Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

RHEUMATOID ARTHRITIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen pengampuh Ucik M. Kep

Disusun oleh :
Kelompok 4

Hengky Wahyudi 173210014


Lilik Andriani 173210017
Agustina Ditubun 173210012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat
dan hidayahNya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Rheumatoid Artritis yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami sadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca
makalah ini demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Jombang , 27 September 2019

Penyusun

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
2.1 Pengertian..................................................................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................
2.4 Manifestasi.................................................................................................
2.5 Komplikasi.................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang
bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta
jaringan lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana,
secara simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan
sering kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik
artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang
persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang
simetris. Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka
355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita artritis reumatoid.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia
terserang penyakit artritis reumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang
berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. (Junaidi,2013)
Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis
sebesar 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu
berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar
5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan
diagnosis atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2013).
Hasil dari Laporan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun
2013, didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik)
menempati posisi keempat dari 10 penyakit terbesar di kota Palembang
dengan jumlah penderita 45.153 jiwa sedangakan pada tahun 2014,
didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik)
mengalami peningkatan angka kejadian dengan jumlah penderita yaitu
sebanyak 49.292 jiwa kemudian pada bulan Januari sampai bulan April 2015,
didapatkan angka kejadian gangguan jaringan lunak lainnya (reumatik)
menempati posisi keempat dari 10 penyakit terbesar di kota Palembang
dengan jumlah penderita 18.260 jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ini difokuskan yaitu untuk memberikan Asuhan
Keperawatan dengan Artritis Reumatoid.
1.3 Tujuan
Mampu melakukan proses Asuhan Keperawatan dg Arthritis Reumathoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang
bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta
jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi
(sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer
dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).
Menurut Noer S (1997) dalam Lukman (2009), artritis reumatoid
merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poliatritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur
sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa.
Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi
sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami
hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut
menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal
menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus
dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

Gambar 2.1 Reumatoid Artritis


2.2 Etiologi
Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Faktor genetik serta faktor pemicu
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ; faktor injeksi
mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group
difteriod yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi
penderita.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Pada jaringan ekstra-artikuler akan terjadi perubahan patologis, yaitu:
a. Pada otot terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada pembuluh
darah perifer dan lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa
d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf
e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi (Nurarif
dan Kusuma, 2013).
Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996), faktor-faktor
yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jenis
kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009).
2.3 Patofisiologi
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman,
2009).

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang termasuk di
dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung
menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim
ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul
sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer termasuk sendi-sendi di
tangan namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.
Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi
tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
2.5 Komplikasi
Secara umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak dapat
disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara bertahap
menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat membaik. Bagaimanapun,
jika terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta terjadi perubahan bentuk,
efeknya akan menjadi permanen. Kecacatan dan nyeri sendi dalam
kehidupan sehari-hari adalah hal yang umum. Rheumatoid arthritis adalah
penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain
sendi. Efek ini meliputi :
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Sistem Muskuloskeletal : Pada otot dapat terjadi myosis karena proses
granulasi jaringan otot dan Osteoporosis.
c. Sistem Pembulu Darah : Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa
membesar kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.
e. Sistem Pencernaan : Pada sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
f. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
g. Infeksi : Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk infeksi.
Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
h. Penyakit Paru-Paru : Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi
peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis RA,
namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok.
i. Sindrom Felty : Kondisi ini ditandai dengan splenomegali, leukopenia
dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin merupakan respon disease-
modifying antirheumatic drugs (DMARDs).
j. Limfoma dan kanker lainnya : RA terkait perubahan sistem kekebalan
tubuh. (Shiel, 2011)
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis
artirits reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit
membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti :
1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis
reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien
lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis.
3. Leukosit normal atau meningkat sedikit
4. Trombosit meningkat
5. Kadar albumin serum turun dan globulin
6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun
7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif
8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi
9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya.
10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosa
dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen menunjukkan erosi tulang
yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi kemudian dalam
perjalanan penyakit tersebut (Mansjoer, 1999 dan Rosyidi 2013).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis
Reumatoid yaitu :
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid
adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang
penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan
dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi
pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis
penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk
mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid)
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai.
OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya
3-4 x 1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai
terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya.
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
arthtritis reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin
(yang paling banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau),
sulfasalazin, garam emas (gold standard bagi DMARD), obat
imunosupresif atau imunoregulator, dan kortikosteroid.
4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup
klien. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu :
a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit,
kursi roda, sepatu dan alat
b. Terapi mekanik
c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi
d. Terapi mekanik
5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah
dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat,
sehingga dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman,
2009).
Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita
berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut :
1. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi,
faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat.
2. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan
senam rematik.
3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin dapat
membantu meredakan nyeri.
4. Pertahankan berat badan agar tetap normal.
5. Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit.
6. Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin,
seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol,
jamur, bayam, asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun
singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh yang
sama pada setiap orang).
7. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan
makanan seperti tahu untuk pengganti daging.
8. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi 9. Lakukan
latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010)
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-
bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.

a. Kardiovaskuler
Gejala  Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal).
b. Integritas Ego
Gejala Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ). Ancaman
pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
c. Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan.
d. Makanan/ Cairan
Gejala Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
e. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sendi simetris
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
g. Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas atau
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
h. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga atau orang
lain; perubahan peran; isolasi.
Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi
(makanan yang banyak mengandung pospor (zat kapur),
vitamin dan protein).
2)  Riwayat gangguan metabolic.

c. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
3) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Aktifitas yang dilakukan sebelum tidur
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku
sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan
penyakitnya?
h.  Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan
1) Apakah agama klien ?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya
kepada Tuhan ?

Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


a. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan proses
inflamasi, destruksi sendi.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.

NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1 Gangguan rasa NOC : NIC : Pain Management


nyaman nyeri a. Pain Level a. Lakukan pengkajian
akut/ kronis b. pain control nyeri secara komprehensif
berhubungan c. comfort level termasuk lokasi,
dengan proses Setelah dilakukan karakteristik, durasi,
inflamasi, tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan
destruksi sendi. selama …. faktor presipitasi
Pasien tidak mengalami b. Observasi reaksi
nyeri, dengan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan.
a. Mampu mengontrol c. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat mempengaruhi
b. Melaporkan bahwa nyeri.
nyeri berkurang dengan d. Kurangi factor
menggunakan manajemen presipitasi nyeri.
nyeri e. Kaji tipe dan sumber
c. Mampu mengenali nyeri nyeri untuk menentukan
(skala, intensitas, intervensi.
frekuensi dan tanda nyeri) f. Ajarkan tentang teknik
d. Menyatakan rasa non farmakologi: napas
nyaman setelah nyeri dala, relaksasi, distraksi,
berkurang kompres hangat/ dingin.
e. Tanda vital dalam g. Berikan analgetik untuk
rentang normal mengurangi nyeri
f. Tidak mengalami h. Monitor vital sign
gangguan tidur sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

2 Hambatan NOC : NIC : Exercise therapy :


mobilitas fisik a. Joint Movement Ambulation
berhubungan Active a. Monitoring vital sign
dengan kaku a. Mobility Level sebelm/sesudah latihan
sendi. b. Self care : ADLs dan lihat respon pasien
c. Transfer Performance saat latihan
Setelah dilakukan b. Konsultasikan dengan
tindakan keperawatan terapi fisik tentang rencana
selama…. gangguan ambulasi sesuai
mobilitas fisik teratasi dengan kebutuhan
dengan kriteria hasil: c. Bantu klien untuk
a. Klien meningkat menggunakan
dalam aktivitas fisi tongkat saat berjalan dan
b. Memperagakan cegah terhadap cedera
penggunaan alat d. Ajarkan pasien atau
Bantu untuk tenaga kesehatan lain
mobilisasi tentang teknik ambulasi
(walker) e. Kaji kemampuan pasien
dalam
mobilisasi
f. Latih pasien dalam
pemenuhankebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan klien.
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

3 Gangguan Citra NOC : NIC : Body image


Tubuh a. Body image enhancement
berhubungan b. Self esteem
dengan a. Kaji secara
perubahan fungsi Setelah dilakukan verbal dan
tubuh. tindakan keperawatan nonverbal respon
selama …. gangguan klien terhadap
body image tubuhnya.
pasien teratasi dengan b.Monitor
kriteria hasil: frekuensi
a. Body image positif mengkritik dirinya
b. Mampu mengidentifikasi c. Jelaskan tentang
kekuatan personal pengobatan,
c. Mendiskripsikan secara perawatan,
faktual perubahan fungsi kemajuan dan
tubuh prognosis
d. Mempertahankan interaksi penyakit
sosial d. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
e. Identifikasi arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat
bantu
f. Fasilitasi kontak
dengan individu
lain
dalam kelompok
kecil
Rencana
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai