PENYAKIT ATRESIANI
NAMA KELOMPOK 6
KELAS : 2B KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU :
SUHARTI ,. SST.MPH
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, guna kesempurnaan makalah
ini, sehingga makalah ini akan menjadi bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di massa yang mendatang
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan khusus
Selesainya tugas makalah Asuhan Keparawatan pada Atresia Ani,
penyusun di harapkan mampu :
a. Memahami isi materi mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Atresia Ani.
b. Dapat membagi ilmu kepada pembaca mengenai Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Atresia Ani.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar (Walley,1996)
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan
lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke
dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 2003).
2.2 Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan,
fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan
anus umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul.
Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut peneletian beberapa ahli masih jarang terjadi bawaan gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani (Adele,1996).
Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang
terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan
penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator,
septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat
jalan penurunannya (Adele,1996).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 7 minggu
Adanya gangguan atau berhentinya perkebangan embriologik di daerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
2.3 Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani, antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).
2.8 Penatalaksanaan
1. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah
lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through"
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu
pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan
ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan
bertambah baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan
sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan
agak padat.
4. Dilakukan dilatasi setiap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau
speculum
5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif:
a) Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
b) Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
c) Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8. Penanganan pasca operasi:
a) Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
b) Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari
2.9 Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis
dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan
saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan. Berkaitan
dengan sindrom down.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan. Atresia ani yang terjadi
akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi
ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan
segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka
urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya fese
mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada
keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ
sekitarnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa Post Tutup
Kolostomi E.C Atresia Ani Dengan Intervensi Inovasi Bermain Boneka Tangan
Dan Bercerita Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Anak di RUANG PICU
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Tahun 2018 Desi Anggreni 1 , Fatma Zulaikha2
INTISARI Latar belakang : Hospitalisasi merupakan penyebab stress bagi anak
terutama perpisahan dengan lingkungan keluarga. Kecemasan adalah perasaan
yang dialami oleh anak yang timbul akibat hospitalisasi, biasanya dimunculkan
dengan anak menangis dan takut pada orang baru. Salah satu metode cara untuk
mengurangi kecemasan yang dialami adalah dengan cara bermain. Efek distraksi
didapat pada saat anak bermain boneka tangan dan bercerita sehingga dapat
mengurangi kecemasan.
Tujuan : analisa untuk mengetahui pengaruh bermain boneka tangan dan bercerita
terhadap penurunan tingkat kecemasan . Diruang PICU RS AWS Samarinda.
Metode: analisa keperawatan yang digunakan adalah dengan cara bermain boneka
tangan dan bercerita, waktu analisa dilakukan tiga kali diruang PICU RS AWS
Samarinda. Kesimpulan :Berdasarkan hasil analisis selama tiga kali dapat
disimpulkan bahwa hasil intervensi dengan skor 9 (tidak ada kecemasan) jadi
dapat disimpulkan terdapat pengaruh bermain boneka tangan dan bercerita
terhadap tingkat kecemasan , baik dari tanda-tanda vital maupun skla ekspresi
klien.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu dicari penyebab serta cara untuk mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan atau kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisa, diagnosa,
tindakan.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus (Wong, D. L, 2003). Etiologi secara pasti atresia ani belum
diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan
oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12
minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik
didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang
terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat
mampu mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak,
sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal
terhadap anak tersebut.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.