KELOMPOK 6
ATRESIA ANI
Disusun oleh :
1. Erlita
2. Nurheni
3. Suparti
4. Alfian Nor Muthia
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
ATRESIA ANI
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalahnya. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun referensi
terhadap pembaca.
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya
dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 ).
Cacat bawaan merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak diinginkan
kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Perhatian kita terhadap cacat bawaan masih
sangat kurang, sedangkan negara kita saat ini telah berhasil dalam program KB serta telah
memasyarakatkan NKKBS, maka pada zaman sekarang ini masalah kualitas hidup anak
merupakan prioritas utama bagi Program kesehatan Nasional. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup anak adalah cacat bawaan.
Laporan dari beberapa penelitian dari dalam maupun dari luar negeri angka kejadian
cacat bawaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kematian bayi baik didalam
maupun diluar negeri dari tahun ketahun semakin lama semakin turun , tetapi penyebab kematian
mulai bergeser. Sebelumnya penyebab kematian pada bayi sebagian besar disebabkan masalah
sepsis, asfiksia, dan sindrom distres nafas, maka akhir-akhir ini mulai bergeser pada masalah
cacat bawaan, begitu juga penyebab kematian anak-anak yang tadi nya masalah nutrisi dan
infeksi sangat dominan, tetapi masalah cacat.
Cacat bawaan adalah keadaan cacat yang terjadi sebelum terjadi kelahiran. Istilah
anomali kongenital adalah cacat fisik maupun non fisik, sedangkan malformasi dan dismorfi
kongenital diartikan berupa cacat fisik saja
Atresia merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata
sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi AE di Amerika Serikat 1 kasus
setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran
hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup.
Masalah pada atresia retri dan anus adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan
secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melalui makalah ini di harapkan mahasiswi dapat mengerti dan memahami serta
mengetahui lebih detail tentang Atresia Retri dan Anus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
a) Untuk memenuhi tugas Askeb Neonatus
b) Mengerti mengenai Pengertian, etiologi, patofisiologi, klinis, diagnosis, anomali
penyerta, penatalaksanaan, dari Atresia Retri dan Anus
c) Dapat mencurigai, melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosa, dan memberi
penatalaksanaan sementara untuk mencegah komplikasi, untuk selanjutnya merujuk
pasien dengan atresia esofagus
BAB II
PEMBAHASAN
Etiologi secara pasti atresia rekti dan anus belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaananus umumnya tidak ada
kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa
gen autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia rekti dan anus. Orang tua yang mempunyai
gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya saat
kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan kromosom atau kelainan
congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia rekti dan anus. Sedangkan kelainan bawaan
rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga
biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
Faktorpredisposisi
Atresia rekti dan anus dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir
seperti :
1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal,
jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
2. Kelainan sistem pencernaan.
3. Kelainan sistem pekemihan.
4. Kelainan tulang belakang.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
a) Asidosis hiperkioremia.
b) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
d) Komplikasi jangka panjang.
o Eversi mukosa anal
o Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
e) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f) Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g) Prolaps mukosa anorektal.
h) Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui
jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
4. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau
jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan
dengan traktus urinarius.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan
organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat
bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan. Atresia ani adalah suatu kelainan
bawaan.
B. Saran
Perlu dilakukan pemeriksaan dengan NGT untuk mencari ada tidaknya atresia pada bayi
baru lahir terutama dengan faktor resiko ibu yang memiliki polihidramnion ataupun tanda dari
bayi seperti mulut berbuih, air liur yang terus keluar, batuk dan sesak nafas, ataupun kembung.
Dalam perujukan, perlu dilakukan tindakan khusus saat pemindahan, yaitu untuk mencegah
hipotermia, sumbatan jalan nafas dan aspirasi dengan suction berulang, dan gangguan sirkulasi
seperti dehidrasi, hipoglikemia dan gangguan elektrolit dengan pemberian cairan intravena.
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:
Tidak merokok dan menghindari asap rokok
Menghindari alcohol
Menghindari obat terlarang
Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
Mengkonsumsi suplemen asam folat
Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
Menghindari zat-zat yang berbahaya.