Anda di halaman 1dari 16

Bilas lambung (konsep dan prinsip,indikasi,prosedur, kontra indikasi )

BILAS LAMBUNG

A.    Pengertian
Irigasi lambung adalah proses pembersihan dan pengeluaran isi dari dalam lambung.
B.    Tujuan pemasangan irigasi lambung
1.      Untuk mengeliminasi racun yang masuk kedalam lambung.
2.      Untuk mengambil sample cairan dan bahan-bahan yang ada dalam lambung untuk
menentukan diagnosa medis.

C.    Indikasi
1.    Keracunan
2.    Over dosis obat-obatan
3.    Pasien tidak ada reflek muntah
4.    Penatalaksanaan prabedah pasien stenosis pylorus
5.    Depresi status mental
6.    Gagal dengan terapi emesis
7.    Pasien dalam keadaan sadar
D.    Kontraindikasi
1.    Resiko cedera jalan nafas
2.    Pendarahan gastrointestital
3.    Kejang yang tidak terkontrol
4.    Keracunan bahan korosif
5.    Keracunan minyak tanah
6.    Keracunan bahan konvulsan
7.    Adanya gangguan elektrolit
E.    Alat yang digunakan
1.    Pipa sonde jacquess 40 FG berdiameter 1 cm
2.    Gel pelumas
3.    Stetoskop
4.    Corong besar
5.    Air
6.    Ember

F.    Prosedur tindakan


1.    Baringkan pasien di sisi kiri dalam posisi tigaperempat tengkurap di atas ranjang atau
ranjang dorong dengan kepala miring ke bawah dan lepaskan gigi palsu  jika ada.
2.    Lumasi sonde lambung  Jacques  40 FG berdiameter  1cm.
3.    Masukan sonde per  oral ke dalam lambung dengan tekanan lembut tetapi mantap.
4.    Pada pasien tidak kooperatif,gunakan retractor gigi atau pelindung mulut untuk menghindari
pasien menggigit jari tangan operator atau sonde itu sendiri.
5.    Konfirmasi bahwa sonde ini dalam lambung dengan auskultasi di atas lambung sementara
meniupkan udara menuruni sonde ini
6.    Sambung corong besar ke ujung proksimal sonde melalui pipa penghubung dengan panjang
yang tepat dan sedot  isi lambung sebelum memulai pembilasan ini.
7.    Isi corong dengan 200 – 500 ml air ledeng hangat kuku dan masukkan ke dalam lambung
dengan mengangkat corong lebih tinggi dari pasien.
8.    Rendahkan corong di bawah pasien dan sedot cairan ke dalam ember terpisah.
9.    Untuk memperbaiki efisiensi pembilasan,pijat dengan lembut hypochondrium kanan untuk
mengeluarkan dan mencampur fragmen tablet.
10.    Ulangi proses ini sampai cairan yang keluar jernih.
11.    Lepaskan sonde dengan hati-hati untuk menutupnnya din antara jari tangan sehingga cairan
yang dikandungnya tidak mengalir ke dalam pharynx  dan diaspirasi.
12.    Pada pasien yang keracunan , periksa cairan yang keluar  untuk mengenali obat yang
diminum dan ambil darah vena untuk toksikologi. Ia bisa terbukti bermanfaat  dalam menilai
keparahan keracunan, untuk menunjukan kebutuhan akan terapi spesifik atau untuk tujuan

BILAS LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

Pengertian

Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan suatu prosedur
yang dilakukan untuk membersihkan isi perut dengan cara mengurasnya.Prosedur ini sudah
dilakukan selama 200 tahun dengan indikasi :

1. Keracunan obat oral kurang dari 1 jam


2. Overdosis obat/narkotik
3. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan atas.
4. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut.
5. Dekompresi lambung
6. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi

Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil contoh racun dari dalam
tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube
dimasukkan ke lambung, harus didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian
mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.

Cairan yang digunakan

Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas lambung akan berpotensi
hiponatremi karena merangsang muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau
cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc sekali
memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke lambung pasien.

Bagaimana tindakan dilakukan

Sebuah pipa dimasukkan kedalam lambung melalui mulut atau hidung lalu ke esophagus. Dan
berakhir di lambung. Kadang-kadang obat anti nyeri/anastesi harus diberikan untuk mengurangi
rasa sakit dan iritasi pada pasien. Dan mencegah pasien untuk memuntahkan kembali tube/pipa
yang sedang di masukkan. Peralatan suction di siapkan apabila terjadi aspirasi isi perut. Bilas
lambung terus diulangi pada pasien yang keracunan sampai perutnya bersih. Pada pasien yang
tidak sadar dan tidak dapat menjaga jalan nafas mereka, sebelum dilakukan bilas lambung/
menginseresikan tube untuk bilas lambung, terlebih dahulu pada pasien dipasang intubasi.

Persiapan pelaksanaan Prosedur

Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang keracunan, tidak ada persiapan khusus yang
dilakukan oleh perawat dalam melaksanakan bilas lambung, akan tetapi pada waktu tindakan
dilakukan untuk mengambil specimen lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti dalam meminum obat sementara.

Kontra Indikasi

Pada pasien yang mengalami cedera/injuri pada system pencernaan bagian atas, menelan racun
yang bersifat keras/korosif pada kulit, daln mengalami cedera pada jalan nafasnya, serta
mengalami perforasi pada saluran cerna bagian atas.
komplikasi

1. Aspirasi
2. Bradikardi
3. Hiponatremia
4. Epistaksis
5. Spasme laring
6. Hipoksia dan hiperkapnia
7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran percernaan atas
8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi

Persiapan pasien dan alat

    Persiapan Alat dan Obat :


1.      NET / Stomach Tube berbagai ukuran.
2.      Corong NET.
3.      Cairan yang diperlukan sesuai keperluan (susu, air putih, air es)
4.      Plester yang digunting.
5.      Sarung tangan (Hand scoen)
6.      Ember penampung cairan.
7.      Stetoskop.
8.      Spuit 10 cc.
9.      Tissue / kain kasa
10.  Gliserin / jelly pelicin.
11.  Bengkok / nierbeken.
12.  Klem.
13.  Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)
14.  Gelas Ukuran

B.     Persiapan Pasien :


1.      Memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang tindakan
yang akan dilakukan.
2.      Mengatur posisi pasien, telentang dengan kepala ekstensi.

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

a)      Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien

b)      Sebelum dihidangkan, makanan diperiksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan daftar
makanan / diet pasien.

c)      Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi

d)     Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit

e)      Peralatan harus bersih.

TEKNIK PENGHENTIAN PERDARAHAN, PEMBALUTAN DAN


PEMBIDAIAN (lengkap)
info lengkap tentang teknik pembidaian, tujuan pembidaian dll klik
disini
A. Apa upaya yang anda lakukan apabila anda diharapkan pada pasien yang mengalami internal
bleeding yang disebabkan pada adanya trauma seperti benturan ,pukulan dan lain-lain sehingga
menyebabkan rusak/pecahnya pembuluh darah sehingga biasanya muncul bengkak kan atau
memar?

PEMBAHASAN
Upaya yang anda lakukan apabila anda dihadapkan pada pasien yang mengalami internal
bleeding yang disebabkan adanya trauma seperti benturan, pukulan dll sehingga menyebabkan
rusak/ pecahnya pembuluh darah sehingga biasanya muncul bengkak atau memar yaitu
dilakukan dengan teknik RICE

1.     Rest. Orang yang memar harus istirahat. Wilayah otot yang cedera juga harus dilindungi. Jika
terasa sakit saat menahan beban tubuh, gunakan penopang. Bila terasa sakit ketika digerakkan,
lindungi bagian yang cedera dengan kayu belat (splint).

2.    Ice. Kompres bagian yang cedera dengan es atau sesuatu yang dingin. Pendinginan dapat
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit di bagian yang cedera. Langkah ini sebaiknya
dilakukan segera. Tempelkan kain dingin atau es yang dibalut kain kasa atau yang lain di bagian
cedera selama 20 menit, tiga kali sehari dalam 24 jam setelah benturan.

3.     Compress. Tekan bagian yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus.
Kompres ini dapat mengurangi pembengkakan di sekitar bagian tubuh yang terantuk atau
terbentur. Balutan harus rapi. Pastikan bebatan tidak terlalu ketat agar tidak menimbulkan mati
rasa, geli, atau bahkan menambah rasa sakit.

4.     Elevation. Bagian tubuh yang cedera diangkat lebih tinggi dari jantung. Misalnya, jika yang
cedera pergelangan kaki, upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki
diangkat atau ditopang dengan alat supaya posisinya lebih tinggi dari jantung.
Pengobatan memar dapat dilakukan melalui berbagai cara. Yang pertama adalah mengurangi
rasa sakit. Ini dapat dilakukan dengan memberikan analgesik/antiinflamasi topikal maupun oral.
Sediaan anti koagulan, seperti heparin (Thrombophob), juga membantu meredakan nyeri dan
pembengkakan jika tidak ada luka terbuka.
       
B.  Sebutkan jenis perdarahan yang dapat terjadi pada tubuh manusia. Identifikasi ciri-ciri dari jenis
perdarahan tersebut!

PEMBAHASAN
Berdasarkan jenis perdarahan :
1.    Perdarahan Luar (External Bleeding)
Jenis perdarahan ini terjadi akibat kerusakan dinding pembuluh darah disertai dengan kerusakan
kulit, yang memungkinkan darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut

2.    Perdarahan Dalam (Internal Bleeding)


Kehilangan darah dalam perdarahan internal tidak terlihat karena kulit masih utuh. Perdarahan
internal mungkin terjadi didalam jaringan-jaringan, organ-organ, atau di rongga-rongga tubuh
termasuk kepala, dada, dan perut. Perdarahan internal terjadi ketika kerusakan pada arteri atau
vena menyebabkan darah terlepas dari sistim sirkulasi dan terkumpul didalam tubuh. Jumlah
perdarahan tergantung pada jumlah kerusakan pada organ dan pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplainya, serta kemampuan tubuh untuk memperbaiki pecahan-pecahan pada dinding-
dinding dari pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan internal paling sering terjadi disebabkan
oleh :

a.    Blunt trauma (trauma tumpul)


Kebanyakan orang-orang mengerti bahwa jatuh dari ketinggian atau terlibat dalam kecelakaan
mobil dapat mengakibatkan tekanan dan trauma yang besar pada tubuh. Jika tenaga tumpul
terlibat, bagian luar tubuh mungkin tidak perlu rusak, namun tekanan yang cukup mungkin
terjadi pada organ-organ internal (dalam) untuk menyebabkan luka dan perdarahan.

b.    Deceleration trauma (trauma perlambatan)


Perlambatan mungkin menyebabkan organ-organ dalam tubuh digeser didalam tubuh. Ini
mungkin memotong pembuluh-pembuluh darah dari organ-organ dan menyebabkan terjadi
perdarahan. Ini seringkali adalah mekanisme untuk intracranial bleeding seperti epidural atau
subdural hematomas. Tenaga yang dikerahkan pada kepala menyebabkan luka
percepatan/perlambatan pada otak, menyebabkan otak untuk "memantul ke sekeliling" didalam
tengkorak. Ini dapat merobek beberapa vena-vena kecil pada permukaan otak dan menyebabkan
perdarahan. Karena otak dibungkus didalam tengkorak, yang adalah struktur yang padat, bahkan
sejumlah kecil darah dapat meningkatkan tekanan didalam tengkorak dan mengurangi fungsi
otak.

c.    Fractures (patah/retak tulang)


Perdarahan mungkin terjadi dengan tulang-tulang yang patah. Tulang-tulang mengandung
sumsum tulang (bone marrow) dimana produksi darah terjadi. Mereka mempunyai suplai-suplai
yang kaya darah, dan jumlah-jumlah darah yang signifikan dapat hilang dengan fractures.
Kepatahan dari tulang yang panjang seperti femur (tulang paha) dapat berakibat pada kehilangan
satu unit darah (350-500cc). Tulang-tulang yang datar seperti pelvis memerlukan jauh lebih
banyak tenaga untuk menyebabkan fracture, dan banyak pembuluh-pembuluh darah yang
mengelilingi struktur dapat dirobek oleh trauma dan menyebabkan perdarahan secara besar-
besaran.

d.    Perdarahan secara spontan


Perdarahan internal mungkin terjadi secara spontan, terutama pada orang-orang yang
mengkonsumsi obat-obat anti-penggumpalan (anticoagulation) atau yang mempunyai penyakit-
penyakit perdarahan yang diturunkan (diwariskan). Benturan-benturan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari mungkin menyebabkan persoalan-persoalan perdarahan yang signifikan.

e.    Obat
Perdarahan internal mungkin disebabkan sebagai efek sampingan dari oba-obat (paling sering
dari obat-obat antiperadangan nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin) dan alkohol. Unsur-unsur
ini dapat menyebabkan peradangan dan perdarahn dari esophagus, lambung, dan duodenum
(usus dua belas jari), bagian pertama dari usus kecil ketika ia meninggalkan lambung.

f.    Penyalahgunaan alkohol


Penyalahgunaan alkohol jangka panjang dapat juga menyebabkan kerusakan hati, yang dapat
menyebabkan persoalan-persoalan perdarahan melalui keberagaman dari mekanisme-
mekanisme.

Beberapa tanda perdarahan internal, antara lain :


·         Cedera pada bagian luar tubuh
·         Adanya memar disertai nyeri pada tubuh
·         Nyeri, bengkak, perubahan bentuk pada alat gerak
·         Nyeri tekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
·         Muntah darah
·         Buang air besar berdarah, bak darah segar, maupun darah hitam seperti kopi
·         Luka tusuk, khususnya pada batang tubuh
·         Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
·         Batuk berdarah
·         Buang air kecil campur darah
·         Gejala atau tanda syok. (Darwis Allan, 2001 : 57-61)

Berdasarkan sumber  perdarahan :
1)      Pendarahan Arteri
Darah yang keluar dari pembuluh nadi keluar menyembur sesuai dengan denyut nadi dan
berwarna merah terang karena masih kaya dengan oksigen.

Tanda – tandanya :
©      Warna darah merah muda
©      Keluar secara memancar sesuai irama jantung
©      Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan

2)       Pendarahan Vena


Darah yang keluar dari pembuluh vena mengalir lambat, berwarna merah gelap karena
mengandung karbon dioksida.
Tanda – tandanya :
©      Warna darah merah tua
©      Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri
©      Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikan anggota badan
yang luka lebih tinggi dari jantung

3)       Pendarahan Kapiler


Berasal dari pembuluh darah kapiler, darah yang keluar merembes. Pendarahan ini sangat kecil
sehingga hampir tidak memiliki tekanan/semburan. Warnanya bervariasi antara merah terang dan
merah gelap.

Tanda – tandanya :
©  Perdarahan tidak hebat
©  Keluar perlahan – lahan berupa rembesan
©  Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
©  Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa

C.   Apa yang anda ketahui tentang torniket?

Pembahasan :
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran darah dibawahnya terhenti sama sekali.
Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong karet ban sepeda
dapat dpergunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket haruslah cukup untuk dua kali melilit
bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket ialah lima jari
dibawah ketiak ( untuk perdarahan di lengan) dan lima jari dibawah lipat paha (untuk perdarahan
di kaki)

Caranya : Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik lagi apabila sebelumnya
dialasi dengan kain atau kain kasa, untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk
torniket kain masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Caranya eratkan torniket dengan
sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu diatas simpul tersebut. Selanjutnya diikat
lagi dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti memutar keran air untuk
mengencangkan torniket. Tetapi jangan diputar terlalu keras karena dapat melukai jaringan-
jaringan di bawahnya. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di tempat
yang rendah dari torniket dan warna kulit di daerah itu menjadi pucat kekunungan.

Bagian yang ditorniket tidak boleh ditutupi atau diselimuti benda apapun. Biarkan saja dalam
keadaan terbuka. Juga tidak boleh dipanaskan dengan cara apapun. Hal ini untuk tidak
mempercepat kematian jaringan yang dialiri oleh darah. Setiap 10 menit torniket boleh
dikendorkan ( dengan memutar kayunya) selama 30 detik tepat. Selama torniket kendor, luka
ditekan dengan kasa steril.

Biasanya dilakukan pada :     


  Perdarahan hebat
  Tangan/ kaki putus

Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket  :  5 jari di atas luka
Jenis tourniquets  :
a)    Bedah tourniquets
Bedah tourniquets sering digunakan dalam bedah ortopedi .Tourniquet bedah dengan lengan
perlindungan ekstremitas dalam persiapan untuk operasi. Bedah tourniquets mencegah aliran
darah ke ekstremitas dan memungkinkan ahli bedah untuk bekerja dalam bidang operasi
berdarah. Hal ini memungkinkan prosedur pembedahan yang akan dilakukan dengan presisi
perbaikan, keselamatan dan kecepatan. Tourniquets yang banyak digunakan dalam bedah
ortopedi dan plastik, serta dalam anestesi regional intravena (Bier anestesi blok) di mana mereka
melayani fungsi tambahan untuk mencegah bius lokal di dahan dari memasuki sirkulasi umum.
b)    Darurat tourniquets
Tourniquets darurat digunakan dalam keadaan darurat pendarahan, kontrol untuk mencegah
kehilangan darah yang parah dari trauma ekstremitas. Tourniquets darurat biasanya digunakan
sebagai upaya terakhir, terutama dalam aplikasi sipil, karena bisa membunuh jaringan, dan
menyebabkan kerusakan ekstremitas bawah.

D.   Bagaimana cara anda mengatasi perdarahan pada daerah arteri dan vena?

PEMBAHASAN
Cara mengatasi perdarahan pada arteri dan vena secara prinsipnya sama yaitu dengan cara balut
dan tekan, hanya saja pada arteri waktu dan tekanan yang diberikan lebih besar dari pada
menghentikan perdarahan pada daerah vena.

Teknik mengontrol perdarahan luar yaitu dikendalikan dengan metode DEPP, antara lain:


a.     DIRECT PRESSURE adalah Menekan langsung sumber perdarahan. Teknik ini merupakan
penanganan awal saat terjadinya perdarahan yang efektif, idealnya teknik penekanan langsung
dapat menggunakan balutan steril untuk menghindari infeksi. Apabila tidak terdapat balutan
yang steril dapat menggunakan kain yang bersih. Caranya yaitu tekan bagian yang berdarah tepat
diatas luka. Jangan buang waktu untuk mencari penutup luka. Umumnya perdarahan akan
terhenti sekitar 5 – 15 menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada akan terhenti sekitar 5 – 15
menit kemudian. Beri penutup yang tebal pada tempat perdarahan. Bila belum berhenti dapat
ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama. Khusus pada alat gerak, setelah
melakukan penekanan perlu dilakukan pemeriksaan nadi distal untuk memastika aliran darah
tidak terganggu. Bila nadi hilang maka penekanan perlu diperbaiki.
b.    ELEVATION (Dilakukan bersamaan dengan Tekanan Langsung). Setelah dilakukan
penekanan langsung, maka tinggikan area perdarahan lebih tinggi dari pada jantung untuk
mengurangi volume darah yang mengalir ke areal luka yang menyebabkan perdarahan.
Teknik  elevasi ini dilakukan dengan catatan tidak terjadi fracture (Patah Tulang), karena apabila
sebelum fracture tersebut di Imobilisasi, dapat mengakibatkan perdarahan yang lebih banyak
lagi, dikarenakan dapat merusak jaringan disekitar fracture karena terlalu banyak digerakkan.
c.     PRESSURE POINT (Titik Tekan). Apabila perdarahan sulit untuk dikontrol dengan tekhnik
direct pressure (Penekanan langsung pada sumber perdarahan), lakukanlah teknik ini dengan
menekan arteri besar yang mengarah ke areal sumber perdarahan. cara mencari titik arteri dengan
meraba (Palpasi) dan yang lebih mudah dilakukan adalah meraba daerah pangkal, karena letak
arteri tidak dalam, sehingga lebih mudah dicari dan lebih cepat. Ada beberapa titik tekan, yaitu :

    Arteri Temporalis

Terletak di pangkal atas (di atas) telinga kiri dan telinga kanan kita.

   Arteri Karotis

Berada di sebelah kiri dan kanan (Berjarak sekitar 2 jari) dari jakun kita.

   Arteri Brakhialis

                Berada di sendi siku ( Bagian dalam) tangan kiri dan tangan kanan kita.

 Arteri Radialis

Berada di sendi antara lengan bagian bawah dengan telapak tangan kanan dan kiri kita.

 Arteri Femoralis

Berada di bagian selangkangan atas kiri dan kanan kita.

 d.   PRESSURE BANDAGE. Cara lain menghentikan perdarahan yaitu imobilisasi dengan atau
tanpa pembidaian. Pressure Bandage (Penakanan dengan menggunakan Bebatan), fungsinya
akan memudahkan apabila kita melakukan sendiri pertolongan perdarahan dengan lebih dari satu
sumber perdarahan. Tekniknya adalah menekan
langsung sumber perdarahan dengan menggunakan kain/ balutan steril
dan di bebat (dapat menggunakan tencocreepe atau elastic bandage). Selain itu juga dilakukan
dengan torniket dan kompres dingin. (Darwis Allan, 2001 : 58-59)

Perawatan pendarahaan :
Perdarahan besar :
·         Jangan membuang waktu hanya untuk mencari penutup luka
·         Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan)
·         Pertahankan dan tekan cukup kuat
·         Rawat luka setelah perdarahan terkendali
      Perdarahan ringan atau terkendali :
·         Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
·         Tekan sampai perdarahan terkendali
·         Pertahankan penutup luka dan balut
·         Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
      Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
·         Baringkan dan istirahatkan penderita
·         Buka jalan napas dan pertahankan
·         Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
·         Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga syok
·         Jangan beri makan atau minum
·         Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
·         Bila ada beri oksigen
·         Rujuk ke fasilitas kesehatan.
(PMI, 59: 2004)

E.   Sebutkan prinsip dasar dari pembidaian!

PEMBAHASAN
Tujuan dari pembidaian itu sendiri adalah :
©      Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen tulang,sendi
yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
©      Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula spinalis,syaraf perifer,pembuluh
darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
©      Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi terbuka).
©      Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada pembuluh
darah.
©      Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.

PEMBIDAIAN SENDIRI BISA DI LAKUKAN DENGAN ALAT ALAT SEDERHANA


YANG ADA DI SEKITAR KITA, SEPERTI KAIN, SELENDANG, JARIK, BANTAL,
KAYU ATAU ALAT BIDAI KHUSUS BILA BERADA DI FASILITAS KESEHATAN.

Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :


·    Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.
·    Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta status motorik
dan sensorik di distal trauma.
·    Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.
·    Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan pembidaian.
·    Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal (atas) dan distal
( bawah) dari fraktur tersebut.
·    Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan distal sendi.
·    Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak (otot) sekitarnya.
·    Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk mernghindari trauma
lebih lanjut.
·    Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk memulihkan
kesejajaran anggota gerak (realignement).
·    Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi apa adanya.
·    Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line position.
·    Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan pembidaian
F.   Jelaskan cara membidai fraktur tulang belakang ,fraktur servikal dan fraktur costae!

PEMBAHASAN
I.      FRAKTUR COSTAE
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah bagian
patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan
pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah sakit adalah memasang
bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada
sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.
II.      FRAKTUR TULANG BELAKANG
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai menggunakan
spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.
III.      FRAKTUR SERVIKAL
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan. Pembalutan dilakukan
dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala. Pembalutan dianggap efektif jika
mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher. Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan
menggunakan cervical Collar

G.   Sebutkan jenis pembalut dan fungsinya masing-masing (digunakan pada kasus apa)?
PEMBAHASAN
Jenis-jenis pembalut :
1)        Mittela :
      Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm
      Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera
      Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala ,bahu ,dada,siku,telapak tangan
,pinggul,telapak kaki dan untuk menggantung lengan
2)        Dasi :
      Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi  segitiga agar beberapa
lapis dan berbentuk seperti pita di kedua ujung –ujungnya lancip dan lebarnya 5-10 cm
      Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut
mata,dahi,rahang,ketiak,lengan,siku,paha,lutut,betis dan kaki terkilir
      Cara membalut:
·           Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
·           Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling
menarik
·           Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3)        Pita :
      Pembalut ini dapat dibuat dari katun ,kassa,flannel,atau bahan elastic .Yang paling
sederhana adalah dari kasssa,hal ini karena kassa mudah menyerap air ,darah  dan tidak mudah
bergeser  ( kendor )
Macam-macam pembalut dan penggunaannya :
§  Lebar 2,5 cm untuk jari-jari
§  Lebar 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
§  Lebar 7,5 cm untuk kepala,lengan,atas bawah,betis dan kaki
§  Lebar 10 cm untuk paha dan sendi pinggul
§  Lebar > 10 cm untuk dada ,perut dan punggung
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
·         Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
·         Pastikan bahwa perban tergulung kencang
·         Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari
proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal
(terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai
dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
·         Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih
antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian
sebelumnya.
·         Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau
jepitan perban.
4)        Plester :
      Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka ,untuk fiksasi pada sendi yang terkilir
,untuk merekatkan pada kelainan pada patah tulang
Khusus untuk penutup luka ,biasa dilengkapi dengan antiseptic

Cara membalut luka terbuka dengan plester:


·      Luka diberi antiseptic
·      Tutup luka dengan kassa
·      Baru letakkan pembalut plester.
5)        Pembalut yang spesifik :
      Sofratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh kuman
( antibiotika).
      Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru
dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar
6)        Kasa Steril :
      Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang sudah
diberi obat-obatan  ( antibiotika,antiseptic )
Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut
H.  Jelaskan prinsip dalam mengangkut dan mengangkat pasien!

PEMBAHASAN
Prinsip mengangkut pasien :
 Kondisi pasien harus stabil selama proses transportasi/pemindahan.
Prosedur resusitasi yang terus menerus harus dipertahankan selama transportasi
Pasien harus ditemani oleh seorang staf dengan tingkat yang sesuai, sesuai dengan kondisinya.
Tanggung jawab pengelolaan pasien harus diserahkan secara baik kepada departemen yang
menerima
Sepanjang pelaksanaan pemindahan korban perlu dilakukan pemantauan dari korban
tentang:
      Keadaan umum korban
      Sistem persyarafan (kesadaran)
      Sistem peredaran darah (denyut nadi dan tekanan darah)
      Sistem pernapasan
      Bagian yang mengalami cedera.
Prinsip pengangkatan dengan tandu
        Pengangkatan korban,
       Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu,
panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban.
        Sikap mengangkat.
       Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
        Posisi siap angkat dan jalan.
       Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tingi dari kaki, kecuali;
·      Menaik, bila tungkai tidak cedera,
·      Menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
·      Mengangkut ke samping,
·      Memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
·      Kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.

Prinsip pengangkatan korban secara umum :


1)        Nilai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat proses pemindahan dan
pengangkatan berlangsung.
2)        Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat penderita, termasuk bagaimana
memindahkannya. Berapakah berat penderita? Bagaimana memindahkannya? Berapa jauh
pergerakan penolong? Metode pengangkatan apa yang akan digunakan?. Ini merupakan beberapa
pertanyaan  yang jawabannya akan menentukan cara yang dipilh. Pengalaman memainkan
peranan yang sangat besar untuk menentukan langkah terbaik
      Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin mampu
mengendalikannya.
      Gunakan otot tungkai untuk mengakat, bukan otot punggung. Gunakan otot paha,
hindari gerakan membungkuk. Selalu upayakan agar punggung berada dalam suatu garis lurus.
Otot punggung hanya digunakan untuk menjaga keseluruhan punggung. Gunakan otot untuk
menekuk, hindari penggunaan otot-otot regang. Otot untuk menekuk lebih kuat.
      Jaga keseimbangan . selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan pertahan
agar tetap seimbanga.
      Pindahkan penderita dengan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong.
Merapatkan beban ke tubuh membantu mengurangi beban otot. Pegangan akan lebih kuat dan
posisi lebih stabil. Tindakana ini juga untuk membantu mencegah terjadinya cedera punggung.
      Lakukan gerakan secara menyeluruh agar tubuh saling menopang secara vertikal.
Bayangkan bahwa bahu anda ditopang oleh pinggang, pinggang pada tungkai.
      Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui. Ini akan menghemat tenaga
penolong, termasuk untuk menghindari cedera.

PERBAIKI POSISI DAN ANGKAT SECARA BERTAHAP.

Anda mungkin juga menyukai