberikan arahan tentang peraturan dan memandu
pasien untuk melakukan kegiatan TAK sampai selesai.

2. Fase Kerja

Terapi Aktivitas kelompok di pimpin oleh leader. Leader membuka TAK


dengan mengucapkan salam, memperkenalkan diri serta menyapa para peserta
TAK. TAK dimulai dengan sesi perkenalan yang dirancang dalam sebuah
game. Game perkenalan diri yang dilakukan termasuk salah satu jenis TAK
(Terapi Aktivitas Kelompok) yang mana bertujuan untuk melatih orang dengan
gangguan jiwa berkenalan dan menjalin hubungan sosial dengan individu lain.
Setelah itu leader menjelaskan mekanismenya yaitu mainkan music dan pemain
harus bergerak memutari kursi, jika music berhenti, para pemain harus duduk
di kursi. Lalu pemain yang tidak kebagian tempat duduk harus berdiri untuk
memperkenalkan nama diri dan diminta mempraktikan cara menghardik
halusinasi atau tentang cara yang selama ini digunakan untuk mengatasi
halusinasi, menyebutkan apakah cara aitu efektif dan menyebutkan cara
mengatasi halu dengan menghardik. Jika ada seorang peserta yang tidak
kooperatif dan mulai membuat peserta lain sedikit terganggu akan ditenangkan
oleh perawat yang berada disampingnya dan jika tetap tidak membaik maka
harus dikeluarkan dari kegiatan TAK dan diantar untuk masuk keruangan
istirahat. Selanjutnya musik dimainkan kembali.

3. Tahap Terminasi
Fase terminasi dimulai setelah para peserta TAK dapat mempraktikkancara
mengontrol halusinasi dengan menghadrik halusinasi atau cara lainnya. Leader
kemudian melakukan evaluasi terhadap perasaan para peserta setelah mereka
mengikuti kegiatan TAK. Dan leader meminta para peserta untuk
menyampaikan kesan dan pesan mereka. Setelah itu Observer menjelaskan
setiap poin penilaian dan membacakan hasil yang didapatkan para peserta
setelah mengikuti kegiatan TAK. Setelah itu CI memperkenalkan diri kepada
para peserta dan menanyakan perasaan para peserta setelah mengikuti kegiatan
TAK. CI juga menjelaskan setiap poin penilaian kepada para peserta dan
memberi pesan kepada para peserta untuk mengingat dan mengulang strategi
pelaksanaan untuk mengontrol perilaku kekerasan.
Acara kemudian dilanjutkan makan bersama. Kelompok sudah
menyediakan makanan dan minuman untuk dibagikan kepada seluruh peserta
TAK. Seluruh peserta TAK duduk melingkar dan menikmati makanan masing-
masing. Kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Leader meminta
kesediaan para peserta TAK untuk membentuk barisan, setelah sesi foto
bersama, leader menutup acara dengan menyampaikan terima kasih kepada
seluruh peserta TAK yang sudah terlibat dan meminta maaf apabila terdapat
kesalahan atau kesilapan selama kegiatan berlangsung. Kemudian leader
mengakhiri kegiatan TAK dengan mengucapkan salam dan meminta para
peserta yang terlibat menjadi peserta TAK untuk kembali beristirahat di kamar
masing-masing.
EVALUASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PADA KLIEN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG BALEE TANJUNG
RUMAH SAKIT JIWA ACEH

SESI 1 : TAK( kemampuan mengenal halusinasi )

Berilah tanda (√) jika klien mampu melalukan dan berilah tanda (x) jika klien tidak mampu melakukan

Nama Klien
Aspek yang dinilai Tn. Tn. Tn.
No Tn.
Tn. r Tn.i Tn.j Tn.mt Tn.s Tn.ba Tn.ik Tn.rz mh h aw
mn
Verbal
1. Menyebutkan isi halusinasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓
2. Menyebutkan waktu terjadi halusinasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓

3. Menyebutkan situasi terjadi halusinasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓


4. Menyebutkan perasaan saat halusinasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓
Jumlah
EVALUASI TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PADA KLIEN DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG BALEE TANJUNG
RUMAH SAKIT JIWA ACEH

SESI 2 : TAK( kemampuan menghardik halusinasi)

Berilah tanda (√) jika klien mampu melalukan dan berilah tanda (x) jika klien tidak mampu melakukan

Nama Klien
Aspek yang dinilai Tn. Tn. Tn.
No Tn.
Tn. r Tn.i Tn.j Tn.mt Tn.s Tn.ba Tn.ik Tn.rz mh h aw
mn
Verbal
1. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
untuk mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektifitas cara ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓

3. Menyebutkan cara mengatasi halusinasi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓


dengan menghardik
4. Memperagakan menghardik halusinasi ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ × ✓ ✓ ✓ ✓
dengan spiritual
Jumlah
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan TAK di Ruang Balee Jeumpa
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku ajar keperawatan

kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. (2015). Keperawatan jiwa: terapi aktivitas kelompok. Jakarta : EGC.

Keliat, B. A., & Pawirowiyono, A. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. In

B. Angelina (Ed.) (2nd ed., p. 189). Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa

dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent Behavior in

Schizophernia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan

Jiwa, 3(3),291-300.

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan Jiwa dan

Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Sheila L. Videbeck. (2020). Psychiatric-Mental Health Nursing Eighth Edition.

Yosep, I. (2016). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.


EVALUASI KEGIATAN TAK
1. Evaluasi Struktur

• Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dilakukan pada pasien di RSJ

Aceh tepatnya pada ruangan intermediate Balee Tanjung yangdi ikuti oleh

pasien yang berjumlah 12 peserta. Kegiatan TAK yang dilakukan bertujuan

untuk mengidentifikasi kemampuan mengenal halusinasi dan menghardik

halusinasi dengan cara verbal yang dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB di

ruangan Balee Tanjung RSJ Aceh hingga selesai pada jam 12.00 WIB.

• Kegiatan berlangsung dengan kondusif, tenang, dan jauh dari kebisingan

sehingga pasien focus dengan kegiatan yang dilaksanakan.

• Peserta dan terapis duduk bersamaan dalam bentuk lingkaran dan semua

peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan TAK sampai akhir

• Alat yang digunakan dalam kegiatan TAK antara lain: lembar balik, kursi,

leaflet, kertas karton, spidol, dan speaker. Semua alat tersedia dan berfungsi

dengan baik.

• Semua terapis berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

2. Evaluasi Proses

• Peserta terlihat senang dan rileks saat kegiatan berlangsung.

• Leader bertugas mengkoordinasi dan memimpin seluruh kegiatan dari awal

sampai akhir kegiatan.

• Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.

• Fasilitator berperan aktif membantu pasien melakukan kegiatan dan

mengantisipasi masalah yang kemungkinan terjadi.


• Observer melakukan pengamatan dalam kelompok dan menyampaikan

hasil penilainnya kepada masing-masing peserta.

3. Evaluasi Hasil

• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan isi halusinasi


• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan waktu terjadi halusinasi
• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan situasi terjadi halusinasi

• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan perasaan saat halusinasi

• Seluruh pasien mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi


• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan efektifitas dari menghardik halusinasi

• 11 dari 12 pasien mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan


menghardik

• 10 dari 12 pasien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi dengan


spiritual

Anda mungkin juga menyukai