Disusun oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN
KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
pendidikan anti korupsi ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Shalawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pendidikan anti
korupsi di program studi D-III Keperawatan Akper Kesdam IV/Diponegoro
Semarang. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Dr. Dyah L,S.H.,M.Hum selaku dosen pengajar mata kuliah
pendidikan anti korupsi yang senantiasa membimbing kami dalam menjalani
perkuliahan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan selama penyusunan makalah ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui
hambatan dan juga kesulitan. Namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan
dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tanpa melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini. Akahir kata, penulis hanya dapat
berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi
sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................................14
Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang grap
pada kesejahteraan manusia, yaitu dengan memberikan bantuan pada individu
yang sehat maupun sakit untuk dapat mejalankan fungsi hidup sehari-harinya.
Karena bidang garap keperawatan adalah manusia, maka diperlukan suatu
aturan yang menata hubungan antara perawat dengan pasien, mulai dari saat
pengkajian sampai evaluasi.
Salah satu aturan yang mengatur hubungan anara perawat – pasien adalah
etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Secara
falsafah kedua istilah ini tidak memiliki perbedaan (Ladd, 1978, lih. pada
Megan, 1989). Perbedaan antara etika dan moral hanay terletak pada dasar
linguistiknya saja. Etika berasal dari bahasa Yunani ethicos – yang berarti
adat-istiadat atau kebiasaan, sedangkan moralitas berasal dari bahasa Latin,
yang juga berarti adat-istiadat atau kebiasaan. Sumber lain menyatakan bahwa
moral mempunyai arti tuntutan dan keharusan masyarakat, sedangkan etika
mempunyai arti prinsip-prinsip di belakang keharusan tersebut (Thompson
dan Thompson, 1981; lih. Doheny, Cook, Stoper, 1982).
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional memlui
kerja sama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lain
4
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. Salah satu lingkup praktik keperawatan adalah asuhan
keperawatan keluarga karena keluarga unit terkecil dalam masyarakat sebagai
akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhinya
kebutuhan keluarga.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
kesehatan dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam program JKN
mulai dari peserta BPJS Kesehatan, penyedia layanan kesehatan, BPJS Kesehatan,
dan penyedia obat dan alat kesehatan. Uniknya masing-masing aktor ini dapat
bekerjasama dalam aksi Fraud atau saling mencurangi satu sama lain.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Perawat sebagai profesi telah memenuhi kriteria sebuah profesi yaitu pendidikan
khusus. Pendidikan khusus adalah aspek penting untuk status professional. Seiring
berkembangannya zaman, pendidikan untuk profesi telah bergeser ke arah
program perguruan tinggi dan universitas. Pendidik keperawatan percaya bahwa
kurikulum sarjana keperawatan harus mencakup pendidikan seni liberal
disamping ilmu biologi, ilmu sosial, serta nursing discipline. Menurut American
Nurses Assocaition (ANA), pendidikan minimal untuk akses ke praktik
keperawatan professional adalah S1 Keperawatan. Di Indonesia sendiri telah
terdapat institusi pendidikan keperawatan yaitu pendidikan D3, S1, S2, S3, profesi
Ners, dan spesialis keperawatan.
8
Keperawatan dalam praktiknya memberikan pelayanan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat secara komprehensif, baik pelayanan fisik, psikologi,
spiritual, sosial, dan memberikan edukasi kepada klien. Perawat juga harus
memiliki nilai altruistik saat memberikan asuhan keperawatan.
Kriteria keenam yaitu otonomi. Suatu profesi dikatakan otonom jika ia dapat
mengatur dirinya sendiri dan menetapkan standar bagi anggotanya. Profesi
keperawatan berfungsi secara mandiri dalam pembentukan kebijakan dan
mengontrol aktivitasnya tanpa intervensi dari pihak manapun. Bagi praktisi
keperawatan, otonomi adalah suatu kebebasan untuk membuat keputusan yang
bijaksana, menentukan tujuan sendiri, mandiri,dan tidak dapat disupervisi oleh
profesi lain (Kozier, 2016). Kriteria terakhir yaitu organisasi profesi. Profesi
keperawatan Indonesia memiliki organisasi profesi, yaitu Persatuan Perawat
Nasioal Indonesia (PPNI). Organisasi profesi ini telah didirikan sejak 17 Maret
9
1974 yang berfungsi sebagai pemersatu, pembina, pengembang, dan pengawas
Keperawatan di Indonesia (UU No.38 Tahun 2014).
Pembeda perawat dengan profesi lain yaitu terlihat pada peran dan fungsinya
dalam memberikan layanan kesehatan. Perawat bertanggung jawab untuk
mendapatkan dan mempertaahankan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
berbagai peran dan tanggung jawab professional (Potter & Perry, 2009).
Perawatan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien berfokus pada promosi dan
pencegahan penyakit, manajemen penyakit dan gejala, dukungan keluarga, dan
end-of-life care (perawatan di akhir kehidupan). Berikut adalah penjelasan
mengenai peran dan fungsi perawat dalam peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
10
mengomunikasikan secara lisan atau tertulis kepada anggota tim perawatan
kesehatan lainnya (Kozier, 2016). Selain itu tanpa komunikasi yang jelas, perawat
tidak dapat memberikan kenyamanan dan dukungan emosional, memberikan
perawatan secara efektif, membuat keputusan dengan pasien dan keluarga,
melindungi pasien, mengoordinasikan dan mengelola perawatan pasien,
membantu pasien dalam rehabilitasi, dan memberikan pendidikan kepada pasien
(Potter & Perry, 2009). Kualitas komunikasi perawat adalah faktor penting dalam
pemenuhan kebutuhan individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Peran lain perawat yaitu sebagai guru atau edukator. Perawat dalam peran ini
membantu klien belajar tentang kesehatan mereka dan prosedur perawatan
kesehatan yang harus klien lakukan untuk memulihkan atau menjaga kesehatan
dirinya sendiri (Kozier, 2016). Selain itu perawat juga harus menjelaskan konsep
dan fakta tentang kesehatan, menjelaskan alasan kegiatan perawatan rutin,
mendemonstrasikan prosedur seperti kegiatan perawatan diri, memperkuat
pembelajaran atau perilaku pasien, dan mengevaluasi kemajuan pasien dalam
pembelajaran (Potter & Perry, 2009). Terkadang edukasi yang dilakukan perawat
kepada pasien terjadi tidak terencana dan informal, misalnya saat perawat sedang
menjelaskan alasan pemasangan infus intravena, perawat memberikan edukasi
lainnya seperti penghentian kebiasaan merokok, makanan yang baik untuk
kesehatan, atau pola hidup sehat. Edukasi formal dan direncanakan seperti ketika
perawat mengajarkan bagaimana memberikan suntikan insulin secara mandiri,
Selain itu perawat juga harus mengedukasi pendamping klien yang merawat
pasien secara mandiri di rumah.
Peran perawat berikutnya yaitu sebagai advokat klien. Perawat sebagai advokat
klien untuk melindungi hak-hak dan hukum klien dan memberikan bantuan untuk
menegakkan hak-hak klien jika diperlukan (Potter & Perry, 2009). Sebagai
seorang advokat, perawat bertindak atas nama klien dan mengamankan hak
perawatan kesehatan klien dan membela mereka (Hanks dalam Potter & Perry,
2010). Perawat juga memberikan informasi lainnya untuk membantu pasien
membuat suatu keputusan dalam pelayanan kesehatan yang dijalaninya. Dalam
11
peran ini perawat dapat mewakili kebutuhan dan keinginan klien kepada profesi
kesehatan lain, seperti meminta informasi dari penyedia layanan kesehatan
lainnya (Kozier, 2016).
12
Selain itu perawat juga menghadapi perubahan sistem perawatan kesehatan,
seperti perubahan teknologi, perubahan populasi usia klien, dan perubahan
pengobatan (Kozier, 2016).
13
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
14
Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran dan fungsi perawat.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nurulrizkia8489/5ce54a0495760e6328283c46/pera
n-dan-fungsi-perawat-dalam-meningkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan
16