Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

TENTANG : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANTRESIA ANI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Nama Kelompok:

1. Lara Indra Wahyuni


(1914201115)

2. Mesi
(1914201120)

3. Roza Juliani (1914201134)

4. Siska Florentia (1914201139)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan hormat serta pertolongn-Nya, puji syukur pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Anteris Anis”
dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan pada
makalah kami ini.
Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami menganai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut dapat mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih
mengutamakan kualitas makalah kami di masa yang selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan kongenital
dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki
angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya
saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter,
hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).
Insiden penyakit atresia ani adalah 1 dalam 5000 kelahiran hidup, dengan jumlah
penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun
akan lahir 1400 bayi dengan penyakit atresia ani. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit atresia
ani yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta dengan rasio laki-
laki: perempuan adalah 4:1. Insidensi ini dipengaruhi oleh group etnik, untuk Afrika dan
Amerika adalah 2,1 dalam 10.000 kelahiran, Caucassian  1,5 dalam 10.000 kelahiran dan Asia
2,8 dalam 10.000 kelahiran (Holschneider dan Ure, 2005; Kartono,1993). Menurut catatan
Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Sedangkan Richardson dan Brown
menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24
keluarga).
Atresia ani dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremia, infeksi saluran kemih yang bisa
berkepanjangan, kerusakan uretra (akibat prosedur bedah), komplikasi jangka panjang yaitu
eversi mukosa anal, stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis), masalah atau k
elambatan yang berhubungan dengan toilet training, inkontinensia (akibat stenosis awal atau
impaksi), prolaps mukosa anorektal dan fistula (karena ketegangan diare pembedahan dan
infeksi). Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan,
pencegahan, pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

1
B.       Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian Atresia Ani
2. Untuk menjelaskan etiologi Atresia Ani
3. Untuk menjelaskan anatomi dan fisiologi Atresia Ani
4. Untuk menjelaskan patofisiolo Atresia Ani
5. Untuk menjelaskan WOC Antresia Ani
6. Uuntuk menjelaskan manifestasi klinis Antresia Ani

C. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui pengertian Atresia Ani
2. Mengetahui etiologi Atresia Ani
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi Atresia Ani
4. Mengetahui patofisiolo Atresia Ani
5. Mengetahui WOC Antresia Ani
6. Mengetahui manifestasi klinis Antresia Ani

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan
tidak adanya atau tertutupnya lubang yang normal.

Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Wong, D. L, 2003).

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi
anus, rectum atau keduanya (Betz, C. L and Sowden, L. A, 2002).

Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001).
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa atresia ani adalah suatu kelainan
bawaan dimana tidak terdapatnya lubang atau saluran anus.

B.     Etiologi
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan
bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal
4. serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.
5. Berkaitan dengan sindrom down.
6. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

3
C. Anatomi Dan Fisiologi
Susunan Saluran Pencernaan terdiri dari:
1. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.
b. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak


kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan
juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
(mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor
anguli oris menekan ujung mulut. Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan
tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum.
b. Palatum yang dapat bergerak, terdiri mole (palatum lunak) terletak di belakang yang
merupakan lipatan menggantung atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.Gerakannya
dikendalikan oleh ototnya sendiri, disebelah kanan 9dan kiri dari tiang fauses terdapat
saluran lendir menembus ke tonsil.

2. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini
dapat digerakkan ke seluruh arah.
Lidah dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkallidah yang belakang terdapat epiglotis yang
berfungsi untuk menutup jalan nafaspada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan
masuk ke jalan nafas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau
ujung saraf pengecap. Frenulumlingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian
bawah kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir. Flika sublingua
terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulum lingua, di sini terdapat pula lipatan selaput lendir.

4
Pada pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran dari grandula parotis, submaksilaris, dan
glandula sublingualis.
Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan
menelan, serta merasakan makanan.
3.Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe
yang banyak 10mengandung limfosit merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini terletak
bersimpanganantara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan
rongga hidung, di depan ruas tulang belakang, ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantara lubang bernama koana.Keadaan tekak berhubungan dengan
ronggamulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di
akar lidah, sedangkan bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
Menelan (deglutisio), jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan.
Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk
ke belakang dari jalan napas dan di depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis
lateral melaui ressus piriformis masuk ke esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan
menelan mencegah masuknya makanan masuk ke jalan udara, padawaktu yang sama jalan udara
ditutup sementara.

4. Esofagus
Esophagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya
± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari
dalam keluar, lapisan 11selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar
sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung. Setelah melalui
thorak menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

5
5. Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan
beratnya kira-kira 1 ½ kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan
bawah diafragma. Hati terdiri atas 2 lapisan utama : permukaan atas berbentuk cembung, terletak
di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak ratadan memperlihatkan lekukan fisura
transverses. Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu arteri hepatika dan vena porta.
Arteri hepatika, keluar dari aorta dan member 1/5 darah pada hati, masuk ke hati akan
membeku jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena
hepatika. Vena porta yang terbentuk dari lienalis dan vena mesentrika superior menghantarkan
4/5 darahnya ke hati. Fungsi hati :
a. Mengubah zat makanan yang di absorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam
tubuh.
b. Mengubah zat buangan dan penawar racun untuk disekresi dalam empedu dan urine.
c. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati, dibentuk dalam sistem retikuloendotelium.
e. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat.

6. Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pankreas dan
limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang
sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding
lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung di halangi
oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa
takut. Fungsi lambung :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik
lambung dan getah lambung.
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :

6
a. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
b. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan
desinfektan, dan membuat suasana asampada pepsinogen sehingga menjaddi pepsin.
c. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kaseindari
kasinogen (kasinogen dan protein susu).
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.

7. Pankreas
Panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari deudenum sampai ke limpa. Bagian
dari pankreas : kaput pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan
deudenum yang melingkarinya. Korpus pankreas, merupakan bagian utama dariorgan ini,
letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama. Ekor pankreas, bagian
runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.

8. Usus halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus
halus (lapisan mukosa (sebelah di dalam), lapisan otot melingkar (M.sirkuler), lapisan otot
memanjang (M. longitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar)).
Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam usus
halusmelalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan seluruh limfe di sebelah dalam
permukaan vili usus. Sebuah vilus berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot
yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh
epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan
lemak yang diabsorpsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke
dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami
beberapa perubahan.
Fungsi usus halus :

7
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah
dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

9. Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir, yang membukit disebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara
saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui 15duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase
yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsinyang berfungsi mencerna
protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar,
kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar Brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

10. Jejunum dan ileum


Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua perlima bagian atas adalah
jejunum dengan panjang ± 23 m, dan ileum dengan panjang 4-5 m. Lekukan jejunum dan ileum
melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas dikenal sebagai mesenterium.
Sambungan antara jejunum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung
bawahileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium
ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup
valvula sekalis valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asenden
tidak masuk kembali ke ileum.

11. Usus besar


Usus besar atauintestinum mayor panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm.Lapisan-
lapisanusus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot

8
memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri.

12. Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga
disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah
bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen
pada orang yang masihhidup.

13. Kolon asendens


Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari
ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.

14. Apendiks (usus buntu)


Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu
keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks
tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak
horizontaldibelakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks
bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam
rongga abdomen.

15. Kolon transversum


Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon desenden, berada dibawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

16. Kolon desendens


Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke
bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

17. Kolon sigmoid

9
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam rongga
pelvissebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

18. Rektum
Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis. Organ ini berfungsi untuk
tempat penyimpanan feses sementara.

19. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter :
a. Sfingter ani interus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.18
c. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak. Defekasi (buang air
besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam rektum yang mengakibatkan ketegangan
dinding rektum mengakibatkan rangsangan untuk reflex defekasi sedangkan otot usus
lainnya berkontraksi. M. Levator ani relaksasi secara volunter dan tekanan ditimbulkan oleh
otot-otot abdomen.

D. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga
anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak
ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan
fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas
pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir 20tanpa lubang anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:

10
1. Tinggi (supralevator): rektum berakhir di atas M.levator ani (M. puborektalis) dengan jarak
antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator
biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
2. Intermediate: rektum terletak pada M.levator ani tetapi tidak menembusnya.
3. Rendah: rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rektumpaling jauh 1 cm

11
E. Woc

12
13
F. Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah ( 2005 ) gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus
imperforata terjadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa:
1. Perut kembung
2. Muntah
3. Tidak bisa buang air besar
4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana
terdapat penyumbatan.
5. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang
menyerupai pita).
6. Perut membuncit.
Menurut Suriadi ( 2001 ) gejala atresia ani :
1. Kegagalan lewatnya ekonium saat atau setelah lahir.
2. tidak ada atau stenosis kanal rektal.
3. Adanya membran anal.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
(Wong, D. L, 2003). Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz, C. L and Sowden, L. A, 2002).
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan kelainan
bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam
usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

B.  Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit hernia pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai