Anda di halaman 1dari 29

GAMBARAN KEMANDIRIAN PERSOANAL HYGIENE

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK INSAN KAMIL AMPIBABO

KARYA TULIS ILMIAH

DARSINA

PO7120318003

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN PALU

PRODI D-4 KEPERAWATAN PALU

2021
GAMBARAN KEMANDIRIAN PERSOANAL HYGIENE

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK INSAN KAMIL AMPIBABO

Proposal survey ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan
Diploma IV di Program Studi D-4 Keperawatan PALU Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes PALU

DARSINA

PO7120318003

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN PALU

PRODI D-3 KEPERAWATAN PALU

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal karya tulis ilmiah oleh DARSINA (PO7120318003)telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.

Malang,…………….. Malang ……………........

Pembimbing utama Pembimbing Pendamping

………………………… …………………………

NIP. NIP.
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal karya tulis ilmiah oleh DARSINA (PO7120318003) telah dipertahankan di


depan penguji pada tanggal………………….

Dewan Pemguji

Penguji Ketua Penguji Anggota 1 Penguji Anggota 2

………………..... ………………… …………………

NIP. NIP. NIP.

Mengetahui,

Ketua

Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Palu

(………………………………..)

NIP: …………………………..
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

LAMPIRAN..........................................................................................................vi

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................4

1.3 Tujuan ...............................................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................6

2.1 Kemandirian anak ..........................................................................................6

2.1.1 Pengertian kemandirian .................................................................................6

2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia............................................................6

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian..............................7

2.2 Personal Hygiene..............................................................................................8

2.2.1 Pengertian Personal Hygiene.........................................................................8

2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene...............................................8


2.2.2.1 Berdasarkan tempat ............................................................................8

2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene..............................11

2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene..................12

2.3 Anak Usia Prasekolah....................................................................................13

2.3.1 Perkembangan Fisik......................................................................................13

2.3.2 Perkembangan Kognitif................................................................................13

2.3.3 Perkembangan Psikososial...........................................................................13

2.3.4.Perkembangan Motorik------------------------------------------------------------14

2.4 Kerangka Konseptual---------------------------------------------------------------15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN-------------------------------------------16

3.1 Desain Penelitian---------------------------------------------------------------------16

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian---------------------------------------------------16

3.2.1 Populasi Penelitian------------------------------------------------------------------16

3.2.2 Sampel Penelitian-------------------------------------------------------------------16

3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian---------------------------------------------------------17

3.2.3.1 Kriteria Inklusi--------------------------------------------------------------------17

3.2.3.2 Kriteria Eksklusi------------------------------------------------------------------17

3.3 Variabel dan definisi operasional-------------------------------------------------17

3.3.1 Variable------------------------------------------------------------------------------17

3.3.2 Definisi operasional-----------------------------------------------------------------17

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian------------------------------------------------------18


3.5 Pengumpulan Data------------------------------------------------------------------18

3.7 pengolahan data ---------------------------------------------------------------------19

3.6.1Editing---------------------------------------------------------------------------------19

3.6.2 Coding---------------------------------------------------------------------------------19

3.6.3 Cleaning------------------------------------------------------------------------------19

3.7 Penyajian Data-----------------------------------------------------------------------19

3.8 Etika Penelitian----------------------------------------------------------------------19

3.8.1 Informed consent--------------------------------------------------------------------20

3.8.2 Anonimity (tanpa nama) ----------------------------------------------------------20

3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan ) ----------------------------------------------------20

Daftar Pustaka----------------------------------------------------------------------------21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler ( 1-2,5 tahun),
usia prasekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang
ini berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya mengingat latar belakang anak yang
berbeda. Proses perkembangan anak meliputi ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping,
dan perilaku social (Azis, 2002).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berada dalam rentang 3-6 tahun. Anak-anak usia prasekolah harus
banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal kemandirian. Erikson (1963) menyatakan
bahwa anak harus mulai dilatih kemandiriannya sejak usia 1,5-3 tahun. Tugas perkembangan
yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan raguragu. Apabila dalam menjalin suatu hubungan antara
anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap atau tindakan yang baik, maka dapat
menghasilkan suatu kemandirian. Masa prasekolah adalah masa dimana perkembangan
kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, pada masa ini anak harus dilatih atau
dibiasakan mengenal bagaimana dia harus bertingkah laku, seperti mencuci tangan sebelum
makan, dan menggosok gigi sebelum tidur (Friedman,2001;Yusuf, 2005; Aziz, 2009).
Waktu yang paling tepat untuk melatih kemandirian anak adalah usia prasekolah.
Memasuki masa prasekolah ini sebenarnya anak sudah bisa menangkap keinginan orang tua
dan kemandirian lama – kelamaan akan terbentuk. Kemandirian merupakan suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus
belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga
individu mampu berpikir dan bertindak sendiri (Mu’tadin dalam Koko Nata Kusuma, 2002).
Menurut Lie (2004) kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau
tugas sehari – hari sesuai dengan tahap perkembangan. Kemandirian anak dapat terlihat
dalam berbagai hal seperti bersosialisasi, belajar, dan berperilaku hidup bersih dan sehat
(soetjiningsih, 1995).
Bentuk kemandirian personal hygiene pada anak usia prasekolah ini adalah anak sudah
bisa menggosok gigi sendiri meskipun belum sempurna, mandi sendiri dengan arahan, buang
air kecil di toilet, dan mencuci tangan tanpa bantuan. Sebagian besar anak usia prasekolah
sudah mampu melakukan toilet training dengan mandiri pada akhir periode prasekolah
meskipun beberapa anak mungkin masih mengompol di celana bahkan ada yang lupa untuk
mencuci tangannya dan untuk membilas (cebok). Perubahan dalam kemandirian ini dapat
mempengaruh perasaan mereka mengenai kesehatan mereka sendiri (Hany, 2005; Potter &
Perry,2005).
Kebersihan diri atau personal hygiene bertujuan untuk mempertahankan perawatan diri,
Membuat rasa aman dan relaksasi, menghilangkan kelelahan, mencegah infeksi, mencegah
gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan untuk kesejahteraan
fisik dan psikis. Namun dalam pemenuhan personal hygiene tersebut, setiap individu berbeda
– beda (Alimul, 2006). Pemenuhan personal hygiene dipengaruhi bebagai faktor seperti
budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap personal hygiene seta
persepsi terhadap perawatan diri (Alimul, 2006).
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata, infeksi pada telinga,
gangguan fisik pada kuku, gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu
siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari empat tahun tanpa adanya kelainan
fisik maupun penyakit organik serta enkopresis fungsional juga bisa terjadi pada anak yang
berumur lebih dari empat tahun yang disebabkan karena kondisi psikologis pada anak karena
kegagalan dalam melakukan buang air besar. Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri, kebutuhan
dicintai, kebutuhan harga diri, dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto dan Wartonah, 2003;
Azis, 2009).
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi (2009), persentase rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih dan sehat secara nasional sebesar 48,41%. Provinsi yang
mempunyai persentase tertinggi adalah Jawa Tengah dengan 88,57% dan Jawa Timur
menempati urutan paling rendah diantara provinsi jawa sekitar 32,9 %. Soetjiningsih, (1995)
menyatakan bahwa kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan memiliki peranan
penting dalam tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan
memudahkan terjadinya penyakitpenyakit kulit dan saluran pencernaan seperti diare,
cacingan, scabies, karies gigi, dll. Angka kesakitan diare pada balita secara nasional 143.696
dan yang meninggal 1.747 orang. (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Di Jawa Timur Sendiri masalah tentang personal higyene masih banayak di temui
misalnya scabies di Pasuruan mencapai 66,70% dan di Lamongan mencapai 64, 27%. Dan
diare pada anak mencapai 413 kejadian. Hal ini membuktikan bahwa personal hygiene harus
di ajarkan pada anak usia dini agar mencapai kemandirian dalaam perawatan dirinya sendiri.
Peneliti sebelumnya meneliti di kota jember dan mengambil 10 responden untuk diteliti dan
hasilnya hanya 2 dari 10 anak pra sekolah yang sudah bisa melakukan cuci tangan sendiri
dan untuk personal hygiene lainnya seperti mandi, gosok gigi, potong kuku dan lain lain
masih dengan bantuan orang tua dan 1 orang sudah bisa membersihkan alat genetalianya
sendiri setelah BAB/BAK, dan masih ada anak yang menangis jika di tinggal orangtuanya.
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai
kemandirian personal hygiene pada anak prasekolah karena pada usia tersebut, adalah
waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak dimana anak sudah bisa menangkap
keinginan orang tua, namun pada kenyataannya, orang tua tidak melatih anaknya untuk
melakukan kemandirian. Mereka masih selalu campur tangan dalam menghadapi masalah
keseharian anak.
Peneliti memilih tempat di TK insan kamil di kecamatan Ampibabo untuk mengetahui
bagaimana kemandirian personal hygiene anak di usia pra sekolah di TK tersebut
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah di TK
insan kamil Ampibabo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :
Memaparkan kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah di TK insan kamil
Ampibabo
Tujuan Khusus :
a. Menggambarkan pemahaman anak usia pra sekolah di TK insan kamil Ampibabo
tentang kemandirian personal hygiene.
b. Memaparkan sikap anak usia pra sekolah di TK insan kamil Ampibabo tentang
Kemandirian Personal Hygiene.
c. Mengidentifikasikan tindakan anak usia pra sekolah di TK insan kamil Apibabo
dalam Kemandirian Personal Hygiene.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini, diharapkan memberi manfaat bagi :
(1) Masyarakat : dapat mengerti dan memahami tentang perkembangan anak masa
pra sekolah tentang kemandiriannya dalam melakukan tindakan personal hygiene,
mengasuh dan mengajarkan anak – anaknya agar dapat mandiri dalam melakukan
perawatan tubuhnya sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan intuk meningkatkan
pendidikan dalam kemandirian anak tentang personal hygiene.
(2) Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
(a) Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih lanjut tentang
gambaran kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah.
(b) Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang
keperawatan tentang kemandirian personal hygiene pada anak usia pra sekolah.
(3) Penulis : memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemandirian anak
pada usia pra sekolah dalam melakukan perawatan dirinya nya sendiri tanpa dibantu oleh
orangtuanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian
2.1.1 Pengertian kemandirian
Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif
selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu mampu berfikir dan
bertindak sendiri( Mu’tadin, 2002), sedangkan menurut (lie, 2004), Kemandirian
merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari – hari sesuai dengan
tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kegiatan yang telah
dapat dilakukan oleh seorang anak sendiri tanpa bantuan orang lain. Anak sudah mampu
melakukan pekerjaannya sendiri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya.

2.1.2 Bentuk kemandirian berdasarkan usia


Orang tua sudah saatnya mengetahui tentang standart kompetensi anak, yaitu
kompetensi anak sesuai tahapan usia dari berbagai aspek perkembangan. Hal ini perlu
diketahui agar para orang tua mengetahui kompetensi apa yang sepatutnya dimiliki oleh
anaknya. Salah satu manfaatnya adalah untuk menghindari orang tua menetapkan
standart diatas kemampuan anak sebenarnya
1) Usia 3 – 4 tahun
Bentuk kemandirian pada anak usia prasekolah ini adalah sikat gigi sendiri meski
belum sempurna, membuka dan memakai pakaian kaos dan celana berkaret, memakai
sepatu berperekat, mandi sendiri dengan arahan, pipis ditoilet, mencuci tangan tanpa
bantuan, menuang air tanpa tumpah dan minum sendiri dengan gelas tanpa gagang
maupun cangkir bergagang, membereskan mainan usai bermain, buka tutup pintu
baik dengan pegangan yang diputar maupun ditekan kebawah, anak juga dapat
memutar anak kursi.
2) Usia 4 – 6 tahun
Bentuk kemandirian pada usia ini adalah menggunakan pisau untuk memotong
makanan, membuka dan memakai baju berkancing depan, membuka dan menutup
celana beresleting,menalikan sepatu, mandi sendiri tanpa arahan, cebok setelah buang
air kecil/besar, menyisir rambut.

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian (Soetjiningsih, 1995)


1) Faktor internal
 faktor emosi ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak
terganggunya kebutuhan emosi anak.
 faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi anak.
1) Faktor eksternal
 Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya
kemandirian anak pra sekolah. Pada usia ini anak embutuhkan kebebasan untuk
bergerak kesana – kemari dan mempelajari lingkungan.
 Karakteristik sosial mempengaruhi kemandirian anak, misalnyatingkat
kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak – anak dari
keluarga kaya.
 Anak yang mendapat stimulus terarah dan teratur akan lebihcepat mandiri
dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.
 Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan peran
orang tua sebagai pengasuh.
 Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena jika
diberikan berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi bila
interaksi dua arah antara orang tua dan anak berjalan lancar dan baik.
 Kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi pendidikan orang tua,
dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan pada anak karena orang
tua dapat menerima informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian
anak.
 Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah
maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak sesuai perkembangan usianya.
Sedangkan ibu yang tidak bekerja, ibu dapat memantau langsung kemandirian
anak dan bisa memandirikan anaknya.
2.2 Personal Hygiene
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam kehidupan
sehari – hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal yang sangat berpengaruh itu
diantaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan dan persepsi orang terhadap kesehatan,
serta tingkat perkembangan.

2.2.1 Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya
peroranagan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahtaraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2004). Personal hygiene
merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
secara fisik maupun psikologis (Aziz Alimul H, 2006).
Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene merupakan
kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.

2.2.2 Macam – Macam Tindakan Personal Hygiene


2.2.2.1 Berdasarkan tempat (Perry & Potter, 2005)
1) Perawatan kulit
Kotoran dan tumpukan sel-sel kulit mati yang menyumbat di pori – pori
dapat menyebabkan kulit tampak kusam, apabila kotoran dan sel – sel kulit mati
tersebut tidak dibersihkan, maka akan bertambah tebal sehingga menganggu
penyerapan vitamin & nutrisi bagi kulit, Oleh sebab itu menjaga kebersihan kulit
merupakan hal yang paling utama. Mandi atau merawat kulit merupakan bagian
keperawatan hygiene total. Mandi dapat membersihkan kotoran dan sel – sel kulit
mati yang menempel di tubuh.
2) Perawatan rambut
Kebersihan rambut membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit kepala.
Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan
metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa rambut atau bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat
penting bagi perawat yang merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan
mereka yang tugas diruang persalinan. (Depkes RI, 1989).
3) Perawatan telinga dan Hidung
Perawatan telinga merupakan suatu tidakan yang dilakukan untuk
menghilangkan kotoran - kotoran yang menempel pada bagian disekitar telinga.
Adapun karakter kotoran pada telinga ada 2 yaitu kotoran yang bertekstur lembek
dan kotoran bertekstur keras. Pada kotoran yang bertekstur keras lebih beresiko
dari pada yang lembek.
Hidung sebagai salah satu dari pancaindra yaitu sebagai indra penciuman.
Kebersihan hidung perlu dijaga agar tetap berfungsi dengan baik (tidak mampet)
dan tetap memiliki daya penciuman yang baik.Telinga sebagai salah satu dari
pancaindera yaitu indra pendengaran. Telinga perlu dijaga kebersihannya agar
tetap memiliki daya dengar yang baik.

4) Perawatan mulut dan gigi


Suatu tindakan membersihkan bagian mulut seperti rongga mulut, gigi dan
lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat. Tujuannya yaitu
supaya mulut & gigi tetap bersih & tidak bau, membersihkan sisa makanan,
mencegah infeksi pada mulut serta memberikan perasaan segar.
Menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat dilakukan dengan melalui
berbagai cara. Menghindari kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit sesuatu tanpa
sadar (menggigit-gigit jari/ kuku, pensil, mengerut-ngerutkan gigi dan lain-lain),
serta menghindari bernafas melalui mulut. Menjaga kebersihan mulut dan gigi
dilakukan dengan menggosok gigi dengan air bersih atau matang dengan sikat
gigi dan pakai pasta atau odol secara teratur setiap selesai makan dan pada waktu
akan tidur.
Kebersihan mulut dan gigi yang kurang akan menimbulkan adanya
bakteribakteri yang akan mempermudah terjadinya peradangan pada gusi, gigi
berlubang, dan bau mulut yang tidak sedap.
5) Perawatan kuku kaki dan tangan
Perawatan kuku kaki dan kuku tangan sering kali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cidera pada jaringan. Perawatan kuku
kaki dan tangan atau biasa disebut dengan menicure pedicure dapat digabungkan
selama mandi / pada waktu yang terpisah.
Menjaga kebersihan tangan, kuku dan kaki merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan kesehatan badan perorangan.Oleh karena itu,
tangan, kuku dan kaki harus dijaga kebersihannya.Kuman penyakit dapat terbawa
melalui tangan, kuku dan kaki yang kotor.Tangan, kaki dan kuku yang kotor
membawa bibit penyakit.Bibit penyakit dan telur cacing yang mungkin ada dalam
tangan atau kuku yang kotor ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh.
6) Perawatan genetalia
Suatu tindakan membersihkan bagian genetalia. Hal ini dilakukan untuk
mencegah dari infeksi ataupun jamur yang menempel pada bagian genetalia.

2.2.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene


1) Citra tubuh
Penampilan umum seseorang dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya
(Perry dan Potter, 2002). Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena ada perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya (tarwoto dan Wartonah, 2004).

1) Praktik sosial
Kelompok – kelompok sosial dapat mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama
masa kanak – kanak, anak – anak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.
Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan (Perry dan Potter,
2002). Pada anak – anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
2) Status sosial ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan
yang digunakan (Perry dan Potter,2002). Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat – alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya (Tarwoto dan Wartonah,2004).
3) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene, karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetus militus ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya
(Tarwoto & Wartonah, 2004).
4) Variabel kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Di
sebagian masyarakat, apabila individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
5) Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan melakukan
perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri, seperti
penggunaan sabun, sampo dll (Tarwoto & Wartonah, 2004).
6) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya (Perry & Potter, 2002).

2.2.4 Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene (Tarwoto & Wartonah,
2004).
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan fisik pada kuku.
1) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.

2.3 Anak UsiaPrasekolah


Anak usia prasekolah adalah anak yang berada pada rentang usia 3-6 tahun (Wong, 2003). Anak
usia prasekolah mempunyai beberapa karakteristik perkembangan diantaranya :

2.3.1 Perkembangan Fisik


Pada perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri
dengan1 kaki, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit, membuat posisi
merangkak, dan berjalan dengan bantuan.Perkembangan motorik halus ditandai dengan
mulai memiliki kemampuan menggoyangkanjari-jari kaki, mampu menjepit benda,
menggunakan tangannya untuk bermain, makan sendiri, menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, dan membuat coretan diatas kertas.

2.3.2 Perkembangan Kognitif


Prasekolah terus untuk menguasai tahap pemikiran praoperasional. Tahap pertama
dari periode ini, dikenal sebagaipemikiran pra konseptual (usia 2 sampai 4 tahun),
ditandai denganpemikiran perseptual yang terbatas, dimana anak-anak menilai
orang,benda, dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yangtampaknya terjadi.

2.3.3 Perkembangan Psikososial


Dunia prasekolah meluas diluar keluarga.Mereka mulai beradadalam lingkungan
tetangga dimana anak-anak bertemu dengan anak-anak lain dan orang
dewasa.Keingintahuan pada anak prasekolah tersebut dan inisiatif yangberkembang
mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan,perkembangan keterampilan baru,
dan membuat teman baru.Prasekolah memiliki kelebihan energi yang membolehkan
merekauntuk merencanakan dan mencoba banyak kegiatan yang mungkinberada diluar
kemampuan mereka.Menurut Erikson (1963) tahap perkembangan psikososial anak pada
Masa prasekolah ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty.
Pada tahap ini anak mempunyai Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam
berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan
dilakukan.Apabila pada tahap ini anak diberi kebebasan untuk menjelajahi dan
bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu
untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai
inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak
selalu dihalangi keinginannya, anak beranggapan apa saja yang dilakukan tidak ada
artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.

2.3.4.Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yangsangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan.Beberapa pengaruh perkembangan motorik
terhadap konstelasiperkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) :
1) Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya danmemperoleh perasaan
senang.
2) Anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan – bulanpertama dalam
kehidupannya, kekondisi yang independent.Anakdapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya dan dapatberbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjangperasaan perkembangan rasa percaya diri.
3) Anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Perkembanagan motorik sangat
penting bagi perkembanbangan kepribadian anak.
2.4 Kerangka Konseptual

Anak Usia Prasekolah

Tugas Perkembangan Anak Usia


Prasekolah

Kemandirian Dalam Personal Kurang Mandiri


Hygiene:

 Cuci tangan

 Kebersihan rambut Cukup Mandiri

 Toileting

 Kebersihan kulit
Mandiri
 Mandi

 Gosok gigi

Keterangan :

: Diteliti : Berhubungan, Diteliti

: Tidak Diteliti : Berhubungan, Tidak Diteliti


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, waktu penelitian,
variabel dan definisi operasional, pengumpulan dan pengolahanm data serta etika penelitian.

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey Peneliti ingin menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara
sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat factual dari variabel
(kemandirian personal hygiene). Rancangan ini diginakan untuk mendeskripsikan kemandirian
personal hygiene di setiap populasi yaitu anak usia 3 – 6 tahun. Hal ini berarti bahwa
pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masing-masing responden (Setiadi, 2007).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti
(Siswojo dalam Setiadi, 2007). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh anak
usia prasekolah yang berusia antara 3-6 tahun dan bersekolah di beberapa TK Insan kamil
Ampibabo sebanyak 25 orang.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Besar sampel adalah banyaknya
anggota yang dijadikan sampel (Setiadi, 2007). Untuk menentukan sampel digunakan teknik
sampling yaitu Probability sampling. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel .(Notoatmodjo,
2010). Sampel penelitian yang dipakai adalah 25 anak usia 3 – 6 tahun di TK Insan Kamil
Ampibabo

3.2.3 Kriteria Subyek Penelitian


Adapun kriteria subyek penelitian yang diperlukan terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi
3.2.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,2010).
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain
1. Ibu atau wali yang anaknya bersekolah di beberapa TK Insan Kamil Ampibabo yang berusia
3-6tahun
2. Ibu atau wali yang bersedia menjadi responden
3. Ibu atau wali yang tinggal dalam satu rumah.
3.2.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoadmodjo, 2010). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini:
1. Ibu atau wali dan anak dalam keadaan cacat, kelemahan mental, dan fisik.

3.3 Variabel dan definisi operasional


3.3.1 Variable
variable penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan penelitian.
Pada penelitian ini ada satu variabel penelitian yaitu kemandirian personal hygiene.
3.3.2 Definisi operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan yang dibuat oleh peneliti tentang variable penelitian.
Definisi operasional dari kemandirian personal hygiene adalah Kemampuan anak dalam
melakukan aktivitas dan menjaga kebersihan sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya tanpa
adanya bantuan dari orang lain selama di sekolah
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Hasil
Operasional Ukur

Dependen, Kemampuan  Membiasaka Kuesioner Ordinal - skor 1 – 13


Kemandirian anak dalam n cuci Kurang Mandiri
personal melakukan tangan - skor 14 – 27
hygiene aktivitas dan sebelum dan Cukup Mandiri
menjaga sesudah - skor 27— 40
kebersihan makan Mandiri
sesuai dengan  Rambut
tahap tumbuh terlihat rapi
kembangnya dan bersih
tanpa adanya  Toileting
bantuan dari tanpa
orang lain bantuan
selama di  Kulit bersih
sekolah dan tidak
bersisik
 Mandi
 Gigi terlihat
bersih

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di TK Insan kamil Ampibabo
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021

3.5 Pengumpulan Data


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner adalah
pengumpulan data secara formal untuk menjawab pertanyaan tertulis. yang semua pertanyaan
dijawab sendiri dengan bimbingan peneliti dengan cara √ atau X pada kolom yang sudah
disediakan. Jumlah soal kuesioner ada 20 soal dan bagian awal instrument berisi karakteristik
responden yaitu nama ibu, nama anak, umur anak, dan jenis kelamin anak. Dan 20 soal
kuesioner tersebut berisi sesuai dengan parameter yaitu Membiasakan cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, Rambut terlihat rapi dan bersih, Toileting tanpa bantuan, Kulit bersih
dan tidak bersisik, Mandi, dan Gigi terlihat bersih.
Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki tiga skala jawaban. Nilai jawaban tidak diberi skor 0,
kadang-kadang diberi skor 1, dan selalu diberi skor 2. Semua hasil penelitian tersebut
kemudian dikategorikan menjadi kurang mandiri, cukup mandiri, dan mandiri.
Pengkategorian tersebut dibagi berdasarkan pengkategorian jenjang (ordinal), yaitu
menempatkan variabel ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang
menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003).

3.6 pengolahan data


3.6.1 Editing
Editing merupakan pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah diisi oleh responden.
Pemeriksaan daftar pertanyaan ini dapat berupa kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan
dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi, 2007). Dalam penelitian ini proses editing
akan dilakukan oleh peneliti sendiri.
3.6.2 Coding
Coding merupakan pengklasifikasian jawaban-jawaban dari responden dalam
suatu kategori tertentu (Setiadi, 2007). Pemberian coding pada penelitian ini
meliputi:
Variabel kemandirian personal hygiene dengan kategori sebagai berikut :
- skor 1 – 13 Kurang Mandiri
- skor 14 – 27 Cukup Mandiri
- skor 27— 40 Mandiri

3.6.3 Cleaning
Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data-data yang tidak sesuai
dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2007). Pembersihan data dilakukan
setelah semua data berhasil dimasukkan ke dalam tabel dengan mengecek kembali apakah
data telah benar atau tidak

3.7 Penyajian Data


Data yang diperoleh dari data kuesioner diolah dan didapatkan hasil berupa skor. Dari hasil
skor tersebut disajikan dalam bentuk table dan kemudian dijadikan sebagai nafratif dan
dideskriftifkan.
3.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari institusinya dengan
mengajukan permohonan ijin kepada institusi/ lembaga tempat penelitian. Setelah ada
persetujuan maka dilakukanlah penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi :
3.8.1 Informed consent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti dan memenuhi kriteria
inklusi dan disertai judul penelitian bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak-hak subjek.
Sebelum penelitian di mulai, peneliti menjelaskan mengenai tujuan dan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan. Bila responden setuju setelah diberikan penjelasan tentang
tujuan penelitian ini, responden di minta untuk menandatangani surat persetujuan responden.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner.
3.8.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada
lembar pengumpulan data (quesioner), yang diisi oleh subjek pada lembar tersebut hanya
diberi kode tertentu.
3.8.3 Confidentially ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Ayuningsih, Diah. 2009. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta :Pustaka Media.

Azis, Alimul, H.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika

Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. 2004. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth B. 1996. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi 6. Jakarta: Erlangga

Kannisius. 2006. Membuat Prioritas,Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Media.

Lie, A & Prasati S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian Dan Tanggung Jawab Anak.
Jakarta : Elex Media Computindo

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Soetjiningsih, 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta: Salemba Medika
Lampiran

INSTRUMENT

KUESIONER
Nama Orangtua :
Nama anak :
Jenis kelamin :
Umur anak :
Kemandirian Personal Hygiene

Petunjuk pengisian :

Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda cek (√) atau silang (X) pada kolom yang sudah tersedia

NO PERTANYAAN SELALU KADAN TIDAK


G PERNAH
2 KADAN 0
G
1
1 Anak mandi dan membersihkan diri secara mandiri
2 Anak mandi minimal 2x dalam sehari
3 Anak mandi dengan menggunakan air bersih dan sabun
mandi
4 Orang tua mengajarkan anak buang air kecil dan buang air
besar (toilet training)
5 Anak bisa melakukan BAB dan BAK tanpa bantuan dari
orang tua
6 Anak BAB dan BAK dikamar mandi
7 Anak mencuci rambut dengan menggunakan air bersih
8 Anak mampu menyisir rambut tanpa bantuan orang tua

9 Anak dapat membuka dan memakai pakaian sendiri


10 Anak dapat memilih pakaian sesuai dengan yang
diinginkannya secara mandiri
11 Anak dapat memakai kaos sendiri tanpa bantuan orang tua
12 Kuku kaki anak pendek dan bersih
13 Kuku tangan anak pendek dan bersih
14 Anak cuci tangan dengan menggunakan sabun
15 Anak cuci tangan setelah memegang benda kotor
16 Anak bisa meletakkan pasta gigi diatas sikat gigi
17 Anak mau menggosok gigi setelah mandi
18 Anak mau menggosok gigi sendiri tanpa disuruh orang tua
19 Hidung dan telinga anak dibersihkan dengan sabun ketika
mandi
20 Anak dapat membuka dan mengenakan celana secara
mandiri
Sumber : Wening (2012)

Nilai maksimal 40

Nilai minimal 0

Anda mungkin juga menyukai