Anda di halaman 1dari 12

TOKOH ENTERPRENERSHIP DI BIDANG KEPERAWATAN

Oleh kelompok 2 :

1.Mesi (1914201120)
2.Mellani fauzyah(1914201119)


3.w.brygita taelagat (1914201149)
4.lily triwahyuni (1914201117)
5.zaharatu ayyini (1914201148)
6.magdalena (1914201118)
7.siska florentia (1914201139)
8.rayanov defo oryza (1914201131)
9.lara indra wahyuni (191420115)
10.sonia putri (1914201141)
RAHMATULLAH DARMAWAN S.KEP Ns,DIREKTUR UTAMA CV
PHINISI SEJAHTERA DAN OWNER RUFAIDAH NURSE CARE

•. Latar belakang

Di era globalisasi yang sudah sangat maju, persaingan untuk
memasuki dunia pekerjaan semakin ketat. Memiliki pendidikan tinggi,
ternyata belum cukup mumpuni untuk mengantarkan setiap orang
menuju kesuksesan. Apalagi memasuki era pasar bebas Asean atau
yang dikenal Masyarat Ekonomi Asean (MEA), sumber daya manusia
(SDM) harus bisa berkompetisi, kreatif dan memiliki keahlian untuk
bisa berkompetisi dalam memenuhi ekonominya. Seperti yang
dilakukan oleh Rahmatullah Darmawan S.Kep Ns.
• Modal pertama

Phinisi Sejahtera, akhirnya Rahmatullah berhasil meramu ilmu
keperawatannya menjadi modal untuk berbisnis. Begitu pun dengan
mengembangkan Phinisi Institute yang bergerak di dunia pendidikan
dan pelatihan pengembangan, yakni mengembangkan Nurse Station
Apparel yang bergerak di bidang penjualan alat kesehatan (alkes),
dan mengembangkan Rufaidah Nurse Care yang bergerak di bidang
klinik layanan keperawatan.
Maka dari itulah Rahmatullah lebih memfokuskan tenaga dan
pikirannya untuk memajukan kliniknya ini yang berdiri melalui
modal penjualan alkes. “Ini usaha dalam bidang keperawatan

• Bagaimana menjalankan bisnis
Mencari peruntungan bukan untuk menjadi pegawai rumah sakit
seperti yang banyak di lakukan oleh lulusan keperawatan lainnya
sebaliknya ia justru menjajaki karier di dunia bisnis dan tarif
perwatan yang diberikan lebih murah sehingga cukup terjangkau
bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah.
Karateristik
kepemimpinan,ketekunan,disiplin,kegihan,inovasi,cara
pengambilan keputusan


Apa yang di lakukan dalam pengembangan bisinis serta pencapaian.

Namun, baru di tahun 2016 mengembangkan bisnisnya dengan


membuka klinik. Hal itu membuktikan progresivitasnya dalam
menapaki karier yang berbeda dari lulusan keperawatan lainnya. “Di
klinik ini ada 7 orang perawat dan diantaranya ada masih
mahasiswa. Saya ingin memotivasi mereka agar setelah lulus bisa
berwirausaha. Saya yang modali klinik ini, tetapi karena belum
punya STR, jadi penanggungjawabnya adalah Ners Hasma, pegawai
di rumah sakit Syekh Yusuf, Gowa. Jadi kalau ada pasien mau
dirawat, kami menghubungi dia untuk menangani,” jelas Deng
Uyha. (mg3/hms).

Yang dimiliki sekaran klinik pribadi atau sendiri


• KIPRAH FERONICA DEWI DI BISNIS ALAT PENUJANG
KESEHATAN


• latar belakang

Tahun 1991 selepas lulus kuliah Akademi Perawat Saint Carolus,


Jakarta (sekarang Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Saint Carolus-
red), ia ikut ikatan dinas di RS Yos Sudarso, Padang Sumatera
Barat dan akhirnya bekerja di sana hingga menjadi Kepala Unit
Bangsal dan duduk di komite standarisasi keperawatan rumah
sakit. Kemudian tahun 1998 ia menikah dengan pria asal Sumatera
Utara yang langsung memboyongnya ke Tanjung Pinang,
Kepulauan Riau, karena tuntutan pekerjaan sang suami yang
bertugas sebagai marketing di perusahaan farmasi nasional.
Wanita yang akrab disapa Dewi ini sempat mengajar paruh
waktu di SPK (Sekolah Perawat Kesehatan-red) TNI Angkatan
Laut di Tanjung Pinang.

