Anda di halaman 1dari 6

POLA HIDUP YANG SEHAT DAN DUKUNGAN KELUARGA SANGAT

DIPERLUKAN BAGI PENDERITA STROKE


Oleh : Irma Pratama Nurussa’adah
D3 Keperawatan Blitar Politeknik Kementerian Kesehatan Kemenkes Malang
irmapratama49788@gmail.com

Abstrak-Stroke merupaka penyakit kronis yang paling mematikan nomor tiga di


dunia. Penyakit stroke dapat menyerang siapa saja tanpa memandang bulu baik di
muda, maupun tua. Stroke biasanya terjadi karena ada gangguan system saraf.
Stroke dapat terjadi karena ulah manusia sendiri, manusia sering tidak mejaga
pola hidup sehat. Misalnya dengan mengonsumsi makanan cepat saji, seiring
berjalannya waktu gaya hidup pun mulai berubah dengan gaya hidup yang serba
instan dengan memanfaatkan teknologi yang serba canggih. Padahal hanya utuh
waktu yang sedikit untuk hidup sehat cukup dengan 5 menit dapat berolahraga
ringan dan disertai dengan makan-makanan yang sehat dan bergizi. Untuk
penderita stroke sebenarnya dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk
membangkitkan semangat supaya penderita stroke mau berjuang untuk
kesembuhannya. Dengan cara memabantunya untuk belajar berjalan dengan
perlahan-lahan setiap pagi, dan dilakukan secara rutin. Gejala-gejala stroke dapat
diwaspadai mulai sejak dini. Mulai dari sering pusing disertai mual, mati rasa,
system gerak sulit dihgerakkan, lumpuh separuh badan, daya ingat menurun dan
masih banyak lagi gejala gejalanya. Untuk itu, mulai dari sekarang harus
menerapkan pola hidup sehat supaya tidak terserang oleh penyakit.
Kata kunci : pola hidup sehat, dukungan keluarga, penderita stroke

A. PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyakit yang mematikan yang ketiga di dunia dan
menyumbang biaya yang besar untuk melakukan perawatan kesehatan dan
terapinya (Iqbal, Frida, & Yaswir, 2014). Penyakit stroke biasa menyerang siapa
saja tanpa memandang bulu baik mulai dari anak muda hingga tua. Estrogen
memegang peranan penting sebagai vasodilator pembuluh darah pada wanita,
sehingga wanita lebih kecil terserang stroke dari pada laki-laki (Handayani, 2013).
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan proporsi stroke terbanyak
adalah stroke ischemic (61,46%), perempuan (54,17%) yang berusia >50 tahun
(81,25%) yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (43,75%) (Dinata, Safrita, &
Sastri, 2013). Data diatas merupakan hasil penelitian penderita stroke di
Indonesia.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah tidak dapat dikontrol pengaruhnya
terhadap stroke, yaitu faktor keturunan ,umur dan jenis kelamin. Faktor risiko
yang dapat diubah yaitu hipertensi, diabetes melitus, stress, merokok, obesitas,
aktifitas fisik yang rendah, pil KB dan konsumsi alkohol (Usrin, 2013).
Ada banyak upaya untuk mencegah stroke antara lain dengan menjalani pola
hidup sehat, diantaranya adalah dengan memerhatikan pola makan yang baik,
olahraga teratur, dan istirahat yang cukup.Selain itu juga kita menjaga kesehatan
tubuh dan lingkungan juga sangat penting untuk mendukung kesehatan tubuh
(Hanifah, 2011).
Bentuk-bentuk terapi untuk pasien penderita stroke antara lain terapi memori
yaitu dengan memulihkan ingatan pasien kembali. yang kedua adalah terapi
gerakan (fisioterapi) yaitu dengan meningkatkan kemampuan berjalan penderita
stroke, dan terapi bicara yaitu membantu pasien dengan melatih kemampuan
bicara serta melatih otot-otot menelan dan berbicara agar kembali berfungsi.

B. BAHASAN PERTAMA
Penyakit adalah kesehatan dari tubuh yang mengalami masalah yang terjadi
karena disebabkan oleh virus dan mikroorganisme. Penyakit stroke merupakan
penyebab kematian terbesar dan kecacatan kronik yang paling tinggi pada
kelompok umur diatas usia 45 tahun terbanyak di Indonesia (Riyadina &
Rahajeng, 2013). Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem
saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di
otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah
otak atau pecahnya pembuluh darah di otak (Pinzon & Asanti, 2010).
Pengertian lain menurut WHO pada tahun 1995 stroke adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(Siswonoto, 2008).
Berdasarkan laporan WHO, pada saat tahun 1999 dieperkirakan 5,54 juta
orang meninggal akibat dari penyakit stroke. Jumlah ini merupakan 9,5 % dari
seluruh kematian di dunia. Jika ditinjau dari segi psikologis dan sosio ekonomi
penyakit tersebut merupakan masalah besar (Bahrudin, 2012).

C. BAHASAN KEDUA
Berikut ini adalah faktor –faktor yang memengaruhi stroke, antara lain :
1. Hipertensi
Merupakan tekanan darah tinggi.
2. Diabetes Melitus
Merupakan kadar gula darah yang tinggi.
3. Merokok
Merokok dapat memacu peningkatan kekentalan darah yang menyebabkan
serangan stroke.
4. Dislipidemia
Merupakan kadar kolesterol yang terdapat dalam lemak.
5. Obesitas
Merupakan seseorang yang mengalami berat badan berlebih (Pinzon &
Asanti, 2010) .
6. Penyakit Jantung
Penyakit jantung terjadi karena penyempitan dan penyumbatan pembuluh
darah arteri pada organ jantung, aliran darah ke jantung terganggu,
sehingga menimbulkan efek kehilangan oksigen dan makanan ke jantung
karena aliran darah ke jantung melalui arteri berkurang (Rau & Kotoko,
2011).

D. BAHASAN KETIGA
Di era sekarang banyak orang yang terserang penyakit stroke tidak
hanya dari kalangan tua tapi kalangan muda pun terserang stroke. Hal itu
semua terjadi biasa saja akibat makan makanan cepat saji, pola makan
tidak sehat, dan disertai malas yang berlebihan.
Hal–hal berikut ini merupakan tanda-tanda stroke yang perlu
diwaspadai :
1. Sering pusing disertai mual dan sering pening terus menerus.
2. Muka terasa tebal , dan mati rasa.
3. Koordinasi anggota gerak sulit digerakkan.
4. Mengalami kesulitan ketika menggunakan sandal jepit.
5. Gagal meletakkan benda pada tempat yang pas.
6. Sulit meraih suatu benda (Lingga, 2013).
7. Lumpuh separuh badan.
8. Mulut mencong dan bicara pelo.
9. Sulit mengungkapkan apa yang ia inginkan
10. Tidak bisamembaca dan menulis
11. Kepandaian dan daya ingat menurun.
12. Penglihatan terganggu, pendengaran menurun, bahkan sampai bisa
mengompol, dan tidak bias buang air besar sendiri (Mukti & Dewi, 2013).

E. BAHASAN KEEMPAT
Penyakit stroke memiliki bermacam-macam jenis, berikut ini adalah jenisnya :
1. Stroke sumbatan (stroke iskemik)
Stroke ini terjadi karena adanya thrombus atau embolus pada
pembuluh darah otak. Stroke iskemik dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Stroke trombotik yang disebabkan oleh thrombus yang
menggumpal.
b. Stroke embolik yang disebabkan oleh tertutupnya
pembuluh arteri oleh bekuan darah.
c. Hipoperfusion yang terjadi akibat berkurangnya aliran
darah ke seluruh tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung (Agromedia, 2009).
2. Stroke perdarahan(hemoragik)
Stroke ini terjadi karena pembuluh darah otak yang pecah
(Kristiyawati & Hariyati, 2009). Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perdarahan Subaraknoid
yang terjadi di ruang subaraknoid, ruang yang sempit di antara otak
dan lapisan jaringan yang menutupi otak (Sofwan, 2013).
b. Perdarahan Intraserebral
yang terjadi karena pecahnya aneurisma vasa darah otak dan
gangguan koagulasi oleh karena trombositopenia (Pranoto, 2010).
F. BAHASAN KELIMA
Stroke dapat dicegah mulai sejak dini, dengan cara berolahraga secara teratur,
pola makan yang sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, menurunkan
kadar kolesterol dengan tidak memakan makanan yang mengandung lemak jenuh
yang tinggi, menurunkan tekanan darah dan menurunkan berat badan. Dengan
menurunkan tekanan darah dan berat badan maka sama halnya dengan sudah
mengurangi faktor resiko terjadinya stroke, sehingga dapat dicegah (Sukma,
2012).

G. BAHASAN KEENAM

Bagi pasien yang telah terserang stroke, maka diperlukan rehabilitasi medis
untuk mengembalikan pasien pada kemandiriannya mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari agar tidak menjadi beban bagi
keluarganya. Maka dari itu, rehabilitasi sangat diupayakan agar pasien tetap aktif
(Ghofir & Ikawati, 2015).
Rehabilitasi adalah program pemulihan terhadap sebuah penyakit. Terapi yang
biasa dilakukan oleh penderita stroke antara lain adalah terapi fisioterapi yang
membantu penderita stroke untuk dapat kembali berjalan. Terapi okupasi men-
dapatkan kembali koordinasi otot-otot yang dibutuhkan untuk me-lakukan
aktivitas dasar dan terapi wicara untuk membantu supaya pa-sien dapat berbicara
lagi (Hariandja, 2013).

H. KESIMPULAN
Berdasarakan penjelasan data dan informasi di atas dapat disimpulkan
penyakit stroke merupakan penyakit yang mematikan ketiga di dunia. Penyakit
stroke dapat menyerang siapa saja tidak memandang umur mulai dari muda
hingga tua. Seiring berkembangnya zaman penyebab penyakit stroke terbanyak
disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang bermalas-
malasan.
Faktor – faktor yang dapat memengaruhi penyakit stroke antara lain merokok,
hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, obesitas, dan penyakit jantung. Macam
macam stroke antara lain stroke iskemik, dan hemoragik. Stroke dapat dicegah
dengan mengatur pola hidup sehat. Pengobatan stroke antara lain dengan terapi
wicara, terapi fisioterapi dan terapi okupasi.
I. DAFTAR RUJUKAN
Agromedia, R. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. AgroMedia.
Bahrudin, M. (2012). Model diagnostik stroke berdasarkan gejala klinis. Saintika
Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Kedokteran Keluarga, 6(2).
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran faktor risiko dan tipe
stroke pada pasien rawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Kabupaten
Solok Selatan periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2(2), 57–61.
Ghofir, A., & Ikawati, Z. (2015). HUBUNGAN KEYAKINAN DAN
KEPATUHAN TERAPI PENCEGAHAN SEKUNDER TERHADAP
KEJADIAN STROKE BERULANG. JURNAL MANAJEMEN DAN
PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy
Practice), 5(2), 119–126.
Handayani, F. (2013). Angka Kejadian serangan stroke pada wanita lebih rendah
daripada laki-laki. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, 1(1).
Hanifah, E. (2011). Cara Hidup Sehat. PT Balai Pustaka (Persero).
Hariandja, J. R. O. (2013). Identifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabilitasi
Berbasis Teknologi Terjangkau Untuk Penderita Stroke di Indonesia.
Research Report-Engineering Science, 2.
Iqbal, M., Frida, M., & Yaswir, R. (2014). Perbedaan rerata kadar gula darah pada
luaran stroke iskemik berdasarkan Indeks Barthel. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(3).
Kristiyawati, S. P., & Hariyati, T. S. (2009). Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 1(1).
Lingga, L. (2013). All About Stroke. Elex Media Komputindo.
Mukti, D. I., & Dewi, D. S. E. (2013). Hubungan antara religiusitas dengan
penerimaan diri pada pasien stroke iskemik di RSUD Banjarnegara.
Psycho Idea, 11(2).
Pinzon, R., & Asanti, L. (2010). Awas stroke! pengertian, gejala, tindakan,
perawatan dan pencegahan. Penerbit Andi.
Pranoto, I. (2010). Hubungan Antara Lama Hemodialisa dengan Terjadinya
Perdarahan Intra Serebral.
Rau, M. J., & Kotoko, F. (2011). Faktor risiko kejadian stroke di RSUD Undata
Palu tahun 2011. Berkala Epidemiologi.
Riyadina, W., & Rahajeng, E. (2013). Determinan penyakit stroke. Kesmas:
National Public Health Journal, 7(7), 324–330.
Siswonoto, S. (2008). Hubungan kadar malondialdehid plasma dengan keluaran
klinis stroke iskemik akut.
Sofwan, R. (2013). Stroke dan rehabilitasi pasca stroke. Bhuana Ilmu Populer.
Sukma, D. Z. (2012). HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN TERJADINYA STROKE PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RUANG POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 4(2).
Usrin, I. (2013). Pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke
hemoragik di ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
Bukittinggi tahun 2011. Kebijakan, Promosi Kesehatan Dan Biostatiskik,
2(2).

Anda mungkin juga menyukai