Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PERAN PERAWAT DALAM DUNIA KESEHATAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pendidikan anti korupsi
Dosen Mata Ajar : Dr.Dyah L,S.H.,M.Hum

Disusun oleh :

Shinta Bella (20101440119093)

AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pendidikan anti korupsi ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pendidikan anti
korupsi di program studi D-III Keperawatan Akper Kesdam IV/Diponegoro
Semarang. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dr. Dyah L,S.H.,M.Hum selaku dosen pengajar mata kuliah
pendidikan anti korupsi yang senantiasa membimbing kami dalam menjalani
perkuliahan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan selama penyusunan makalah ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan. Namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan
dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tanpa melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Akahir kata, penulis hanya dapat
berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi
sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Semarang, 31 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI.................................................................................................6

BAB III....................................................................................................................9

PEMBAHASAN......................................................................................................9

BAB IV..................................................................................................................14

PENUTUP..............................................................................................................14

Kesimpulan.........................................................................................................14

Saran..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang grap
pada kesejahteraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu
yang sehat maupun sakit untuk dapat mejalankan fungsi hidup sehari-harinya.
Karena bidang garap keperawatan adalah manusia, maka diperlukan suatu
aturan yang menata hubungan antara perawat dengan pasien, mulai dari saat
pengkajian sampai evaluasi.
Salah satu aturan yang mengatur hubungan anara perawat – pasien adalah
etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Secara
falsafah kedua istilah ini tidak memiliki perbedaan (Ladd, 1978, lih. pada
Megan, 1989). Perbedaan antara etika dan moral hanay terletak pada dasar
linguistiknya saja. Etika berasal dari bahasa Yunani ethicos – yang berarti
adat-istiadat atau kebiasaan, sedangkan moralitas berasal dari bahasa Latin,
yang juga berarti adat-istiadat atau kebiasaan. Sumber lain menyatakan bahwa
moral mempunyai arti tuntutan dan keharusan masyarakat, sedangkan etika
mempunyai arti prinsip-prinsip di belakang keharusan tersebut (Thompson
dan Thompson, 1981; lih. Doheny, Cook, Stoper, 1982).
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional memlui
kerja sama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain

4
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. Salah satu lingkup praktik keperawatan adalah asuhan
keperawatan keluarga karena keluarga unit terkecil dalam masyarakat sebagai
akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhinya
kebutuhan keluarga.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Praktik Keperawatan


Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk
tercapainya kesejahteraan manusia. Sabagai suatu profesi, perawat
mempunyaikontak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi
kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan
ini, pelayan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodolgi, dan
dilandasi pula dengan etika profesi.
Ilmu keperawatan adalah ilmu terapan, sintesis dari ilmu-ilmu dasar dan
ilmu keperawatan. Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu yang
mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
serta upaya mencapai pemenuhan kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar
manusia meliputi bio, psiko, sosio, kultural, dan spiritual. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental. Keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Pemberantasan korupsi marak dilakukan di berbagai institusi. Sejak


diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) awal 2014 lalu,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai aktif melakukan kajian untuk
menilai potensi korupsi dibidang kesehatan. Korupsi merupakan bagian dari
Fraud. Dalam sektor kesehatan, istilah Fraud lebih umum digunakan untuk
menggambarkan bentuk kecurangan yang tidak hanya berupa korupsi tetapi juga
mencakup penyalahgunaan aset dan pemalsuan pernyataan. Fraud dalam sektor

6
kesehatan dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam program JKN
mulai dari peserta BPJS Kesehatan, penyedia layanan kesehatan, BPJS Kesehatan,
dan penyedia obat dan alat kesehatan. Uniknya masing-masing aktor ini dapat
bekerjasama dalam aksi Fraud atau saling mencurangi satu sama lain.

Fraud menyebabkan kerugian finansial negara. Di seluruh Indonesia, data yang


dilansir KPK menunjukkan bahwa hingga Juni 2015 terdeteksi potensi Fraud dari
175.774 klaim Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) dengan nilai
Rp. 440 M. Ini baru dari kelompok klinisi, belum dari aktor lain seperti staf BPJS
Kesehatan, pasien, dan suplier alat kesehatan dan obat. Nilai ini mungkin saja
belum total mengingat sistem pengawasan dan deteksi yang digunakan masih
sangat sederhana (KPK, 2015).

Besarnya potensi kerugian yang ditimbulkan, mendorong pemerintah menerbitkan


Permenkes No. 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) sebagai dasar hukum pengembangan sistem anti Fraud layanan
kesehatan di Indonesia. Sejak diluncurkan April 2015 lalu, peraturan ini belum
optimal dijalankan. Dampaknya, Fraud layanan kesehatan berpotensi semakin
banyak terjadi namun tidak diiringi dengan sistem pengendalian yang mumpuni.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Perawat sebagai profesi telah memenuhi kriteria sebuah profesi yaitu pendidikan
khusus. Pendidikan khusus adalah aspek penting untuk status professional. Seiring
berkembangannya zaman, pendidikan untuk profesi telah bergeser ke arah
program perguruan tinggi dan universitas. Pendidik keperawatan percaya bahwa
kurikulum sarjana keperawatan harus mencakup pendidikan seni liberal
disamping ilmu biologi, ilmu sosial, serta nursing discipline. Menurut American
Nurses Assocaition (ANA), pendidikan minimal untuk akses ke praktik
keperawatan professional adalah S1 Keperawatan. Di Indonesia sendiri telah
terdapat institusi pendidikan keperawatan yaitu pendidikan D3, S1, S2, S3, profesi
Ners, dan spesialis keperawatan.

Kriteria kedua yaitu body of knowledge. Keperawatan sebagai sebuah profesi


membangun body of knowledge dan keahlian yang didefinisikan dengan baik.
Terdapat sejumlah kerangka kerja konseptual keperawatan berbasis pengetahuan
keperawatan yang memberikan arahan untuk praktik keperawatan, pendidikan,
dan penelitian berkelanjutan. Selain itu teori-teori keperawatan yang terus
berkembang yang telah di uji melalui penelitian dapat menjadi sebuah body of
knowledge (Kozier, 2016). Kriteria ketiga yaitu orientasi kepada layanan.
Orientasi kepada layanan adalah pembeda keperawatan dengan pekerjaan lainnya.

8
Keperawatan dalam praktiknya memberikan pelayanan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat secara komprehensif, baik pelayanan fisik, psikologi,
spiritual, sosial, dan memberikan edukasi kepada klien. Perawat juga harus
memiliki nilai altruistik saat memberikan asuhan keperawatan.

Kriteria keempat yaitu penelitian berkelanjutan. Meningkatkan penelitian dalam


keperawatan  merupakan sebuah kontribusi terhadap praktik keperawatan. Pada
tahun 1940-an, penelitian keperawatan berada pada tahap awal perkembangan.
Pada 1950-an, peningkatan dana federal dan dukungan professional membantu
pendirian pusat penelitian keperawatan. Kebanyakan penelitian awal diarahkan
pada studi pendidikan keperawatan pada masa ini. Pada 1960-an, penelitian sering
dilakukan terkait dengan sifat dasar pengetahuan yang mendasari praktik
keperawatan. Sejak 1970-an, penelitian keperawatan telah berfokus pada masalah-
masalah praktik keperawatan (Kozier, 2016). Kriteria kelima yaitu kode etik
profesi. Profesi keperawatan memnutuhkan integritas anggotanya, yaitu seorang
anggota yang diharapkan melakukan hal yang dianggap benar. Kode etik adalah
dokumen tertulis yang menggambarkan prinsip-prinsip perilaku yang digunakan
dalam membuat berbagai keputusan (Rue & Byars dalam Rustina, 2015). Kode
etik keperawatan mengatur tanggung jawab perawat terhadap klien, perawat
dengan teman sejawat dan profesi kesehatan lain, serta perawat dengan profesi
keperawatan. Kode etik dapat berubah ketika kebutuhan dan nilai-nilai
masyarakat berubah (Kozier, 2016).

Kriteria keenam yaitu otonomi. Suatu profesi dikatakan otonom jika ia dapat
mengatur dirinya sendiri dan menetapkan standar bagi anggotanya. Profesi
keperawatan berfungsi secara mandiri dalam pembentukan kebijakan dan
mengontrol aktivitasnya tanpa intervensi dari pihak manapun. Bagi praktisi
keperawatan, otonomi adalah suatu kebebasan untuk membuat keputusan yang
bijaksana, menentukan tujuan sendiri, mandiri,dan tidak dapat disupervisi oleh
profesi lain (Kozier, 2016). Kriteria terakhir yaitu organisasi profesi. Profesi
keperawatan Indonesia memiliki organisasi profesi, yaitu Persatuan Perawat
Nasioal Indonesia (PPNI). Organisasi profesi ini telah didirikan sejak 17 Maret

9
1974 yang berfungsi sebagai pemersatu, pembina, pengembang, dan pengawas
Keperawatan di Indonesia (UU No.38 Tahun 2014).

Pembeda perawat dengan profesi lain yaitu terlihat pada peran dan fungsinya
dalam memberikan layanan kesehatan. Perawat bertanggung jawab untuk
mendapatkan dan mempertaahankan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
berbagai peran dan tanggung jawab professional (Potter & Perry, 2009).
Perawatan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien berfokus pada promosi dan
pencegahan penyakit, manajemen penyakit dan gejala, dukungan keluarga, dan
end-of-life care (perawatan di akhir kehidupan). Berikut adalah penjelasan
mengenai peran dan fungsi perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.

Perawat sebagai care giver. Perawat sebagai care giver membantu


mempertahankan dan memulihkan kesehatan, mengelola penyakit dan gejala, dan
mencapai fungsi level maksimal dan kemandirian melalui proses penyembuhan
(Potter & Perry, 2009). Tindakan keperawatan yang diperlukan mungkin
melibatkan perawatan penuh, perawatan parsial, atau perawatan suportif-edukatif
bergantung pada kebutuhan klien untuk membantu klien dalam mencapai tingkat
kesehatan dan kesejahteraan setinggi mungkin (Potter & Perry, 2009). Perawat
dalam memberikan pelayanan kesehtan melaui asuhan keperawatan yaitu melalui
proses keperawatan. Perawat juga memenuhi kebutuhan pasien dalam aspek bio-
psiko-sosial-spiritual dengan tetap mempertahankan martabat klien. Sebagai
seorang care giver, perawat membantu pasien dan keluarga untuk menentukan
dan memenuhi tujuan mereka dengan uang, waktu, dan enegri seminimal
mungkin.

Peran perawat sebagai komunikator juga tidak kalah penting karena


keefektivitasan komunikasi perawat adalah sebuah pusat hubungan perawat-klien.
Komunikasi sangat penting dilakukan perawat dengan klien untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan klien (Potter & Perry, 2009). Melalui
komunikasi yang baik, perawat dapat mengidentifikasi masalah klien dan

10
mengomunikasikan secara lisan atau tertulis kepada anggota tim perawatan
kesehatan lainnya (Kozier, 2016). Selain itu tanpa komunikasi yang jelas, perawat
tidak dapat memberikan kenyamanan dan dukungan emosional, memberikan
perawatan secara efektif, membuat keputusan dengan pasien dan keluarga,
melindungi pasien, mengoordinasikan dan mengelola perawatan pasien,
membantu pasien dalam rehabilitasi, dan memberikan pendidikan kepada pasien
(Potter & Perry, 2009). Kualitas komunikasi perawat adalah faktor penting dalam
pemenuhan kebutuhan individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

Peran lain perawat yaitu sebagai guru atau edukator. Perawat dalam peran ini
membantu klien belajar tentang kesehatan mereka dan prosedur perawatan
kesehatan yang harus klien lakukan untuk memulihkan atau menjaga kesehatan
dirinya sendiri (Kozier, 2016). Selain itu perawat juga harus menjelaskan konsep
dan fakta tentang kesehatan, menjelaskan alasan kegiatan perawatan rutin,
mendemonstrasikan prosedur seperti kegiatan perawatan diri, memperkuat
pembelajaran atau perilaku pasien, dan mengevaluasi kemajuan pasien dalam
pembelajaran (Potter & Perry, 2009). Terkadang edukasi yang dilakukan perawat
kepada pasien terjadi tidak terencana dan informal, misalnya saat perawat sedang
menjelaskan alasan pemasangan infus intravena, perawat memberikan edukasi
lainnya seperti penghentian kebiasaan merokok, makanan yang baik untuk
kesehatan, atau pola hidup sehat. Edukasi formal dan direncanakan seperti ketika
perawat mengajarkan bagaimana memberikan suntikan insulin secara mandiri,
Selain itu perawat juga harus mengedukasi pendamping klien yang merawat
pasien secara mandiri di rumah.

Peran perawat berikutnya yaitu sebagai advokat klien. Perawat sebagai advokat
klien untuk melindungi hak-hak dan hukum klien dan memberikan bantuan untuk
menegakkan hak-hak klien jika diperlukan (Potter & Perry, 2009). Sebagai
seorang advokat, perawat bertindak atas nama klien dan mengamankan hak
perawatan kesehatan klien dan membela mereka (Hanks dalam Potter & Perry,
2010). Perawat juga memberikan informasi lainnya untuk membantu pasien
membuat suatu keputusan dalam pelayanan kesehatan yang dijalaninya. Dalam

11
peran ini perawat dapat mewakili kebutuhan dan keinginan klien kepada profesi
kesehatan lain, seperti meminta informasi dari penyedia layanan kesehatan
lainnya (Kozier, 2016).

Peran perawat selanjutnya yaitu sebagai konselor. Konseling adalah proses


membantu klien untuk mengenali dan mengatasi masalah psikologis atau sosial
yang penuh tekanan, mengembangkan hubungan interpersonal yang lebih baik,
dan meningkatkan perkembangan pribadi (Kozier, ). Perawat menyarankan
terutama kepada individu yang sehat dengan kesulitan penyesuaian dan berfokus
untuk membantu klien mengembangkan sikap baru, perasaan, dan perilaku dengan
mendorong klien untuk melihat perilaku alternatif, mengenali pilihan, dan
mengembangkan kontrol diri (Kozier, 2016).

Perawat juga dapat berperan sebagai pemimpin. Untuk memberikan


kepemimpinan yang efektif diperlukan proses pembelajaran yang membutuhkan
pemaham mengenai kebutuhan dan tujuan yang memotivasi orang lain,
pengetahuan untuk menerapkan keterampilan kepemimpinan, dan keterampilan
interpersonal untuk memengaruhi orang lain. Perawat sebagai pemimpin di
berbagai tingkatan mulai dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Peran lainnya yaitu perawat sebagai manajer. Dalam peran ini perawat mengelola
asuhan keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat serta mendelegasikan
kegiatan keperawatan kepada perawat lainnya atau pekerja tambahan, mengawasi
dan mengevaluasi kinerja mereka (Kozier, 2016). Hal ini membutuhkan
lingkungan perawatan yang berpusat pada klien secara kolaboratif untuk
memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas dengan hasil positif kepada
pasien.

Peran selanjutnya yaitu perawat sebagai agent of change. Perawat bertindak


sebagai agen perubahan ketika perawat membantu klien untuk melakukan
modifikasi perilaku mereka dan perubahan suatu sistem pelayanan kesehatan.

12
Selain itu perawat juga menghadapi perubahan sistem perawatan kesehatan,
seperti perubahan teknologi, perubahan populasi usia klien, dan perubahan
pengobatan (Kozier, 2016).

Setiap profesi kesehatan mempunyai peran dan fungsinya masing-masing dalam


memberikan pelayanan kesehatan. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan
pun mempunyai andil untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran
dan fungsi inilah yang harus diperhatikan untuk memahami batas-batas peran
masing-masing profesi dalam pemberian pelayanan kesehatan sehingga tidak
terjadi tumpang tindih atau ketidakjelasan peran masing-masing profesi saat
memberikan pelayanan kesehatan. Jika masing-masing profesi kesehatan
melakukan setiap peran dan fungsinya dengan baik, maka kualitas pelayanan
kesehatan pun akan meningkat dengan adanya kolaborasi yang baik dari semua
profesi kesehatan.

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Keperawatan profesional mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut yaitu :


Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanana
kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah khususnya pelayanan atau
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas,dengan
demikian peran dan fungsi perawat itu sangat penting untuk pelayanan kesehatan,
demi meningkatkan dan melaksanakan kualitas kesehatan yang lebih baik.

14
Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/nurulrizkia8489/5ce54a0495760e6328283c46/pera
n-dan-fungsi-perawat-dalam-meningkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan

16

Anda mungkin juga menyukai