DOSEN PENGAMPU:
KELOMPOK 2:
2. Landasan Hukum
a. Fungsi hukum dalam keperawatan:
1) Memberikan kerangka kerja untuk menentukan perawatan yang sah
sesuai dengan hukum yang berlaku
2) Memisahkan tanggung jawab keperawatan dari profesi lain
3) Membantu menetapkan batasan otoritas pemeliharaan independen
4) Membantu perawatan mempertahankan dengan standar meminta
pertanggungjawaban pengasuh di bawah hukum.
b. Landasan hukum:
1) UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2) UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
3) UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
4) PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5) PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
6) PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter
gigi, apoteker, ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes,
entomology kesehatan, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh
kesmas, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer,
perekam medis, dan teknisi elektromedis
7) SK Menpan Nomor 94/KEP/Μ.ΡΑΝ/11/2001 tentang jabatan
fungsional perawat.
8) Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
9) Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
10) Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
11) Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap
reformasi kesehatan masyarakat
12) Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
13) Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan keperawatan
penyelenggaraan praktik
3. Isu Legal
Secara legal perawat dapat melakukan aktivitas keperawatan mandiri
berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Perawat dapat
mengevaluasi klien untuk mendapatkan pelayanan perawatan di rumah tanpa
program medis tetapi perawatan tersebut harus diberikan di bawah petunjuk
rencana tindakan tertulis yang ditandatangani oleh dokter. Perawat yang
memberi pelayanan di rumah membuat rencana perawatan dan kemudian
bekerja sama dengan dokter untuk menentukan rencana tindakan medis. Isu
legal yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antara lain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik
yang tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV
di rumah.
b. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada klien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
c. Pelaksanaan peraturan Medicare atau peraturan pemerintah lainnya tentang
perawatan di rumah.
Karena biaya yang sangat terpisah dan terbatas untuk perawatan di rumah,
maka perawat yang memberi perawatan di rumah harus menentukan
apakah pelayanan akan diberikan jika ada resiko penggantian biaya yang
tidak adekuat. Seringkali, tunjangan dari Medicare telah habis masa
berlakunya sedangkan klien membutuhkan perawatan yang terus-menerus
tetapi tidak ingin atau tidak mampu membayar biayanya. Beberapa
perawat akan menghadapi dilema etis bila mereka harus memilih antara
menaati peraturan atau memenuhi kebutuhan untuk klien lansia, miskin
dan klien yang menderita penyakit kronik. Perawat harus mengetahui
kebijakan tentang perawatan di rumah untuk melengkapi dokumentasi
klinis yang akan memberikan penggantian biaya yang optimal untuk klien.
4. Ijin dan Penyelenggaraan
Pasal krusial dalam Permenkes 148/2010 Tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik keperawatan :
a. Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
b. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis
dokter
c. Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban:
1) Menghormati hak pasien.
2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4) Memberikan informasi
5) Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
6) Melakukan catatan perawatan dengan baik
d. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
e. Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di
ruang praktiknya.
f. Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan
memasang papan praktik (sedang dalam proses amandemen)
g. Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk
kunjungan rumah.
h. Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
1) Tempat praktik memenuhi syarat.
2) Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir
/buku kunjungan, catatan tindakan dan formulir rujukan (Fatchulloh,
2015).
Persyaratan perizinan :
1) Berbadan hukum yang ditetapkan di badan kesehatan akte notaris
tentang yayasan di badan kesehatan.
2) Mengajukan permohonan izin usaha pelayanan kesehatan rumah
kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan melampirkan:
a) Rekomendasi dari organisasi profesi
b) Surat keterangan sehat dari dokter yang mempunyai SIP
c) Surat pernyataan memiliki tempat praktik
d) Izin lingkungan
e) Izin usaha
f) Persyaratan tata ruangan bangunan melipti ruang direktur, ruang
manajemen pelayanan, gudang sarana dan peralatan, sarana
komunikasi, dan sarana transportasi
g) Izin persyaratan tenaga meliputi izin praktik profesional dan
sertifikasi pelayanan kesehatan rumah.
3) Memiliki SIP, SIK dan SIPP.
4) Perawat dapat melaksankan praktik keperwatan pada saran pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok
5) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
6) Perawat yang praktik perorangan/berkelompok harus memiliki SIPP
7) Mendapatkan rekomendasi dari PPNI
Salah satu contoh dari praktik mandiri keperawatan yang telah berjalan di Indonesia
yaitu RUMAT yang berfokus pada pemberian pelayanan keperawatan spesialis luka
diabetes dan home care. RUMAT ini telah memiliki 63 cabang dibeberapa daerah di
Indonesia dan total pasien yang sembuh pada tahun ini mencapai 1.421 orang.
RUMAT akan memastikan bahwa pasien diperlakukan sesuai standar dimanapun
mereka dirawat, karena data pasien tersimpan secara online dan dengan mudah dapat
diakses oleh perawat yang mebutuhkan. Hal ini merupakan contoh nyata dari praktik
mandiri keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional.