Anda di halaman 1dari 19

ATRESIA ANI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK II
Yang dibina oleh Ns. Resti Utami M.kep.

Oleh:
1. Eva Meiroikhatul Jannah (1611011002)
2. Bintari Puspa Alfirosa (1611011005)
3. Angga Trisna Nugraha (1611011015)
4. Mohammat Gafur (1611011018)
5. Nunik Nurhidayatul M. (1611011026)
6. Riya Arista (1611011030)
7. Rani Desvin Veronica (1611011032)
8. Fiki Hadiamsyah (1611011037)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Oktober, 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan tentang “Atresia Ani”. Kemudian dengan
selesainya makalah ini, kami menghaturkan terimakasih kepada Dosen Keperawatan Anak II
yakni ibu Ns. Resti Utami M.Kep. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, Oktober 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Atresia Ani.....................................................................3


B. Embriologi Atresia Ani.................................................................3
C. Etiologi Atresia Ani......................................................................4
D. Patofisiologi Atresia Ani..............................................................4
E. Pathway Atresia Ani.....................................................................5
F. Manifestasi Klinis Atresia Ani.....................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani............................................6
H. Penanganan Atresia Ani...............................................................6
I. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani...................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit di jumpai adanya kelainan cacat konginetal pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang
anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. (Kurniah, 2013)
Atresia ani merupakan kelainan konginetal yang tergolong rendah angka kejadiannya
dibandingkan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika Serikat 600
anak lahir dengan atresia ani. Data yang dapatkan kejadian atresia ani timbul dengan
perbandingan 1 dari 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah penduduk indonesia 200 juta
dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit atresia ani. (Haryono, 2013)
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa anus
atau dengan anus yang tidak sempurna. Penyakit ini merupakan kelainan kongenital yang
sering kita jumpai pada kasus bedah anak. Diagnosis penyakit kongenital ini sangat
mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang cermat dan teliti sehingga hal ini
harus diketahui oleh tenaga kesehatan. (Lakonanta, 2016)
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rektal terjadi gangguan
pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan. Dengan kata lain tidak adanya
lubang pada anus atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran
itu. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperfota. Jika atresia terjadi maka hampir
memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
(Haryono, 2013)

B. Tujuan
Setelah dilakukan pembahasan, mahasiswa mampu memahami:
1. Definisi dari atresia ani
2. Embriologi dari atresia ani
3. Etiologi dari atresia ani

1
4. Patofisiologi dari atresia ani
5. Pathway dari atresia ani
6. Manifestasi Klinis dari atresia ani
7. Pemeriksaan penunjang dari atresia ani
8. Penanganan dari atresia ani
9. Konsep asuhan keperawatan dari atresia ani
10.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Atresia Ani


Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna,
termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum.
Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat
keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum. (Kurniah, 2013)
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
1. Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinari.
2. Anomali intermediate
Rektum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan spingter
eksternal berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi
Ujung rektum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginaris (wanita). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum
lebih dari 1 cm. (Nurarif & Kusuma, 2016)

B. Embriologi
Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens,
sigmoid, rektum, bagian atas kanalis ani.emdodern usus belakang ini juga membentuk
lapisan dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam
kloaka, suatu rongga yang dilapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan

3
ektoderm permukaan. Daerah pertemuan antara endoderm dan ektoderm membentuk
membran kloaka.

Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum urorektal,
pada sudut antara allantois dan usus belakang.Sekat ini tumbuh kearah kaudal, karena itu
membagi kloaka menjadi bagian depan, yaitu sinus uroginetalis primitif, dan bagian
posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal
mencapai membran kloaka, dan di daerah ini terbentuklah korpus parienalis. Membran
kloakalis kemudian terbagi menjadi membran analis di belakang, dan membran
urogenitalis di depan. (Kurniah, 2013)

C. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya embriologi di daerah usus, rectum bagian distal
serta traktur urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia kehamilan.
(Nurarif & Kusuma, 2016)

D. Patofisiologi

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan
segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin
akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir
kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya
akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90%
dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-
laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila
kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis). (Nurarif & Kusuma, 2016)

4
E. Pathway

- Gangg pertumbuhan ATRESIA ANI Vistel rektovaginal


- Fusi
- Pembentukan anus dari tonjolan Feses tidak keluar Feses masuk ke uretra
embriogenik

Mikroorganisme masuk
Feses menumpuk
Kelainan kongenital ke saluran kemih

Dysuria
Reabsorsi sisa metabolisme oleh Peningkatan tekanan
tubuh intraabdominal
Gang. Rasa nyaman

keracunan Operasi Anoplasti


Gangguan eliminasi
urine nyeri

Mual, muntah

Ansietas Perubahan defekasi :


- Pengeluaran tak
Resiko nutrisi kurang dari
terkontrol
kebutuhan
Resiko kerusakan - Iritasi mukosa
integritas kulit

Nyeri Gangguan Abnormal spingter Trauma jaringan


Rasa nyaman rektal

Perawatan tidak
Inkontensia defekasi adekuat

Resiko infeksi

5
F. Manifestasi Klinis

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi terhadap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal tauce terdapat adanya membran anal
7. Perut kembung. (Nurarif & Kusuma, 2016)

G. Pemeriksaan penunjang

1. X-Ray. Ini menunjukkan adanya gas dalam usus.


2. Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktur urinarius, misalnya suatu
sitrouretrogram mikturasi akan memperlihatkan hubungan rektrourinarius dan
kelainan urinarius.
3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium.
(Nurarif & Kusuma, 2016)

I. Penanganan
Penanganan Atresia Ani dibagi menjadi penatalaksanaan medis dan non medis
(Kurniah, 2013)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Kolostomi
Bayi laki-laki maupun perempuan yang didiagnosa mengalami malformasi
anorektal (atresia ani) tanpa fistula membutuhkan satu atau beberapa kali
operasi untuk memperbaikinya. Kolostomi adalah bentuk operasi yang pertama
dan biasa dilakukan. Kolostomi dilakukan untuk anomaly jenis kelainan tinggi
(High Anomaly), rektovaginal fistula, rektovestibular fistula , rektouretral
fistula, atresia rektum, dan jika hasil jarak udara di ujung. distal rektum ke tanda
timah atau logam di perineum pada radiologi invertogram > 1 cm. Tempat yang
dianjurkan ada 2 : transverso kolostomi dan sigmoidostomi. Bentuk kolostomi
yang aman adalah stoma laras ganda. Kolostomi merupakan perlindungan
sementara (4-8 minggu) sebelum dilakukan pembedahan. Pemasangan

6
kolostomi dilanjutkan 6-8 minggu setelah anoplasty atau bedah laparoskopi.
Kolostomi ditutup 2-3 bulan setelah dilatasi rektal/anal postoperatif anoplasty.
Kolostomi dilakukan pada periode perinatal dan diperbaiki pada usia 12-15
bulan
b. Diltasi Anal (Secara Digital Atau Manual)
Dilatasi anal dilakukan pertama oleh dokter, kemudian dilanjutkan oleh
perawat. Setelah itu prosedur ini diajarkan kepada orang tua kemudian
dilakukan mandiri. Klien dengan anal stenosis, dilatasi anal dilakukan 3x sehari
selama 10-14 hari. Dilatasi anal dilakukan dengan posisi lutut fleksi dekat ke
dada. Dilator anal dioleskan cairan/minyak pelumas dan dimasukkan 3-4 cm ke
dalam rektal.
Pada perawatan postoperatif anoplasty, dilatasi anal dilakukan beberapa
minggu (umumnya 1-2 minggu) setelah pembedahan. Dilatasi anal dilakukan
dua kali sehari selama 30 detik setiap hari dengan menggunakan Hegar Dilator.
Ukuran dilator harus diganti setiap minggu ke ukuran yang lebih besar. Ketika
seluruh ukuran dilator dapat dicapai, kolostomi dapat ditutup, namun dilatasi
tetap dilanjutkan dengan mengurangi frekuensi.
c. Anoplasty
Anoplasty dilakukan selama periode neonatal jika bayi cukup umur dan
tanpa kerusakan lain. Operasi ditunda paling lama sampai usia 3 bulan jika tidak
mengalami konstipasi. Anoplasty digunakan untuk kelainan rektoperineal
fistula, rektovaginal fistula, rektovestibular fistula, rektouretral fistula, atresia
rektum.
d. Bedah Laparoskopik/Bedah Terbuka Tradisional
Pembedahan ini dilakukan dengan menarik rectum kepembukaan anus.
(Kurniah, 2013)

2. Penatalaksanaan Nonmedis
a. Toilet Training
Toilet training dimulai pada usia 2-3 tahun. Menggunakan strategi yang sama
dengan anak normal,misalnya pemilihan tempat duduk berlubang untuk
eliminasi dan atau penggunaan toilet. Tempat duduk berlubang untuk eliminasi
yang tidak ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman.
Menjejakkan kaki le lantai juga memfasilitasi defekasi.

7
b. Bowel Management
Meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk membersihkan kolon.
c. Diet Konstipasi
Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan, jangan terlalu
panas/dingin. Sayuran dimasak dengan benar.Menghindari buah-buahan dan
sayuran mentah.Menghindari makanan yang memproduksigas/menyebabkan
kram, seperti minuman karbonat, permenkaret, buncis, kol, makanan pedas,
pemakaian sedotan.
d. Diet Laksatif/Tinggi Serat
Diet laksatif/tinggi serat antara lain dengan mengkonsumsimakanan seperti
ASI, buah -buahan, sayuran, jus apel danapricot, buah kering, makanan tinggi
lemak, coklat, dankafein. (Kurniah, 2013)

I. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. IDENTITAS PASIEN

Kondisi atresia ani lebih sering terjadi pada bayi berjenis kelamin laki- laki
dibandingkan dengan bayi perempuan.

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan Utama : Bayi dengan aresia ani akan mengalami distensi abdomen 
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak
bisa buang air besar, meonium keluar dari vagina atau meconium terdapat
dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Bayi mengalami muntah-muntah setelah 24-48
jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan congenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh anggota
keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani

3. POLA FUNGSI KESEHATAN

8
a. Pola persepsi terhadap kesehatan: Bayi belum bisa mengungkapkan secara
verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan 
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan : Bayi belum bias melakukan aktifitas apapun
secara mandiri karena masih bayi

AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitas di tempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan 
Keterangan :

0 : Mandiri

1: Dengan menggunakan alat bantu

2 : dengan menggunakan bantuan dari orang lain

3 : denganbantuan orang lain dan alat bantu

4 : tergantung total, tidak berpartisipsi dalam beraktifitas

f. Pola istirahat/tidur: diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang
lain.
g. Pola nutrisi metabolic: Biasanya bayi hanya minum ASI atau susu kaleng
h. Pola eliminasi: bayi dengan atresia ani tidak dapat buang air besar karena tidak
adanya anus dan di dalam urinnya ada mekonium
i. Pola kognitif perceptual: Bayi belum mampu berkomunikasi, berespon, dan
berorientasi dengan baik pada orang lain

4. PEMERIKSAAN FISIK

Bayi dengan atresia ani, saat dilakukan pemeriksaan fisik akan ditemukan:

a. Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak


ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepalhematom.

9
b. Mata Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ikterus, tidak nista gamus/ tidak
episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.

c. Hidung simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.

d. Mulut bibir simetris, tidak macrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis.

e. Telinga memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk


sempurna.

f. Leher tidak ada webbed neck.

g. Thorak bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel
shest, pernafasan normal.

h. Jantung tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur.

i. Abdomen simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak


termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus.

j. Getalia terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.

k. Anus tidak ada, nampak merah, usus melebar, kadang-kadang tampak ileus
obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh
jaringan.Pada auskultasi terdengar peristaltik.

l. Ektrimitas atas dan bawah simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak
tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat.

m. Punggung tidak ada penonjolan spina gifids

n. Pemeriksaan Reflek

1) Suching +  4) Grip +

2) Rooting + 5) Plantar +

3) Moro +

B.

10
C. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi anatomic, disuri


b. Inkontinensia defekasi b.d abnormalitas sfingterrectal
c. Nyeri akut b.d trauma jaringan
d. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
e. Kerusakan integritas kulit b.d kolostomi
f. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit, vistel retrovaginal, dysuria,
trauma jaringan post operasi
g. Resiko infeksi b.d perawatan tidak adekuat, trauma jaringan post operasi
h. Ansietas orang tua b.d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.
D. Rencana Asuhan keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN / KH
KEPERAWA (NOC)
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
TAN

Inkontinensia Setelah dilakukan 1. Lakukan enema atau    Evaluasi bowel


defekasi b.d tindakan asuhan irigasi rectal sesuai order meningkatkan
keperawatan kenyaman pada anak.
abnormalitas diharapkan hasil:
sfingterrectal Anak mampu2.   Kaji bising usus dan
Meyakinkan
mempertahankan abdomen setiap 4 jam
berfungsinya usus.
pola eliminasi BAB
dengan teratur. 3. 
Ukur lingkar abdomen Pengukuran lingkar
Kriteria Hasil :
abdomen membantu
 Penurunan mendeteksi terjadinya
distensi distensi
abdomen.
4.
 Meningkatnya4.   
kenyamanan Berikan posisi yang Posisi yang nyaman
nyaman pada pasien dapat menurunkan
rasa nyeri karna
konstipasi.
Ansietas orang Setelah dilakukan Jelaskan dengan istilah Agar orang tua
tua b.d kurang tindakan asuhan yang dimengerti oleh mengerti kondisi klien
pengetahuan keperawatan orang tua tentang anatomi
tentang diharapkan hasil: dan fisiologi saluran
penyakit dan Kecemasan orang pencernaan
prosedur tua dapat berkurang normal.Gunakan alas,

11
perawatan. Kriteria Hasil : media dan gambar.
Klien tidak lemas
Beri jadwal studi diagnosa2.   Pengetahuan tersebut
pada orang tua diharapkan dapat
membantu
menurunkan
kecemasan

2. Beri informasi pada orang3.   Membantu


tua tentang operasi mengurangi
kolostomi kecemasan klien
3.
Jelaskan prosedur yang
Informasi akurat dapat
akan dilakukan, berikan
menurunkan ansietas
kesempatan untuk
dan rasa takut karena
bertanya dan jawab
ketidaktahuan.
dengan jujur.
Kerusakan Setelah dilakukan Kaji kulit tiap hari, catat Menentukan garis
integritas kulit tindakan asuhan warna,turgor,sirkulasi dan dasar dimana
b.d.terdapat keperawatan sensasi. perubahan pada status
stoma diharapkan hasil: dapat dibandingkan
sekunder dari kerusakan itegritas dan melakukan
kolostomi kulie teratasi / intervensi.
hilang.
Pertahankan instruksikan Mempertahankan
Kriteria Hasil : dalam hygiene kulit, kebersihan karena
misalnya membasuh kulit kulit yang rapuh dapat
 Keadaan umum
da mengeringkan nya menjadi barier infeksi.
klien baik
dengan hati-hati.
 Kulit kembali
normal Dorong klien untuk Menurunkan tekanan
ambulasi / turun dari pada kulit dari
tempat tidur jika istirahat lama ditempat
memungkinkan. tidur.

Ubah posisi secara teratur Mengurangi stress


dang anti sprei sesuai pada titik tekanan,
kebutuhan. meningkatkan aliran
darah kejaringan dan
meningkatkan proses
penyembuhan.

Tutupi luka tekan yang Dapat mengurangi


terbuka dengan pembalut kontaminasi bakteri,

12
steril. meningkatkan proses
penyembuhan.

Berikan matras atau


Menurunkan iskemia
tempat tidur busa .
jaringan, mengurangi
tekanan pada kulit,
jaringan dan lesi.
Resiko nutrisi Setelah dilakukan Kaji/catat pemasukan diet. Membantu dalam
kurang dari tindakan asuhan mengidentifikasi
kebutuhan b.d keperawatan defisiensidari
mual, muntah, diharapkan hasil kebutuhan diet.
anoreksia nutrisi kurang dari Kondisi fisik umum,
kebutuha tubuh gejala uremik (mual,
dapat anoreksia, gangguan
teratasi/berkurang. rasa) dan pembatasan
diet multipel
Kriteria hasil
mempengaruhi
    Nafsu makan pemasukan makanan.
meningkat
    Mual muntah (-) Berikan makanan sedikit Meminimalkan
tapi sering. anoreksia dan mual
    Klien tidak lemah sehubungan dengan
status
uremik/menurunkan
peristaltik.
Pasien puasa/katabolik
Timbang BB tiap hari bila
akan secara normal
memungkinkan.
kehilangan 0,2-0,5
kg/hari. Perubahan
kelebihan 0,5 kg dapat
menunjukan
perpindahan
keseimbangan cairan.

Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan Menurunkan distensi
laboratorium, contoh dan iritasi gaster
BUN, albumin, serum,
transferin, natrium dan
kalium.
Konsul dengan ahli Menentukan kalori
gizi/tim pendukung individu dan
nutrisi. kebutuhan nutrisi
dalam pembatasan dan

13
mengidentifikasi rute
paling efektif dan
produknya, contoh
tambahan oral,
makanan selang,
hiperalimentasi.

Berikan kalori tinggi, diet Jumlah protein


rendah/sedang protein. eksogen yang
dibutuhkan kurang
dari normal kecuali
pada pasien dialisis.
Karbohidrat memnuhi
kebutuhan energi dan
memenuhi jaringan
katabolisme,
mencegah
pembentukan asam
keton dari oksidasi
protein dan lemak..

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal. Dengan kata lain tidak adanya lubang pada anus atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika
atresia terjadi, maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran
seperti keadaan normalnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Nanda, NIC, NOC
Dalam Berbagai Kasus.Jogjakarta: MediAction

Haryono, Rudi. 2013. Penanganan Atresia Ani Pada Anak. Jurnal Keperawatan Notokusuma
Vol 1 No 1

Kurniah, Ade. Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien
Atresia Ani di III Utara RSUP Fahmawati. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu
Keperawatan

Lokananta, Irene & Rokhadi. 2016 Malformasi Anorekta. Universitas Gajahmada: Fakultas
Kedokteran

16

Anda mungkin juga menyukai