Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA :


HALUSINASI

ASTIN H. MAKUTA

NIM. 20013

CI RUANGAN CI AKADEMI

AKADEMI KEPERAWATN JUSTITIA PALU


TAHUN AJARAN
2021/2022

I. Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
Direja (2011) berpendapat bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan.
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal
dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau kelainan berespons
terhadap stimulus (Fitria, 2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia luar ). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata (Kusumawati & Hartono, 2012).

B. Etiologi/Faktor Resiko
1. Faktor Predisposisi (Fitria, 2012)
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi : faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetic.
a) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP).
d) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
2. Faktor Presipitasi (Fitria, 2012)
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi sebagai berikut :
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Penggerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang (Damaiyanti, 2012)

D. Patofisiologi
Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati, 2012) yaitu
sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase Comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap
ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristiknya : Klien mengalami stress,
cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak
dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakkan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.

2. Fase Kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan , termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi , rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien : perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap
perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

E. Pemeriksaan Penunjang
Setelah menyanyakan keluhan yang dialami, riwayat kesehatan, pola hidup, dan
pengobatan yang pernah dijalani pasien, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik secara menyeluruh.
Untuk mengetahui penyebab halusinasi, setelah itu dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti :
1. Tes darah dan urin, untuk menedeteksi infeksi atau penyalahgunaan alkohol dan
NAPZA
2. EEG (elektroensefalogram), untuk memeriksa aktivitas listrik otak sehingga
terlihat apakah halusinasi disebabkan oleh epilepsi
3. Pemindaian CT scan MRI, untuk mendeteksi stroke dan kemungkinan adanya
cedera atau tumor di otak.
F. Penatalaksanaan
Menurut (Maramis, 2005) Pengobatan harus secepat mungkin, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
1. Farmakoterapi
1. Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita Schizofrenia
yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
2. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.

2. Terapi Kejang Listrik / Electro Convulsion Therapy (ECT)


Cara kerja elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas, dapat dikatakan bahwa
terapi konvulsi dapat memperpendek serangan Schizofrenia dan mempermudah
kontak dengan klien.
3. Penatalaksanaan
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan
dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja
sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan
dokter. Diharapkan klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
a) Terapi Aktivitas
1) Terapi Musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat music, bernyanyi yaitu menikmati
dengan relaksasi jenis music yang disukai klien.
2) Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
Terapi menari
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan klien melalui gerakan tubuh.
3)Terapi Relaksasi
Fokus : belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
4)Terapi Sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
5)Terapi kelompok
(a) Group Therapy (Terapi kelompok)
(b) Terapeutik Group (Terapi terapeutik)
(c) Adjuntive Group Activity Therapy (Terapi Aktivitas Kelompok)
6)Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga ( home like
atmosphere).
G. Komplikasi
Jika dibiarkan dan tidak mendapatkan penanganan, halusinasi dapat menimbulkan
sejumlah komplikasi. jenis komplikasi yang muncul tergantung pada penyebabnya.
meski demikian, komplikasi yang sering terjadi adalah :
1. Gangguan dalam hubungan dan interaksi sosial
2. Tindakan menyakiti diri sendiri dan oranglain
3. Percobaan bunuh diri

H. Perencanaan Pulang
Discharge planning pada pasien halusinasi di rumah sakit jiwa Menurut British Columbia
Schizophrenia Society 1995, discharge planning adalah rencana yang melibatkan koordinasi
antara perawat dengan keluarga. Oleh karena itu keluarga harus menyadari bahwa discharge
planning adalah bagian integral dari asuhan keperawatan jiwa. Hal penting yang harus ada di
dalam sebuah discharge planning yang baik meliputi:
a) Obat Tindakan pengobatan yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah
pemberian obat golongan antipsikotik.
b) Perencanaan untuk tempat tinggal pasien setelah pulang dari rumah sakit
jiwa juga perlu diperhatikan.
c) Komunitas Perawatan dan pengobatan harus tetap dipantau secara
berkesinambungan.
d) Aktivitas Sehari-hari Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi
kemampuan mereka dalam menjalankan fungsi dirinya sehari-hari
e) Perawatan Kesehatan Fisik Secara umum
f) Pendidikan Kesehatan
Menurut Isaacs 2004, pendidikan kesehatan yang diberikan kepada keluarga meliputi:
• Informasi Tentang Penyakit Pendidikan yang diberikan terdiri dari
pengertian halusinasi, penyebab, gejala serta resiko mengalami kekambuhan.
• Memberikan informasi tentang cara mengatasi gejala klien Berikan
informasi kepada keluarga tentang pentingnya mengidentifikasi gejala-gejala yang
ditunjukkan pasien ketika mengalami kekambuhan dan menghubungi pelayanan kesehatan
yang tersedia serta beritahukan kepada keluarga untuk tidak menyetujui pernyataan halusinasi
dari pasien tetapi ajarkan kepada keluarga untuk melihat kepada realitas.
• Informasi tambahan Meliputi informasi tentang perawatan diri, berikan
informasi kepada keluarga untuk membicarakan tentang perasaan dan kekhawatiran mereka
dengan penyedia layanan kesehatan serta memberikan pertimbangan bagi keluarga untuk
bergabung ke komunitas pendukung di dalam masyarakat
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

Proses Keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai


dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan optimal. Dengan
menggunakan proses keperawatan dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang
bersifat rutin, intuisi tidak unik bagi individu klien. Hubungan saling percaya antara
perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan
keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah dengan
kemampuan yang dimiliki. Proses Keperawatan terdiri atas 5 langkah menurut Direja
(2011) yang sistematis yang dijabarkan sebagai berikut:
A. Pengkajian
Proses keperawatan merupakan wahana/ sarana kerjasama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peeran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun
pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat, sehingga
kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik
bagi individu klien (Direja, 2011) :
1. Pengumpulan Data
a) Identitas klien dan penanggung jawab
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status
perkawinan, dan hubungan klien dengan penanggung.
b) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit keluhan utama berisi
tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan keluhan klien saat
pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Pada faktor predisposisi mencakup factor yang mempengaruhi jenis
dan sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (factor
pencetus/penyebab utama timbulnya gangguan jiwa). Faktor presipitasi mencakup
stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau
tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk mengatasinya/faktor yang
memberat/meperparah terjadinya gangguan jiwa (Azizah, 2011).
c) Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh /dengan cara
observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil pengukuran (Azizah, 2011).
d) Pengkajian psikososial:
1) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian (Azizah, 2011) yaitu :
(a) Kajian Adopsi yang membandingkan sifat antara anggota keluarga
biologis/satu keturunan dengan keluarga adopsi.
(b) Kajian Kembar yang membandingkan sifat antara anggota keluarga yang
kembar identik secara genetik dengan saudara kandung yang tidak
kembar.
(c) Kajian Keluarga yang membandingkan apakah suatu sifat banyak
kesamaan antara keluarga tingkat pertama (seperti orang tua, saudara
kandung) dengan keluarga yang jail.
2) Konsep diri
(a) Citra Tubuh
Kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya termasuk
persepsi masa lalu/sekarang, perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan
dan potensi dirinya.
(b) Ideal diri
Perspesi individu tentang bagaimana seharusnya ia berprilaku berdasarkan
standar aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
(c) Harga diri
Penelitian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Harga diri
tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam menerima dirinya tanpa
syarat, meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia
tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga.
(d) Penampilan peran
Serangkaian prilaku yang di harapkan oleh lingkungan social
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

(e) Identitas diri


Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu
(Azizah, 2011).
3) Hubungan social
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya dunia
kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan sosial dan budaya bagi
klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai perbedaan klien. Berbagai
faktor sosial budaya klien meliputi usia, suku bangsa, gender, pendidikan,
penghasilan dan sistem keyakinan.
4) Spritual
Keberadaan individu yang mengalami penguatan kehidupan dalam hubungan
dengan kekuasaan yang lebih tinggi sesuai nilai individu, komunitas dan
lingkungan yang terpelihara (Azizah, 2011)
e) Status mental
1) Penampilan
Area observasi dalam penampilam umum klien yang merupakan karakteristik
fisik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan, sikap tubuh,
cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata, dilatasi/kontruksi pupil, status
gizi/keshatan umum (Azizah, 2011).
2) Pembicaraan
Cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan, cepat/lambat),
volume (keras/lembut), jumlah (sedikit, membisu, ditekan) dan karakternya
seperti: gugup, kata-kata bersambung serta aksen tidak wajar (Azizah, 2011).
(3) Aktivitas motorik
Aktivitas motorik berkenan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal
tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringai, tremor)
dan isyarat tubuh yang tidak wajar (Azizah, 2011).
(4) Afek dan Emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama dan dengan sedikit
komponen fisiologis/fisik, seperti kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan alam
perasaan (emosi) adalah manifestasi efek yang ditampilkan/diekspresikan ke
luar disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung (waktunya) relative
lebih singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, khawatir atau
gembira berlebihan (Azizah, 2011).
5) Interaksi selama wawancara
Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat waawancara seperti bermusuhan,
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang (tidak mau manatap
lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya) atau curiga yang sering menunjukkan sikap/perasaan tidak
percaya pada orang lain (Azizah, 2011).
6) Persepsi-Sensorik
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan, perbedaan sesuatu,
hal tersebut melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikannya
setelah panca indra mendapatkan rangsangan.
(a) Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata
apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi pendengaran, atau
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila halusinasinya adalah
halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium untuk halusinasi penghidu,
rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa
yang dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
(b) Waktu dan Frekuensi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Bila memungkinkan klien diminta menjelaskan
kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini penting
untuk mengidentifikasikan pencetus halusinasi dan menentukan bila mana
klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
(c) Situasi Pencetus Halusinasi
Perawat mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami
halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kejadian
yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga dapat
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
(d) Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien mampu mengontrol stimulasi
halusinasi atau sudah tidak berdaya terhadap stimulasi.

7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan dirinya
(melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan/dirinya
(melalui perhatian). Kesadaran yang baik biasanya dimanifestasikan dengan
orientasi yang baik dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya
(Azizah, 2011).
8) Memori (Daya Ingat)
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal yang telah
terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada gangguan pada daya
ingat. Gangguan ini dapat terjadi pada salah satu diantara komponen daya
ingat yaitu pencatatn/registrasi, penahanan/retensi atau memanggil
kembali/recall sesuatu yang terjadi sebelumnya (Azizah, 2011).
9) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
wawancara/kontrak dan kalkulasi. Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk
mengerjakan hitungan baik sederhanan maupun kompleks. Bagaimana klien
berkonsentrasi dan kemampuannya dalam berhitung, apakah normal atau ada
gangguan seperti mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu
berhitung sederhana ataulainnya (Azizah, 2011).
10) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif,
kemampuan mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari hubungan. (Azizah,
2011).
11) Daya tilik diri
Daya tilik diri/penghayatan, merujuk pada pemahaman klien tentang sifat
suatu penyakit/gangguan. Penghayatan ini biasanya mengalami gangguan pada
kelainan mental organik, prikosis dan retardasi mental (Azizah, 2011).
12) Kebutuhan persiapan pulang
Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara lain: makan dan
minum, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam rumah, kegiatan di luar rumah,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medik.

2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
a) Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata, tidak
percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasi, perasaan
tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik kebingungan.
b) Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau
kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian terhadap
perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari
adanya masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak
gelisah, insight kurang, tidak ada minat untuk makan.

3. Rumusan Masalah ( Fitria, 2012).


a) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
b) Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
c) Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
d) Harga diri rendah
4. Pohon masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebab
dan akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria, 2012).

Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Gambar 2. Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

B. Diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah keempat dari pengkajian
setelah pohon masalah. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
aktual atau potensial individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
klien/proses kehidupan (Direja, 2011).
Masalah keperawatan klien yang muncul pada klien dengan Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi adalah : ( Fitria, 2012).
1. Risiko Mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Harga diri rendah.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan prioritas
diagnosa keperawatan.
Adapun prioritas diagnosa keperawatan adalah :
1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi.
Tujuan Umum : Klien tidak mengalami halusinasi.
Tujuan Khusus :
a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
(a)Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
(b)Perkenalkan diri dengan sopan.
(c)Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
(d)Jelaskan tujuan pertemuan.
(e)Jujur dan menepati janji.
(f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
(g)Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.

b) TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.


Kriteria Evaluasi :
(1) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.
(2) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Intervensi :
(1)Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
(2)Observasi tingkah laku terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus , memandang ke kiri / kanan / depan seolah-olah ada teman
bicara.
(3)Bantu klien mengenal halusinasinya :
(a) Tanyakan apakah ada suara yang di dengar.
(b) Jika ada, apa yang dikatakan.
(c) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat, sendiri tidak mendengarnya ( dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi).
(d) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
(4)Diskusikan dengan klien :
(a) Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi.
(b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi,siang,sore dan malam
atau jika sendiri, jengkel / sedih).
(c) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah / takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan
perasaan.

c) TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya.


Kriteria Evaluasi :
(1) Klien dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya.
(2) Klien dapat menyebutkan cara baru.
(3) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah di
diskusikan dengan klien.
(4) Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya.
(5) Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi :
(1) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah , menyibukkan diri, dll ).
(2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien.
(3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan / mengontrol timbulnya
halusinasinya :
(a) Katakan : “saya tidak mau dengar kamu” ( pada saat halusinasinya
terjadi )
(b) Menemui orang lain ( perawat / teman / anggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang di dengar.
(c) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
(d) Meminta keluarga / teman / perawat, menyapa jika tampak bicara
sendiri.
(4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
(5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.

d) TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.


Kriteria Evaluasi :
(1) Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
(2) Keluarga dapat menyebutkan pengertian , tanda dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
Intervensi :
(1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
(2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung / pada saat
kunjungan rumah)
(a) Gejala halusinasi yang dialami klien.
(b) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi.
(c) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama , berpergian bersama.
(d) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.

e) TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


Kriteria Evaluasi :
(1) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek
samping obat.
(2) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
(3) Klien dapat informasi tentang penggunaan obat.
Intervensi :
(1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat obat.
(2) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
(3) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (obat, pasien,
cara, waktu pemberian, dan dosis).

D. Implementasi
Implementasi tindak keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh
klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien.
Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
akan melakukan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang
isinya menjelaskan apa yang akan dilakukan dan peran serta yang diharapkan klien.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien. (Direja,
2011).

1. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Halusinasi


Pasien Keluarga
SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam merawat
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
pasien gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang yang dialami pasien beserta proses
menimbulkan halusinasi terjadinya.
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap 3. Menjelaskan cara – cara merawat
halusinasi pasien halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik 1.
halusinasi 2.
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP II p SP II k
1. Mengevaluasi 1. Melatih
jadwal kegiatan harian pasien keluarga mempraktikkan cara
2. Melatih pasien merawat pasien halusinasi
mengendalikan halusinasi dengan cara 2. Melatih
bercakap-cakap dengan orang lain keluarga melakukan cara merawat
3. Menganjurkan langsung kepada pasien halusinasi
pasien memasukkan kegiatan bercakap-
cakap ke dalam jadwal kegiatan harian
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
pasien jadwal aktivitas termasuk minum
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi obat.
dengan melakukan kegiatan (kegiatan 2. Menjelaskan follow up pasien
yang biasa dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan untuk mengendalikan halusinasi
ke dalam jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan
aktivitas minum obat ke dalam jadwal
kegiatan harian
(Keliat, 2014)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
(Direja, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir:
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
dilaksanakan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan
hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat

Pada Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi , evaluasi keperawatan yang
diharapkan sebagai berikut :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasi.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
STRATEGI PELAKSANAAN
1.SP-1 Pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-1
A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien Ibu R berbicara sendiri, gelisah dan pernah melakukan tindakan kekerasan
(memukul temannya)
2.Diagnosis Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.Tujuan: Klien mampu untuk mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara menontrol halusinasi
dengan cara pertama menghardik.
4.Tindakan Keperawatan
a.Mengidentifikasi Jenis Halusinasi  
b.Mengidentifikasi Isi Halusinasi
c.Mengidentifikasi Waktu Halusinasi
d.Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi
e.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan Halusinasi
f.Mengidentifikasi respon pasien terhadap Halusinasi
g.Mengajarkan klien menghardik Halusinasi
h.Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
B.Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a.Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawatan UPH yang akan
dinas di ruangan Mangga ini dari jam 7  pagi sampai jam 3 sore nanti”
“Saya boleh tau nama Ibu siapa? Oh Ibu R. senang dipanggil apa bu? Oke , panggil Ibu R saja ya
bu”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang ibu keluhkan saat ini?
c.Kontrak
Topik: “Baiklah, sekarang kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang selama ini ibu
dengar tapi tidak kelihatan wuujudnya ya bu?”
Tempat: “ibu maunya kita ngobrol dimana? Oh oke, diruangan ini saja ya  bu”
Waktu: “Berapa lama kita akan ngobrol nya bu? 15 menit saja bagaimana menurut ibu?”
 2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apakah ibu mendengar suara tanpa dengan wujud?”
 “Apa yang dikatakan suara itu?”
 “Apakah terus -menerus terdengar atau sewaktu-
waktu?”
“Berapa kali sehari ibu alami?”
 “Pada keadaan seperti apa suara itu terdengar bu?”
 “Apakah pada saat ibu sedang sendirian?”
 “Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara - suara itu?”
 “Apakah yang ibu lakukan saat mendengar suara -suara itu?”
 “ Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
 “Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
 “Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul bu. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan cara berbincang- bincang dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal dan keempat, minum obat dengan teratur”
 “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan cara menghardik, apakah ibu setuju?
Baik bu. Caranya seperti ini: Saat suara-suara itu muncul, ibu langsung bilang pergi! Saya tidak
mau dengar! Saya tidak mau dengar kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tidak terdengar lagi. Coba ibu praktekkan bu. Nah, begitu bu. Bagus sekali  bu, bisa ibu coba lagi
bu? Iya bagus bu, ibu bisa melakukan nya

sekarang”.
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah melakukan latihan tadi? ”Bagus sekali, sekarang ibu
sudah bisa melakukan nya.
2. Evaluasi perawta/Objektif
“Apa yang Ibu R lakukan jika suara-suara itu muncul?”
Nah, lakukan terus ya bu kemampuan ibu ini saat suara-suara itu muncul lagi.  
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Apa yang Ibu R lakukan jika suara-suara itu
muncul? Bagus. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
 c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua, apakah ibu setuju?”
Waktu: “Bagaimana kalau nanti siang bu? Oke baik bu. Kita latihannya mau berapa lama bu? 15
menit cukup bu? Oh oke, 15 menit ya bu”
Tempat: “Dimana kita akan melakukan latihan nya bu? Diruangan ini saja bagaimana menurut
ibu?”
2. SP-2 pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-2 A.
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien Klien terlihat berbicara sendiri, mara-marah dan tertawa sendiri di sudut
kamarnya.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Klien mampu untuk mengenal Halusinasi, cara-cara mengontrol Halusinasi dengan
cara kedua yaitu berbincang-bincang dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien  
b.Melatih klien mengendalikan Halusinasi dengan cara berbincang- bincang dengan orang lain.
c.Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu R, masih kan dengan saya? Iya ibu benar. Saya  perawat Sinta”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana Perasaan ibu saat ini? Apakah suara-suara yang biasa ibu dengar masih muncul?”
“Apakah ibu sudah pakai cara yang telah kita latih tadi pagi bu?
“Apakah berkurang suara - suaranya bu?”
c.Kontrak
Topik: “Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang mengenai cara yang kedua yaitu
mengontrol halusinasi dengan berbicara kepada orang lain”
Tempat: “Dimana kita bisa ngobrol-ngobrol nya bu? Ok baiklah kalau ibu mau nya kita di
tempat ini saja”
Waktu: “kira-kira kita butuh berapa lama bu untuk berbincang-bincang nya? 15 menit saja cukup
bu? Oke baik, 15 menit ya bu”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“ Jadi cara kedua untuk mengontrol Halusinasi yaitu dengan berbicara kepada orang lain. Kalau
ibu mendengar suara-suara itu lagi, langsung saja ibu mencari orang untuk diajak berbicara.
Contoh nya begini bu: “tolong, saya mulai dengar suara-suara itu lagi, bisa ngobrol dengan
saya?” coba ibu lakukan seperti yang saya contoh kan tadi? Iya bagus bu. Coba sekali lag bu?
Wahh ibu bisa melakukannya. Ibu harus sering latihan terus ya bu?”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif 
 “Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
2.Evaluasi perawat /Objektif
“ jadi sudah berapa cara yang ibu pelajari hari ini untuk mencegah suara-suara itu bu? Iya ibu
benar.  
b.Rencana tindak lanjut
“Cobalah kedua cara ini ibu lakukan saat suara-suara itu muncul lagi”
 “Bagaimana kalau kita masukkan kedalam jadwal kegiatan harian ibu?  Nah, nanti lakukan
secara teratur dan gunakan sewaktu-waktu suara itu muncul lagi ya bu” 
c.Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga yaitu melakukan aktifitas yang
terjadwal?”
Waktu: “Kapan ibu bersedia untuk melakukan latihan cara yang ketiga? Oh baiklah bu, besok
pagi jam 9 kita akan latih cara yang ketiga ya bu”
Tempat: “Kita melakukan nya di tempat ini saja bagaimana menurut ibu?” baik bu, sampai
ketemu besok ya bu”
3.SP-3 Pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-3 A.
Proses Keperawatan
1.Kondisi klien Klien terlihat marah-marah, berbicara sendiri dan gelisah.
2.Diagnosis keperawatan Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.Tujuan Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan dirumah.
4.Tindakan keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien  
b.Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
dirumah.
c.Menganjurkan klien memasukkan ke dalam daftar kegiatan harian.
B.Strategi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a.Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu R, masih ingat dengan saya? Iya benar, ibu ingat saya”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu sudah mandi dan sarapan?”
“Apakah suara -suara yang ibu dengar masih muncul?”
“Apakah ibu sudah melakukan cara yang kita sudah latih kemarin bu? Bagaimana hasilnya? Wah
bagus sekali ibu sudah bisa melakukannya”
c.Kontrak
Topik: “Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi dengan melakukan kegiatan yang terjadwal ya bu”
Tempat: “Bagaimana kalau mita berincang-bincang nya disini saja bu?”
Waktu: “Berapa lama kita akan latihan? Oke baik bu, kita akan latihan selama 15 menit ya bu”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kegiatan apa saja yang biasa ibu lakukan dipagi hari?”
“Lalu jam berapa kegiatan selanjutnya?”
“Wah, cukup banyak ternyata kegiatannya ya bu” “Sekarang kita akan melatih cara ketiga yaitu
melakukan kegiatan-kegiatan yang ibu sebutkan tadi untuk mencegah halusinasi”
 “Coba ibu ulangi sekali lagi bu?”
 “Wah bagus sekali ibu”
 “Ibu bisa lakukan kegiatan ini ya bu. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara-
suara yang muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi sampai malam ada kegiatan
yang ibu lakukan”
 3.Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelahkita berbincang-bincang tentang cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali bu”
2.Evaluasi perawat/objektif
“Coba ibu sebutkan kembali cara-cara yang telah kita latih dari kemarin bu?” Iya bagus sekali,
ibu masih mengingat dan bisa melakukannya”
 b.Rencana tindak lanjut klien
“Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian ibu. Ibu coba lakukan sesuai jadwal ya
bu”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Kita akan membahas cara minum obat yang baik serta
kegunaan obat”
Waktu: “Jam berapa ibu bersedia untuk berbincang-bincang bu? Kalau 20 menit bagaimana
menurut ibu?”
Tempat: “Dimana ibu mau kita berbicang-bincang? Bagaimana kalau diruangan sana saja bu?”
4.SP-4 pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Keluarga terlihat sedih melihat keadaan ibu R
2. Diagnosis Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien,
mengetahui pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses
terjadinta halusinasi dan cara merawat klien halusinasi.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawta klien  
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi dan cara proses
terjadinya halusinasi.
c. Menjelaskan cara merawat klien halusinasi
B. Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawatan UPH
yang sedang merawat anak bapak/ibu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan semua(keluarga) hari ini pak/bu?”
c. Kontrak
Topik: “Hari ini kita akan berbincang-bincang dan belajar masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien, mengetahui pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses
terjadi halusinasi dan cara merawat klien halusinasi dalam keluarga”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
 “Apa masalah keluarga dalam merawat klien?”
 “Saya akan menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala, jenis, serta proses terjadinya
dan cara merawat pasien halusinasi. Apakah bapak/ibu setuju?”
 “Pertama-tama apa itu halusinasi? Halusinasi yaitu penerapan (persepsi) tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca indra seseorang yang terjadi  pada keadaan sadar atau bangun
dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik atau histerik?”
“Apa tanda dan gejalanya? Yaitu berbicara sendiri, mendengar suara-suara yang tidak terlihat
wujudnya, marah-marah dan melakukan perilaku kekerasan pada orang disekitarnya”
“ Jenis-jenis halusinasi?
Yaitu:
a.Halusinasi penglihatam: yang dilihat seolah-olah berbentuk orang,  binatang atau benda  
b. Halusinasi pendengaran: seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara mesin,
suara music dan suara kejadian alami
c. Halusinasi penciuman: seolah-olah mencium bauan tertentu.
d. Halusinasi pengecap: seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan
e. Halusinasi perabaan: seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek,
ditiup, dsb”
“Proses terjadinya halusinasi adalah pada waktu klien lagi sendiri, dia  biasanya bicara sendiri,
marah-marah dan juga tertawa sendiri”
 “Bagaimana cara merawat  pasien halusinasi? Yaitu pertama-tama kita ajak  berbicara klien dan
berkenalan setelah itu kita tanyakan klien apa yang  biasa klien dengar, terus kita dengar dan kita
bilang suara-suara itu palsu atau tidak nyata. Ibu R bisa mengontrol dengan menghardik suara-
suara itu. Setelah ibu R bisa mengontrol halusinasi nya, kita ajak ibu R untuk merawat diri
sendiri secara perlahan-lahan, kita ajarkan cara makan, mandi, mencuci tangan dan menyisir
rambut. Apakah semua bisa dimengerti pak/bu?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang - bincang?”
2.Evaluasi perawat/objektif
“Coba ulangi kembali apa saja yang telah kita bicarakan tadi  pak/bu?” 
3.Rencana tindak lanjut
“baiklah pak/bu, kalau begitu saya harap apa yang sudah saya
ajarkan dapat diulang”
 4.Kontrak yang akan datang Topik:
“Baiklah Ibu R dan keluarga sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Ibu R masih ada yang
ingin ditanyakan atau ada masalah yang ingin dibicarakan boleh kepada perawat lain yang dinas
diruangan ini. Saya permisi dulu ya Ibu R. Selamat siang”.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Damaiyanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Samarinda : Refika Aditama.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).

Jakarta: EGC

Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga University Press.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai