PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari perioperative?
2. Bagaimana persiapan pre operatif (fisik dan psikologis)?
3. Apa saja masalah perawatan pada perioperatif ?
4. Bagaimana cara membersihkan daerah operasi, mencukur?
5. Klisma/lavemen
6. Pendidikan kesehatan apa saja yang diberikan ketika preoperatif?
7. Apa itu inform consent?
8. Bagaimana cara menyiapkan TT aether bed?
9. Apa yang harus diobservasi pada sirkulasi?
10. Bagaimana cara pemeriksaan perdarahan?
11. Bagaimana cara observasi bising usus?
12. Bagaimana cara membimbing latihan nafas dalam?
13. Bagaimana cara membimbing batuk efektif?
14. Bagaimana cara melatih ambulasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari perioperatif.
2. Untuk mengetahui persiapan dari preoperatif baik fisik maupun
psikologis.
3. Untuk mengetahui masalah perawatan pada perioperatif.
4. Untuk mengetahui cara membersihkan daerah operasi, mencukur.
5. Klisma/lavemen
6. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan apa saja yang diberikan ketika
preoperatif.
7. Untuk mengetahui apa itu inform consent.
8. Untu mengetahui bagaimana cara menyiapkan TT aether bed.
9. Untuk mengetahui yang harus diobservasi pada sirkulasi.
10. Untuk mengetahui cara pemeriksaan perdarahan.
11. Untuk mengetahui cara observasi bising usus.
12. Untuk mengetahui cara membimbing latihan nafas dalam.
13. Untuk mengetahui cara membimbing batuk efektif.
14. Untuk mengetahui cara melatih ambulasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di
rumah sakit.
4
mental pasien yang tidak siap atau lebih dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik pasien (Smeltzer, dkk., 2008).
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain:
1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan
pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-
lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena dengan
istirahat yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh
lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita tidak akan
memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi
badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen.
Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi
5
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik.
4) Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati- hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri
agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi.
5) Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan
operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman
dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang di operasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
6) Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance
cairan.
6
7) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum
operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi,
batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan- latihan yang
diberikan pada pasien sebelum operasi, antara lain :
A. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan
nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik
ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat
segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
B. Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif juga sangat
diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi
dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami
rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak
lendir kental di tenggorokan.Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut.
C. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal
sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien
dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan
untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga
pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi
7
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan
seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi
dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis
vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
8) Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan
untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai
pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga
dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah
dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter
anstesi berperan untuk menentukan apakah kondisi pasien layak
menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan
berbagai macam pemerikasaan laboratorium terutama pemeriksaan
masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting
time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah,
dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. c.
Pemeriksaan Status Anestesi Pemeriksaan status fisik untuk
pembiusan perlu dilakukan untuk keselamatan selama
pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang
8
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap
diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan
dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan
teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
9) Inform Consent
9
2. Pemeriksaan Psikologis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long, 2000).
Contoh: perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan
ketakutan misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan
tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan tangan
yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.
Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh
pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji
hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
10
Masalah 2 : Pasien tidak mampu memahami penjelasan
Intervensi yang bisa dilakukan, antara lain :
a. Identifikasi kemampuan belajar pasien.
b. Tentukan apakah terdapat hambatan Bahasa.
c. Gunakan kata-kata yang familiar.
d. Tentukan strategi dalam pemberian pendidikan kesehatan.
e. Evaluasi tingkat stress pasien untuk menentukan adanya
gangguan dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
f. Sediakan waktu kembali untuk pemberian pendidikan kesehatan.
g. Berikan pendidikan kesehatan dengan cara tidak terburu-buru.
11
Masalah 5 : Pasien merasa depresi karena diliputi kecemasan dan tidak
mempunyai harapan lagi.
Intervensi yang bisa dilakukan, antara lain :
a. Sampaikan rasa penghargaan dan keyakinan pasien secara
keseluruhan ; hadapkan pasien terhadap realita yang ada.
b. Berikan umpan balik yang yang positif dan pengakuan terhadap
kekuatan.
c. Luangkan waktu tambahan bersama pasien sehingga pasien
mampu mengungkapkan secara langsung ketakutan-
ketakutannya.
12
Prosedur pembersihan daerah operasi :
1. Persiapan Alat :
Yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pencukuran daerah
operasi :
a. sarung tangan on steril
b. perlak
c. handuk kecil/waslap
d. cairan desinfektan/betadine/foam pencukur
e. clipper electric
f. plester
g. kom berisi air bersih
13
dan kulit jangan tergores atau melipat karena mikroorganisme
dapat diam pada kulit yang pecah.
j. Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut dengan
menggunakan handuk atau waslap, angkat semua rambut
yang lepas dan tinggalkan pasien dalam keadaan rapi dan
nyaman.
k. Setelah selesai pencukuran tulis dan parafilah pada lembar
terintegritas pada status pasien setelah selesai pencukuran.
l. Buang sarung tangan, mata pisau clipper, kasa yang telah
digunakan pada tempat sampah yang sesuai, bersihkan baki,
clipper, dan kembalikan pada tempat semula.
2.5 Klisma/Lavemen
14
menggunakan air biasa dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon seperti
pada penggunaan phosphat.
A. Indikasi
. Konstipasi
. Impaksi feses
. Persiapan praoperasi
B. Kontraindikasi
1. Post operasi
dan kolon
15
C. Dampak pemberian huknah/klisma
1. Dampak positif
2. Dampak negative
16
2.6 Pendidikan Kesehatan pada Pasien Pre-Operasi
17
4. Kaji kecemasan pasien/keluarga terkait dengan
pembedahan
5. Berikan waktu kepada pasien untuk mengajukan
pertanyaan dan mendiskusikan hal-hal yang
menjadi perhatian
6. Gambarkan rutinitas yang dilakukan sebelum
operasi (anastesi, diet, dll)
7. Jelaskan medikasi pra operatif, efek yang akan
terjadi dan rasionalisasi penggunaan
8. Berikaan informasi kepada orang terdekat tentang
tempat menunggu hasil pembedahan dengan tepat
9. Berikan informasi tentang apa yang akan didengar,
dirasa, dicium dan dilihat selama kejadian
10. Diskusikan manajemen nyeri yang mungkin
dilakukan
11. Jelaskan tujuan pengkajian post operatif
12. Berikan penjelasan tentang rutinitas post
operatif/peralatan yang mungkin digunakan
(penggantian balutan, pengobatan dll) dan berikan
penjelasan tentang tujuan masing-masing.
13. Berikan penjelasan kepada pasien teknik
mengubah posisi ditempat tidur dengan tepat
14. Evaluasi kemampuan pasien untuk
memdemonstrasikan cara mengubah posisi dengan
tepat
15. Berikan penjelasan kepada pasien cara
menggunkan insentif spirometri
16. Evaluasi kemampuan pasien dalam
mendemontrasikan kemampuan menggunkan
insentif spirometri dengan tepat
17. Berikan penjelasan kepada pasien cara menekan
daerah pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam
18
18. Evaluasi kemampuan pasien dalam
mendemontrasikan kemampuan menekan daerah
pembedahan, batuk efektif dan nafas dalam dengan
tepat
19. Berikan penjelasan kepada pasien tentang teknik
melatih kaki
20. Evaluasi kemampuan pasien untuk mengulangi
latihan kaki
21. Tekankan pemtingnya ambulasi dini dan
perawatan pulmoner
22. Berikan informasi tentang bagaimana mereka
dapat membantu dalam masa penyembuhan
23. Dukung pemberian informasi oleh tanaga
kesehatan lain dengan tepat
24. Identifikasi harapan pasien setelah pembedahan
25. Perbaiki harapan pasien yang tidak realistik
26. Berikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan
kembali peristiwa yang akan terjadi
27. Libatkan keluarga dan orang terdekat.
2. UNIT TERKAIT : Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Jalan
ICU
IGD
IBS
19
menolong dirinya, disertai informasi mengeai segala resiko yang
mungkin terjadi.
Tiga hal yang harus dipenuhi agar persetujuan atau consent valid :
Aether Bed adalah tempat tidur yang disiapkan untuk klien pasca
bedah yang
Menghangatkan badan.
Memudahkan perawatan.
20
- Persiapan alat untuk aether bed :
- Prosedur Kerja :
Mencuci tangan.
Mengangkat & melipat sprai penutup jika tersedia TT tertutup.
Mengangkat bantal & membentangkan gulungan perlak & handuk
pada bagian Kepala.
Melepaskan selimut & sprai atas pada bagian Kaki dari bawah
kasur & kemudian dilipat keatas tambahan hingga menutup.
Meletakkan buli-buli panas diatas sprai bagian kaki, mulutnya
diarahkan ke pinggir TT.
Memasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan
TT.
Mengangkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, stl kembali
dari kamar bedah.
Melipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut & sprai
atas dari sisi tempat klien akan masuk sampai batas pinggir kasur,
lalu dilipat sampai sisi yang lain.
Meletakkan klien diatas TT.
Menarik kembali lipatan tadi untuk memutu klien.
Memasukkan kembali selimut & spari atas dibagian Kaki kebawah
kasur, jika klien sudah sadar.
Mencuci tangan
21
Observasi sirkulasi dapat dilakukan pada :
a. denyut nadi, irama nadi, dan kekuatan nadi.
b. Sirkulasi pada bagian ekstremitas (seperti warna kulit dan
temperatur kulit, pengisian kapiler/capilary refill, kekuatan nadi
perifer).
Ada beberapa komponen darah yang akan dilihat dalam tes ini, yaitu :
a. Sel darah merah yang membantu membawa oksigen ke seluruh
jaringan tubuh.
b. Sel darah putih yang melawan infeksi.
c. Hemoglobin, protein pembawa oksigen yang ada di dalam sel
darah merah.
d. Hematokrit, yakni proporsi dari jumlah sel darah merah dengan
komponen cair lainnya di dalam merah.
e. Platelet atau yang dikenal dengan trombosit yang berfungsi
melakukan pembekuan darah.
22
Tindakan yang dilakukan:
1. Inpeksi
Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya
asites.
2. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada keempat kuadrat abdomen.
Dengarkan peristaltic usunya selama satu menit penuh.
Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu
atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltic ileus,
kostipasi, peritoritis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus
terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang
mengalami diare.
3. Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan region abdomen. Jika
perkusi terdengar timpani berati prkusi dilakukan di atas
organ yang berisi udara.jika terdengar pekak berate perkusi
mengenai organ padat.
4. Palpasi
Palpasi ringan : untuk mengetahui adanya masa dan respon
nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi
dalam : untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar,
ginjal, limpa dengan metode bimanual / 2 tangan.
23
simetris. Perut kembung menandakan adanya gangguan
intraluminal.
2. Auskultasi
Pemeriksaan dengan diagfragma stetoskop keberadaan
bising usus (normalnya 5-12 kali/ menit ) juga di ulu hati
mendengar suara aorta, pada arteri inguinal tidak ada bising.
Bising usus bisa istirahat bising usus tambahan yaitu borborygmi
/ suara panjang ataumetalik suara.
3. Perkusi
Dilakukan sebagai melintasi pada keempat kuad berlari
perut dominan suara timpani. Perkusi dilakukan pada dada bagian
bawah antara paru dan bahtera costa suara redupkarena ada hepar,
suara timpani di kiri karena keberadaan tekanan intrabdoming.
4. Palpasi
Dilakukan untuk melihat ada istirahat otot , nyeri tekan
lepas atau tidak (dilakukan pada daerah yang jarak tidak nyeri/
normal ). Periksa dengan ujung jari tekan dengan lembut semua
kuadran. Nyeri pada perut ada yang sifatnya mendalam (hilang
timbul, tidak bisa ditunjukan dengan jelas)ada yang somatic (bisa
ditunjukan dengan jelas).
24
2. Prosedur melakukan nafas dalam :
1) Tahap pra interaksi
a. Verifikasi data sebelumnya
b. Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor
kamar)
c. Mencuci tangan
d. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2) Tahap orientasi
a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3) Tahap kerja
a. Menjaga privacy.
b. Mengajak pasien berdo`a (membaca basmalah)
c. Mengatur posisi yang nyaman bagi pasien dengan
posisi setengah duduk di tempat tidur, di kursi atau
dengan lying position (posisi berbaring) di tempat
tidur dengan satu bantal.
d. Memfleksikan lutut pasien untuk merilekskan otot
abdomen.
e. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen, tepat
di bawah tulang iga.
f. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup, hitung sampai 3 selama inspirasi.
g. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen
sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah
lengkung pada punggung. Jika ada kesulitan
menaikkan abdomen, ambil nafas secara cepat, nafas
kuat lewat hidung.
25
h. Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan
ekspirasi secara perlahan dan kuat, sehingga terbentuk
suara hembusan tanpa menggembungkan pipi.
i. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan
kontraksi dari otot abdomen ketika ekspirasi. Hitung
sampai 7 selama ekspirasi.
j. Gunakan latihan ini setiap kali merasakan nafas
pendek dan tingkatkan secara bertahap selama 5-10
menit, 4 kali dalam sehari. Latihan teratur akan
membantu pernafasan tanpa usaha. Latihan ini dapat
di lakukan dalam posisi duduk tegap, berdiri maupun
berjalan.
4) Tahap terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang di lakukan
b. Merapikan pasien dan lingkungan
c. Mengajak pasien berdo`a kepada Allah dan membaca
Hamdallah
d. Berpamitan dengan pasien
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan kedalam lembar catatan
keperawatan
1. Uraian Singkat :
1) Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi ter-anestesi.
2) Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan.
3) Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.
26
4) Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah
operasi untuk mengeluarkan lendir/sekret tersebut.
Fase Orientasi
Fase Kerja
27
g. Jelaskan pada pasien untuk melindungi dengan cara memegang
bagian insisi pada saat melakukan latihan batuk efektif dan
latihan nafas dalam.
h. Demonstrasikan atas tangan pada sisi-sisi insisi.
i. Anjurkan untuk menggunakan bantal pada saat batuk. Taruh
handuk yang telah dilipat dalam sarung bantal. Pegang bantal
tersebut dan tempatkan ke arah insisi serta tekan bantal selama
latihan batuk. (tujuannya adalah untuk mencegah nyeri dan
mengurangi stres pada daerah jahitan).
j. Demonstrasikan teknik untuk menghirup nafas dalam dan
menahan nafas selama 1-2 detik.
k. Anjurkan pasien untuk mengambil nafas dua samping tiga kali
dengan menggunakan otot-otot abdomen dan otot pernafasan
laiinya untuk membantu batuk. (tujuannya adalah batuk yang kuat
ini dapat membuat batuk lebih efektif).
l. Anjurkan pasien untuk batuk kedua kalinya.
m. Anjurkan pasien melakukan latihan batuk setelah melakukan
latihan nafas dalam sekurang-kurangnya setiap 2 jam pada
keadaan pasien sedang tidur.
Fase Terminasi
28
2.14 Prosedur Perpindahan Posisi/Ambulasi
1. Uraian singkat :
a. Berpindah atau bergerak dan berubah posisi ditempat tidur
membantu mencegah komplikasi paru-paru dan sirkulasi,
mencegah decubitus, menstimulasi peristaltic, dan mengurangi
nyeri.
b. Selama masa pra-operasi, pasien dapat diajarkan bagaimana
menggunakan pegangan disamping tempat tidur secara efektif
untuk merubah posisi dan bagaimana duduk disisi tempat tidur
dengan jumlah penarikan insisi seminimal mungkin.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu
memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya
operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh,
pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya. Dalam fase
penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga
dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31