 Di tahap awal menjadi supplier kain gurita untuk ibu
hamil, ia membeli grosiran ke Pasar Beringharjo,
Yogyakarta. “Beberapa kali saya pasok 100 pcs per
tiga minggu habis terus. Karena seringnya saya beli
itu si pedagang naikin harga. Hingga suatu hari ia
kecelakaan motor dan mengalami dislokasi dimana
tulang lengan kanan hampir terlepas dari sendi bahu
yang mengharuskan Dewi dioperasi. Saat itu ia
diharuskan menggunakan arm sling (gendongan
tangan-red) yang harganya sekitar Rp 70 ribu / pc di
kisaran tahun 2009-2010. Muncul ide dari kepalanya
untuk memproduksi arm sling. “Saya beli ukuran
yang berbeda untuk saya jadikan pola.


• Modal pertama & bagaimana menjalankan bisnis

Modal pertama yaitu seharga arm sling ( gendongan tangan-red) yang


seharga rp.70 ribu / pc di kisaram th 2009- 2010.

berkat suami saya yang bantu tawarkan ke rumah sakit-rumah sakit.


Bersyukur mereka tertarik dengan produk saya karena
menggunakan bahan yang berkualitas dan harga lebih rendah dari
pasar karena saya ambil margin tipis,”ungkap alumnus Akademi
Perawat Saint Carolus, Jakarta in.

Karakteristik pekerja keras dan pantang menyerah. Terlihat dari sudah


banyak usaha yang di rintis namun tetap berusa walaupun gagal coba
lagi dan lagi.

Dan sejak menjual arm sling, satu per satu distributor alat kesehatan
(alkes) mulai mengenal usaha Dewi. Sebut saja PT BSN Medical
Indonesia, PT AbadiNusa Usahasemesta (ABN), PT Medika Jaya
Raksa (Medika) dan beberapa rumah sakit diantaranya RS Yos Sudarso
Padang dan RS dr Sardjito Yogyakarta serta segmen apotik seperti
Apotek Makam Haji, Sukoharjo Jawa Tengah. “Saat ini kami
memproduksi alat penunjang kesehatan tanpa efek samping, mulai
dari gurita, spalk infus bayi dan dewasa, arm sling, neck collar
(penyanggah leher-red) dan ketika ada wabah Covid-19, saya buat
masker,”terang ibu dua anak ini.”Yang terpenting komunikasi. Suami
yang membukakan pintu tapi selanjutnya saya yang berusaha menjaga
hubungan baik. Caranya, berupaya membuat produk berkualitas dan
intens berkomunikasi dengan klien yang terjalin sampai sekarang. Jadi
untuk membangun hubungan baik sampai bertahan lama itu upaya
saya.

• • Apa yang dilakukan dalam pengembangan

hingga saat ini ia terus menjaga hubungan baik dengan para


pelanggannya. Salah satu koperasi rumah sakit di daerah
Panembahan, Yogyakarta merupakan pelanggan pertama yang dari
awal hingga sekarang masih menerima pasokan guritanya.Yang
perlu dicermati, Dewi berbisnis dengan menggunakan pendekatan
kekeluargaan. Ketika ada komplain karena ada kerusakan sedikit
saja, ia akan mengganti dengan yang baru bahkan dua kali
lipatnya.
• Pencapaian sekarang

Satu kebahagiaan buatnya ketika jerih payah usaha yang
dibangunnya sejak 2006-2007 menghasilkan sesuatu yang bisa ia beli
dari uangnya sendiri . “ Dari jualan ini saya bisa beli Nissan March
baru meski mencicil dari uang keuntungan usaha,”ujarnya bangga.
Mimpinya suatu hari ketika suaminya pensiun nanti, saat itu ia akan
bekerjasama dengan suami mengelola lebih serius usahanya agar
lebih bertumbuh.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai