Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI PADA Tn.

N DENGAN
HERNIA INGUINAL LATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

DOSEN PEMBIMBING
Dwi Agung Susanti, S. Kep., Ns., M. Kep

Penyusun
Luluk Romsukhah (20144010001)
Sri Mulyani (20144010003)
Tika Fitria Nur C. (20144010004)
Kholifatur Rosidah (20144010005)
Adis Wulan Febrianti (20144010006)
Putri Wahyuni Hadiyanti (20144010007)
Faricha Fitria N (20144010008)
Abdulloh Ali Wafa
Tritama Yoga Lupita
M. Faisal Sofa

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Konsep Pre Operasi


1.1.1 Definisi
Konsep pre operasi adalah bagian dari keperawatan perioperatif dan merupakan
persiapan awal sebelum melakukan tindakan operasi.Dalam kosep pre operasi membahas
tentang pengertian pre operasi, persiapan pre operasi, indikasi dan klasifikasi Pembedahan,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi.
Pre operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika klien dikirim ke meja operasi. Keperawatan pre operatif
merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Tahap ini merupakan awalan yang
menjadi kesuksesan tahap-tahap berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI, 2014).
Keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai
sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke
meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Mirianti, 2011).

1.1.2 Fase Pre Operatif


1. Fase dimulai dari persiapan operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke meja operasi
2. Masa pada fase ini berbeda tiap pasien tergantung dadri kondisi pasien dan tipe
pembedahannya.
1.1.3 Persiapan Pre Operasi
Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis dan psikologis
sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Dalam hal ini persiapan
sebelum operasi sangat penting dilakukan untuk mendukung kesuksesan tindakan operasi.
Persiapan operasi yang dapat dilakukan diantaranya persiapan fisiologis, dimana persiapan ini
merupakan persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang,
pemerikaan status anastesi sampai informed consent. Selain persiapan fisiologis, persiapan
psikologis atau persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau lebih dapat berpengaruh terhadap
kondisi fisik pasien (Smeltzer, dkk., 2008). Persiapan klien di unit perawatan, diantaranya
(Ilmu Bedah, 2010):
a. Pengkajian Pre Operatif
Point penting dalam Riwayat keperawatan pre operatif sebagai berikut:
1. Umur
2. Alergi terhadap obat, makanan, dan lainnya
3. Pengalaman pembedahan
4. Pengalaman anestesi
5. Riwayat mengonsumsi rokok, alcohol, dan obat-obatan
6. Lingkungan
7. Kemampuan self care
8. Support System
b. Persiapan fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain:
1. Status Kesehatan Fisik
Secara Umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi
ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain- lain. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup karena dengan istirahat yang cukup pasien tidak
akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan pasien wanita tidak akan
memicu terjadinya haid lebih awal.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat
di rumah sakit.
3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
4. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/ menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka.
5. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang di operasi.
6. Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.
7. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan-
latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi, antara lain :
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan
latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat
segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi
pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Banyak pasien
yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek
atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/ flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal.
d) Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang
harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud
adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun
pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil
keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan
berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga
dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan
untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk
itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemerikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan
masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum,
hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto
thoraks dan EKG.
e) Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status
fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan
terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik
anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf.
f) Inform Consent
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan
serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/
keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul- betul
paham.
g) Persiapan Mental/ Psikis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres
fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long, 2000). Contoh:
perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan
misalkan pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan
darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Ketakutan
dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan tangan
yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering berkemih.

1.2 Konsep Dasar Hernia

1.2.1 Definisi Hernia


Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di dinding otot
perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya terdiri dari kulit , peritoneal kantung,
dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya.
Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen,
selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban berat atau batuk yang
berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan dengan
kehamilan, obesitas, atau asites (Schwartz,2010).
Hernia adalah sering terjadinya dan muncul sebagai tonjolan dilipatan paha atau
skrotum. Biasanya Orang awam menyebutnya turun bero atau hernia. Terjadi Hernia
inguinalis yaitu ketika dinding abdomen bertambah ke bawah melalui dinding sehingga
menerobos usus. (Nurarif&kusuma2016).
1.2.2 Etiologi Hernia
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah mengendong
barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan, asites (terjadi kumpulan cairan
abnormal di daerag rongga perut), aktifitas fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya hernia
yaitu :
1. Hernia inguinal
Menurut Black,J dkk (2012) hernia ingunal terjadi karena beberapa faktor antara lain:
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dindingabdomen.
b. Terjadi tekanan pada intra abdominal
2. Hernia Hiatal,
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi karena adanya
kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko terjadinya Hernia Hiatal yaitu
pertambahan usia, kegemukan, dan Merokok
3. HerniaUmbilical, terdapat jika penutupan umbilikus tidak 8 sempurna.
4. Hernia Femoralis
Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara, kegemukan dan
keturunan penahanikat. Faktor kekurangan bagan fascia dan aponeurosis tranversa,
degenerasi/atropi, tekanan intra abdomen meningkat, pekerjaan mengangkat benda-
benda berat, batuk kronik, gangguan BAB, dan gangguan BAK.
1.2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Adanya pembekakan ( asimptomatik)
Keluhan benjolan di daerah inguinal yang timbul berupa adanya atau skrotal yang
hilang timbul. Misalnya nyeri mengedan, batukbatuk, tertawa, atau menangis. Bila klien
tenang, benjolan akan hilang secara spontan. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan
intra peritoneal.
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang ditemui, walaupun yang dirasakan di daerah
perut epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantung hernia bila usus tidak dapat kembali akibat regangan pada
mesenterium karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan
gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Secara klinis keluhan klien adalah rasa sakit
yang terus 9 menerus. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
Pada Inspeksi : dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio
ingunalis pada saat klien mengedan dapat yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Palpasi: pada funikulus spermatikus kantong hernia yang kosong dapat dirasakan sebagai
geseran dari lapis kantongyang mengutamakan alasan gesekan dua permukaan sutera.
Tangan sutera ini disebut tanda sarung, tetapi umumnya gejala ini sulit ditemukan.
Pemerikasaa bisa teraba pada usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. bila ada hernia
berisi bagian maka tergantung pada isinya, Dengan jari kelingking atau jari telunjuk pada
anak kusia dini, bisa dipraktekan mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum
melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi
atau tidak.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis hernia banyak diketahui oleh kondisi isi hernia. 10 tanda yang muncul
seperti berupa adanya pembengkakan di selangkangan dipaha yang timbul saat waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan tidak ada setelah terlentang. Keluhan nyeri
jarang dijumpai bila ada yang dirasakan di dibagian epigastrium atau periumbilikal
berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Hernia inguinalis yang sering pada anak yaitu hernia
inguinalis lateralis (indirect). 60%dari kasus hernia inguinalis terjadi saat dibagian sisi
kanan,30% pada sisi kiri dan 10% bilateral.
1.2.4 Patofisiologi
Pendapat Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis bisa didapatkan sebab anomali
kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat diketahui jika setiap usia. Faktor
peningakatan tekanan di dalam rongga karena peninggian tekanan di dalam rongga perut
perut yang dipandang berperan kausal. Kanalis inguinalis adalah terjadi Pada bulan ke-8
kehamilan kanal yang normal pada fetus, terjadi melalui kanal tersebut desensus testis.
Penurunan testis terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan 11 prosesus vaginalis
peritonei yang akanmenarik peritonium ke daerah skrotum sehingga. prosesus ini telah
mengalami obliterasi Pada bayi yang sudah lahir, umumnya sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. kanalis ini tidak menutup dalam beberapa hal tersebut. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. jika
kanalis kanan terbuka maka biasanya yang kiri juga terbuka.
Dalam keadaan normal, pada usia 2 bulan kanalis yang terbuka ini akan menutup.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Kanalis inguinalis telah menutup Pada orang tua. tetapi karena
menyebabkan lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan yang terjadinya tekanan intra-
abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis akuisita tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul. Akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat-akibat jaringan kanal (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital usus ke
dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian
akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik abdomen,
tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah). Bila usus yang prolaps bisa menyebabkan Hernia
inkarserata terjadi konstriksi bila suplai darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat 12
kembalikeronggaperitoneumdisebutherniainguinalreponibilis,bila tidak dapat kembali disebut
hernia inguinal ireponibilis (Mansjoer, 2004). Keluhan nyeri jarang dijumpai pada hernia ini,
walaupun ada nyeri dirasakan di daerahcpada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantunghernia. Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus
inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan klien adalah terjadi gangguan
pada usus seperti nyeri padaperut kembung dan muntah.

1.2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Dwi (2018) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien Hernia adalah
sebagai berikut :
1) Pemeriksaan darah lengkap, Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum
elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2) Pemeriksaan koagulasi darah Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang,
mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi.
3) Pemeriksaan urine Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengidentifikasikan
infeksi.
4) Elektrokardiografi (EKG) Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
5) Sinar X abdomen Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
1.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Amin dan Kusurna (2015) penatalaksanaan yang diberikan pada Hernia adalah
sebagai berikut :
1) Konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia inguinalis. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Adapun tindakannya terdiri atas:
a. Reposisi Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara
hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di
lakukan pada hernia repobilis dengan menggunakan kedua tangan.
b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar Hernia, yang menyebabkan pintu Hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan sehingga isi Hernia keluar dari kavum peritoneum.
c. Sabuk Hernia Diberikan pada pasien yang Hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2) Operasi
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada Hernia reponibilis,
Hernia irreponibilis, Hernia strangulasi dan Hernia inkarserata. Operasi Hernia ada 3
macam:
a. Herniotomy, mernbuka dan mernotong kantong Hernia serta mengembalikan isi
Hernia ke kavum abdominalis.
b. Hemioraphy, mulai dari mengangkat leher Hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus Intra abominalis
dan musculus tranversus abdominal yang beresiko di tuberculum pubicum.
c. Hernioplasry, menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
3) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dimulai dengan pemberian antacid (Mylanta, Maalox,
Gaviscoon). Bila manifestasi berat dan menetap, klien diberikan antagonis reseptor
histamine seperti ranitidine (Zantac) atau famotidin (Pepcid). Obat-obatan lain,
Bethanchol (Urecholine) adalah obat koligernik yang meningkatkan sekresi asam
lambung (harus diberikan sebelum makan). Metoklopramid (raglan) yang
meningkatkan tekanan SEB dengan merangsang otot polos saluran gastrointestinal
dan meningkatkan kecepatan pengosongan lambung.
1.2.7 Komplikasi
Menurut Zahro (2019), komplikasi yang sering terjadi pada Hernia adalah sebagai berikut :
1) Hernia berulang
2) Hematoma
3) Retensi urin
4) Infeksi pada luka
5) Nyeri kronis atau akut
6) Pembengkakan testis karena atrofi testis
7) Rekurensi hernia (sekitar 2%)
BAB 2
PEMBAHASAN
KASUS

