Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Atresia Ani


Atresia ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum, atau keduanya Betz (2012). Atresia ani atau anus imperforate
adalah tidak terjadinya perforasi membrane yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum Purwanto (2011). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus Donna L. Wong (2013).

B. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antra lain:
a. Putusnya saluran penceraan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik diaderahusus,
rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antra minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan

C. Tanda dan Gejala


Menurut Ngastiyah (2011), gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau
anus, imperforate tejadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala ini dapat berupa :
a. Perut kembung
b. Muntah
c. Tidak bisa buang air besar
d. Pada pemeriksaan radiologi denagn posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai
dimana terdapat penyumbatan
e. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja
yang menyerupai pita)
f. Perut membuncit
g. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
h. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
i. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
j. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula)
k. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
l. Pada pemeriksaan rectal touché adanya membrane anal m.
m. Perut kembung

D. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan
embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.
Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan
pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan
perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan
migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra
dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir
tanpa lubang anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
2. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
Anggreni, D., & Zulaikha, F. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa
Post Tutup Kolostomi EC Atresia Ani Dengan Intervensi Inovasi Bermain Boneka Tangan Dan Bercerita
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak di RUANG PICU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun
2018.

http://digilib.unimus.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai