Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN SECTIO CAESAREA

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh Ibu Surachmindari, SST., M.Pd

Oleh
Irma Pratama Nurussa’adah
P17230193056
2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN BLITAR
November 2020
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Ngadiluwih, Kediri
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Ngadiluwih, Kediri
Hubungan dengan klien : Suami
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri perut karena luka Post Section
Caesarea.
b. Riwayat Penyakit sekarang : pasien merasakan nyeri setelah dilakukan operasi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien mengalami plasenta previa
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang sama mempunyai riwayat
persalinan plasenta previa
e. Riwayat Menstruasi :
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : teratur
3) Lama : 1 minggu
4) HPHT/Hari Pertama Haid Terakhir: 23-12-2019
5) HPL/Hari Perkiraan Lahir : 30-09-2020
6) Usia kehamilan : 39 minggu
7) Ada masalah : saat menstruasi nyeri
f. Riwayat Kehamilan
Hamil I : Abortus saat usia kehamilan 3 bulan
Hamil II : Normal, bayi laki laki pada tahun 2012, dengan berat badan lahir
3400 gram
Hamil III : Sectio Caesarea, bayi laki laki pada tahun 2020, dengan berat
badan lahir 3500 gram

B. Data Fokus
DS
1. Paisen mengatakan nyeri dibagian perut bawah karena melahirkan secara caesarea .
saat disuruh memilih angka skala nyeri pasien mengatakan skala nyeri 8
2. Pasien mengatakan nyeri terasa tertusuk-tusuk dan sering muncul
3. Pasien mengatakan baru pertama operasi caesarea
4. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitasnya sendiri karena adanya luka
operasi aktivitas pasien dibantu keluar dan perawat
5. Pasien mengatakan saat mobilitas sering miring kanan dan kiri masih nyeri
DO
1. Keadaan umum lemah
2. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5ºC
Rr : 20x/menit
3. Pasien tampak meringis kesakitan
4. Pasien tampak menahan nyeri
5. Pasien tampak aktifitasnya dibantu sama keluarga dan perawat
C. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang ditangdai dengan
mengeluh nyeri dan tampak meringis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam maka tingkat
nyeri menurun dengan kriteria hasil:
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun

Intervensi :

a. Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi pengetahuan tentang nyeri
b. Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
- Jelaskan penyeban, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan rasa nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot yang


ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam maka mobilitas
fisik meningkat dengan kriteria hasil:
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Kekuatan otot meningkat
- Rentak gerak (ROM) meningkat

Intervensi :

a. Observasi :
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
D. Evaluasi
1. Tingkat nyeri yang dirasakan pasien berkurang
2. Pasien sudah merasa lebih baik dan tidak tampak meringis dan gelisah berkurang
3. Paisen sudah dapat bergerak dan tidak merasakan nyeri ketika bergerak
4. Pasien sudah dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan perawat
maupun keluarga.

Anda mungkin juga menyukai