MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEPERAWATAN ANAK II
Yang dibina oleh Ns. Resti Utami M.kep.
Oleh:
1. Eva Meiroikhatul Jannah (1611011002)
2. Bintari Puspa Alfirosa (1611011005)
3. Angga Trisna Nugraha (1611011015)
4. Mohammat Gafur (1611011018)
5. Nunik Nurhidayatul M. (1611011026)
6. Riya Arista (1611011030)
7. Rani Desvin Veronica (1611011032)
8. Fiki Hadiamsyah (1611011037)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Oktober, 2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan tentang “Atresia Ani”. Kemudian dengan
selesainya makalah ini, kami menghaturkan terimakasih kepada Dosen Keperawatan Anak II
yakni ibu Ns. Resti Utami M.Kep. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman yang memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam asuhan neonatus tidak sedikit di jumpai adanya kelainan cacat konginetal pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang
anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada
pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. (Kurniah, 2013)
Atresia ani merupakan kelainan konginetal yang tergolong rendah angka kejadiannya
dibandingkan penyakit lain dalam saluran pencernaan. Kejadian di Amerika Serikat 600
anak lahir dengan atresia ani. Data yang dapatkan kejadian atresia ani timbul dengan
perbandingan 1 dari 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah penduduk indonesia 200 juta
dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit atresia ani. (Haryono, 2013)
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukan keadaan tanpa anus
atau dengan anus yang tidak sempurna. Penyakit ini merupakan kelainan kongenital yang
sering kita jumpai pada kasus bedah anak. Diagnosis penyakit kongenital ini sangat
mudah ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang cermat dan teliti sehingga hal ini
harus diketahui oleh tenaga kesehatan. (Lakonanta, 2016)
Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rektal terjadi gangguan
pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan. Dengan kata lain tidak adanya
lubang pada anus atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena
bawaan sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran
itu. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperfota. Jika atresia terjadi maka hampir
memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
(Haryono, 2013)
B. Tujuan
Setelah dilakukan pembahasan, mahasiswa mampu memahami:
1. Definisi dari atresia ani
2. Embriologi dari atresia ani
3. Etiologi dari atresia ani
1
4. Patofisiologi dari atresia ani
5. Pathway dari atresia ani
6. Manifestasi Klinis dari atresia ani
7. Pemeriksaan penunjang dari atresia ani
8. Penanganan dari atresia ani
9. Konsep asuhan keperawatan dari atresia ani
10.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Embriologi
Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens,
sigmoid, rektum, bagian atas kanalis ani.emdodern usus belakang ini juga membentuk
lapisan dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam
kloaka, suatu rongga yang dilapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan
3
ektoderm permukaan. Daerah pertemuan antara endoderm dan ektoderm membentuk
membran kloaka.
Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum urorektal,
pada sudut antara allantois dan usus belakang.Sekat ini tumbuh kearah kaudal, karena itu
membagi kloaka menjadi bagian depan, yaitu sinus uroginetalis primitif, dan bagian
posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika mudigah berumur 7 minggu, septum urorektal
mencapai membran kloaka, dan di daerah ini terbentuklah korpus parienalis. Membran
kloakalis kemudian terbagi menjadi membran analis di belakang, dan membran
urogenitalis di depan. (Kurniah, 2013)
C. Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya embriologi di daerah usus, rectum bagian distal
serta traktur urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia kehamilan.
(Nurarif & Kusuma, 2016)
D. Patofisiologi
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan
segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin
akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir
kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya
akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada perempuan, 90%
dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-
laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila
kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis). (Nurarif & Kusuma, 2016)
4
E. Pathway
Mikroorganisme masuk
Feses menumpuk
Kelainan kongenital ke saluran kemih
Dysuria
Reabsorsi sisa metabolisme oleh Peningkatan tekanan
tubuh intraabdominal
Gang. Rasa nyaman
Mual, muntah
Perawatan tidak
Inkontensia defekasi adekuat
Resiko infeksi
5
F. Manifestasi Klinis
G. Pemeriksaan penunjang
I. Penanganan
Penanganan Atresia Ani dibagi menjadi penatalaksanaan medis dan non medis
(Kurniah, 2013)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Kolostomi
Bayi laki-laki maupun perempuan yang didiagnosa mengalami malformasi
anorektal (atresia ani) tanpa fistula membutuhkan satu atau beberapa kali
operasi untuk memperbaikinya. Kolostomi adalah bentuk operasi yang pertama
dan biasa dilakukan. Kolostomi dilakukan untuk anomaly jenis kelainan tinggi
(High Anomaly), rektovaginal fistula, rektovestibular fistula , rektouretral
fistula, atresia rektum, dan jika hasil jarak udara di ujung. distal rektum ke tanda
timah atau logam di perineum pada radiologi invertogram > 1 cm. Tempat yang
dianjurkan ada 2 : transverso kolostomi dan sigmoidostomi. Bentuk kolostomi
yang aman adalah stoma laras ganda. Kolostomi merupakan perlindungan
sementara (4-8 minggu) sebelum dilakukan pembedahan. Pemasangan
6
kolostomi dilanjutkan 6-8 minggu setelah anoplasty atau bedah laparoskopi.
Kolostomi ditutup 2-3 bulan setelah dilatasi rektal/anal postoperatif anoplasty.
Kolostomi dilakukan pada periode perinatal dan diperbaiki pada usia 12-15
bulan
b. Diltasi Anal (Secara Digital Atau Manual)
Dilatasi anal dilakukan pertama oleh dokter, kemudian dilanjutkan oleh
perawat. Setelah itu prosedur ini diajarkan kepada orang tua kemudian
dilakukan mandiri. Klien dengan anal stenosis, dilatasi anal dilakukan 3x sehari
selama 10-14 hari. Dilatasi anal dilakukan dengan posisi lutut fleksi dekat ke
dada. Dilator anal dioleskan cairan/minyak pelumas dan dimasukkan 3-4 cm ke
dalam rektal.
Pada perawatan postoperatif anoplasty, dilatasi anal dilakukan beberapa
minggu (umumnya 1-2 minggu) setelah pembedahan. Dilatasi anal dilakukan
dua kali sehari selama 30 detik setiap hari dengan menggunakan Hegar Dilator.
Ukuran dilator harus diganti setiap minggu ke ukuran yang lebih besar. Ketika
seluruh ukuran dilator dapat dicapai, kolostomi dapat ditutup, namun dilatasi
tetap dilanjutkan dengan mengurangi frekuensi.
c. Anoplasty
Anoplasty dilakukan selama periode neonatal jika bayi cukup umur dan
tanpa kerusakan lain. Operasi ditunda paling lama sampai usia 3 bulan jika tidak
mengalami konstipasi. Anoplasty digunakan untuk kelainan rektoperineal
fistula, rektovaginal fistula, rektovestibular fistula, rektouretral fistula, atresia
rektum.
d. Bedah Laparoskopik/Bedah Terbuka Tradisional
Pembedahan ini dilakukan dengan menarik rectum kepembukaan anus.
(Kurniah, 2013)
2. Penatalaksanaan Nonmedis
a. Toilet Training
Toilet training dimulai pada usia 2-3 tahun. Menggunakan strategi yang sama
dengan anak normal,misalnya pemilihan tempat duduk berlubang untuk
eliminasi dan atau penggunaan toilet. Tempat duduk berlubang untuk eliminasi
yang tidak ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman.
Menjejakkan kaki le lantai juga memfasilitasi defekasi.
7
b. Bowel Management
Meliputi enema/irigasi kolon satu kali sehari untuk membersihkan kolon.
c. Diet Konstipasi
Makanan disediakan hangat atau pada suhu ruangan, jangan terlalu
panas/dingin. Sayuran dimasak dengan benar.Menghindari buah-buahan dan
sayuran mentah.Menghindari makanan yang memproduksigas/menyebabkan
kram, seperti minuman karbonat, permenkaret, buncis, kol, makanan pedas,
pemakaian sedotan.
d. Diet Laksatif/Tinggi Serat
Diet laksatif/tinggi serat antara lain dengan mengkonsumsimakanan seperti
ASI, buah -buahan, sayuran, jus apel danapricot, buah kering, makanan tinggi
lemak, coklat, dankafein. (Kurniah, 2013)
A. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Kondisi atresia ani lebih sering terjadi pada bayi berjenis kelamin laki- laki
dibandingkan dengan bayi perempuan.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama : Bayi dengan aresia ani akan mengalami distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak
bisa buang air besar, meonium keluar dari vagina atau meconium terdapat
dalam urin
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Bayi mengalami muntah-muntah setelah 24-48
jam pertama kelahiran
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan congenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh anggota
keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
8
a. Pola persepsi terhadap kesehatan: Bayi belum bisa mengungkapkan secara
verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan : Bayi belum bias melakukan aktifitas apapun
secara mandiri karena masih bayi
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilitas di tempat tidur
Pindah
Ambulansi
Makan
Keterangan :
0 : Mandiri
f. Pola istirahat/tidur: diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang
lain.
g. Pola nutrisi metabolic: Biasanya bayi hanya minum ASI atau susu kaleng
h. Pola eliminasi: bayi dengan atresia ani tidak dapat buang air besar karena tidak
adanya anus dan di dalam urinnya ada mekonium
i. Pola kognitif perceptual: Bayi belum mampu berkomunikasi, berespon, dan
berorientasi dengan baik pada orang lain
4. PEMERIKSAAN FISIK
Bayi dengan atresia ani, saat dilakukan pemeriksaan fisik akan ditemukan:
9
b. Mata Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ikterus, tidak nista gamus/ tidak
episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
c. Hidung simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
g. Thorak bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel
shest, pernafasan normal.
j. Getalia terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
k. Anus tidak ada, nampak merah, usus melebar, kadang-kadang tampak ileus
obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh
jaringan.Pada auskultasi terdengar peristaltik.
l. Ektrimitas atas dan bawah simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak
tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat.
n. Pemeriksaan Reflek
1) Suching + 4) Grip +
2) Rooting + 5) Plantar +
3) Moro +
B.
10
C. Diagnosa keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN / KH
KEPERAWA (NOC)
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
TAN
11
perawatan. Kriteria Hasil : media dan gambar.
Klien tidak lemas
Beri jadwal studi diagnosa2. Pengetahuan tersebut
pada orang tua diharapkan dapat
membantu
menurunkan
kecemasan
12
steril. meningkatkan proses
penyembuhan.
Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan Menurunkan distensi
laboratorium, contoh dan iritasi gaster
BUN, albumin, serum,
transferin, natrium dan
kalium.
Konsul dengan ahli Menentukan kalori
gizi/tim pendukung individu dan
nutrisi. kebutuhan nutrisi
dalam pembatasan dan
13
mengidentifikasi rute
paling efektif dan
produknya, contoh
tambahan oral,
makanan selang,
hiperalimentasi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal. Dengan kata lain tidak adanya lubang pada anus atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika
atresia terjadi, maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran
seperti keadaan normalnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Nanda, NIC, NOC
Dalam Berbagai Kasus.Jogjakarta: MediAction
Haryono, Rudi. 2013. Penanganan Atresia Ani Pada Anak. Jurnal Keperawatan Notokusuma
Vol 1 No 1
Kurniah, Ade. Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien
Atresia Ani di III Utara RSUP Fahmawati. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu
Keperawatan
Lokananta, Irene & Rokhadi. 2016 Malformasi Anorekta. Universitas Gajahmada: Fakultas
Kedokteran
16