Anda di halaman 1dari 10

Nama: Gracella Irwana

NIM: 202050419

Kelas: KWU-U

Nurhayati Subakat

Sosok Nurhayati Subakat merupakan salah satu


dari sekian banyak pengusaha wanita sukses Indonesia.
Beliau merupakan pendiri sekaligus pemilik merk
kosmetik terkenal yaitu Wardah Cosmetics. Saat ini
Nuhayati Subakat merupakan CEO dari PT
Paragon Technology and Innovation, sebuah perusahaan
yang mengelola merk kosmetik Wardah, Make Over, dan
perawatan rambut Putri dan IX.

Nurhayati lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat,


27 Juli 1950. Beliau merupakan anak kedua dari delapan
bersaudara yang berasal dari Minangkabau. Ia
menghabiskan masa kecilnya di kota kelahiran, Padang Panjang. Seusai menamatkan sekolah
Diniyah Putri, ia kemudian pindah ke Padang. Disini, sambil bersekolah ia juga membantu usaha
orang tuanya. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Jurusan Farmasi, Institut Teknologi
Bandung. Di kampus itu juga, ia bertemu dengan lelaki yang kini menjadi suaminya yaitu
Sabakat Hadi. Setelah menyelesaikan kuliah tepat waktu, Nurhayati kemudian pulang kampung
ke Padang dan bekerja di rumah sakit sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum Padang.
Selanjutnya karena ingin mengembangkan karier, ia pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan
Wella Cosmetic, sebagai staf quality control (kuadran 1 yaitu karyawan) dari tahun 1979 sampai
1985.

Mulai Merintis Usaha Sendiri

Karena etos kerjanya yang bagus, Nurhayati diminta untuk bekerja full-time. Kondisi itu
membuatnya dilema sebab ia adalah seorang ibu dengan tiga anak sehingga akan merepotkan
baginya jika harus bekerja seharian dan meninggalkan anak-anaknya. Nurhayati Subakat
kemudian memilih keluar dari perusahaan sebab ia ingin
fokus untuk mengurus keluarganya. Berfokus dengan
keluarga, Nurhayati lebih memilih untuk merintis usaha
sendiri. Berbekal pengalaman ketika bekerja di perusahaan
kosmetik tersebut, pada tahun 1985 ia mengambil resiko
dengan mencoba untuk membuat produk sampo bermerk
Putri. Usahanya produk sampo tersebut ia jalankan di
rumahnya sendiri dengan dibantu oleh satu karyawan yaitu
pembantunya sendiri. Nurhayati Subakti kemudian
memperkenalkkan produknya di salon-salon yang berada
di wilayah Jakarta. Pelan tapi pasti, produknya kemudian mulai diterima di masyarakat. Produk
shampo tersebut menargetkan salon-salon pinggiran di daerah Tangerang. Dengan modal yang
tidak terlalu besar, ia gunakan mobil pribadinya untuk memasarkan dagangan dan rumah untuk
tempat produksi sehari-hari. 'Putri' merek produk yang pertama dijual hanya dipasarkan ke salon-
salon pinggiran di wilayah Tangerang. Namun karena harga yang terjangkau tetapi kualitasnya
bagus, produk tersebut akhirnya banyak peminat hingga Nurhayati bisa mendirikan sebuah PT
Pusaka Tradisi Ibu dalam manajemen usaha shamponya.

Jatuh Bangun dalam Usaha

Namun saat bisnisnya berkembang dan maju selama 5 tahun, Nurhayati mendapat
cobaan. Nurhayati mengalami cobaan, pabrik miliknya dilalap api dan terbakar. Kejadian
tersebut membuat nasib usaha sampo milik Nurhayati Subakti berada di titik nadir. Pabrik
terbakar dan utang di bank yang belum lunas membuat beliau sempat ingin menutup usahanya
dan belum lagi ia memiliki karyawan yang harus ia bayarkan gajinya, namun di sinilah titik balik
dari Nurhayati Subakat. Musibah tersebut sempat membuat wanita berdarah minang tersebut
ingin berhenti menjadi pengusaha. Tetapi mental, karakter, serta pola piker seorang pengusaha
bermain disini. Dia menyadari jika dia berhenti, maka karyawannya akan kehilangan mata
pencaharian untuk keluarganya. Atas dasar tanggung jawab terhadap karyawannya, dia putuskan
untuk kembali memulai bisnisnya yang sempat bangkrut itu dari nol lagi. Modal usaha ia peroleh
dari tabungan suaminya, dana tersebut kemudian ia pakai untuk membayarkan gaji karyawannya
dan mencoba membangun pabriknya kembali. Kebangkitan bisnis Nurhayati, dimulai melalui
relasi-relasinya. Bisnis wanita berhijab tersebut merangkak naik dan makin besar. Produk-
produknya semakin dipercayai konsumen dan jangkauan wilayah produknya pun semakin luas.

Meluncurkan Produk Merk Wardah

Setelah kembali sukses,


kemudian ia mencoba mendirikan
pabrik lainnya di Cibodas dan
Tangerang. Nurhayati kemudian
mencoba untuk melakukan inovasi
baru dengan membidik konsumen
muslimah. Pada 1995 Nurhayati
Subakat mendirikan brand . Nama
Wardah yang memiliki arti bunga
mawar dipilih karena ia membuka
usaha yang bertema islami. Produk kosmetik Wardah ditujukan untuk kaum muslimah yang
ingin tampil elegan tanpa perlu cemas kehalalan produk sebab produk wardah mengedepankan
prinsip halal, aman serta memiliki kualitas yang baik sekali.

Kosmetik ini dengan cepat diterima masyarakat khususnya kaum muslimah, terbukti di
tahun 1999-2003 penjualan produk melonjak drastis. Strategi pasar dan promosi yang bagus
disertai manajemen yang kuat membuat produk Wardah Nurhayati Subakat ini dengan cepat
mengusai pasar kosmetik nasional. Terbukti di tahun 1999 hingga 2003, penjualan produk
kosmetik Wardah melonjak drastis. Wardah berhasil menjadi salah satu produk kosmetik pilihan
muslimah Indonesia. Distribusi produknya bukan hanya nasional saja melainkan tembus ke pasar
mancanegara seperti Malaysia, dimana produk Wardah laku keras di negara tersebut.

Di tahun 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT Paragon Technology &
Innovation yang hingga kini mempunyai lebih dari 7.500 karyawan dan memiliki kapasitas
produksi lebih dari 95 juta produk personal care dan makeup. Kini produk-produknya juga
mencakup perawatan kulit, dan perlengkapan make-up. Kerja keras Nurhayati Subakat tidak sia-
sia, saat ini ia memiliki ribuan karyawan dan puluhan cabang yang tersebar di Indonesia. Baru-
baru ini Wardah menjadi trending di media sosial terkait sumbangan sebesar Rp 40 miliar untuk
penanganan virus corona Covid-19.

Karakteristik dan Pola Pikir

Dalam menjalankan bisnisnya, Nurhayati memiliki karakter serta pola pikir yang
menjadi kunci kesuksesan pada bisnisnya. Tentunya, untuk berubah dari yang semulanya
hanya karyawan perusahaan (kuadran 1) menjadi di kuadran teratas yaitu kuadran 4 tidaklah
mudah. Nurhayati selalu memiliki karakter ketuhanan yaitu bekerja sungguh-sungguh, optimis
sebagai bagian dari ibadah, bertanggungjawab, menjaga kejujuran, dan menebar kebaikan untuk
manusia. Nurhayati juga pribadi yang menjunjung tinggi kepedulian dengan selalu
menanamkan nilai kebersamaan dan kasih sayang. Senantiasa memberi manfaat dan inspirasi
positif bagi sesama dalam semua aktifitas serta berupaya saling memahami dan saling peduli.
Nurhayati adalah orang yang rendah hati dan menyadari bahwa setiap orang mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Ia selalu mengoptimalkan sumber daya yang ada sesuai
kebutuhan, menerima nasehat dari orang lain, belajar terus-menerus, bersemangat dan
menghormati perbedaan demi kepentingan bersama.

Pola pikirnya yang tangguh dalam menjalani kehidupan, berani, sabar, tekun, ulet,
disiplin, penuh semangat menjadi kunci kesuksesan bisnisnya. Nurhayati juga selalu
berinovasi atau mengembangkan hal yang baru. Selain itu, dalam menjalani hidup dan bisnis dia
selalu memegang prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, memenuhi harapan
pelanggan, visioner dan kreatif dalam menciptakan terobosan baru.

Namun, terdapat satu pola pikir yang khas dan sampai saat ini dipercaya oleh
Nurhayati adalah adanya kemudahan di setiap kesulitan. Beliau diajarkan mengenai hal itu
dari ibunya, orang tua tunggal dengan delapan anak yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya
sampai perguruan tinggi. Sehingga sampai sekarang pun ia menerapkan kepercayaan

Kedisiplinan Nurhayati juga menjadi alasan utama mengapa bisnisnya kian sukses.
Nurhayati mampu keluar dari pola pikir instan sehingga mempengaruhi kedisiplinan itu
sendiri. Berkat kedisiplinannya itu, Wardah sudah berdiri selama 21 tahun secara bertahap.
Pasalnya, kedisiplinan adalah titik kunci perjuangan seorang pengusaha. Nurhayati juga
merupakan sosok orang yang pekerja keras sehingga gangguan apapun tidak akan bisa
menggoyahkannya.

“Kunci sukses itu semangat, peduli, rendah hati, tekun, ulet, teliti, dan selalu
ciptakanlah inovasi” – Nurhayati Subakat
Ali Muharam

Sosok Ali Muharam merupakan


salah satu dari sekian banyak
pengusaha laki-laki sukses Indonesia.
Beliau merupakan pendiri sekaligus
pemilik merk makanan ringan terkenal
yaitu Makaroni Ngehe. Ali Muharam
lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 26
September 1985.

Di balik suksesnya Makaroni


Ngehe, ada sederet kisah pilu dari si
owner yang bernama Ali Muharam. Pemuda asal Tasikmalaya, Jawa Barat ini sempat jatuh
bangun dalam mencari pekerjaan hingga akhirnya sukses berbisnis makaroni. Ali memiliki
keinginan mencari penghidupan yang lebih layak di Jakarta. Akhirnya dengan tekad yang kuat
dia pun memutuskan untuk merantau ke ibu kota. Sebelum menjadi pengusaha seperti sekarang,
Pria kelahiran 26 September 1985 ini hanya pemuda biasa yang mencari peruntungan di ibu kota.
Hal itu dilakukan lantaran Ali tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena tidak
memiliki biaya. Pengalamannya selama hidup di Jakarta terbilang pahit. Ia sendirian, tak
memiliki siapapun di kota yang disebut-sebut keras ini. Uang yang dimiliki oleh Ali untuk
bertahan hidup pun tidak banyak sehingga ia harus bernaung di emperan toko ataupun masjid
tempo malam.

Meski begitu, ia tetap berusaha untuk melepaskan diri dari nasib yang buruk itu. Ali
mengadu nasib di berbagai macam tempat kerja yang tergolong tidak memberikan keuntungan
banyak. Setelah sempat menjadi sales di kota Bogor, ia menggeluti pekerjaan sebagai penjaga
kantin khusus karyawan di sebuah perusahaan.

Ali berjuang di Jakarta dengan bekerja serabutan. Ia pernah mengais rezeki sebagai
tukang cuci piring, penjaga toko baju, office boy, hingga menulis skenario untuk sinetron. Hal itu
dilakukan oleh Ali karena dirinya memang sudah memiliki keinginan untuk bergumul dengan
nasib di ibu kota. Jakarta juga membawa Ali kepada sebuah pekerjaan yang paling memberatkan.
Ia sempat memiliki bos yang sering kali menindasnya dan memakinya alih-alih memperlakukan
Ali dengan baik selaku karyawan. Yang menyedihkan, setelah diperlakukan tidak baik, Ali juga
tidak dibayar atas jerih payahnya.

Pengalaman tidak mengenakan tersebut belum lagi ditambah perutnya yang kerap kali
lapar namun ia tidak bisa melakukan banyak hal. Alhasil, beberapa kali ia pernah meminum air
keran ataupun hanya memakan jambu biji untuk mengganjal rasa haus dan laparnya.

Mendirikan Makaroni Ngehe

Tentu saja Ali ingin bisa


mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Untuk mencapai hal tersebut,
ia berkeinginan untuk memulai
wirausaha makaroni. Ia memilih
makaroni karena merasa tidak asing
dengan makanan tersebut. Menu
yang dijajakan di gerainya hari ini
berasal dari resep milik ibunya yang
dihidangkan di rumah. Nekad adalah
modal yang penting dalam perjalanan Ali untuk memulai bisnis. Ia mengawali usaha
makaroninya dengan sebuah gerobak. Upaya awalnya ini ternyata membuahkan hasil yang
membuat ali berkeinginan untuk melebarkan sayapnya. Dalam mengembangkan bisnis yang ia
idam-idamkan, tentu saja ia memerlukan modal yang lebih banyak lagi. Langkah yang Ali ambil
untuk mendapatkan modal adalah dengan mencari pinjaman sebesar 20 juta rupiah kepada
temannya.

Bermodalkan uang 20 juta yang harus dicicil setiap bulan, ia membuka gerai makaroni
pertamanya di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tidak ada yang membantunya dalam
membangun bisnis ini. mulai dari merancang konsep, mencari bahan baku hingga melayani
pelanggan. Setelah bekerja setiap hari, ia juga terpaksa harus tidur di ruko kecil itu hanya dengan
beralaskan kertas roti dan selimut. Jerih payah yang dialami oleh Ali untuk bisa berdiri dengan
kakinya sendiri ternyata tidak sia-sia. Gerai makaroni yang awalnya dibuka di sebuah ruko
berukuran 2x3 meter ini menjamur. Sekarang makaroni ngehe sudah memiliki 34 gerai yang
tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang Selatan, Tangerang, Bekasi, Bandung,
Yogyakarta, Malang, Surabaya dan bisa meraih omzet hingga Rp. 3 milliar per bulan.

Berkat kerja kerasnya dalam merintis usaha makaroni yang diambil dari resep ibunya, Ali yang
awalnya harus mati-matian untuk bisa hidup sekarang bisa memberikan penghidupan bagi
ratusan orang lewat lapangan pekerjaan yang ia
sediakan.

Ali tentu saja bisa menjadi orang sukses


hari ini, tapi ia tidak akan melupakan semua
pengalaman pahit dalam menggeluti kerasnya
hidup karena ia menjadikan pengalaman itu
sebagai inspirasi bagi nama gerainya, “Ngehe”.
Ali Muharam juga menerbitkan sebuah buku
berjudul “Ngehe” untuk membagikan kisah
hidup dan lika-liku perjalanannya menuju
kesuksesan.

Karakteristik dan Pola Pikir

Dalam menjalankan bisnisnya, Ali Muharam memiliki karakter serta pola pikir
yang menjadi kunci kesuksesan pada bisnisnya. Tentunya, untuk berubah dari yang semulanya
hanya kuadran 1menjadi di kuadran teratas yaitu kuadran 4 tidaklah mudah.

Dalam memulai bisnis, karakterisiktik Ali yang sangat menonjol adalah kemauan,
tekad, dan keseriusan dalam memulainya. Pola pikir Ali terhadap bisnis bukanlah hanya
hanya sekedar melihat tren yang sekarang sedang terkenal di kalangan masyarakat, melainkan
memehami secara gamblang seperti apa produk atau bisnis apa yang mau dijalankan.
Karakteristik Ali yang cerdas dalam melihat celah yang ada, memiliki insting, serta
pemikiran yang tajam membuatnya benar-benar memahami produk seperti apa yang
berpeluang untuk laku di pasaran.

Ali selalu memiliki “kepercayaan” terhadap dirinya sendiri dan tidak pernah
mengandalkan orang lain (mandiri), karena menurutnya ketika terlalu bergantung dengan
orang lain, kita tidak akan bisa mencapai level atau titik yang kita targetkan karena terlalu sibuk
menunggu orang itu. Kepercayaan diri itulah yang membuatnya memiliki pola pikir dimana
dalam usaha, tidak hanya harus bekerja keras tapi harus keras kepala di saat seisi dunia berkata
'tidak bisa', kita tetap berkata „ini bisa‟

Pola pikir Ali yang tidak sembarangan dan merancanakan semuanya terlebih dahulu
sebelum memulai membuat usahanya menjadi sukses dan terkenal. Sebab, menurut Ali, jika
usaha hanya mengandalkan pikiran “ingin coba-coba”, peluang gagal pun semakin besar.
Karakteristik Ali yang tidak gengsi dengan dirinya sendiri dan selalu percaya diri membuat
usaha yang ia jalani pun kian sukses.

Ali memiliki pola pikir yang khas yaitu ia menganggap “menjadi pelaku usaha harus
memiliki pola pikir yang benar dan tidak langsung ingin menjadi pimpinan atau bos dalam
usaha tersebut”. Seperti anak tangga, menjalankan bisnis juga harus melawati berbagai tahap
demi tahap yang harus dilalui dan dijadikan pengalaman yang sangat berharga. Ali selalu
mempunyai pikiran bahwa ketika membuka usaha, ia tidak akan langsung menjadi bos, sebab itu
pola pikir yang benar-benar keliru, sebaliknya ia selalu memulai usaha dengan menempatkan diri
dari posisi paling bawah. Ali berpandangan bahwa, bisnis yang dijalankan dari nol dan
dihasilkan dari keringat sendiri akan memberikan hasil yang berbeda jika dibandingkan dengan
membuka usaha hanya sebatas memberikan modal tanpa menjalankan usaha tersebut.

Anda mungkin juga menyukai