Anda di halaman 1dari 14

ATRESIA ANI

KEPERAWATAN ANAK 1

DISUSUN OLEH :

1. DITA PUTRI CAHYANI (173210049)


2. ROHMATUL MAULANI (173210049)
3. RIZKI UTAMI (173210067 )
4.
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai .tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca ,untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi .

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami masih banyak


kekurangan dalam makalah ini ,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini .

Jombang,februari 20019

Tim penyusun
Daftar isi

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Definisi atresia ani


B. Etiologi atresia ani
C. Patofisiologi atresia ani
D. Tanda dan gejala atresia ani
E. Pemeriksaan penunjanng
F. Penataaksanaan konsep keperawatan

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001).Beberapa kelainan
kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2
kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan
kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan
urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria
(mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).
Insiden penyakit atresia ani adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap
tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani. Kartono mencatat 20-40 pasien
penyakit atresia ani yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo
Jakarta dengan rasio laki-laki: perempuan adalah 4:1. Insidensi ini dipengaruhi oleh
group etnik, untuk Afrika dan Amerika adalah 2,1 dalam 10.000 kelahiran, Caucassian
1,5 dalam 10.000 kelahiran dan Asia 2,8 dalam 10.000 kelahiran (Holschneider dan Ure,
2005; Kartono,1993). Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti
adalah laki-laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor
keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga).
Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran kemih yang bisa
berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah), komplikasi jangka panjang
yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis),
masalah atau k elambatan yang berhubungan dengan toilet training, inkontinensia (akibat
stenosis awal atau impaksi), prolaps mukosa anorektal dan fistula (karena ketegangan
diare pembedahan dan infeksi). Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas
kesehatan baik berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan
dengan pendidikan kesehatan, pencegahan, pengobatan sesuai program dan memotivasi
klien agar cepat pulih sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

B. Tujuan

Tujuan Umum

1. Diharapkan mahasiswi Akademi Keperawatan mampu melaksanakan asuhan


keperawatan pada neonatus sakit dengan atresia ani secara menyeluruh dan terdapat
keterpaduan dengan pendekatan manajement keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswi Akademi Keperawatan mampu :
a. Mengetahui pengertian atresia ani
b. Mengetahui macam-macam atresia ani
c. Mengetahui etiologi atresia ani
d. Mengetahui patofisiologi atresia ani
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang atresia ani
f. Mengetahui asuhan keperawatan atresia ani pada anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Wong, D. L, 2003).Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
atresia ani adalah suatu kelainan bawaan dimana tidak terdapatnya lubang atau saluran a
Macam-macam atresia ani :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan
anus.
d. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
e. Anus imperforata dan ujung rektum buntu terletak pada berbagai jarak dari
peritoneum.
f. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
B. ETIOLOGI
Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti tetap ini merupakan
penyakit anomaly kongenital (Bets. Ed 3 tahun 2002)
Akan tetapi atresia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi
antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

C. PATOFISIOLOGI

Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :


a. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga
bulan
d. Berkaitan dengan sindrom down
e. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
f. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
g. abnormalitas pada uretra dan vagina.
h. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak
i. dapat dikeluarkan sehingga intenstinal menyebabkan obstruksi

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda Gejala (Ngastiyah, 2005)
Tanda dan gejala yang sering timbul, yaitu :
a. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.
b. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi
buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius.
c. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di
kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.

Tanda dan gejala Menurut Betz, dkk. 2002 :

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila
tidak ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. ( Betz, dkk. 2002)
E. PEMERIKSAAN PENUJANG
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
c. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan
mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan fisik rektum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bias digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan
traktus urinarius.
F. PENATALAKSANAAN KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1. Biodata klien
2. Riwayat keperawatan;
a. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan masa lalu
3. Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
4. Riwayat tumbuh kembang
a. BB lahir abnormal
b. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh
c. kembang pernah mengalami trauma saat sakit
d. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
e. Sakit kehamilan tidak keluar meconium
5. Riwayat social
Hubungan sosial
6. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa pre operasi meliputi :
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya intake, muntah.
3. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur perawatan

Diagnosa post operasi meliputi :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma


saraf jaringan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma
sekunder dari kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVESI


HASIL
1. Konstipasi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan enema
berhubungan dengan Keperawatan selama 1x 24 jam atau irigasi rektal.
aganglion Klien mampu mempertahankan 2. Kaji bising usus
pola eliminasi BAB dengan dan abdomen.
kriteria hasil : 3. Ukur lingkar
abdomen
1. Penurunan distensi
abdomen.
2. Meningkatnya
kenyamanan.

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
2. Risiko Klien dapat mempertahankan 1. Pantau TTV.
kekurangan keseimbangan cairan.dengan 2. Monitor intake-output
volume cairan kriteria hasil : cairan.
berhubungan 1. Output urin 1- 3. Lakukan pemasangan
dengan 2ml/Kg/Jam. infus dan berikan cairan
menurunnya 2. Capillary refill 3-5 IV.
intake, muntah. detik.
3. Turgor kulit baik.
4. Membran mukosa
lembab.
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
3. Cemas orang tua Kecemasan orang tua dapat 1. Jelaskan dengan istilah
berhubungan dengan berkurang. yang dimengerti oleh
kurang pengetahuan Kriteria hasil : Klien tidak orang tua tentang
tentang penyakit dan lemas. anatomi dan fisiologi
prosedur perawatan. saluran pencernaan
normal.
2. Beri jadwal studi
diagnosa pada orang
tua
3. Beri informasi pada
orang tua tentang
operasi kolost

DIAGNOSA KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI


TUJUAN
4. Nyeri berhubungan Rasa nyeri teratasi/ berkurang 1. Kaji skala nyeri.
dengan teruma Kriteria hasil : 2. Kaji lokasi, waktu dan
pembedahan/ insisi 1. Klien tampak tenang intensitas nyeri.
luka. dan merasa nyaman. 3. Berikan lingkungan
2. Klien tidak meringis yang tenang.
kesakitan. 4. Atur posisi klien.
5. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik.
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
5.Kerusakan integritas Tujuan : Tidak ditemukan 1. Kaji area stoma.
kulit berhubungan tanda-tanda kerusakan kulit 2. Anjurkan pasien untuk
dengan terdapat stoma lebih lanjut. menggunakan pakaian
sekunder dari Kriteria hasil: lembut dan longgar
kolostomi. 1. Penyembuhan luka pada area stoma.
tepat waktu. 3. Tanyakan apakah ada
2. Tidak terjadi keluhan gatal sekitar
kerusakan di daerah stoma.
sekitar anoplasti. 4. Kosongkan kantong
kolostomi setelah terisi
¼ atau ⅓ kantong
5. Lakukan perawatan
luka kolostomi.

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL
6. Resiko infeksi Tujuan :Tidak terjadi infeksi. 1. Kaji adanya tanda-
berhubungan Kriteria hasil: tanda infeksi.
masuknya 1. Tidak ada tanda-tanda 2. Pantau TTV.
mikroorganisme infeksi. 3. Pantau hasil
sekunder terhadap luka 2. TTV normal. laboratorium.
kolostomi. 3. Leukosit normal. 4. Kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium.
5. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
tresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan
kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia
ani didapatkan 1% dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul
sebagai penyakit tersering. Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada laki-laki lebih
banyak ditemukan dari pada pasien perempuan. Insiden terjadinya atresia ani berkisar
dari 1500-5000 kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki.
b. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut. Tentunya dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisike-3. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.
Pt FAJAR INTERPRATAMA
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3.
Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6.Jakarta :
EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri
Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai