ASTIN H. MAKUTA
NIM. 20013
CI RUANGAN CI AKADEMI
B. Etiologi/Faktor Resiko
1. Faktor Predisposisi (Fitria, 2012)
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi : faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetic.
a) Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b) Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP).
d) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda
bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
2. Faktor Presipitasi (Fitria, 2012)
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan
dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi sebagai berikut :
1. Bicara sendiri
2. Senyum sendiri
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Penggerakan mata yang cepat.
6. Respon verbal yang lambat.
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkata denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang (Damaiyanti, 2012)
D. Patofisiologi
Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati, 2012) yaitu
sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase Comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap
ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristiknya : Klien mengalami stress,
cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak
dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakkan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan , termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensori
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan halusinasi , rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien : perilaku terror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap
perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Setelah menyanyakan keluhan yang dialami, riwayat kesehatan, pola hidup, dan
pengobatan yang pernah dijalani pasien, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik secara menyeluruh.
Untuk mengetahui penyebab halusinasi, setelah itu dilakukan pemeriksaan
penunjang, seperti :
1. Tes darah dan urin, untuk menedeteksi infeksi atau penyalahgunaan alkohol dan
NAPZA
2. EEG (elektroensefalogram), untuk memeriksa aktivitas listrik otak sehingga
terlihat apakah halusinasi disebabkan oleh epilepsi
3. Pemindaian CT scan MRI, untuk mendeteksi stroke dan kemungkinan adanya
cedera atau tumor di otak.
F. Penatalaksanaan
Menurut (Maramis, 2005) Pengobatan harus secepat mungkin, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
1. Farmakoterapi
1. Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita Schizofrenia
yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
2. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita dengan
psikomotorik yang meningkat.
H. Perencanaan Pulang
Discharge planning pada pasien halusinasi di rumah sakit jiwa Menurut British Columbia
Schizophrenia Society 1995, discharge planning adalah rencana yang melibatkan koordinasi
antara perawat dengan keluarga. Oleh karena itu keluarga harus menyadari bahwa discharge
planning adalah bagian integral dari asuhan keperawatan jiwa. Hal penting yang harus ada di
dalam sebuah discharge planning yang baik meliputi:
a) Obat Tindakan pengobatan yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah
pemberian obat golongan antipsikotik.
b) Perencanaan untuk tempat tinggal pasien setelah pulang dari rumah sakit
jiwa juga perlu diperhatikan.
c) Komunitas Perawatan dan pengobatan harus tetap dipantau secara
berkesinambungan.
d) Aktivitas Sehari-hari Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi
kemampuan mereka dalam menjalankan fungsi dirinya sehari-hari
e) Perawatan Kesehatan Fisik Secara umum
f) Pendidikan Kesehatan
Menurut Isaacs 2004, pendidikan kesehatan yang diberikan kepada keluarga meliputi:
• Informasi Tentang Penyakit Pendidikan yang diberikan terdiri dari
pengertian halusinasi, penyebab, gejala serta resiko mengalami kekambuhan.
• Memberikan informasi tentang cara mengatasi gejala klien Berikan
informasi kepada keluarga tentang pentingnya mengidentifikasi gejala-gejala yang
ditunjukkan pasien ketika mengalami kekambuhan dan menghubungi pelayanan kesehatan
yang tersedia serta beritahukan kepada keluarga untuk tidak menyetujui pernyataan halusinasi
dari pasien tetapi ajarkan kepada keluarga untuk melihat kepada realitas.
• Informasi tambahan Meliputi informasi tentang perawatan diri, berikan
informasi kepada keluarga untuk membicarakan tentang perasaan dan kekhawatiran mereka
dengan penyedia layanan kesehatan serta memberikan pertimbangan bagi keluarga untuk
bergabung ke komunitas pendukung di dalam masyarakat
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan dirinya
(melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap lingkungan/dirinya
(melalui perhatian). Kesadaran yang baik biasanya dimanifestasikan dengan
orientasi yang baik dalam hal waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya
(Azizah, 2011).
8) Memori (Daya Ingat)
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal yang telah
terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada gangguan pada daya
ingat. Gangguan ini dapat terjadi pada salah satu diantara komponen daya
ingat yaitu pencatatn/registrasi, penahanan/retensi atau memanggil
kembali/recall sesuatu yang terjadi sebelumnya (Azizah, 2011).
9) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
wawancara/kontrak dan kalkulasi. Kalkulasi adalah kemampuan klien untuk
mengerjakan hitungan baik sederhanan maupun kompleks. Bagaimana klien
berkonsentrasi dan kemampuannya dalam berhitung, apakah normal atau ada
gangguan seperti mudah beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu
berhitung sederhana ataulainnya (Azizah, 2011).
10) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan adaptif,
kemampuan mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari hubungan. (Azizah,
2011).
11) Daya tilik diri
Daya tilik diri/penghayatan, merujuk pada pemahaman klien tentang sifat
suatu penyakit/gangguan. Penghayatan ini biasanya mengalami gangguan pada
kelainan mental organik, prikosis dan retardasi mental (Azizah, 2011).
12) Kebutuhan persiapan pulang
Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara lain: makan dan
minum, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam rumah, kegiatan di luar rumah,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek
medik.
2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
a) Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata, tidak
percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasi, perasaan
tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik kebingungan.
b) Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau
kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian terhadap
perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari
adanya masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak
gelisah, insight kurang, tidak ada minat untuk makan.
B. Diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah keempat dari pengkajian
setelah pohon masalah. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
aktual atau potensial individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
klien/proses kehidupan (Direja, 2011).
Masalah keperawatan klien yang muncul pada klien dengan Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi adalah : ( Fitria, 2012).
1. Risiko Mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Harga diri rendah.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana keperawatan terlebih dahulu dirumuskan prioritas
diagnosa keperawatan.
Adapun prioritas diagnosa keperawatan adalah :
1) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi.
Tujuan Umum : Klien tidak mengalami halusinasi.
Tujuan Khusus :
a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
(a)Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.
(b)Perkenalkan diri dengan sopan.
(c)Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
(d)Jelaskan tujuan pertemuan.
(e)Jujur dan menepati janji.
(f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
(g)Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar.
Intervensi :
(1) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah , menyibukkan diri, dll ).
(2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien.
(3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan / mengontrol timbulnya
halusinasinya :
(a) Katakan : “saya tidak mau dengar kamu” ( pada saat halusinasinya
terjadi )
(b) Menemui orang lain ( perawat / teman / anggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang di dengar.
(c) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
(d) Meminta keluarga / teman / perawat, menyapa jika tampak bicara
sendiri.
(4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
(5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
D. Implementasi
Implementasi tindak keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh
klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien.
Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
akan melakukan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang
isinya menjelaskan apa yang akan dilakukan dan peran serta yang diharapkan klien.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien. (Direja,
2011).
Pada Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi , evaluasi keperawatan yang
diharapkan sebagai berikut :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasi.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
STRATEGI PELAKSANAAN
1.SP-1 Pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-1
A.Proses Keperawatan
1.Kondisi klien Ibu R berbicara sendiri, gelisah dan pernah melakukan tindakan kekerasan
(memukul temannya)
2.Diagnosis Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.Tujuan: Klien mampu untuk mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara menontrol halusinasi
dengan cara pertama menghardik.
4.Tindakan Keperawatan
a.Mengidentifikasi Jenis Halusinasi
b.Mengidentifikasi Isi Halusinasi
c.Mengidentifikasi Waktu Halusinasi
d.Mengidentifikasi Frekuensi Halusinasi
e.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan Halusinasi
f.Mengidentifikasi respon pasien terhadap Halusinasi
g.Mengajarkan klien menghardik Halusinasi
h.Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
B.Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a.Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawatan UPH yang akan
dinas di ruangan Mangga ini dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore nanti”
“Saya boleh tau nama Ibu siapa? Oh Ibu R. senang dipanggil apa bu? Oke , panggil Ibu R saja ya
bu”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa yang ibu keluhkan saat ini?
c.Kontrak
Topik: “Baiklah, sekarang kita berbincang-bincang tentang suara-suara yang selama ini ibu
dengar tapi tidak kelihatan wuujudnya ya bu?”
Tempat: “ibu maunya kita ngobrol dimana? Oh oke, diruangan ini saja ya bu”
Waktu: “Berapa lama kita akan ngobrol nya bu? 15 menit saja bagaimana menurut ibu?”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apakah ibu mendengar suara tanpa dengan wujud?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus -menerus terdengar atau sewaktu-
waktu?”
“Berapa kali sehari ibu alami?”
“Pada keadaan seperti apa suara itu terdengar bu?”
“Apakah pada saat ibu sedang sendirian?”
“Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara - suara itu?”
“Apakah yang ibu lakukan saat mendengar suara -suara itu?”
“ Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“Ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul bu. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan cara berbincang- bincang dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal dan keempat, minum obat dengan teratur”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan cara menghardik, apakah ibu setuju?
Baik bu. Caranya seperti ini: Saat suara-suara itu muncul, ibu langsung bilang pergi! Saya tidak
mau dengar! Saya tidak mau dengar kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu
tidak terdengar lagi. Coba ibu praktekkan bu. Nah, begitu bu. Bagus sekali bu, bisa ibu coba lagi
bu? Iya bagus bu, ibu bisa melakukan nya
sekarang”.
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu sekarang setelah melakukan latihan tadi? ”Bagus sekali, sekarang ibu
sudah bisa melakukan nya.
2. Evaluasi perawta/Objektif
“Apa yang Ibu R lakukan jika suara-suara itu muncul?”
Nah, lakukan terus ya bu kemampuan ibu ini saat suara-suara itu muncul lagi.
b. Rencana tindak lanjut
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Apa yang Ibu R lakukan jika suara-suara itu
muncul? Bagus. Beri tanda M (mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau
diingatkan baru dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua, apakah ibu setuju?”
Waktu: “Bagaimana kalau nanti siang bu? Oke baik bu. Kita latihannya mau berapa lama bu? 15
menit cukup bu? Oh oke, 15 menit ya bu”
Tempat: “Dimana kita akan melakukan latihan nya bu? Diruangan ini saja bagaimana menurut
ibu?”
2. SP-2 pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-2 A.
Proses Keperawatan
1. Kondisi klien Klien terlihat berbicara sendiri, mara-marah dan tertawa sendiri di sudut
kamarnya.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Klien mampu untuk mengenal Halusinasi, cara-cara mengontrol Halusinasi dengan
cara kedua yaitu berbincang-bincang dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b.Melatih klien mengendalikan Halusinasi dengan cara berbincang- bincang dengan orang lain.
c.Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu R, masih kan dengan saya? Iya ibu benar. Saya perawat Sinta”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana Perasaan ibu saat ini? Apakah suara-suara yang biasa ibu dengar masih muncul?”
“Apakah ibu sudah pakai cara yang telah kita latih tadi pagi bu?
“Apakah berkurang suara - suaranya bu?”
c.Kontrak
Topik: “Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang mengenai cara yang kedua yaitu
mengontrol halusinasi dengan berbicara kepada orang lain”
Tempat: “Dimana kita bisa ngobrol-ngobrol nya bu? Ok baiklah kalau ibu mau nya kita di
tempat ini saja”
Waktu: “kira-kira kita butuh berapa lama bu untuk berbincang-bincang nya? 15 menit saja cukup
bu? Oke baik, 15 menit ya bu”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“ Jadi cara kedua untuk mengontrol Halusinasi yaitu dengan berbicara kepada orang lain. Kalau
ibu mendengar suara-suara itu lagi, langsung saja ibu mencari orang untuk diajak berbicara.
Contoh nya begini bu: “tolong, saya mulai dengar suara-suara itu lagi, bisa ngobrol dengan
saya?” coba ibu lakukan seperti yang saya contoh kan tadi? Iya bagus bu. Coba sekali lag bu?
Wahh ibu bisa melakukannya. Ibu harus sering latihan terus ya bu?”
3.Terminasi
a.Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan tadi?”
2.Evaluasi perawat /Objektif
“ jadi sudah berapa cara yang ibu pelajari hari ini untuk mencegah suara-suara itu bu? Iya ibu
benar.
b.Rencana tindak lanjut
“Cobalah kedua cara ini ibu lakukan saat suara-suara itu muncul lagi”
“Bagaimana kalau kita masukkan kedalam jadwal kegiatan harian ibu? Nah, nanti lakukan
secara teratur dan gunakan sewaktu-waktu suara itu muncul lagi ya bu”
c.Kontrak yang akan datang
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga yaitu melakukan aktifitas yang
terjadwal?”
Waktu: “Kapan ibu bersedia untuk melakukan latihan cara yang ketiga? Oh baiklah bu, besok
pagi jam 9 kita akan latih cara yang ketiga ya bu”
Tempat: “Kita melakukan nya di tempat ini saja bagaimana menurut ibu?” baik bu, sampai
ketemu besok ya bu”
3.SP-3 Pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-3 A.
Proses Keperawatan
1.Kondisi klien Klien terlihat marah-marah, berbicara sendiri dan gelisah.
2.Diagnosis keperawatan Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.Tujuan Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan dirumah.
4.Tindakan keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b.Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
dirumah.
c.Menganjurkan klien memasukkan ke dalam daftar kegiatan harian.
B.Strategi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a.Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu R, masih ingat dengan saya? Iya benar, ibu ingat saya”
b.Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu sudah mandi dan sarapan?”
“Apakah suara -suara yang ibu dengar masih muncul?”
“Apakah ibu sudah melakukan cara yang kita sudah latih kemarin bu? Bagaimana hasilnya? Wah
bagus sekali ibu sudah bisa melakukannya”
c.Kontrak
Topik: “Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi dengan melakukan kegiatan yang terjadwal ya bu”
Tempat: “Bagaimana kalau mita berincang-bincang nya disini saja bu?”
Waktu: “Berapa lama kita akan latihan? Oke baik bu, kita akan latihan selama 15 menit ya bu”
2.Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Kegiatan apa saja yang biasa ibu lakukan dipagi hari?”
“Lalu jam berapa kegiatan selanjutnya?”
“Wah, cukup banyak ternyata kegiatannya ya bu” “Sekarang kita akan melatih cara ketiga yaitu
melakukan kegiatan-kegiatan yang ibu sebutkan tadi untuk mencegah halusinasi”
“Coba ibu ulangi sekali lagi bu?”
“Wah bagus sekali ibu”
“Ibu bisa lakukan kegiatan ini ya bu. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk mencegah suara-
suara yang muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi sampai malam ada kegiatan
yang ibu lakukan”
3.Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelahkita berbincang-bincang tentang cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali bu”
2.Evaluasi perawat/objektif
“Coba ibu sebutkan kembali cara-cara yang telah kita latih dari kemarin bu?” Iya bagus sekali,
ibu masih mengingat dan bisa melakukannya”
b.Rencana tindak lanjut klien
“Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian ibu. Ibu coba lakukan sesuai jadwal ya
bu”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Kita akan membahas cara minum obat yang baik serta
kegunaan obat”
Waktu: “Jam berapa ibu bersedia untuk berbincang-bincang bu? Kalau 20 menit bagaimana
menurut ibu?”
Tempat: “Dimana ibu mau kita berbicang-bincang? Bagaimana kalau diruangan sana saja bu?”
4.SP-4 pasien: Halusinasi Pertemuan Ke-4
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien Keluarga terlihat sedih melihat keadaan ibu R
2. Diagnosis Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien,
mengetahui pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses
terjadinta halusinasi dan cara merawat klien halusinasi.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawta klien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi dan cara proses
terjadinya halusinasi.
c. Menjelaskan cara merawat klien halusinasi
B. Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan
1.Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa Keperawatan UPH
yang sedang merawat anak bapak/ibu”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana keadaan semua(keluarga) hari ini pak/bu?”
c. Kontrak
Topik: “Hari ini kita akan berbincang-bincang dan belajar masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat klien, mengetahui pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses
terjadi halusinasi dan cara merawat klien halusinasi dalam keluarga”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apa masalah keluarga dalam merawat klien?”
“Saya akan menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala, jenis, serta proses terjadinya
dan cara merawat pasien halusinasi. Apakah bapak/ibu setuju?”
“Pertama-tama apa itu halusinasi? Halusinasi yaitu penerapan (persepsi) tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca indra seseorang yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun
dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik atau histerik?”
“Apa tanda dan gejalanya? Yaitu berbicara sendiri, mendengar suara-suara yang tidak terlihat
wujudnya, marah-marah dan melakukan perilaku kekerasan pada orang disekitarnya”
“ Jenis-jenis halusinasi?
Yaitu:
a.Halusinasi penglihatam: yang dilihat seolah-olah berbentuk orang, binatang atau benda
b. Halusinasi pendengaran: seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara mesin,
suara music dan suara kejadian alami
c. Halusinasi penciuman: seolah-olah mencium bauan tertentu.
d. Halusinasi pengecap: seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan
e. Halusinasi perabaan: seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek,
ditiup, dsb”
“Proses terjadinya halusinasi adalah pada waktu klien lagi sendiri, dia biasanya bicara sendiri,
marah-marah dan juga tertawa sendiri”
“Bagaimana cara merawat pasien halusinasi? Yaitu pertama-tama kita ajak berbicara klien dan
berkenalan setelah itu kita tanyakan klien apa yang biasa klien dengar, terus kita dengar dan kita
bilang suara-suara itu palsu atau tidak nyata. Ibu R bisa mengontrol dengan menghardik suara-
suara itu. Setelah ibu R bisa mengontrol halusinasi nya, kita ajak ibu R untuk merawat diri
sendiri secara perlahan-lahan, kita ajarkan cara makan, mandi, mencuci tangan dan menyisir
rambut. Apakah semua bisa dimengerti pak/bu?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1.Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang - bincang?”
2.Evaluasi perawat/objektif
“Coba ulangi kembali apa saja yang telah kita bicarakan tadi pak/bu?”
3.Rencana tindak lanjut
“baiklah pak/bu, kalau begitu saya harap apa yang sudah saya
ajarkan dapat diulang”
4.Kontrak yang akan datang Topik:
“Baiklah Ibu R dan keluarga sekarang kita akhiri pertemuan ini, kalau Ibu R masih ada yang
ingin ditanyakan atau ada masalah yang ingin dibicarakan boleh kepada perawat lain yang dinas
diruangan ini. Saya permisi dulu ya Ibu R. Selamat siang”.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC
Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga University Press.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media.