Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS DAN STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Jiwa
Yang dibina oleh Bapak Dr. Imam Sunarno, M.Kes

Oleh :
Irma Pratama Nurussa’adah
P17230193056/3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN BLITAR
September 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Judul :

Pembimbing Institusi

Dr. Imam Sunarno, Drs, SST, M.Kes


NIP. 19590107 198112 1 001
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

1. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghidu ( Direja 2011). Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu
objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata (Kusumawati, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan internal
(pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mendengarkan suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono,
2010). Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara
yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh, dan merusak (yosep,
2010).
Dampak yang muncul akibat gangguan halusinasi adalah hilangannya kontrol diri yang
menyebabkan seseorang menjadi panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi.
Akibatnya akan menyebabkan timbulnya respon maladaptif seperti mencederai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan, perilaku kekerasan serta bunuh diri (Scott, 2017).

2. Patofisiologi
Fase pertama Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan.
Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres,
cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak daapat
diselesaikan. Kien mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini
hanya menolong sementara.
Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
Fase kedua Disebut dengan fase condemmingatau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori
menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yangtidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,
dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan
tidak bisa membedakan realitas.
Fase ketiga Disebut juga dengan fase controllingatau ansietas berat yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
Fase keempat Disebut juga fase conqueringatau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secaranyata dengan orang lain
dilingkungannya.
Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks,
dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

3. Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Gerakan mata cepat
d. Respon verbal lambat atau diam
e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
f. Terlihat bicara sendiri
g. Menggerakkan bola mata dengan cepat
h. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
i. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
j. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
k. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
l. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
m. Gelisah, ketakutan, ansietas
n. Peka rangsang
o. Melaporkan adanya halusinasi
4. Poses Terjadinya Masalah
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Damaiyanti dkk, 2012):
1. Faktor predisposisi

Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor predisposisi dapat meliputi :


a. Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang


lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang berulang,
kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi, sering menjadi pencetus terjadinya
halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang
tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria 2012). Penyebab Halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
Klien asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dakam dunia nyata.
5. Dimensi Spiritual Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan
tidak jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan
takdirnya memburuk. (Damayanti dkk, 2012)

5. Jenis-Jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut Trimelia (2011) :
1. Halusinasi Pendengaran ( auditory ) Mendengar suara yang membicarakan,
mengejek, menertawakan, mngancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau
(kadangkadang hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan
telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2. Halusinasi Pengihatan (visual) Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran
cahaya, gambar, orang atau panorama yang luas dan kompleks, biasanya
menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada
tempat tertentu, menunjuk kearah tertentu, serta ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktori) Tercium bau busuk, amis, dan bau yang
menjijikan seperti :darah, urine atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti
parfum. Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium, mengarahkan
hidung pada tempat tertentun dan menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory) Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis,
dan menjijikkan, seperti rasa darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah
seperti mengecap, mulut seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah,
muntah.
5. Halusinasi Perabaan (taktil) Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain, merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil
dan mahluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau
meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti merasakan
sesuatu rabaan

6. Pohon Masalah

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2009) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami
halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis,
Obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan
gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok
yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-40
mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane) 75-600 mg 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil)
300-900b.
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu
atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.

8. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
a. Definisi
Halusinasi adalah terjadinya gangguan pada penglihatan, suara, sentuhan,
bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap organ-organ indera
b. Tanda dan gejala
Mayor

Subjektif Objektif

1. Mendengar suara bisikan atau 1. Respons tidak sesuai


melihat bayangan 2. Distorsi sensori
2. Merasakan sesuatu melalui 3. Bersikap seolah melihat,
indera perabaan, penciuman, mendengar, mengecap, meraba,
pengecapan. atau mencium sesuatu.

Minor

Subjektif Objektif

1. Menyatakan kesal 1. Menyendiri


2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Curiga
5. Melihat kesatu arah
6. Mondar-mandir
c. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
tingkat stimulus membaik..
Kriteria Hasil :
- Verbalisasi mendengar bisikan menurun
- Verbalisasi melihat bayangan menurun
- Perilaku halusinasi menurun
- Menarik diri menurun
- Curiga menurun
- Konsentrasi membaik
- Orientasi membaik
d. Rencana tindakan keperawatan

Intervensi Rasional

Promosi Harapan Promosi Harapan


Observasi Observasi
 Identifikasi harapan  Mengidentifikasi harapan pasien dan
pasien dan keluarga keluarga dalam pencapaian hidup
dalam pencapaian hidup
Terapeutik
Terapeutik
 Menyadadarkan bahwa kondisi yang
 Sadarkan bahwa kondisi dialami memiliki nilai penting
yang dialami memiliki  Memandu mengingat kembali
nilai penting kenangan yang menyenangkan
 Pandu mengingat  Meibatkan pasien secara aktif dalam
kembali kenangan yang perawatan
menyenangkan
Edukasi
 Libatkan pasien secara
aktif dalam perawatan  Mengannjurkanmengungkapkan
perasaan terhadap kondisi yang
Edukasi
realistis
 Anjurkan  Menganjurkan mempertahankan
mengungkapkan hubungan terapeutik dengan orang
perasaan terhadap lain
kondisi yang realistis  Melatih cara mengembangkan
 Anjurkan spiritual diri
mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang lain
 Latih cara
mengembangkan
spiritual diri
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA PASIEN HALUSINASI
Inisial : Tn. M No.CM : -
Ruang :- Tgl.interaksi : 26-09-2021
Pertemuan/ Sp : 1/1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subjektif
- Komunikasi inkoheren (saat pasien ditanyakan bagaimana tadi malam apakah ibu mendengar
bisikan yang mengajak bercakap-cakap? Jawaban pasien masih sama berguman dan tidak jelas)
Data Objektif
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, kadang-kadang duduk di tempat tidur dan pasien
bicara sendiri yang dibicarakannya tidak jelas
- Pasien terlihat tertawa terbahak-bahak sendiri
- Pasien mengajak perawat bercakap-cakap tetapi jawabannya inkoheren dan hanya sebentar.
2. Diagnosa : Halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) SP 1 :
1. Mendiskusikan jenis halusinasi pasien
2. Mendiskusikan isi halusinasi pasien
3. Mendiskusikan waktu halusinasi pasien
4. Mendiskusikan frekuensi halusinasi pasien
5. Mendiskusikan situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mendiskusikan respon pasien terhadap halusinasinya
7. Melatih pasien mengontrol halusinasinya : menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bu S (berjabat tangan), perkenalkan nama saya Irma panggil
saja saya Irma, mas. Saya adalah mahasiswa dari Poltekkes Malang Prodi Keperawatan Blitar
yang lagi praktek keperawatan jiwa. Nama massiapa?” “mas senangnya dipanggil apa?”
b) Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?” “Oh iya, tadi pagi mas bangun jam berapa? Kemudian
sudah melakukan apa saja pagi ini? Apa mas sudah mandi?”
c) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Bagaimana kalau kita ngobrol tentang apa yang mas rasakan?”.
Waktu : “Ibu mau kita ngobrolnya dimana? Atau mau disini saja?”
Tempat : “Kita ngobrolnya sebentar saja sekitar 15 menit ya, apakah mas bersedia?”
2. Kerja
“Saya disini ingin membantu mas, jadi mas bisa bertanya atau menceritakan apa saja pada saya.
Saya akan membantu untuk mengatasi permasalahan mas dan mas tenang saja saya tidak akan
menceritakan pada siapapun dan juga akan menjaga kerahasian mengenai pembicaraan kita hari
ini. Apakah mas mau bercerita dengan saya?’
‘Baik mas, apa mas mendengar suara tanpa ada wujudnya? Kemudian apa yang dikatakan suara
itu? Apakah terdengar terus-menerus atau hanya sewaktu-waktu? Kapan anda paling sering
mendengar suara itu? Berapa kali mas sering mengalaminya? Pada saat keadaan seperti apa mas
sering mendengar suaranya? Apakah pada saat mas sendiri? Apa yang masrasakan saat
mendengar suara itu?”
“Apa yang mas lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara hilang? Apa
mas juga melihat bayangan? Oiya baik kalau mas tidak melihatnya, bagaimana kalau kita belajar
mencegah suara-suara itu muncul, apakah mas mau?”
“Ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
Kedua , dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal, dan yang ke empat minum obat secara teratur”.
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Yaitu dengan cara menghardik. Caranya begini
mas saat suara itu datang, mas tutup telinga kemudian berbicara dalam hati atau berbicara
dengan pelan-pelan lalu bilang “pergi saya tidak mau dengar, saya tidak dengar, kamu suara
palsu” begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan ya, nah begitu…”
“Bagus sekali mas, coba sekali lagi mas. Ya bagus kalau mas sudah bisa.”
3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan mas setelah kita latihan tadi? Apakah mas sudah
bisa melakukannya sendiri kalau suara-suara itu datang?”
b) Evaluasi objektif : “Tadi kita sudah ngobrol banyak, kira-kira mas masih ingat siapa saya?
Bagaimana cara agar mencegah suara itu datang lagi? Bisa mas peragakan? Bagus sekali
(Reinforcement positif). Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? mas mau berlatih
menghardik pada jam berapa?”
c) Rencana tindak lanjut : “Baiklah, selanjutnya coba mas praktikkan cara yang kita diskusikan
tadi ketika suara-suara itu muncul kembali”
d) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melatih cara kedua untuk
mencegah halusinasi?”
Waktu : “Nanti kita ngobrol disini lagi ya? Mas setuju, kan?”
Tempat : “mas maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 9 mas?”
“mas sangat baik pada hari ini, sudah mau diajak bekerja sama. Kalau begitu saya permisi dulu,
kita bertemu lagi besok ya”.
STRATEGI PELAKSANAAN

Inisial : Tn. M No.CM : -


Ruang :- Tgl.interaksi : 27-09-2021
Pertemuan/ Sp : 2/2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subjektif
- Komunikasi inkoheren (saat pasien ditanyakan bagaimana tadi malam apakah mas mendengar
bisikan yang mengajak bercakap-cakap? Jawaban pasien masih sama berguman dan tidak jelas)
Data Objektif
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, kadang-kadang duduk di tempat tidur dan pasien
bicara sendiri yang dibicarakannya tidak jelas
- Pasien kadang kadang terlihat tertawa sendiri
- Pasien mengajak perawat bercakap-cakap tetapi jawabannya inkoheren dan hanya sebentar.
2. Diagnosa : Halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) SP II :
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis,
frekuensi, kontinuitas minum obat )
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai program
5. Jelaskan akibat putus obat
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukkan pada jadwal kegiatan kegiatan untuk latihan menghardik,minum obat, dan
bercakap - cakap.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mas, apakah mas masih ingat dengan saya ? bagus sekali kalau
mas masih ingat dengan saya. Sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan berbincang lagi
ya bu tentang cara mengontrol halusinasi yang kedua yaitu dengan cara minum obat yang benar
”.
b) Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?”
“Oh iya, tadi pagi mas bangun jam berapa? Kemudian sudah melakukan apa saja pagi ini mas?
Apa mas sudah mandi?”
“ Apakah suara-suara bisikan itu masih muncul?”
“Ibu kemaren kan kita sudah belajar bagaimana cara menghilangkan suara bisikan yang mas
dengar dengan cara menghardik, kemaren saya meminta mas untuk mencobanya sendiri,
sekarang apakah saya bisa dengar lagi hasil latihan mas kemaren, coba mas contohkan
bagaimana cara mas menghardik?”
“Iya bagus sekali mas, sudah bagus sekali mempraktekkan bagaimana cara mennghardik.“
c) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik :“ Sesuai dengan janji kita pada pertemuan kita sebelumnya, hari ini saya akan melatih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan benar ya “.
Tempat : “mas mau kita ngobrolnya dimana? Atau mau disini saja?”
Waktu : “Kita ngobrolnya sebentar saja sekitar 15 menit ya, apakah mas bersedia?”
2. Kerja
“mas sebelum kita berbincang-bincang cara ke dua mengontrol halusinasi, apakah mas masih
ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah saya ajarkan kemarin. Iya bagus sekali mas, coba
contohkan mas caranya seperti apa. Bagus sekali mas sekarang kita akan melatih cara
mengontrol halusinasi dengan minum obat secara benar yang merupakan cara kedua
mengontrol halusinasi.”
“mas apakah sudah dapat obat? Mas perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi
tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange
namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya tenang, yang warnanya putih namanya
Triheksifenidil ( THP ) minum 3 kali sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang warnanya merah
muda ini namanya Haloperidol (HLP) gunannya untuk menghilangkan suara-suara yang mas
dengar. Semuanya ini harus mas minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut mas terasa kering, untuk membantu mengatasinya mas bisa menghisap
es batu atau minum air sedikit sedikit yang bisa diminta
pada perawat. Bila mas merasa mata berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya”.
“Sebelum meminum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama
ibu yang tertulis disitu. Selain itu ibu perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau
dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum
obanya. mas harus meminum obat secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi
dengan dokter. Sekarang kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya mas. Cara
mengisi jadwalnya adalah jika mas minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh keluarga maka
di isi dengan M artinya mandiri, jika mas meminum obatnya diingatkan oleh perawat atau oleh
teman maka di isi B artinya dibantu, jika mas tidak meminum obatnya maka di isi T artinya
tidak melakukannya. Apakah bisa dimengerti mas? coba mas ulangi kembali cara mengisi
jadwal kegiatan? Nah bagus, mas sudah mengerti.”
“Kalau suara-suara bisikan sudah hilang. Obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, karena kalau obatnya putus, mas akan kambuh lagi dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan. Pastikan obat diminum pada waktunya dengan cara yang benar
yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Mas harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang tadi ? Apakah mas
sudah mengerti cara meminum obat benar yang telah saya ajarkan ?”
b) Evaluasi objektif : “Tadi kita sudah ngobrol banyak, kira-kira ibu masih ingat siapa saya?
Bagaimana cara minum obat yang benar? Bisa mas peragakan? Bagus sekali (Reinforcement
positif). Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?
c) Rencana tindak lanjut : “Baiklah, selanjutnya sekarang kita masukan kedalam jadwal minum
obat yang telah kita buat tadi . jangan lupa laksanakan dengan teratur ya mas ”
d) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik :“Bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melihat manfaat minum obat dan
berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
Apakah mas bersedia? melatih cara untuk mencegah halusinasi?”
Tempat : “Nanti kita ngobrol disini lagi ya? mas setuju, kan?”
Waktu : “mas maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 9 mas?”
“mas sangat baik pada hari ini, sudah mau diajak bekerja sama. Kalau begitu saya permisi dulu,
kita bertemu lagi besok ya”.
STRATEGI PELAKSANAAN
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PADA PASIEN HALUSINASI
Inisial : Tn. M No.CM : -
Ruang :- Tgl.interaksi : 28-09-2021
Pertemuan/ Sp : 3/3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subjektif
- Komunikasi inkoheren (saat pasien ditanyakan bagaimana tadi malam apakah ibu mendengar
bisikan yang mengajak bercakap-cakap? Jawaban pasien masih sama bicara tidak jelas dan
hanya bergumam)
Data Objektif
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, kadang-kadang duduk di tempat tidur dan pasien
bicara sendiri yang dibicarakannya tidak jelas
- Pasien masih terkadang-kadang terlihat tertawa sendiri
- Pasien mengajak perawat bercakap-cakap tetapi jawabannya inkoheren dan hanya sebentar.
- Pasien terlihat senang dengan halusinasinya
2. Diagnosa : Halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) SP 3 :
1) Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Kemudian beri pasien pujian.
2) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ketika halusinasi muncul.
3) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi, minum obat dan bercakap-
cakap dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“mas masih ingat dengan saya?”.
b) Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?”
c) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Baiklah mas sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga dari empat
cara mengendalikan suarasuara yang muncul yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, apakah
mas bersedia?”.
Waktu : “Kita ngobrolnya sebentar saja sekitar 15 menit ya, apakah bersedia?”
Tempat : “mas mau kita ngobrolnya dimana? Atau mau disini saja?”
2. Kerja
“mas, apakah halusinasinya masih muncul? Apakah mas sudah melakukan dua cara yang sudah
kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang mengganggu? Coba saya lihat jadwal
kegiatan harian mas? Bagus sekali
Mas, sekarang coba saya lihat obatnya. Ya bagus sekali mas minum obat dengan teratur dan
latihan menghardik suara-suara juga dilakukan dengan teratur”.
“Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang mas
dengarkan berkurang? Coba sekarang praktikkan cara menghardik suara-suara yang telah kita
pelajari. Dan jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan benar. Bagus sekali mas”.
“Jadi cara ketiganya yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Caranya adalah jika mas mulai
mendengar suara-suara, langsung saja mas cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman mas
untuk berbicara dengan mas.
Contohnya begini mas : tolong berbicara dengan saya, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo
kita ngobrol atau ibu minta pada perawatnya untuk berbicara dengan ibu, seperti “bu tolong
berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara”. Silakan mas praktekkan.
Waah bagus sekali mas. Jadi kita masukkan ya ke dalam jadwal kegiatan mas”.
3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif :“Bagaimana perasaan mas setelah kita latihan tadi?”
b) Evaluasi objektif :“Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Coba ibu sebutkan. Bagus sekali mas”
c) Rencana tindak lanjut :“Baiklah, selanjutnya coba mas praktikkan cara yang kita diskusikan
tadi ketika suara-suara itu muncul kembali dan jangan lupa untuk melakukan cara ketiga tadi
agar suara-suara yang mas dengarkan tidak mengganggu ibu lagi”
d) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melatih latihan selanjutnya untuk
mencegah halusinasi ibu?”
Waktu : “Mas maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 9 mas?”
Tempat : “Nanti kita ngobrol disini lagi ya? mas setuju, kan?”
“Mas sangat baik pada hari ini, sudah mau diajak bekerja sama”.
STRATEGI PELAKSANAAN
Inisial : Tn. M No.CM : -
Ruang :- Tgl.interaksi : 29-09-2021
Pertemuan/ Sp : 4/IV
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subjektif
- Komunikasi terkadang inkoheren dan terkadang koheren (saat pasien ditanyakan bagaimana
tadi malam apakah mas mendengar bisikan yang mengajak bercakap-cakap? Jawaban pasien
masih sama berguman dan tidak jelas)
Data Objektif
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, kadang-kadang duduk di tempat tidur dan pasien
bicara sendiri yang dibicarakannya tidak jelas
- Pasien terlihat tertawa sendiri
- Pasien mengajak perawat bercakap-cakap tetapi jawabannya terkadang inkoheren,terkadang
koheren dan hanya sebentar.
2. Diagnosa : Halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) SP IV :
1) Evaluasi kegiatan latihan menghardik,penggunaan obat dan bercakap cakap. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap cakap dan
kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mas, apakah mas masih ingat dengan saya ? Bagus sekali kalau
ibu masih ingat dengan saya. Sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan berbincang lagi
ya mas tentang cara mengontrol halusinasi yang keempat yaitu dengan melakukan kegiatan
harian ”.
b) Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?” “Apakah mas telah melakukan tiga cara yang telah
dipelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya? Bagus sekali , mas minum obatnya dengan teratur, latihan bercakap-cakap dengan
teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur”.
c) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik :“Baiklah mas sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang muncul yaitu
melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar dan menyapu tujuannya kalau ibu sibuk maka
kesempatan muncul suara-suara akan berkurang. Apakah mas bersedia?
Tempat : “Mas mau kita ngobrolnya dimana? Atau mau disini saja?”
Waktu : “Kita ngobrolnya sebentar saja sekitar 15 menit ya, apakah mas bersedia?”
2. Kerja
“Baik mas sebelum kita melakukan latihan mengontrol halusinasi yang keempat apakah mas
masih ingat tiga latihan mengontrol halusinasi yang telah saya ajarkan kemarin? ya bagus sekali
mas Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang mas
dengarkan berkurang? Coba sekarang mas praktekkan lagi bagaimana cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari dan jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang benar dan
dengan siapa ibu bisa bercakap-cakap. Bagus sekali mas, mas sudah bisa mempraktekkannya”.
“Sekarang kita akan melakukan latihan yang keempat yaitu dengan melakukan kegiatan harian.
Baiklah mari kita merapikan tempat tidur dan menyapu. Tujuannya agar ibu dapat mengalihkan
suara yang didengar. Dimana kamar tidur mas? nah kita akan merapika tempati tidur (perawat
memperagakan cara merapikan tempat tidur). Bagus sekali mas. Mas dapat melakukannya
dengan baik dan rapi. Kemudian kegiatan kedua yang dapat ibu lakukan yaitu menyapu lantai
kamar mas (perawat meperagakan menyapu lantai)”.
3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita melakukan latihan tadi? Apakah mas sudah bisa
melakukannya sendiri kalau suara-suara itu datang?”
b) Evaluasi objektif
“Tadi kita sudah ngobrol banyak, kira-kira mas masih ingat apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengontrol halusinasi? Bagaimana cara agar mencegah suara itu datang lagi? Bisa mas
peragakan? Bagus sekali (Reinforcement positif). Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya?
mas mau melakukan kegiatan membersihkan kamar tidur dan menyapu pada jam berapa?”
c) Rencana tindak lanjut
“Baiklah, selanjutnya coba mas praktikkan cara yang kita diskusikan tadi ketika suara-suara itu
muncul kembali”
d) Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melatih cara mengontrol halusinasi
yang kelima untuk mencegah halusinasi?”
Tempat : “Nanti kita ngobrol disini lagi ya? Mas setuju, kan?”
Waktu : “Mas maunya jam berapa? Bagaimana kalau jam 9 mas?”
“Mas sangat baik pada hari ini, sudah mau diajak bekerja sama. Kalau begitu saya permisi dulu,
kita bertemu lagi besok ya”.
STRATEGI PELAKSANAAN
Inisial : Tn. M No.CM : -
Ruang :- Tgl.interaksi : 30-09-2021
Pertemuan/ Sp : 5/V
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
Data Subjektif
- Komunikasi terkadang masih inkoheren tetapi kadang-kadang sudah koheren (saat pasien
ditanyakan bagaimana tadi malam apakah mas mendengar bisikan yang mengajak bercakap-
cakap? Jawaban pasien terkadang jelas tetapi terkadang masih bicara tidak jelas dan hanya
bergumam)
Data Objektif
- Pasien terlihat berbaring di tempat tidur, kadang-kadang duduk di tempat tidur dan pasien
bicara sendiri yang dibicarakannya tidak jelas
- Pasien masih terkadang-kadang terlihat tertawa sendiri
- Pasien mengajak perawat bercakap-cakap tetapi jawabannya terkadang inkoheren dan
terkadang koheren.
2. Diagnosa : Halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) SP 5 :
1) Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan
kegiatan harian. Kemudian beri pasien pujian.
2) Melatih pasien kegiatan harian.
3) Menilai kemampuan pasien yang telah mandiri.
4) Menilai apakah halusinasi pasien terkontrol.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a) Salam terapeutik
“AssalamualaikumIbu masih ingat dengan saya?”.
b) Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini?” “Oh iya, tadi pagi mas bangun jam berapa? Kegiatan apa
saja yang sudah mas lakukan? Dan apakah mas sudah mandi?”
Kontrak : topik, waktu, tempat
Topik : “Saya ingin mengobrol dengan mas, saya akan menanyakan mengenai latihan yang telah
kita lakukan kemarin, dan saya akan mengajarkan latihan lain yang dapat mas lakukan, apakah
bersedia?”.
Waktu : “Kita ngobrolnya sebentar saja sekitar 15 menit ya, apakah bersedia?”
Tempat : “Mas mau kita ngobrolnya dimana? Atau mau disini saja?”
2. Kerja
“Mas , apakah halusinasinya masih muncul? Apakah mas sudah melakukan cara-cara yang
sudah kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang mengganggu? Coba saya lihat jadwal
kegiatan harian mas? Bagus sekali, sekarang coba saya lihat obatnya. Ya bagus sekali mas
minum obat dengan teratur dan latihan menghardik suara-suara juga dilakukan dengan teratur.
Dan ibu juga sudah bisa berbincang dengan orang lain ketika suara-suara datang. Coba sekarang
praktikkan cara menghardik suarasuara yang telah kita pelajari. Kemudian jelaskan kembali
pada saya cara minum obat dengan benar. Dan praktikkan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Serta praktikkan kembali kegiatan-kegiatan yang sudah
diajarkan kemaren. Bagus sekali mas”. “Nah selain itu, masih banyak kegiatan yang dapat
dilakukan seperti melakukan kegiatan kebersihan diri (perawat mengajarkan dan mencontohkan,
pasien mendemontrasikan cara melakukan kebersihan diri setelah perawat mengajarkan). Baik
mas, bagus sekali sudah dapat melakukan apa yang saya ajarkan dan ibu pelajari, bagus sekali
mas sudah bisa menerapkannya dengan baik dan benar. Sekarang kegiatan latihan kita sudah
selesai, jadi mas bisa menerapkan apa yang sudah saya ajarkan untuk mas lakukan sehari hari.
Jadi kita masukkan ya ke dalam jadwal kegiatan mas”.
3. Terminasi
a) Evaluasi subjektif :“Bagaimana perasaan mas setelah kita latihan tadi?”
b) Evaluasi objektif :“Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara dan
kegiatan yang sudah diajarkan? Coba mas sebutkan. Bagus sekali bu”
c) Rencana tindak lanjut :“Baiklah, selanjutnya coba mas praktikkan cara yang kita diskusikan
tadi ketika suara-suara itu muncul kembali dan jangan lupa untuk melakukan cara-cara yang
sudah diajarkan tadi agar suara-suara yang mas dengarkan tidak mengganggu lagi”
d) Kontrak : topik, waktu, tempat
“Mas nanti kita jadwalkan kembali untuk waktunya bersama tim kesehatan lainnya untuk mas
konsultasi dan tempatnya nanti bisa disini saja serta bisa direncanakan kembali perihal masalah
mas”.
“Bagus sekali hari ini kerjasamanya”
“Wassalamualaikum”
DAFTAR PUSTAKA

Baiqi, Mif. dkk . 2005 . Psikiatri . Bandung : PT Revika Aditama .

Brooker Chris. 2009 . Ensiklopedia Keperawatan . Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Dalami dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Jiwa . Jakarta Timur : CV Trans
Info Medika .

Farida dan Yudi . 2011 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Fitria Nita . 2009 . Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan . Jakarta : Salemba Medika.
Fitri F dan Julianti W. 2005 . Psikologi Abnormal . Jakarta : Universitas Indonesia.

Herman Ade . 2011 . Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Nuha Medika

Ellina, A. (2012). Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sessi 1-3
Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Hebefrenik.
Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1(1), 56-62.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai