Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Dosen pengampu: Ira Ocktavia Siagian, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan perlindunganNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas
bantuan dari semua pihak. Semoga makalah ini menambah pengetahuan khususnya
bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Bandung, 15 Januari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan
derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat (UU Kesehatan Jiwa,
2014). Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2014). Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berpikir,
berkomunikasi, menerima, menginterpretasikan realitas, merasakan dan
menunjukkan emosi. Menambahkan definisi skizofrenia yaitu penyakit kronis,
parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang ditandai dengan pikiran kacau,
waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Tanda dan Gejala
4. Etiologi
5. Rentang
6. Pohon Masalah
7. Penatalaksanaan
8. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis,
2005).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory
impressions or experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau
pengalaman indera. (Sundeen's, 2004).
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana
tidak terdapat simulus (Yosep, 2009).

B. Klasifikasi
Menurut Maramis, (1995) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
1. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk (sinar, kalipan atau
pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang
dikenalnya), berwarna atau tidak.
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik): suara manusia, hewan atau
mesin, barang, kejadian alamiah dan music
3. Halusinasi pencium (olfaktorik): mencium sesuatu bau
4. Halusinasi pengecap (gustatorik): merasa/mengecap sesuatu
5. Halusinasi peraba (taktil): merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau
seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya
6. Halusinasi kinestetik: merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang,
atau anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan
atau “phantom limb”).
7. Halusinasi viseral: perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
8. Halusinasi hipnagogik: terdapat ada kalanya pada seorang yang normal,
tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
9. Halusinasi hipnopompik: seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum
terbangun samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman
halusinatorik dalam impian yang normal.
10. Halusinasi histerik: timbul pada nerosa histerik karena konflik
emosional.

C. Tanda- gejala halusinasi


Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat
(1999) dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata.
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), dan takut.
8. Sulit berhubungan dengan orang lain.
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku
D. Etiologi halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupaun keluarganya. Faktor
predisposisi dapat meliputi:
1) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkemabangan mengalami hambatan dan hubungan
intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan
2) Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan
yang membesarknya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytranferase (DMP).
4) Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanay peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
menagkibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas
5) Faktor GenetikGen
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaiutu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkunagan, seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi,
objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi
seringg menjasi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat
meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik

E. Rentang Respon Halusinasi


1. Tahap I ( Non – psikotik )
Pada tahap ini, halusinasi mamapu memberikan rasa nyaman pada klien,
tingkat orientasi sedang. Secara unum pada tahap ini merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien.
Karakteristik :
a. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilagkan kecemasan
c. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Prilaku yang muncul :
a. Tersenyum atau tertawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Respon verbal rambat, diam, dan berkonsentrasi

2. Tahap II ( Non – psikotik )


Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami
tingkat kecemasan berat. Secara umum hausinasi yang ada dapat
menyebabkan antipati.
Karakteristik :
a. Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
b. Mulai merasa kehilangan kontrol
c. Menarik diri dari orang lain
Prilaku yang muncul :
a. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan TD
b. Perhatian terhadap lingkunagn menurun
c. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
d. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinai dan
realita

3. Tahap III ( Psikotik )


Klien biasanya tidak dapat mengontrol didinya sendiri, tingkat
kecemasnan berat, dan halusiansi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik :
a. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
b. Isi halusinasi menjadi atraktif
c. Klien menjasi kesepian bila pengalaman sensorinya berakhir
Prilaku yang muncul :
a. Klien menuruti perintah halusinasi
b. Sulit berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
d. Tidak mampu emngikuti perintah yang nyata
e. Klien tampak temor dan berkeringat

4. Tahap IV ( Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat
panik.
Prilaku yang muncul :
a. Risiko tinggi mencederai
b. Agitasi / kataton
c. Tidak mampu merespons rangsang yang ada

F. Pohon masalah

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa
pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara
fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter


Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang


ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.

4. Memberi aktivitas pada pasien


Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri
dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di
beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan,
Tanggal Pengkajian, No. Rekam medik.                        
b. Keluhan utama atau alasan masuk, tanya kepada pihak klien/keluarga
atau pihak yang berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan
klien datang kerumah sakit, dan Apa yang sudah dilakukan
klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat kerumah sakit.
c.   Faktor predisposisi, merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya dan factor genetik
d.   Aspek pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan keadaan umum dan
pemeriksaan head to toe
e.   Aspek psikososial, terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social,
dan spiritual
f. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek
(ekspresi wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
h.  Mekanisme koping, koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptif
i.  Aspek medik yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

B. Analisa Data

Data Masalah

DS : Halusinasi

- Mendengar suara orang bicara tanpa


ada orangnya
- Melihat benda, orang, sinar tanpa ada
objeknya
- Menghidu bau-bauan yang tidak
sedap, seperti bau badan padahal tidak
- Merasakan pengecapan yang tidak
sedap
- Merasakan gerakan atau rabaan badan

DO :

- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Melihat kesatu arah
- Mengarahkan telinga kearah tertentu
- Tidak dapat memfokuskan pikiran
- Diam sambal menikmati halusinasinya

C. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi
D. Perencanaan

Tujuan Dx Kep Intervensi

- Kognitif, klien mampu : Halusinasi 1. Bina hubungan saling percaya antara klien
1. Menyebutkan penyebab halusinasi dan perawat
2. Menyebutkan karakteristik halusinasi 2. Pengkajian : kaji tanda dan gejala
yang dirasakan halusinasi, penyebab dan kemampuan klien
3. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan mengatasinya. Jika ada halusinasi katakan
dari halusinasi anda percaya, tetapi anda sendiri tidak
4. Menyebutkan cara mengendalikan mendengar/melihat/menghidu/merasakan
halusinasi yang tepat 3. Diagnosis : jelaskan proses terjadinya
- Psikomotor, klien mampu : halusinasi
1. Melawan halusinasi dengan menghardik 4. Tindakan keperawatan :
2. Mengabaikan halusinasi dengan a) Tidak mendukung dan tidak membantah
bersikap cuek halusinasi klien
3. Minum obat dengan prinsip 8 benar, b) Latih klien melawan halusinasi dengan
yaitu benar nama, benar obat, benar menghardik
manfaat, benar dosis, benar frekuensi, c) Latih klien mengabaikan halusinasi
benar cara, benar tanggal kadaluwarsa,
dan benar dokumentasi dengan bersikap cuek
- Afektif d) Latih klien mengalihkan halusinasi
1. Merasakan manfaat cara-cara mengatasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
halusinasi kegiatan secara teratur
2. Membedakan perasaan sebelum dan
sesudah latihan

E. IMPLEMENTASI

Implementasi Evaluasi
SP1 S:
1. Membina hubungan saling percaya antara klien - Pasien mengatakan mendengar suara orang bicara
dan perawat tanpa ada orangnya
2. Mengkaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab - Pasien melihat benda, orang, sinar tanpa ada
dan kemampuan klien mengatasinya objeknya
3. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi - Pasien menghidu bau-bauan yang tidak sedap,
4. Melatih klien melawan halusinasi dengan seperti bau badan padahal tidak
menghardik - Pasien merasakan pengecapan yang tidak sedap
5. Melatih klien mengabaikan halusinasi dengan - Pasien merasakan gerakan atau rabaan badan
bersikap cuek
6. Melatih klien mengalihkan halusinasi dengan O :
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan secara - Bicara sendiri
teratur - Tertawa sendiri
- Melihat kesatu arah
- Mengarahkan telinga kearah tertentu
- Tidak dapat memfokuskan pikiran
- Diam sambal menikmati halusinasinya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan SP2
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap cukup dengan orang lain
- Menganjurkan pasien membuat jadwal kegiatan
harian
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan pasien
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat
menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan dan juga pada klien khususnya dengan halusinasi, pasien sangat
membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat / petugas
kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data
yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada
pasien.

B. Saran
Harapannya perawat mampu mengembangkan keterampilannya agar
dapat menciptakan suasana yang kondusif dan sesuai pencapaian pada
program yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan, dkk. 2017. Modul Praktikum Jiwa Mahasiswa Semester V Prodi D-
IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar. Denpasar : Jurusan
Keperawatan Poltekkes Denpasar
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Andi
Stuart, GW dan SJ Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St
Louis : Mosby Year Book
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Yusuf, Ah. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Diunduh pada
tanggal 13 September 2018 dari :
https://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan
%20kesehatan%20jiwa.pdf
Stuart. Gail wiscartz. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC

http://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-jiwa/halusinasi/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25993/5/Chapter%20I.pdf

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/

Anda mungkin juga menyukai