Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang
sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien
dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan
yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan
segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah
operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan
klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan
sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter
anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif
Keperawatan preoperatif merupakan sebuah tahapan awal dari
keperawatan perioperatif. Preoperatif dimulai ketika keputusan untuk
melakukan intervensi pembedahan. Kecemasan adalah salah satu respon
adaptif yang normal terhadap stres karena akan dilakukannya pembedahan.
Kecemasan biasanya akan mulai timbul pada tahap preoperatif ketika pasien
mengantisipasi pembedahannya, perubahan pada citra tubuh dan fungsi
tubuh, menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali, perubahan
pada pola hidup, dan masalah finansial (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009).

Pada periode preoperatif pasien akan membutuhkan persiapan


terutama berkaitan dengan tubuhnya, dimana hal tersebut menjadi faktor
stresor sehingga respon kecemasan yang timbul berlebihan dan berdampak
pada proses penyembuhan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari perioperative?
2. Bagaimana persiapan pre operatif (fisik dan psikologis)?
3. Apa saja masalah perawatan pada perioperatif ?
4. Bagaimana cara membersihkan daerah operasi, mencukur?
5. Klisma/lavemen
6. Pendidikan kesehatan apa saja yang diberikan ketika preoperatif?
7. Apa itu inform consent?
8. Bagaimana cara menyiapkan TT aether bed?
9. Apa yang harus diobservasi pada sirkulasi?
10. Bagaimana cara pemeriksaan perdarahan?
11. Bagaimana cara observasi bising usus?
12. Bagaimana cara membimbing latihan nafas dalam?
13. Bagaimana cara membimbing batuk efektif?
14. Bagaimana cara melatih ambulasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari perioperatif.
2. Untuk mengetahui persiapan dari preoperatif baik fisik maupun
psikologis.
3. Untuk mengetahui masalah perawatan pada perioperatif.
4. Untuk mengetahui cara membersihkan daerah operasi, mencukur.
5. Klisma/lavemen
6. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan apa saja yang diberikan ketika
preoperatif.
7. Untuk mengetahui apa itu inform consent.
8. Untu mengetahui bagaimana cara menyiapkan TT aether bed.
9. Untuk mengetahui yang harus diobservasi pada sirkulasi.
10. Untuk mengetahui cara pemeriksaan perdarahan.
11. Untuk mengetahui cara observasi bising usus.
12. Untuk mengetahui cara membimbing latihan nafas dalam.
13. Untuk mengetahui cara membimbing batuk efektif.
14. Untuk mengetahui cara melatih ambulasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Perioperatif

Tindakan operasi dan pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan


adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah
dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang
lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik
bedah dan unit bedah abulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang
memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau
pembiusan yang meliputi anastesi local, regional maupun umum.

Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur


tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat dimana
perkembangan teknologi muktahir telah mengarahkan kita pada penggunaan
prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah
mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan bypass
yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang lebih sensitif. Kemajuan
yang sama juga ditunjukan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan
obat-obatan anastesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan
lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi
tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personal
(terkait dengan teknik dan jaga komunikasi psikologis) sehingga outcome
yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.

Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun


juga diikuti oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan
kasus-kasus tertentu, misalnya: hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri
dengan menjalani pemeriksaan diagnostic dan persiapan praoperatif lain
sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba,
maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur

3
pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di
rumah sakit.

Keperawatan perioperative merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperative adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
preoperative phase, intraoperative phase, post operative phase. Masing-
masing fase dimulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu
pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperative
ini memerlukan dukungan tim kesehatan lain yang berkompeten dalam
perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagi suatu
bentuk pelayanan prima

2.2 Persiapan Perioperatif Baik Fisik Maupun Psikologis

Persiapan Pre Operasi Keperawatan pre operasi merupakan tahapan


awal dari keperawatan perioperatif. Perawatan pre operasi merupakan tahap
pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima
masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja
operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Mirianti, 2011).

Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik,


biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
suatu operasi. Dalam hal ini persiapan sebelum operasi sangat penting
dilakukan untuk mendukung kesuksesan tindakan operasi. Persiapan operasi
yang dapat dilakukan diantaranya persiapan fisiologis, dimana persiapan ini
merupakan persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan
penunjang, pemerikaan status anastesi sampai informed consent. Selain
persiapan fisiologis, persiapan psikologis atau persiapan mental merupakan
hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena

4
mental pasien yang tidak siap atau lebih dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik pasien (Smeltzer, dkk., 2008).

Persiapan klien di unit perawatan, diantaranya (Ilmu Bedah, 2010):

1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain:
1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-
lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan
istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh
lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita tidak akan
memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi

5
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik.
4) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati- hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi.
5) Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman
dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
6) Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.

6
7) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan- latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi, antara lain :
A. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik
ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat
segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
B. Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat
diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi
dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami
rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak
lendir kental di tenggorokan.Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut.
C. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal
sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien
dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan
untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga
pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi

7
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan
seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi
dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis
vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.

8) Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan
untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga
dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah
dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter
anstesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak
menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan
berbagai macam pemerikasaan laboratorium terutama pemeriksaan
masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting
time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah,
dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. c.
Pemeriksaan Status Anestesi Pemeriksaan status fisik untuk
pembiusan perlu dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang

8
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap
diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan
dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan
teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

9) Inform Consent

Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan


penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait
dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat,
yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).

Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung


tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang
dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/
keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-
betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika
tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/ keluarga setelah
tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan
gambaran keluarga.

9
2. Pemeriksaan Psikologis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long, 2000).
Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan tangan
yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.
Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh
pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji
hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.

2.3 Masalah-Masalah Perawatan Perioferatif

 Masalah 1 : Pasien menolak berpartisipasi dalam pendidikan kesehatan


Intervensi yang bisa dilakukan, antara lain :
a. Anjurkan pasien utnuk mengungkapkan alasan penolakan.
b. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengetahuan tentang
pembedahan.
c. Kaji apakah pasien mengalami ketakutan atau penolakan terhadap
operasi yang akan dilakukan.
d. Laporkan kepada dokter jika pasien tetap menolak terhadap
aturan-aturan operasi yang berkaitan dengan operasi.

10
 Masalah 2 : Pasien tidak mampu memahami penjelasan
Intervensi yang bisa dilakukan, antara lain :
a. Identifikasi kemampuan belajar pasien.
b. Tentukan apakah terdapat hambatan Bahasa.
c. Gunakan kata-kata yang familiar.
d. Tentukan strategi dalam pemberian pendidikan kesehatan.
e. Evaluasi tingkat stress pasien untuk menentukan adanya
gangguan dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
f. Sediakan waktu kembali untuk pemberian pendidikan kesehatan.
g. Berikan pendidikan kesehatan dengan cara tidak terburu-buru.

 Masalah 3 : Pasien tidak dipersiapkan utnuk pembedahan secara


adekuat
Intervensi yang dilakukan, antara lain :
a. Cari data yang tidak cukup atau tidak sesuai dan berikan
penjelasan pada materi tersebut.
b. Gunakan pendekatan atau gaya pemberian pendidikan kesehatan
yang berbeda untuk memberikan informasi.
c. Pilih materi pendidikan kesehatan yang bisa menjelaskan
informasi dengan lebih berguna dan menarik.

 Masalah 4 : Pasien menjadi marah


Intervensi yang bisa dilakukan, yaitu :
a. Pertahankan sikap tenang dalam menghadapi pasien.
b. Terima kemarahan pasien, tetapi tetap pertahankan batasannya
(misalnya pasien jangan sampai berperilaku, destruktif).
c. Jangan memberikan pujian pada perilaku ini.
d. Jangan membiarkan pasien sendiri/membuat pasien menyendiri,
namun tetaplah merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan pasien.
e. Laporkan kepada dokter mengenai perilaku dan tindakan-tindakan
pasien yang digunakan untuk mengurangi kemarahan.

11
 Masalah 5 : Pasien merasa depresi karena diliputi kecemasan dan tidak
mempunyai harapan lagi.
Intervensi yang bisa dilakukan, antara lain :
a. Sampaikan rasa penghargaan dan keyakinan pasien secara
keseluruhan ; hadapkan pasien terhadap realita yang ada.
b. Berikan umpan balik yang yang positif dan pengakuan terhadap
kekuatan.
c. Luangkan waktu tambahan bersama pasien sehingga pasien
mampu mengungkapkan secara langsung ketakutan-
ketakutannya.

2.4 Pembersihan/Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari


terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur, dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (schreen) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah
sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain
terkait dengan pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.

12
 Prosedur pembersihan daerah operasi :
1. Persiapan Alat :
Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pencukuran daerah
operasi :
a. sarung tangan on steril
b. perlak
c. handuk kecil/waslap
d. cairan desinfektan/betadine/foam pencukur
e. clipper electric
f. plester
g. kom berisi air bersih

2. Tata Laksana Pencukuran


Petunjuk yang perlu diperhatikan petugas kamar operasi
pencukuran adalah sebagai berikut :
a. Waktu yang tepat untuk melakukan pencukuran adalah segera
sebelum operasi dimulai
b. Dokter harus menulis atau menyampaikan perintah untuk
mencukur.
c. Pasien harus menandatangani persetujuan operasi.
d. Daerah yang dicukur harus berupa daerah persegi dengan
batas luarnya kira-kira 2-3 cm daerah insisi sebenarnya.
e. Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien dibasahi.
f. Gunakan cairan desinfektan/foam pencukur atau betadine
juga dapat merupakan pilihan, tetapi pastikan bahwa pasien
tidak alergi terhadap cairan desinfeksi atau foam tersebut.
g. Jaga rahasia pribadi pasien dengan membatasi tirai dan hanya
daerah yang akan dicukur diperlihatkan.
h. Gunakan sarung tangan.
i. Cukur rambut menggunakan alat cukur elektrik/clipper
rambut dengan gerakan yang tegas ke arah timbulnya rambut

13
dan kulit jangan tergores atau melipat karena mikroorganisme
dapat diam pada kulit yang pecah.
j. Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut dengan
menggunakan handuk atau waslap, angkat semua rambut
yang lepas dan tinggalkan pasien dalam keadaan rapi dan
nyaman.
k. Setelah selesai pencukuran tulis dan parafilah pada lembar
terintegritas pada status pasien setelah selesai pencukuran.
l. Buang sarung tangan, mata pisau clipper, kasa yang telah
digunakan pada tempat sampah yang sesuai, bersihkan baki,
clipper, dan kembalikan pada tempat semula.

2.5 Klisma/Lavemen

Klisma/Lavement adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam


kolon melalui anus. Ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya
dapat buang air besar, membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan
operasi. Lavement dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit
perut, kembung; namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai
tujuan yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya
tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang
dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis,
penggunaan enema/klisma saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal
keberadaannya.

Indikasi klisma yaitu : Merangsang gerakan usus besar, berbeda


dengan laxative. Perbedaan utama terletak pada cara penggunaannya, laxative
biasanya diberikan per oral sedangkan enema diberikan langsung ke rectum
hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema hingga ambang batas daya
tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air bersamaan dengan
keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau di toilet. Larutan garam
isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi
gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrolit dari tubuh seperti jika

14
menggunakan air biasa dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon seperti
pada penggunaan phosphat.

Dengan demikian larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan


waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal
impaction. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang
tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk
kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat
diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar
air yang berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat. Sebagai jalan
alternatif pemberian obat.

A. Indikasi

. Konstipasi

. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

. Penggunaan laxative yang berlebihan

. Peningkatan stress psikologis

. Impaksi feses

. Persiapan praoperasi

. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan neurologi

. Pasien dengan malena

B. Kontraindikasi

1. Post operasi

2. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid,


tumor rectum

dan kolon

15
C. Dampak pemberian huknah/klisma

1. Dampak positif

a. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang


tindakan operasi
b. Sebagai jalan alternatif pemberian obat
c. Menghilangkan distensi usus
d. Memudahkan proses defekasi
e. Meningkatkan mekanika tubuh

2. Dampak negative

a. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar


mukosa usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan
akan menyebabkan kram abdomen.
b. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan
mampu menahan larutan enema.

16
2.6 Pendidikan Kesehatan pada Pasien Pre-Operasi

PENDIDIKAN KESEHATAN PRE


OPERASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


.
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

1. PENGERTIAN Pendidikan kesehatan pre operasi adalah memberikan


informasi ke-pada klien dan keluarga tentang prosedur
operatif, tujuan operatif dan resiko komplikasi setelah
operatif dan teknik mengatasi nyeri serta latihan batuk
efektif melalui diskusi, ceramah dan atau demonstrasi.
2. TUJUAN 1. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
tentang prosedur tindakan operasi yang akan
dijalani pasien
2. Membangun kerjasama pasien dan keluarga dalam
tindakan operatif
1. PROSEDUR : 1. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga
tanggal, waktu dan lokasi pembedahan
2. Berikan informasi kepada pasien dan orang
terdekat berapa lama operasi akan dijalani
3. Kaji pengalaman pembedahan terdahulu dan
tingakat pengetahuan klien terkait dengan
pembedahan

17
4. Kaji kecemasan pasien/keluarga terkait dengan
pembedahan
5. Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan
pertanyaan dan mendiskusikan hal-hal yang
menjadi perhatian
6. Gambarkan rutinitas yang dilakukan sebelum
operasi (anastesi, diet, dll)
7. Jelaskan medikasi pra operatif, efek yang akan
terjadi dan rasionalisasi penggunaan
8. Berikaan informasi kepada orang terdekat tentang
tempat menunggu hasil pembedahan dengan tepat
9. Berikan informasi tentang apa yang akan didengar,
dirasa, dicium dan dilihat selama kejadian
10. Diskusikan manajemen nyeri yang mungkin
dilakukan
11. Jelaskan tujuan pengkajian post operatif
12. Berikan penjelasan tentang rutinitas post
operatif/peralatan yang mungkin digunakan
(penggantian balutan, pengobatan dll) dan berikan
penjelasan tentang tujuan masing-masing.
13. Berikan penjelasan kepada pasien teknik
mengubah posisi ditempat tidur dengan tepat
14. Evaluasi kemampuan pasien untuk
memdemonstrasikan cara mengubah posisi dengan
tepat
15. Berikan penjelasan kepada pasien cara
menggunkan insentif spirometri
16. Evaluasi kemampuan pasien dalam
mendemontrasikan kemampuan menggunkan
insentif spirometri dengan tepat
17. Berikan penjelasan kepada pasien cara menekan
daerah pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam

18
18. Evaluasi kemampuan pasien dalam
mendemontrasikan kemampuan menekan daerah
pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam dengan
tepat
19. Berikan penjelasan kepada pasien tentang teknik
melatih kaki
20. Evaluasi kemampuan pasien untuk mengulangi
latihan kaki
21. Tekankan pemtingnya ambulasi dini dan
perawatan pulmoner
22. Berikan informasi tentang bagaimana mereka
dapat membantu dalam masa penyembuhan
23. Dukung pemberian informasi oleh tanaga
kesehatan lain dengan tepat
24. Identifikasi harapan pasien setelah pembedahan
25. Perbaiki harapan pasien yang tidak realistik
26. Berikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan
kembali peristiwa yang akan terjadi
27. Libatkan keluarga dan orang terdekat.
2. UNIT TERKAIT :  Instalasi Rawat Inap
 Instalasi Rawat Jalan
 ICU
 IGD
 IBS

2.7 Definisi Inform Consent

Informed consent oleh komalawati (1989) disebutkan sebagai


berikut, yang dimaksud dengan imformed consent adalah suatu
kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya medis yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan
informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk

19
menolong dirinya, disertai informasi mengeai segala resiko yang
mungkin terjadi.

Tiga hal yang harus dipenuhi agar persetujuan atau consent valid :

1. Harus terdapat penyingkapan diagnosa yang adekuat:


a. Sifat dan tujuan tindakan diajukan untuk dilakukan
b. Resiko dan konsekuensi tindakan yang diajukan untuk
dilakukan
c. Kemungkinan keberhasilan hasil tindakan / operasi.
d. Ketersedian, manfaat dan resiko tindakan alternative.
e. Prognosis jika tindakan tidak dilakukan
2. Pasien harus memperlihatkan pemahaman yang cukup teradap
informasi yang diberikan, karena :
a. Ada beberapa obat-obatan pre-operasi yang bisa
mengaburkan pemahaman pasien.
b. Persetujuan tindakan/operasi harus ditandatangani sebelum
obat-obatan pre-operasi diberikan.
c. Pasien akan dilakukan tindakan/operasi harus memberikan
persetujuan (consent) secara sukarela. Dalam hal ini, pasien
tidak boleh dibujuk atau ditekan dengan cara apapun untuk
bersedia mengalami prosedur tindakan. Jadi keputusan harus
berasal dari pasien sendiri.

2.8 Persiapan Tempat Tidur (TT) Aether Bed

Aether Bed adalah tempat tidur yang disiapkan untuk klien pasca
bedah yang

mendapat obat bius (narkose).

Tujuan dari aether bed adalah :

 Menghangatkan badan.

 Mencegah komplikasi pasca bedah.

 Memudahkan perawatan.

20
- Persiapan alat untuk aether bed :

 Alat tenun untuk TT terbuka ditambah satu selimut.

 Dua buli-buli hangat pasca bedah.

 Perlak & handuk dalam satu gulungan, handuk dibagian dalam.

- Prosedur Kerja :
 Mencuci tangan.
 Mengangkat & melipat sprai penutup jika tersedia TT tertutup.
 Mengangkat bantal & membentangkan gulungan perlak & handuk
pada bagian Kepala.
 Melepaskan selimut & sprai atas pada bagian Kaki dari bawah
kasur & kemudian dilipat keatas tambahan hingga menutup.
 Meletakkan buli-buli panas diatas sprai bagian kaki, mulutnya
diarahkan ke pinggir TT.
 Memasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan
TT.
 Mengangkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, stl kembali
dari kamar bedah.
 Melipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut & sprai
atas dari sisi tempat klien akan masuk sampai batas pinggir kasur,
lalu dilipat sampai sisi yang lain.
 Meletakkan klien diatas TT.
 Menarik kembali lipatan tadi untuk memutu klien.
 Memasukkan kembali selimut & spari atas dibagian Kaki kebawah
kasur, jika klien sudah sadar.
 Mencuci tangan

2.9 Observasi pada Sirkulasi

Observasi/pengamatan adalah aktivitas terhadap suatu proses atau


objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan
dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui.

21
 Observasi sirkulasi dapat dilakukan pada :
a. denyut nadi, irama nadi, dan kekuatan nadi.
b. Sirkulasi pada bagian ekstremitas (seperti warna kulit dan
temperatur kulit, pengisian kapiler/capilary refill, kekuatan nadi
perifer).

2.10 Pemeriksaan Perdarahan

Pemeriksaan atau tes darah dilakukan untuk memeriksa kesehatan


secara keseluruhan dan mendeteksi berbagai gangguan yang ada,
misalnya terjadi anemia (menurunnya kadar hemoglobin) dan infeksi
(meningkatkan leukosit atau sel darah putih). Tes ini bisa dilakukan
sebelum maupun sesudah operasi.

 Ada beberapa komponen darah yang akan dilihat dalam tes ini, yaitu :
a. Sel darah merah yang membantu membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh.
b. Sel darah putih yang melawan infeksi.
c. Hemoglobin, protein pembawa oksigen yang ada di dalam sel
darah merah.
d. Hematokrit, yakni proporsi dari jumlah sel darah merah dengan
komponen cair lainnya di dalam merah.
e. Platelet atau yang dikenal dengan trombosit yang berfungsi
melakukan pembekuan darah.

2.11 Observasi Bising Usus


Bising usus adalah kontraksi tonik bersifat kontinu, berlangsung
bermenit – menit, atau berjam – jam, kadang – kadang meningkat atau
menurun intensitasnya tetap kontinu. Anestetika umum menimbulkan
pelemasan, relaksasi otot polos mengakibatkan seluruh organ yang
dikendalikan oleh otot polos mengalami penurunan.

22
 Tindakan yang dilakukan:
1. Inpeksi
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya
asites.
2. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada keempat kuadrat abdomen.
Dengarkan peristaltic usunya selama satu menit penuh.
Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu
atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltic ileus,
kostipasi, peritoritis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus
terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang
mengalami diare.
3. Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan region abdomen. Jika
perkusi terdengar timpani berati prkusi dilakukan di atas
organ yang berisi udara.jika terdengar pekak berate perkusi
mengenai organ padat.
4. Palpasi
Palpasi ringan : untuk mengetahui adanya masa dan respon
nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi
dalam : untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar,
ginjal, limpa dengan metode bimanual / 2 tangan.

 Pemeriksaan fisik perut


Pemeriksaan fisik perut dilakukan untuk tahu keberadaan kelainan
perut pada pasien
1. Inspeksi
Dengan posisi berdiri (kulit tidak tampak vena melebar)
umbilicus tidak burut, kontur abdomen daftar, dinding perut

23
simetris. Perut kembung menandakan adanya gangguan
intraluminal.
2. Auskultasi
Pemeriksaan dengan diagfragma stetoskop keberadaan
bising usus (normalnya 5-12 kali/ menit ) juga di ulu hati
mendengar suara aorta, pada arteri inguinal tidak ada bising.
Bising usus bisa istirahat bising usus tambahan yaitu borborygmi
/ suara panjang ataumetalik suara.
3. Perkusi
Dilakukan sebagai melintasi pada keempat kuad berlari
perut dominan suara timpani. Perkusi dilakukan pada dada bagian
bawah antara paru dan bahtera costa suara redupkarena ada hepar,
suara timpani di kiri karena keberadaan tekanan intrabdoming.
4. Palpasi
Dilakukan untuk melihat ada istirahat otot , nyeri tekan
lepas atau tidak (dilakukan pada daerah yang jarak tidak nyeri/
normal ). Periksa dengan ujung jari tekan dengan lembut semua
kuadran. Nyeri pada perut ada yang sifatnya mendalam (hilang
timbul, tidak bisa ditunjukan dengan jelas)ada yang somatic (bisa
ditunjukan dengan jelas).

2.12 Prosedur Melakukan Latihan Nafas Dalam


1. Uraian singkat :
1) Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur
2) Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan oksigenasi darah setelah anastesi umum .
3) Dengan melakukan latihan Tarik nafas dalam secara efektif
dan benar maka pasien dapat mempraktekan hal ini segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

24
2. Prosedur melakukan nafas dalam :
1) Tahap pra interaksi
a. Verifikasi data sebelumnya
b. Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor
kamar)
c. Mencuci tangan
d. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3) Tahap kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien berdo`a (membaca basmalah)
c. Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dengan
posisi setengah duduk di tempat tidur, di kursi atau
dengan lying position (posisi berbaring) di tempat
tidur dengan satu bantal.
d. Memfleksikan lutut pasien untuk merilekskan otot
abdomen.
e. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat
di bawah tulang iga.
f. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup, hitung sampai 3 selama inspirasi.
g. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah
lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan
menaikkan abdomen, ambil nafas secara cepat, nafas
kuat lewat hidung.

25
h. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan
ekspirasi secara perlahan dan kuat, sehingga terbentuk
suara hembusan tanpa menggembungkan pipi.
i. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan
kontraksi dari otot abdomen ketika ekspirasi. Hitung
sampai 7 selama ekspirasi.
j. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas
pendek dan tingkatkan secara bertahap selama 5-10
menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur akan
membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat
di lakukan dalam posisi duduk tegap, berdiri maupun
berjalan.
4) Tahap terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang di lakukan
b. Merapikan pasien dan lingkungan
c. Mengajak pasien berdo`a kepada Allah dan membaca
Hamdallah
d. Berpamitan dengan pasien
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan kedalam lembar catatan
keperawatan

2.13 Prosedur Melakukan Teknik Batuk Efektif

1. Uraian Singkat :
1) Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi ter-anestesi.
2) Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan.
3) Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.

26
4) Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah
operasi untuk mengeluarkan lendir/sekret tersebut.

2. Prosedur melakukan teknik batuk efektif:


a. Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan
jari- jari tangan dan letakkan melintang diatas insisi sebagai
bebat ketika batuk.
b. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5
kali).
c. Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka.
d. Hal ini bisa menimbulakan ketidaknyamanan, namun tidak
berbahaya terhadap insisi.
e. Ulangi lagi sesuai kebutuhan
f. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.
 Prosedur melakukan teknik batuk efektif (2) :
Fase Pra Interaksi
a. Verifikasi data sebelumnya

b. Identifikasi pasien dan perkenalkan diri kepada pasien.

Fase Orientasi

c. Ucapkan salam terapeutik


d. Jelaskan prosedur dan tujuan latihan batuk efektif.
e. Berikan informasi dan anjurkan pasien untuk mendemonstras ikan
latihan batuk dalam.

Fase Kerja

f. Anjurkan pasien untuk duduk dengan posisi tegak lurus.

27
g. Jelaskan pada pasien untuk melindungi dengan cara memegang
bagian insisi pada saat melakukan latihan batuk efektif dan
latihan nafas dalam.
h. Demonstrasikan atas tangan pada sisi-sisi insisi.
i. Anjurkan untuk menggunakan bantal pada saat batuk. Taruh
handuk yang telah dilipat dalam sarung bantal. Pegang bantal
tersebut dan tempatkan ke arah insisi serta tekan bantal selama
latihan batuk. (tujuannya adalah untuk mencegah nyeri dan
mengurangi stres pada daerah jahitan).
j. Demonstrasikan teknik untuk menghirup nafas dalam dan
menahan nafas selama 1-2 detik.
k. Anjurkan pasien untuk mengambil nafas dua samping tiga kali
dengan menggunakan otot-otot abdomen dan otot pernafasan
laiinya untuk membantu batuk. (tujuannya adalah batuk yang kuat
ini dapat membuat batuk lebih efektif).
l. Anjurkan pasien untuk batuk kedua kalinya.
m. Anjurkan pasien melakukan latihan batuk setelah melakukan
latihan nafas dalam sekurang-kurangnya setiap 2 jam pada
keadaan pasien sedang tidur.

Fase Terminasi

g. Mengevaluasi tindakan yang di lakukan


h. Merapikan pasien dan lingkungan
i. Mengajak pasien berdo`a kepada Allah dan membaca Hamdallah
j. Berpamitan dengan pasien
k. Mencuci tangan
l. Mencatat kegiatan kedalam lembar catatan keperawatan

28
2.14 Prosedur Perpindahan Posisi/Ambulasi

1. Uraian singkat :
a. Berpindah atau bergerak dan berubah posisi ditempat tidur
membantu mencegah komplikasi paru-paru dan sirkulasi,
mencegah decubitus, menstimulasi peristaltic, dan mengurangi
nyeri.
b. Selama masa pra-operasi, pasien dapat diajarkan bagaimana
menggunakan pegangan disamping tempat tidur secara efektif
untuk merubah posisi dan bagaimana duduk disisi tempat tidur
dengan jumlah penarikan insisi seminimal mungkin.

 Prosedur untuk memberikan perubahan posisi pasien ditempat tidur :


1. Identifikasikan pasien dan perkenalkan diri anda kepada pasien.
2. Jelaskan tentang prosedur dan tujuan perubahan posisi pasien
(tujuannya adalah merubah posisi membantu dalam mencegah
trombovlebitis, pembentukan ulkus tekan).
3. Anjurkan dan demonstrasikan prosedur perubahan posisi.
4. Anjurkan pasien untuk memegang daerah insisi pada waktu
merubah posisi.
5. Anjurkan pasien untuk memegang area insisi dengan satu sisi
tangan pada saat akan merubah posisi.
6. Anjurkan pasien untuk tetap meluruskan kakinya disamping,
tempat dimana posisi akan dibuat.
7. Fleksikan kaki lainnya diatas kaki bawah yang lurus tujuannya
untuk membantu merubah berat badan pada saat merubah posisi
kesamping.
8. Anjurkan pasien untuk miring kesamping dan megang pegangan
tempat tidur
9. Anjurkan pasien untuk menempatkan bantal keposisi yang nyaman,
yaitu dibawah kepala, dan menempatakan lengan pada posisi yang
nyaman.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu
memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya
operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh,
pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya. Dalam fase
penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga
dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi


tentang arti keperawatan perioperative, khususnya bagi mahasiswa
keperawatan. Guna meningkatkan mutu dalam perbaikan pelayanan kesehatan
serta pemahaman tentang tindakan kolaboratif persiapan operasi. Bagi
penyedia layanan pendidikan di bidang kesehatan hendaknya untuk
meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan makalah,
hendaknya pihak pendidikan menambah literature-literatur
diperpustakaan khususnya tindakan kolaboratif persiapan sebelum dan
sesudah operasi dan menambah kapasitas jaringan internet yang lebih tinggi
agar mahasiswa lebih mudah mengakses materi/ilmu yang lebih luas bahkan
ke jaringan internasional.

30
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2011. Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta : Penerbit Gosyen


Publishing.

Maryunani, Anik. 2014. Asuhan Keperawatan Perioperatif- Pre Operasi


(menjelang pembedahan). Jakarta Timur: Katalog Dalam Penerbitan.

Ahmad Anwar. 2013. (pdf) Pecukuran Daerah Operasi . Diperoleh dari


https://www.academia.edu/12255292/PENCUKURAN_DAERAH_OPERA
SI. Diakses pada 24 September 2019.

Manurung, nixson. 2018. Keperawatan medical bedah. Jakarta timur. CV Trans


Info Media

Rizfalda. 2018. Keperawatan Perioperatif. Diperoleh dari


http://makalahkepperawatanrizfalda.2018/10/askep-klien-dengan-chf.html
Diakses pada 24 September 2019

31

Anda mungkin juga menyukai