Anda di halaman 1dari 7

WIRAUSAHAWAN INSPIRATIF

Nurhayati Subakat (Wardah)

Nurhayati Subakat ialah seorang founder utama dari perusahaan Paragon


Technology and Inovation, yaitu sebuah perusahaan yang menaungi merek merek
unggulan dalam bidang kecantikan yang kerap kali kita dengar, seperti Wardah,
Emina, dan Make Over.

Beliau lahir di kota Padang Panjang, Sumatera Barat pada tanggal 27 juli
1950. Sejak kecil Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas, terbukti ia dapat
berkuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung) dengan jurusan Farmasi. Setelah
menyelesaikan kuliah tepat waktu, ia kemudian pulang ke kampung halamannya
di Sumatera Barat dan bekerja di rumah sakit di kota Padang sebagai seorang
Apoteker.

Ia mengaku bahwa ketika baru lulus kuliah dia mengalami kesulitan


mencari pekerjaan. Beliau pernah digaji Rp. 20.000 per bulan saat pertama kali
lulus kuliah sebagai Apoteker honorer. Lalu, Nurhayati pindah ke Jakarta dan
bekerja di sebuah perusahaan kosmetik terkenal. Karirnya pada saat itu cukup
cemerlang sehingga dia diminta untuk menjadi karyawan tetap.
Namun, kondisi Nurhayati tidak mendukung saat itu. Dia bertempat tinggal
di Jakarta dengan 3 orang anaknya. Beliau sempat dilema karena juga harus
memikirkan keadaan anak-anaknya. Akhirnya ia memutuskan resign dari
tempatnya bekerja dan mulai merintis usahanya sendiri.

Berbekal pengalaman ketika bekerja di perusahaan kosmetik tersebut, ia


kemudian mencoba untuk membuat produk sampo bermerk Puteri. Usaha produk
sampo tersebut ia jalankan di rumahnya sendiri dengan dibantu oleh satu
karyawan yaitu Asisten Rumah Tangganya. Baginya tak aka nada kemajuan besar
jika tak dimulai dengan hal kecil. Perlahan tapi pasti, produknya mulai diterima
masyarakat

Usahanya berkembang pesat, keuangan perusahaan pun juga terus


meningkat. Beliau bahkan mendirikan PT Pusaka Tradisi Ibu dalam me-
manajemen usaha shamponya ini.

Sayangnya setelah 5 tahun usahanya berkembang pesat. Pabrik milik


Nurhayati dilahap api dan terbakar. Kejadian tersebut membuatnya ingin menutup
pabriknya, dikarenakan pabrik yang sudah tidak bisa beroperasi lagi dan masih
memiliki utang bank. Selain itu, gaji karyawan belum ia bayarkan. Namun,
keadaaan ini tidak membuat Nurhayati menyerah dan saat inilah menjadi titik
balik bagi dirinya.

Namun disinilah titik balik dari Nurhayati Subakat. Ia menolak menyerah


dengan keadaannya. Ia mencoba memulai dari nol lagi. Modal usaha ia peroleh
dari tabungan suaminya, dana tersebut kemudian ia pakai untuk membayarkan
gaji karyawannya dan mencoba membangun pabriknya kembali.
Pabrik baru Nurhayati akhirnya beroperasi kembali. Dari kredit ke bank, ia
membuat kosmetika halal pada 1995 berlabel Wardah hingga terkena imbas krisis
moneter 1998. Namun, perusahaan Nurhayati tetap bertahan hingga terus
membesar dan mendapat respon baik dari pelanggan. Fenomena hijaber yang
meledak pada 2009 menjadikan kosmetik berlabel halal itu melejit bahkan sampai
bisa beriklan di televisi.

Perusahaannya kemudian berganti nama menjadi PT Paragon Technology &


Innovation pada 2011 sampai sekarang dan inovasi-inovasi produk terus
diluncurkan. "Dalam perjalanan itu, saya merasakan begitu pentingnya
pendidikan. Semua bisnis ini berkat pengalaman dan pendidikan. Inovasi-inovasi
juga disokong penelitian," ujar Nurhayati.

Sadar akan pentingnya pendidikan, sejak mendirikan usaha kosmetik pada


1985, Nurhayati sudah memberi beasiswa kepada anak-anak berprestasi yang
berasal dari keluarga kurang mampu. Awalnya, ia hanya fokus memberikan
beasiswa untuk pendidikan dokter.

Nurhayati mengakui, memang ada sebagian orang-orang yang sukses tanpa


mengenyam perguruan tinggi. Tapi dengan pendidikan, lanjutnya, bisa
mempercepat kesuksesan itu."Kalau saya menyebut, pendidikan itu untuk jalan tol
kehidupan yang lebih baik. Makanya kami terus memberi beasiswa," ujar dia.

Ia menyebut ada lima nilai inti yang menjadi pegangan perusahaannya.


Pertama, ketuhanan. Kedua, kepedulian. Ketiga, rendah hati. Keempat, adalah
ketangguhan hati. Dan nilai terakhir adalah inovatif.

"Jadi kalau di Paragon itu, kami olah hati dan pikirannya dulu, baru
tangan. Saya pikir ini esensi pendidikan. Perusahaan kami bukan cuman sekadar
untuk cari uang, harus ada kesamaan visi untuk menghasilkan kebermanfaatan
untuk semua," tutur Nurhayati Subakat.
Poin – poin yang membuat saya terkesan terhadap beliau

 Merupakan seseorang yang gigih dan semangat menggapai tujuannya


walau di usianya yang tidak muda lagi ketika merintis usahanya.
 Seseorang yang berani mengambil resiko demi melangkah lebih maju.
 Seseorang yang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan
 Seseorang yang sabar dan tidak mudah menyerah, bahkan menjadikan
rintangan sebagai titik balik

Hal – hal yang dapat saya contoh dari beliau yang dapat diterapkan
dalam bidang usaha

 Memiliki tujuan, prinsip, dan visi dalam menjalankan suatu usaha


sehingga nantinya hal tersebut akan menjadi pegangan dan membuat usaha
yang kita jalani akan lebih terarah.
 Sikap yang gigih dan tak cepat putus asa sekalipun menghadapi rintangan
yang besar, dan justru menjadikan hal tersebut sebagai titik balik untuk
terus melangkah lebih maju.
Nadiem Anwar Makariem

Nadiem Anwar Makariem merupakan seorang pengusaha yang tergolong sukses


di usia muda, ia merupakan Founder dari perusahaan Gojek dan sering kita kenal juga
sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI.

Nadiem Makarim kini berusia 38 tahun, ia lahir di Singapura tepatnya pada 4


Juli 1984. Ia lahir dari keluarga yang berpendidikan, ayahnya merupakan seorang
Pengacara ternama Indonesia.

Sejak kecil, Nadiem Makarim dan saudara-saudaranya menempuh pendidikan


di sekolah-sekolah berkualitas bagus, ia juga menempuh pendidikan di luar negeri yaitu
di Harvard University. Ayahnya adalah pengacara sukses, tapi ia tidak ada minat sama
sekali untuk mengikuti jejak ayahnya. Ia memilih jalannya sendiri di bidang
entrepreneurship.

Walaupun memiliki kesempatan berkarier di Amerika Serikat, Nadiem memilih


kembali ke Indonesia untuk meniti kariernya. Ia sempat bekerja di beberapa
perusahaan besar Indonesia, seperti Zalora dan McKinsey & Company. Namun, tidak
lama kemudian ia keluar dari tempat kerjanya dan memilih menjalankan bisnis dari
idenya sendiri.
Kerja kerasnya dalam membangun usaha diawali dengan pengalamannya yang
sering menggunakan ojek ketika pergi bekerja. Nadiem lebih memilih naik ojek karena
mobilitas motor yang mudah. Motor dapat menembus kemacetan terpanjang sekalipun.
Tinggal di Jakarta selama bertahun-tahun, membuatnya tahu naik ojek adalah pilihan
yang tepat.

Nadiem pun mengobrol dengan tukang ojek yang mengeluh padanya susah
mendapatkan penumpang. Ojek-ojek itu menunggu di pangkalannya dan jarang
mendapatkan penumpang. Mungkin salah satu alasannya karena ojek pangkalan juga
sering memasang tarif seenaknya.

Dari sanalah kisah sukses Nadiem Makarim memulai bisnis Gojek yang kini
menjadi menjadi salah satu perusahaan ternama Indonesia. Ia memulai Gojek pada tahun
2011. Pada saat itu, Gojek tidak langsung sukses karena internet belum secanggih hari ini.
Pesanan untuk ojek pun masih menggunakan SMS, hingga akhirnya aplikasinya kian
berkembang.

Tidak ada yang pernah berpikir bahwa kehadiran ojek online akan diterima di
seluruh Indonesia. Naik ojek sekarang mudah dengan hanya mengandalkan aplikasi.
Ongkosnya pun bisa langsung dilihat sebelum melakukan pesanan, jadi penumpang tidak
akan merasa berat di ongkos.

Selain mengantar penumpang, ojek online juga bisa dimanfaatkan untuk antar
pesanan makanan dan barang. Jasa antar ini membuat UMKM semakin bertumbuh di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai