Anda di halaman 1dari 29

PENATALAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK

Dosen pembimbing:
Sri Anik Rustini, SH, S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
2016
PENATALAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK

Disusun Oleh:

Peny Indrawati 1510041


Qiftia Fatmatuz Z 1510042
Rara Ayu Anjani 1510031
Ratnasari Hardiyanti 1510044
Ririn Prastia A 1510045
Riska Eldyani 1510046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG TUAH SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah
PENATALAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ini dapat
terselesaikan pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Muliah Neurobehaviour.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Sri Anik Rustini, SH, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Neuro behavior
2. Teman-teman angkatan 21 prodi S1 Ilmu keperawatan STIKES Hangtuah
Surabaya

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
makalah lebih lanjut.
Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Surabaya,29 November 2016

Penyusun

Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 3
2.2 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok .................................................................... 3
2.3 Dampak Terapeutik dari Kelompok ................................................................... 4
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktivitas Kelompok ................................... 5
2.5 Komponen Kelompok......................................................................................... 6
2.6 Proses Terapi Aktivitas Kelompok ..................................................................... 6
2.7 Perkembangan Kelompok................................................................................... 8
2.8 Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok .................................................... 10
BAB 3 SKENARIO DAN ROLEPLAY TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
3.1 Orientasi Realita (Sesi I)................................................................................... 13
3.2 Orientasi Realita (Sesi II) ................................................................................ 17
3.3 Orientasi Realita (Sesi III) ............................................................................... 20
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 24
4.2 Saran ................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25

Page ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya
kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang
didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan
lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa
juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada
tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan
jiwa (Videbeck, 2008).
Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal.
Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu
penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan
kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan
dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan.
Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah
pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi
modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.

Page 1
Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan
dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi,
interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama
(Stuart & Sundeen, 1998).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian aktifitas kelompok ?
2. Apa tujuan terapi aktifitas kelompok ?
3. Apa dampak terapeutik dari kelompok ?
4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari terapi aktifitas kelompok ?
5. Bagaimana komponen kelompok ?
6. Bagaimana proses terapi aktifitas kelompok ?
7. Bagaimana perkembangan kelompok ?
8. Apa macam macam terapi aktifitas kelompok ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Sebagai pemenuhan tugas Neurobehaviour yang berjudul Terapi Aktifitas
Kelompok.
1.3.2 Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Terapi Aktifitas
Kelompok dan agar penulis ataupun pembaca mengetahui tentang konsep dasar
teori Terapi Aktifitas Kelompok serta proses Terapi yang diberikan kepada
klien gangguan jiwa.

Page 2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005)

2.2 Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)


Depkes RI (1997) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh
pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri
dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa
tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi
diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.

Page 3
b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan
oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok
akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk
didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi
yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.

2.3 Dampak Terapuetik Dari Kelompok


Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat
memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom
(1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus
yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut:
1. Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yang mempunyai
masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya
dapat dimengerti oleh orang lain.
2. Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain
yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional
yang diberikan oleh kelompok lainnya.
3. Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan
satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide
dari yang lainnya.
4. Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk
kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota
lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan.
5. Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk
menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat
memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan
melatih cara baru berinteraksi.

Page 4
6. Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi
tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku
orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya.
7. Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau
anggota lainnya memberikan model peran yang baik.
8. Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam
kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya
rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan
memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan
seseorang.
9. Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar
pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai
pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik.
10. Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi
ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam
kelompok.
11. Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui keterbatasan
seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang.

2.4 Indikasi Dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)


Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI
(1997) adalah:
1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah
tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat,
sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.

Page 5
3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan
pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi,
diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan
pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan
problem yang sama.

2.5 Komponen Kelompok


Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :
1. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar
akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan
perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi
informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).
3. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya
sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu,
atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).

2.6 Proses Terapi Aktifitas Kelompok


Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada
terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman

Page 6
dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian
otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok.
Terapi sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana
yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka
diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri.
Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat
yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami
oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain.
Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan
memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan
kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir,
bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan
juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat
ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas
membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis
sebaiknya bersifat moderat
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan
sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang
meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini
mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi
individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar
mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis
membantu mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan
penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan
yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi
dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula
wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari

Page 7
bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi
kelompok yang terdiri dari individu-individu. Diakhir terapi aktifitas kelompok,
terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang telah berlangsung /
permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan
membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005).

2.7 Perkembangan Kelompok


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui empat fase
(Kelliat,2005):
1. Fase prakelompok.
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah
tujuan dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku
pemimpin dan pelaksana kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
Untuk itu perlu disusun panduan pelaksanaan kegiatan kelompok.
2. Fase awal kelompok.
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru. Dan
peran yang baru. Fase ini terbagi dalam tiga fase (Kelliat, 2005) yaitu:
a) Tahap orientasi.
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi
pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas
utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasian, waktu
pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan komunikasi, misalnya hanya
satu orang yang berbicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa
memiliki, atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk
pada fase orientasi.
b) Tahap konflik.
Peran dependen dan independent terjadi pada tahap ini, sebagian
ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih
mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin.

Page 8
Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaikan konflik
peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik antara
kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap
ini. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif
maupun negative dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik.
Serta mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh anggota
tertentu sebagai penyebab konflik.
c) Tahap kohesif.
Setalah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang
kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok
belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan, mereka belajar
persamaan dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu
pencapaian tujuan yang menjadi suatui realitas.
3. Fase kerja kelompok.
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim, walaupun mereka bekerja
keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan
tetap menjaga kelompok kearah pencapaian tujuan, serta mengurangi dampak
dari factor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok. Beberapa
problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure,dan
resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat akrab, berlomba
mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasian karena
keterbukaan sangat tinggi dan keengganan berubah perlu didefinisikan
pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan

Page 9
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase
ini kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.
4. Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena
anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok.
Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik kelompok
maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument evaluasi
kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan
pada akhir tiap sesi atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan
memperhatikan pencapaian tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh
perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual.

2.8 Macam Macam Terapi Aktivitas


1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang
mengalami kemunduran orientasi dengan karakteristik: pasien dengan
gangguan persepsi; halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif
atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep,
2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana,
2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami

Page 10
dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam
empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :
1) Sesi pertama : mengenal halusinasi
2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.
Bentuk stimulus :
1) Stimulus suara: music
2) Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar
3. Terapi aktivitas orientasi realita
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita
adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri
sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai
realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan
orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan
menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala
ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada

Page 11
klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang
realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu
sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan
tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah
klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal
orang lain, tempat, dan waktu.
Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
4. Terapi aktivitas Sosialisasi
Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku
kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa
dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas
mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas
mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas
mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.

Page 12
BAB 3
SKENARIO ROLE PLAY
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

. A. Susunan Pelaksana
a. Leader : Peny Indrawati
b. Co. Leader : Riska Eldyani
c. Observer : Rara Ayu Anjani
d. Nama Klien dan Ruangan :
1) Nn.Qiftia : Berpenampilan bersih , salah dalam mengenal seseorang
terutama salah saat memanggil perawat , sering lupa waktunya sholat:
Orientasi Realita
2) Nn . Ratna : Berpenampilan menarik tapi sering lupa waktu makan
sering lupa tanggal dan tempat tidur
3) Nn Ririn: Berpenampilan rapi , kadang lupa namanya dan lupa dimana
ruangan kamar tidurnya , lupa kamar mandi , sudah terbina hubungan saling
percaya dengan perawat . Masalah : Halusinasi

3.1 ORIENTASI REALITA (SESI I)


A. Jenis kegiatan : orientasi orang
B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi orang
C. alat :
- Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
- Bulpen
- Boneka
- Laptop
- Lagu Pop

Page 13
D. Fase Orientasi
Leader : selamat pagi semua?
Klien : pagi juga,
Leader : bagaimana perasaannya hari ini?
Klien : baik,,, (sambil menganggukkan kepala)
Leader : Kenalkan, nama saya Peny. baiklah Saya mahasiswa Keperawatan
dari STIKES HANG TUAH SURABAYA.
Klien : iya!!!
Leader : nah disini kalian semua berkumpul akan diadakan permainan, dan
disini saya yang akan memimpin jalannya kegiatan tersebut.
Permaianan ini bertujuan agar kalian saling mengenal dan berani
untuk memperkenalkan diri. Bagaimana semua mau bermain-main?
Klien : mau...
Leader : baiklah, waktu untuk permainan ini mungkin butuh 45 menit.
Apakah kalian sudah siap?
Klien : siaappp..
E. Fase Kerja
Leader : nah, kalau sudah siap saya akan menjelaskan tentang kegiatan ini.
Disini saya sudah sediakan papan nama dan bolpen. nanti kalian
tuliskan nama lengkap,nama panggilan,alamat asal,dan hobi.
Kemudian kalian memperkenalkan diri secara berurutan searah jarum
jam,dimulai dari saya. Setelah kalian menyebutkan nama, maka akan
diputarkan music dan kalian pindahkan bonekah ini dari anda ke
teman anda, jika music berhenti anda yang memegang boneka ini
wajib menyebutkan nama lengkap,nama panggilan,asal,dan hobi
teman kalian. Apakah sudah jelas?
Klien : sudah jelas!

Page 14
Leader : nah, kemudian apabila ingin kekamar kecil nanti izin kepada saya
agar permainan ini tidak terganggu nantinya. bagaimana, apakah
sudah mengerti? Sekarang kita mulai ya permainannya?
Klien : iya sudah mengerti,
Leader : baik sekarang saya bagikan papan nama dan bolpen ini.(5menit
kemudian).sekarang kalian mulai perkenalkan diri kalian dan hobi
masing-masing. (10menit kemudian)sekarang operator nyalakan
musiknya! Bonekah pertama dipegang oleh ibu Qiftia!
Operator memainkan musik dan boneka perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien Qiftia. Dan ketika musik dimatikan, boneka itu berada
dalam genggaman klien Ririn Dan Ririn pun diberi kesempatan sesuai
perjanjian di awal.
Leader : nah, musiknya berhenti!!! Sekarang siapa yang memegang
bonekahya?? Harap memperkenalkan diri temannya sesuai perjanjian
di awal tadi? Untuk observer segera mencatat serta mengamati respon
klien.
Observer: iya.. (sambil menganggukkan kepala)
Klien Qiftia : nama saya qiftia fatmatuz zuhroh, senangnya dipanggil qiftia.
Saya berasal dari sidoarjo. Hobi saya bermain menyanyi. (sambil
memperkenalkan nama yang dihafalkan) nama teman
:.asalhobi.
Leader : iya bagus sekali, Ibu Qiftia sangat antusias ya dalam permainan ini.
Kita kasih aplus dulu donk buat Ibu Qiftia sebagai orang pertama
yang mendapat kesempatan untuk memperkenalkan dirinya.
Klien n co leader: bertepuk tangan...
Leader : nah sekarang kita lanjutkan ya permainannya, operator musik!!!
Operator memainkan musik dan bola perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien. Dan ketika musik dimatikan.mbk fita sebagai orang
terakhir yang memegang bola.

Page 15
Leader : stop!!! Nah, sekarang siapa yang memegang boneka terakhirnya?
Ternyata Ibu Ratna!! Ya silahkan Ibu Ratna perkenalkan diri anda
agar teman-temannya tahu dan saling mengenal?
Klien Ratna : iya, nama saya Ratna, saja. Saya berasal dari Surabaya, dan hobi
saya adalah membaca. (menyebut nama teman..asal..hobi..
Leader : iya, bagus sekali Ibu Ratna dengan perkenalan dirinya. Aplus dulu
donk buat Ibu Ratna??
Semua : tepuk tangan...
F. Fase terminasi
Evaluasi
Leader : nah, sekarang bagaiman perasaan bapak/ibu setelah
memperkenalkan diri dan berkenalan dengan kelompok lain.
Semua : senang bisa berkenalan dan bercanda dengan kelompok lain.
Leader : coba sebutkan kegiatan apa saja yang kita lakukan untuk
pertemuan hari ini?
Semua : memainkan musik dan mengoper boneka!!!
Leader : bagus sekali
Kontrak
Leader : nah, berhubung waktu kita sudah habis. Untuk pertemuan
kali ini kita sudahi dulu, kita lanjutkan besok. Untuk
pertemuan besok kita akan bermain lagi seperti tadi tapi kita
ganti topiknya. Besok kita akan menyampaikan topik yang
ingin dibicarakan seperti bercerita. Bagaiman, apakah sudah
jelas?
Semua : iya jelas!!!
Leader : besok kita kumpul lagi disini jam 08.00 pagi ya??
Tempatnya di ruangan ini saja!! Sekarang kalian boleh
meninggalkan ruangan untuk beristirahat.... (semua klien
meninggalkan ruangan

Page 16
3.2 ORIENTASI REALITA (SESI II)
A. Jenis kegiatan : orientasi tempat
B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi tempat
C. Tujuan
1. Klien mampu mengenal nama rumah sakit
2. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat
3. Klien mampu mengenal kamar tidur
4. Klien mampu mengenal tempat tidur
5. Klien mampu mengenal ruang perawatan , ruang istirahat , ruang
makan , kamar mandi , dan WC
D. Alat
a. Laptop
b. Lagu Pop
c. Boneka
E. Fase Orientasi
Leader : selamat pagi semua?
Klien : pagi juga,
Leader : bagaimana perasaannya hari ini?
Klien : baik,,, (sambil menganggukkan kepala)
Leader :nah, kita bertemu lagi ya dalam pagi ini. Masih ingat tidak apa yang
kita lakukan kemarin?
Klien : iya masih, kita kemarin bermain musik sambil mengoperkan
boneka kan?
Leader : iya bagus sekali, ternya masih ingat ya dengan yang kita lakukan
kemaren. Nah sekarang kita akan bermain-main lagi, permainan ini
sama seperti kemarin Cuma kali ini kita menyebutkan nama
tempat/ruangan yang ada di rumah sakit ini.
Klien : iya jelas...
Leader :untuk permaianan ini waktu yang diperlukan Cuma 40 menit saja
kok, bagaiman apakah kalian siap?

Page 17
Klien :ssssiiiaaappp...
F. Fase Kerja
Leader : nah, kalau sudah siap saya akan menjelaskan tentang peraturan
permainan ini. Seperti peraturan kemarin disini saya sudah sediakan
boneka. Begini permaianannya, operator yang disana akan
menyalakan musik dan boneka akan di edarkan searah jarum jam.
Ketika musik ini berhenti dan boneka dalam genggaman tangan maka
yang memegang bola tersebut akan kami berikan kesempatan untuk
menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat anda di
rawat. Bagaiamana, apakah ada yang kurang jelas tentang permainan
ini?
Klien : tidak,,, sudah jelas!
Leader : nah, kemudian apabila ingin kekamar kecil nanti izin kepada saya
agar permainan ini tidak terganggu nantinya. bagaimana, apakah
sudah mengerti? Sekarang kita mulai ya permainannya?
Klien : iya sudah mengerti,
Leader : sekarang, operator nyalakan musiknya! Boneka pertama dipegang
oleh Ibu Ratna!
Operator memainkan musik dan boneka perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien. Dan ketika musik dimatikan, boneka itu berda dalam
genggaman klien Ibu Ririn. Dan Ibu Ririn pun diberi kesempatan sesuai
perjanjian di awal.
Leader : nah, musiknya berhenti!!! Sekarang siapa yang memegang
bonekanya?? Harap menyampaikan satu nama ruangan? Untuk
observer segera mencatat serta mengamati respon klien.
Observer : iya.. (sambil menganggukkan kepala)
Klien Ririn : iya, disini saya akan menyebutkan nama ruangan, yaitu ruang
melati

Page 18
Leader : iya bagus sekali dina. Kita kasih aplus dulu donk buat Ibu Ririn
sebagai orang pertama yang mendapat kesempatan untuk
menyebutkan tempat.
Klien dan co leader: bertepuk tangan...
Leader : nah sekarang kita lanjutkan ya permainannya, operator musik!!!
Operator memainkan musik dan boneka perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien. Dan ketika musik dimatikan.Ibu Qiftia sebagai orang
terakhir yang memegang boneka.
Leader : stop!!! Nah, sekarang siapa yang memegang boneka terakhirnya?
Ternyata Ibu Qiftia ya!! Ya silahkan Ibu Qiftia sebutkan nama tempat
yang paling disukai di ruangan ini?
Klien Qiftia : iya, saya akan menyebutkan tempat yang saya sukai yaitu kamar
tidur.
Leader : iya, bagus sekali Ibu Qiftia sudah menyebutkan nama tempat yang
Ibu Qiftia sukai. Aplus dulu donk buat Ibu Qiftia??
Semua : tepuk tangan...
G. Fase terminasi
Evaluasi
Leader : nah, sekarang bagaimana perasaan ibu setelah kita bermain-
main tadi?
Semua : saya sedikit lega karena dapat menyebutkan nama
tempat/ruangan yang ada di rumah sakit ini.
Leader : coba sebutkan kegiatan apa saja yang kita lakukan untuk
pertemuan hari ini?
Semua : memainkan musik dan mengoper boneka!!! Trus yang
memegang boneka menyebutkan tempat/ruangan di rumah
sakit ini.
Leader : bagus sekali
Kontrak

Page 19
Leader : nah, berhubung waktu kita sudah habis. Untuk pertemuan
kali ini kita sudahi dulu, kita lanjutkan besok.
Semua : iya!!!
Leader : besok kita kumpul lagi disini jam 08.00 pagi ya??
Tempatnya di ruangan ini saja!! Sekarang kalian boleh
meninggalkan ruangan untuk beristirahat....
Semua klien meninggalkan ruangan

3.3 ORIENTASI REALITA (SESI III)


A. Jenis kegiatan : orientasi waktu
B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi waktu
C. Tujuan
1. Klien mampu mengenal waktu pagi, siang ,malam
2. Klien mampu mengenal tanggal
D. Alat
a. Jam tangan
b. Kalender
c. Boneka
d. Music
E. Fase Orientasi
Leader : selamat pagi semua?
Klien : pagi juga,
Leader : bagaimana perasaannya hari ini?
Klien : baik,,, (sambil menganggukkan kepala)
Leader : nah, kita bertemu lagi ya dalam pagi ini. Masih ingat tidak apa yang
kita lakukan kemarin?
Klien : iya masih, kita kemarin bermain musik sambil mengoperkan
boneka kan?
Leader : iya bagus sekali, ternya masih ingat ya dengan yang kita lakukan
kemaren. Nah sekaarang kita akan bermain-main lagi, permainan ini

Page 20
sama seperti kemarin Cuma kali ini kita belajar mengenal
waktu,hari,tanggal dan jam.
Klien : iya jelas...
Leader :untuk permaianan ini waktu yang diperlukan Cuma 40 menit saja
kok, bagaiman apakah kalian siap?
Klien : ssssiiiaaappp...
F. Fase Kerja
Leader : nah, kalau sudah siap saya akan menjelaskan tentang peraturan
permainan ini. Seperti peraturan kemarin disini saya sudah sediakan
boneka. Begini permaianannya, operator yang disana akan
menyalakan musik dan boneka akan di edarkan searah jarum jam.
Ketika musik ini berhenti dan boneka dalam genggaman tangan maka
yang memegang boneka tersebut akan kami berikan kesempatan
untuk menyebutkan waktu,hari,tanggal dan jam saat ini. Bagaiamana,
apakah ada yang kurang jelas tentang permainan ini?
Klien : tidak,,, sudah jelas!
Leader : nah, kemudian apabila ingin kekamar kecil nanti izin kepada saya
agar permainan ini tidak terganggu nantinya. bagaimana, apakah
sudah mengerti? Sekarang kita mulai ya permainannya?
Klien : iya sudah mengerti,
Leader : sekarang, operator nyalakan musiknya! Boneka pertama dipegang
oleh Ibu Ratna!
Operator memainkan musik dan boneka perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien. Dan ketika musik dimatikan, boneka itu berda dalam
genggaman Ibu Ririn. Dan Ibu Ririn pun diberi kesempatan sesuai perjanjian di
awal.
Leader : nah, musiknya berhenti!!! Sekarang siapa yang memegang
bonekanya?? Harap menyebutkan waktu,hari,tanggal dan jam saat ini
? Untuk observer segera mencatat serta mengamati respon klien.
Observer : iya.. (sambil menganggukkan kepala)

Page 21
Klien Ririn : iya, disini saya akan menyebutkan waktu,tanggal,hari dan
jam..
Leader : iya bagus sekali Ibu Ririn. Kita kasih aplus dulu dong buat Ibu Ririn
sebagai orang pertama yang mendapat kesempatan untuk
menyebutkan tempat.
Klien dan co leader: bertepuk tangan...
Leader : nah sekarang kita lanjutkan ya permainannya, operator musik!!!
Operator memainkan musik dan boneka perlahan berpindah-pindah dari
genggaman tangan klien. Dan ketika musik dimatikan sama Ibu Qiftia sebagai
orang terakhir yang memegang boneka.
Leader : stop!!! Nah, sekarang siapa yang memegang boneka terakhirnya?
Ternyata Ibu Qiftia ya!! Ya silahkan Ibu qiftia sebutkan
waktu,hari,tanggal dan jam berapa sekarang ?
Klien Qiftia: iya, saya akan menyebutkan waktu,hari,tanggal dan jam sekarang
Leader : iya, bagus sekali Ibu Qiftia sudah menyebutkan waktu hari ini .
Aplus dulu dong buat Ibu Qiftia ??
Semua : tepuk tangan...
G. Fase terminasi
Evaluasi
Leader : nah, sekarang bagaimana perasaan ibu setelah kita bermain-
main tadi?
Semua : saya sedikit lega karena dapat mengingat waktu,jam tanggal
dan hari.
Leader : coba sebutkan kegiatan apa saja yang kita lakukan untuk
pertemuan hari ini?
Semua : memainkan musik dan mengoper boneka!!! Trus yang
memegang boneka menyebutkan waktu,tanggal,jam dan hari.
Leader : bagus sekali
Kontrak

Page 22
Leader : nah, berhubung waktu kita sudah habis. Untuk pertemuan kali
ini kita sudahi dulu, kita lanjutkan besok.
Semua : iya!!!
Leader : pertemuan ini selesai disini ya,, mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kalian,,,, terima kasih banyak atas
waktunya. Sampai jumpa
Semua klien meninggalkan ruangan

Page 23
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk
identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang
maladaptive (Stuart & Sundeen, 1998).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2005).

4.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat mempelajari, memahami tentang terapi
aktivitas serta menerapkannya dalam pemberian terapi untuk pasien dengan
halusinasi dan waham.

Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Ana Keliat, Budi. 2007. Model praktik keperawatan profesional jiwa.
Jakarta: EGC

Page 25

Anda mungkin juga menyukai