Anda di halaman 1dari 7

Pengukuran Antropometri

Pengertian

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.

Tujuan

Pengukuran antropometri bertujuan untuk menilai status gizi balita/anak.

Pengukuran Berat badan

1. Persiapan Alat
a. Timbangan bayi
b. Kain pengalas
c. Buku catatan
2. Langkah-langkah pengukuran.
a. Timbangan diberi pengalas.
b. Timbangan di setel dengan penunjuk angka padda angka 0 (nol)
c. Buka pakaian dan selimut bayi.
d. Baringkan bayi di atas timbangan.
e. Dokumentasikan hasil penimbangan berat badan bayi yang di dapat.
f. Bayi diangkat kembali ke tempat tidurnya.
g. Bereskan peralatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan

1. Menimbang bayi
a. Pakaian dibuka seminimal mungkin serta aksesori lainnya seperti sepatu, baju,
atau pakaian yang cukup tebal juga harus ditanggalkan.
b. Lihatlah angka yang menunjukkan berat badan bayi. Catat berat badan dengan
teliti sampai satu angka decimal, misalnya 7,5 kg.
2. Menimbang anak
Dengan cara yang sama seperti menimbang bayi, menimbang anak dapat
menggunakan kantong celana timbang, kain sarung, atau keranjang. Hal yang harus
selalu diingat sebelum anak ditimbang adalah jarum menunjukkan skala 0 (nol)
setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang.
3. Kesulitan dalam menimbang
a. Anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala.
b. Anak biasanya menangis.

Pengukuran panjang badan

1. Persiapan alat
a. Alat pengukur panjang badan bayi (Infantometer) yang mempunyai ketelitian 0,1
cm.
b. Alat tulis dan formulir atau buku catatan.
2. Cara pengukuran
a. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada permukaan yang rata dengan
ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.
b. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar selimut tipis
atau kertas tisu yang lebar.
c. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan
rambut, dan kaos kaki bayi
d. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat
dengan skala pengukur
e. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board
f. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada
pada garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer.
g. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi
h. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer
i. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi
lurus
j. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut
k. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau
foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.
l. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas
m. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat
dilakuakan pada satu atau dua kaki bayi.

Lingkar Lengan Atas

Pengukuran lingkar lengan atas ini biasa dilakukan pada orang dewasa. Pengukuran ini
merupakan salah satu pilihan adlam menentukan status gizi, karena dapat dilakukan dengan
mudah dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh, selain itu harganya murah.

1. Alat ukur
a. Pita pengukur terbuat dari fiberglasss atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
b. Formulir atau buku catatan.
2. Cara mengukur LLA pada bayi atau anak
a. Lengan yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Pertengahan lengan
dihitung jarak dari siku sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua.
b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain/pakaian.
c. Pita dilingkarkan pada pertangahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling
lingakar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
3. Cara mengukur LLA wanita usia subur (WUS)
a. Pengertian
Pengukuran LLA aadalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energy
protein (KEP) wanita usia subur dan tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek.
b. Tujuan
Mengetahui resiko KEP WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
menampis wanita yang mempunyai resiko melahirkan BBLR.
Meningkatkan perhatian dan kesadaran mesyarakat agar lebih berperan dalam
pencegahan dan penanggulangan KEP.
Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Meningkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEP.
Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEP.
c. Ambang batas
Lingkar lengan atas wanita usia subur dengan resiko KEP di Indonesia adalah
23,5 cm.
Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEP dan diperkirakan akan melahirkan bayi
BLLR.
d. Cara pengukuran
Tetapkan posisi bahu dan siku.
Letakkan pita antara bahu dan siku.
Tentukan titik tengah lengan.
Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan.
Pita jangan terlalu ketat atau longgar.
Cara pembacaan skala yang benar.
e. Hal yang perlu diperhatikan
Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lenan kiri (kecuali
orang kidal dilakukan pengukuran pada lengan kanan)

Pengukuran lingkar kepala

1. Pengertian
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis yang
biasanya untuk mengukur keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala.
2. Persiapan alat
Alat pengukur dari serat fiberglass dengan lebar kurang 1 cm, fleksibel, dan tidak mudah
patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekat 1 desimal.
3. Cara pengukuran
a. Anak dalam posisi duduk.
b. Lingkarkan pita pada kepala di atas supraorbital dan bagian yang paling meonjol
dari oksiput.

Pengukuran lingkar dada


Biasanya dilakukan pada anak yang beru,ur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar
dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat. Anak dengan umur antara 6 bulan sampai 5 tahun, rasio
lingkar kepala dan dada kurang dari satu, hal ini dikarenakan kegegalan perkembangan dan
pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indicator dalam menentukan KEP pada anak balita.

1. Persiapan alat
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biasanya terbuat dari serat kaca
(fiberglass)
2. Cara pengukuran
a. Anak dalam posisi duduk
b. Pengukuran dilakukan pada garis putting susu.
c. Pengukuran dilakukan diantara inspirasi dan ekspirasi.
d. Pita ditarik dari bagian depan dengan ujung yang berangka 0 (nol), kemudian
dilingkarkan sampai ujungnya bertemu angka 0 (nol), kemudia baca.
e. Masalah yang sering dijumpai adalah akurasi pengukuran (pembacaan) karena
pernapasan anak yang tidak teratur.
f. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.

Pengukuran lemak tubuh (subkutan)

1. Persiapan alat
a. Skin fold capilers.
b. Alat tulis, formulir dan buku catatan.
2. Cara pengukuran dan masalah
a. Mengukur lipatan kulit (skin fold) terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan kulit dan
lemak subkutan.
b. Untuk tempat pengukuran lemak tubuh bergantung pada tujuan penelitian, umur
klien yang akan diperiksa (karena distribusi lemak berbeda menurut umur), jenis
kelamin, ketelitian daerah yang akan diukur, ketebalan daerah yang sebaiknya tidak
berbeda antara lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan, dan tidak melanggar
norma. Sebaiknya diukur pada bagian tubuh sebelah kiri.
c. Dalam survey bersekala besar disarankan pengukuran pada trisep, bisep, dan
subskapula, serta suprailiaka
d. Peningkatan atau penurunan penyimpanan lemak dijaringan subkutan tidak sama
pada seluruh permukaan tubuh, oleh karena itu harus dipilih daerah yang praktis dan
dapat memberikan petunjuk tentang persediaan energy. Untuk tujuan tersebut, baik
orang kurus atau gemuk paling praktis diukur pada trisep.
e. Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali dan hasilnya dibuat rata-rata.
f. Pengukuran lemak tubuh ketelitiannya sulit didapat karena adanya peningkatan
kepadatan edema.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ANTROPOMETRI
TINDAKAN
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PRE-INTERAKSI
a. Menyiapkan alat-alat dan mendekatkannya pada klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menginformasikan kegiatan dan tujuan yang akan dilakukan
pada klien.
c. Menjelaskan alokasi waktu yang akan dibutuhkan.
d. Menjaga privasi klien bila perlu pasang tirai.
e. Mengatur posisi klien sesuai indikasi.
3. TAHAP KERJA
a. Pengukuran berat badan
Membuka pakaian seminimal mungkin, termasuk juga
sepatu, baju, atau pakaian yang cukup tebal.
Menidurkan bayi dalam timbangan yang sudah diberi
alas.
Melihat angka pada skala yang menunjukkan berat badan
bayi lalu mencatat berat badan dengan teliti sampai satu
angka decimal, misalnya 7,5 kg.
Berikut adalah langkah-langkah pengukuran berat badan.
1. Timbangan diberi pengalas.
2. Timbangan di setel dengan penunjuk angka padda
angka 0 (nol)
3. Buka pakaian dan selimut bayi.
4. Baringkan bayi di atas timbangan.
5. Dokumentasikan hasil penimbangan berat badan bayi
yang di dapat.
6. Bayi diangkat kembali ke tempat tidurnya.
7. Bereskan peralatan.
b. Penggukuran tinggi badan.
1. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada
permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman
untuk mengukur dan cukup kuat.
2. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman
misalnya selembar selimut tipis atau kertas tisu yang
lebar.
3. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup
kepala bayi misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki
bayi
4. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi.
Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skala pengukur
5. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian
kepala atau head board
6. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut
atas liang telinga berada pada garis yang tegak lurus
dengan bidang infantometer.
7. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi
8. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer
9. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan
pengukur menahan agar lutut bayi lurus
10. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan
lembut
11. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau
menggerakkan bagian kaki atau foot board sehingga
menempel dengan tumit bayi.
12. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas
13. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat.
Pengukuran dapat dilakuakan pada satu atau dua kaki
bayi.
c. Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) pada bayi atau anak.
Lengan yang diukur adalah pertengahan lengan atas
sebelah kiri. Pertengahan lengan ini dihitung dari siku
sampai batas lengan dan kemudian dibagi dua.
Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup
kain/pakaian.
Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut
sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita
jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
d. Pengukuran LLA pada wanita usia subur (WUS)
Tetapkan posisi bahu dan siku.
Meletakkan pita antara bahu dann siku.
Menentukan titik tengah lengan.
Melingkarkan pita LLA pada tengah lengan.
Memasang pita dengan tidak terlalu ketat atau longgar.
Membaca skala yang benar.
e. Pengukuran lingkar kepala
Anak dalam posisi duduk.
Melingkarkan pita pada kepala di atas supraobita dan
bagian yang paling menonjol dari oksiput.
f. Pengukuran lingkar dada
Anak dalam posisi duduk.
Melakukan pengukuran pada garis putting susu.
Melakukan pengukuran di antara inspirasi dan ekspirasi.
Menarik pita dari bagian dengan dengan ujung yang
berangka 0 (nol), kemudian dilingkarkan sampai kedua
ujungknya bertemu pada angka 0, kemudian dibaca.
Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi
pengukuran (pembacaan), karena pernapasan anak yang
tidak teratur.
Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati angka satu
decimal.

Referensi:

Elly, Achmad dkk. 2011. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis II. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai