Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

KEWIRAUSAHAAN
DI BIDANG KEPERAWATAN
“HOMECARE”
Dosen Pengampu : Sumarni, SST.,M.Kes.

Disusun Oleh :
Al ‘ Aris (P1337420319008)
3 Reguler A

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
1. CERITA WIRAUSAHA KE-1
Jumlah lulusan perawat setiap waktu terus meningkat. Namun, seringkali tidak
diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang meningkat. Oleh karena itu, penting
bagi seorang lulusan perawat untuk dibekali mengenai enterpreneurship. Hal tersebut
bertujuan untuk mengubah perspektif seorang lulusan perawat mengenai prospek perawat
yang selama ini terfokus pada pelayanan dan pendidikan kesehatan saja.
Untuk itu, Departemen Keuangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu
Keperawatan (FIK) Unpad menggelar seminar dan workshop “The Real Nursepreneur
2012” dengan tema Improving Nursing Skills to be Nursing Nursepreneur. Seminar dan
workshop ini digelar pada Sabtu (15/09) dan bertempat di Rumah Sakit Pendidikan Unpad
Lantai 6, Jalan Eijkman No. 38, Bandung. Ada tiga pembicara dalam seminar ini, yakni
Rina Wahyuni AMK, pembicara yang juga pemilik “Rachel House” Home Care, Dansah
Widansah, S.Kp., pelopor Home Care pertama di Indonesia serta pemilik perusahaan
suplier alat-alat kesehatan, dan Muhammad N. Ichsan.
“Entrepreneur bukan hanya berbicara tentang bisnis. Di dalam ilmu keperawatan,
Entrepreneur adalah bagaimana membuat perawat menjadi lebih baik dan dapat
memberikan pelayanan yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain,” jelas Pembantu
Dekan III FIK Unpad, Hana Rizmadewi Agustina, S.Kp., M.N., saat membuka kegiatan
tersebut.
Beberapa bentuk entrepreneurship dalam bidang keperawatan yang dijelaskan dalam
seminar kali ini ialah Palliative Care/Home Care. Menurut Rina, Palliative Care adalah
layanan pelayanan untuk melindungi dan mengurangi penderitaan atau gejala yang dialami
seorang pasien. Banyak orang berpikir, apabila seorang pasien mendapatkan layanan
paliatif, itu artinya pasien tersebut memiliki harapan hidup yang tipis.
“Pada dasarnya asuhan paliatif ialah mengintegrasikan aspek psikologi dan spiritual
dalam asuhan pasien agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan tersebut
dapat secara positif memngaruhi kondisi pasien,” ujar Rina.
Yayasan Rachel House sendiri menurut Rina adalah salah satu organisasi nirlaba yang
memberikan asuhan paliatif rawat rumah kepada anak dengan tidak dipungut biaya.
Kriteria pasien yang diberikan asuhan ialah pasien dengan rentang umur 0-18 tahun,
berlatar ekonomi lemah, serta dengan kondisi yang mengancam jiwa, seperti pasien
penderita kanker atau HIV/AIDS.
“Ini yang menjadi tantangan bagi teman-teman semuanya. Selama ini asuhan paliatif
biasanya difokuskan kepada pasien penderita kanker dan HIV. Ke depan, teman-teman bisa
mengembangkan layanan ini kepada pasien penderita jantung atau penyakit lain yang
memiliki pelayanan khusus,” kata Rina.
Senada dengan Rina, Dansah pun mengungkapkan bahwa Home Care sendiri adalah
bentuk pelayanan kesehatan dengan visi yang homy dan friendly, sehingga pasien dianggap
sebagai teman. Dansah sendiri ialah pelopor Home Care dengan mendirikan Care Centre,
suatu lembaga yang bergerak dalam bidang healthy, dan healing support dimana
manajemen dalam Sumber Daya Manusianya adalah inti bisnisnya.
“Melalui Home Care, lulusan keperawatan tidak hanya berfokus pada pelayanan dan
pendidikan saja,” tegas Dansah.
Selain seminar yang diikuti oleh 176 peserta dari berbagai sekolah kesehatan, acara ini
juga diisi oleh workshop. Workshop sendiri diikuti oleh 145 peserta yang dibagi ke dalam
beberapa kelompok. Masing-masing kelompok membuat sebuah Bussines Care Plan, yakni
bagaimana peserta ditantang untuk mengembangkan ide entrepreneur yang dapat
mengembangkan praktik keperawatan.
Ditemui di sela-sela acara, Widya Indah Pratiwi, Ketua Pelaksana dari kegiatan ini
mengungkapkan harapannya tentang kegiatan Nursepreneur ini. “Diharapkan kegiatan ini
dapat lebih membuka wawasan serta melatih krativitas peserta agar perawat yang akan
sukses di bidang entrepreneur,” ujar Widya.*
2. CERITA WIRAUSAHA KE-2
Berbekal ilmu dan pengalaman sebagai ahli fisioterapi yang sering home visit untuk
memberi terapi pasien di rumah, tahun 2007 lalu, Helme Sitompul (30) dan
suaminya, Bernard Timothy (30), merintis usaha perawatan pasien di rumah, yang di luar
negeri lazim dikenal dengan sebutan homecare. Layanan homecare sendiri
mulai booming di Indonesia sejak awal tahun 2000-an dan Helme melihat bisnis ini cerah
karena kesehatan adalah kebutuhan utama dan makin banyak pasien yang lebih memilih
dirawat di rumah jika memungkinkan.
“Pasien pastinya lebih memilih dirawat di rumah, dekat dengan keluarga, daripada di
rumah sakit. Selain secara psikis mendorong penyembuhan pasien, perawatan di rumah
juga dapat menghemat biaya sewa kamar di rumah sakit yang bisa mencapai Rp1 juta -
Rp1,5 juta sehari,” tutur Helme. Selain harga kamar yang mahal, biasanya rumah sakit juga
akan membebankan biaya tambahan untuk penggunaan beberapa alat medis. Selain ingin
dekat dengan keluarga, pertimbangan penghematan itulah yang mendorong orang untuk
memilih layanan homecare.
Bernard yang saat itu masih bekerja di bank, akhirnya setuju menjalankan usaha
mereka di bidang layanan homecare plus penyewaan hospital equipments yang diberi
nama OZORA Homecare. “Usaha ini saling melengkapi. Pasien yang memilih dirawat di
rumah tentu membutuhkan alat medis sesuai standardisasi rumah sakit. Begitu juga pasien
yang membutuhkan alat medis elektronik, akan butuh tenaga medis untuk
pengoperasiannya,” ujar Bernard.
Dengan modal awal sebesar Rp20 juta - Rp30 juta, pasangan ini pun mulai menyicil
stok peralatan kesehatan yang akan disewakan. “Awalnya kami membeli hospital bed dulu,
baru kemudian membeli monitor dan oksigen. Begitu dapat pesanan, kami langsung
membeli barang,” kenang Bernard. Bernard selalu membeli alat-alat yang baru dari
beberapa supplier alat kesehatan, kecuali alat elektronik seperti syringe pump, infusion
pump, ventilator. Maksudnya, agar usia pemakaiannya lama. Ozora kemudian mengutip
biaya sewa sebesar 10%-20% dari harga barang. Misalnya, hospital bed, ia sewakan
seharga Rp1,7 juta sebulan, atau ventilator yang harganya Rp200 juta - Rp250 juta,
disewakan sebesar Rp17 juta per bulan.
Lama-kelamaan usaha yang ditekuni secara sambilan ini kian berkembang. Setelah dua
tahun ‘merayap’ membangun bisnisnya, mereka berhasil mengumpulkan tambahan modal
hingga Rp250 juta. Bernard akhirnya berani melepas pekerjaannya di bank untuk terjun
sepenuhnya mengurus bisnis ini. “Sekarang zamannya kita yang mengantarkan layanan
medis ke rumah,” tutur Bernard, sambil tersenyum.
Kini, selain menyewakan hospital equipment dan layanan homecare, Bernard dan
Helme melengkapi bisnisnya dengan layanan evakuasi berupa penyediaan ambulans dan
menjual alat-alat kesehatan yang kecil, seperti tensimeter, alat cek gula darah, masker,
sarung tangan, tongkat, dan kursi roda secara online dan di tokonya yang terletak di
seberang Rumah Sakit Pondok Indah dan Ciputat, Jakarta.
Tantangan
Tidak mudah mengembangkan bisnis ini di awal. Sebab, kebanyakan orang Indonesia
belum familiar dengan layanan homecare atau perawatan pasien di rumah. Kebanyakan
masih berpikir bahwa tenaga pendamping yang disediakan homecare bukan tenaga
profesional dan mengasosiasikannya seperti layanan babysitting semata.
Padahal, tenaga yang dipekerjakan Ozora adalah tenaga medis berpengalaman kerja
selama beberapa tahun di rumah sakit. Tak kehabisan akal, Bernard pun menggandeng
beberapa rumah sakit besar untuk bermitra dengannya.
“Mitra kami merekomendasikan layanan homecare kepada pasien yang membutuhkan
layanan perawatan lanjutan di rumah berikut jasa sewa alat medis. Rekomendasi mitra
bisnis meyakinkan calon klien dalam memilih homecare yang sesuai dengan standardisasi
perawatan di rumah sakit,” papar Bernard. OZORA menawarkan kerja sama dalam bentuk
referral fee dan insentif kepada mitra bisnisnya.
Tantangan lainnya adalah menciptakan tenaga medis yang andal. Untuk kebutuhan
tenaga medis, seperti dokter, perawat, asisten perawat, ahli fisioterapi, terapis wicara, dan
okupasi, Helme mendapatkannya melalui proses rekrutmen selektif. Ozora pun
mengadaptasi sistem dan cara perawatan rumah sakit ke dalam layanan homecare-nya
lewat observasi langsung di rumah sakit dan pengalaman para tenaga medisnya.
Selain itu, minimal sebulan sekali, Helme mengadakan evaluasi kerja dan
training refreshment bagi 10 perawat tetap dan 10 tenaga medis freelance yang
dipekerjakannya agar ilmu mereka tetap up to date. Berkat profesionalisme kerja timnya,
jasa homecare-nya makin dipercaya dan dicari orang lewat mulut ke mulut.
Profit
Kebanyakan pasien yang meneruskan perawatan di rumah yang menggunakan jasanya
adalah pasien-pasien kronis yang telah dirawat lebih dari 20 hari dengan kondisi stabil,
seperti pasien diabetes, stroke, kanker, atau pasien pasca ICU. Dalam sebulan, Bernard bisa
mendapatkan 10-15 pasien di Jabodetabek yang direkomendasikan rumah sakit mitranya.
“Masing-masing pasien kebutuhannya berbeda. Untuk penyakit yang ringan, biasanya
mereka hanya menyewa layanan homecare tanpa sewa peralatan medis,” kata Bernard.
Untuk layanan homecare, Bernard menetapkan biaya layanan medis sebesar
Rp600.000 per hari atau Rp18 juta sebulan, sudah termasuk pendampingan 2 perawat.
Sementara, harga layanan medis plus paket alat medis bisa mencapai Rp25 juta sebulan.
Alat-alat medis yang disewakan dalam paket antara lain monitor detak jantung, syringe
pump, infusion pump, hospital bed, suction, dan nebulizer. Dari bisnis ini, dalam sebulan
Bernard berhasil mengeruk omzet rata-rata sekitar Rp180 juta dengan kisaran profit sebesar
30%.

3. CERITA WIRAUSAHA KE-3


Suara.com - Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
menyampaikan bahwa sektor kesehatan dan pendidikan memiliki peluang pasar yang
cukup potensial di Indonesia. Pemerintah mengalirkan APBN yang cukup besar untuk
kedua bidang tersebut sebesar kurang lebih Rp 500 triliun.
Khususnya di bidang kesehatan, sedikitnya lima persen APBN dibelanjakan untuk
mengakomodasi kebutuhan kesehatan. Sementara itu, berdasarkan survei APJII 2016 ,
pertumbuhan pengguna internet Indonesia sudah mencapai 132,7 juta jiwa.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, pengembangan aplikasi layanan kesehatan memiliki
masa depan yang cerah di pasar startup dalam negeri. Sementara itu, belum banyak pelaku
startup yang berani untuk menggali dan menggarap sektor ini terutama dengan
memanfaatkan teknologi sebagai media untuk mendukung usahanya.
Adalah kakak beradik, Theresia Lumban Gaol (27 tahun), lulusan perawat dari
Universitas Indonesia, dan Monica Lumban Gaol (22thn), lulusan manajemen dari
Universitas Gadjah Mada yang melihat peluang tersebut dengan mendirikan Homecare24
pada awal tahun 2017. "Homecare24 adalah aplikasi home care profesional 24 jam buatan
asli Indonesia. Dengan jeli kami melihat kebutuhan akan layanan home care di Indonesia
yang tinggi," kata Theresia dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12/2017).
Pada awalnya, pendiri dari Homecare24 merasa kesulitan untuk mencari perawat untuk
membantu pemulihan anggota keluarga yang sedang sakit di rumah. Banyak agensi
penyalur yang menyediakan jasa home care , namun hampir semua tenaga kerjanya tidak
memiliki latar belakang keperawatan dan STR (Surat Tanda Registrasi) sebagai sertifikat
profesional untuk melakukan tindakan medis. Melihat banyaknya penyedia jasa home care
yang tidak acuh mengenai standarisasi home care .
"Kami mulai melakukan pengkajian dan survei di beberapa rumah sakit mengenai
bisnis home care ," ujarnya.
Minimnya kesejahteraan perawat menjadi salah satu alasan mengapa masih sulitnya
SDM Perawat berkualitas di Indonesia. Hampir semua Perawat yang ditemui pendiri
Homecare24 memiliki keinginan untuk bekerja di luar negeri. Padahal, di Indonesia sendiri
SDM Perawat berkualitas masih sedikit.
"Berangkat dari masalah tersebut, kami melihat adanya kesempatan untuk mendirikan
sebuah perusahaan yang dapat mengisi kekosongan tersebut," kata Monica, dalam
kesempatan yang sama.
Homecare24 adalah sebuah perusahaan yang dapat memberikan pelayanan home care
berkualitas tinggi dengan berbasis aplikasi, sebuah perusahaan yang dapat membantu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para perawat dan tenaga kesehatan lain.
Homecare24 mencoba untuk membuat perubahan dengan memperkenalkan layanan home
care berbasis aplikasi.
"Karenanya, Homecare24 akan selalu berfokus ke teknologi dan inovasi untuk
membuat Homecare24 terus berkembang," jelasnya.
Dukungan platform digital dimaksimalkan untuk mencari tenaga ahli kesehatan yang
memiliki visi yang sama dengan Homecare24. Pola konsumsi masyarakat yang sudah
mulai berpindah dari layanan konvensional ke digital tentunya membantu Homecare24
tumbuh berkembang secepat ini. Dengan melakukan promosi di platform digital,
Homecare24 mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia dan tentunya biaya yang
dikeluarkan bisa lebih efektif.
Sejak awal berdiri, Homecare24 telah menggunakan berbagai platform digital untuk
mendukung perkembangan bisnisnya mulai dari pemanfaatan aplikasi, social media dan
juga produk-produk Google seperti Google Analytics, Google Firebase, Google Tag
Manager untuk mengetahui kebiasaan dari pengunjung di website dan aplikasi.
Tak hanya itu, Homecare24 pun mulai menggunakan Google Bisnisku dan Google
Adwords semenjak April 2017 yang turut membantu mereka meningkatkan 95 persen
pelanggan. Semenjak menggunakan Google Bisnisku, pengunjung di website kami pun
meningkat 100% dari sebelumnya. “Melalui produk-produk Google, Kami dapat
mempelajari pola interaksi pelanggan Homecare24. Hal tersebut turut membantu kami
dalam mengembangkan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan layanan serta
membantu para pelanggan kami,” jelas Theresia.
Pada Hari Kesehatan Nasional 12 November 2017, percakapan mengenai kesehatan
meningkat di Google Penelusuran. Homecare24 yang hingga kini masih berada di urutan
pertama Google Penelusuran pada kata kunci jasa perawat berharap dapat menjadi solusi
jasa kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
“Kami ingin menjadi home care No.1 serta menjadi standar home care profesional di
Indonesia,” tutup Monica.
REFERENSI

• https://www.unpad.ac.id/2012/09/perawat-pun-bisa-menjadi-seorang-
entrepreuneur/
(Diakses Tanggal 30 Juli 2021 Pukul 20:00)
• https://www.wanitawirausaha.com/article/helmet-sitompul--ozora-homecare-
bermitra-dengan-rumah-sakit
(Diakses Tanggal 30 Juli 2021 Pukul 20:15)
• https://www.suara.com/bisnis/2017/12/02/061940/lumban-gaol-bersaudara-dua-
wanita-pendiri-homecare24
(Diakses Tanggal 30 Juli 2021 Pukul 20:30)

Anda mungkin juga menyukai