Sekitar 1 minggu yang lalu Tn. N mengatakan bahwa dirinya sakit ketedun dan dirasa
semakin sakit, kemudian klien berobat ke puskesmas terdekat dan dianjurkan untuk di
periksakan ke rumah sakit. Tanggal 17 Juli 2022 klien masuk IGD RSUD Dr Moewardi
Surakarta sekitar jam 15.00 WIB. Klien di periksa oleh dokter jaga IGD dan di anjurkan
untuk dilakukan operasi Hernia Inguinal, kemudian klien dirawat di Ruang Cendana 3
untuk mendapatkan perawatan. Klien dijadwalkan operasi pada tanggal 18 Juli 2022 jam
09.40 WIB.
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI PADA Tn. N
DENGAN HERNIA INGUINAL LATERAL DI INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

1. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Karangmalang, Sragen
Tanggal MRS : 17 Juli 2022 jam 14.15 WIB
Tanggal Operasi : 18 Juli 2022 jam 09.40 WIB
Tanggal Pengkajian : 18 Juli 2022 jam 09.15 WIB
Indikasi : HIL Dextra
Tindakan Operasi : Hernia Repair
Lama Operasi : Mulai jam 09.30 WIB s/d 10.30 WIB
2. Pengkajian Pre Operasi
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4 – 5 – 6
TD : 130/80 mmHg, N : 104 x/mnt, RR : 24 x/mnt S : 36,5ºC
Kenyamanan
 Ds : Klien mengatakan tegang, takut untuk dioperasi, klien mengatakan belum pernah
dioperasi sebelumnya, klien bertanya kapan operasinya, klien bertanya tentang
bagaimana suasana di ruang operasi, klien bertanya jam berapa mulai operasinya,
berapa lama, sakit atau tidak, lama atau tidak, dibius atau tidak.
 Do : Akral dingin, wajah klien tampak tegang, klien tampak berdoa dan selalu melihat
jam, klien tampak melihat sekelilingnya terus menerus.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Terdapat benjolan pada inguinal sejak ± 10 tahun yang lalu
4. Riwayat kesehatan sekarang
Sekitar 1 minggu yang lalu klien mengatakan bahwa dirinya sakit ketedun dan dirasa
semakin sakit, kemudian klien berobat ke puskesmas terdekat dan dianjurkan untuk di
periksakan ke rumah sakit. Tanggal 17 Juli 2022 klien masuk IGD RSUD Dr Moewardi
Surakarta sekitar jam 15.00 WIB. Klien di periksa oleh dokter jaga IGD dan di anjurkan
untuk dilakukan operasi Hernia Inguinal, kemudian klien dirawat di Ruang Cendana 3
untuk mendapatkan perawatan.
Klien dijadwalkan operasi pada tanggal 18 Juli 2022 jam 09.40 WIB.
5. Premedikasi Yang Diberikan
Tidak ada tindakan premedikasi
ANALISA DATA

Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
No Data subjektif/data objektif Etiologi Problem TTD
1. DS : Krisis situasi Ansietas
 Klien mengatakan tegang,
takut untuk dioperasi, belum
pernah dioperasi sebelumnya, Rencana operasi
klien bertanya kapan
operasinya, bagaimana
suasana di ruang operasi, jam Ansietas
berapa mulai operasinya,
berapa lama, sakit atau tidak,
lama atau tidak, dibius atau
tidak.
DO :
 Keadaan umum lemah
 GCS 15 E4V5M6
 Wajah klien pucat dan
kelihatan cemas
 TTV :
TD : 130/80 mmHg
S: 36,5°C
N : 104 x/mnt
RR : 24 x/mnt

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
No Tanggal Diagnosa Keperawatan
1. 18 Juli 2022 Ansietas b.d Krisis situasi operasi d.d
Klien mengatakan tegang, takut untuk
operasi, belum pernah dioperasi
sebelumnya, klien bertanya kapan
operasinya, bagaimana suasana di
ruang operasi, jam berapa mulai
operasinya, berapa lama, sakit atau
tidak, lama atau tidak, dibius atau
tidak.

INTERVENSI

Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
No Dx Tujuan Intervensi Rasional TT
Keperawata D
n
1. Ansietas b.d Setelah Terapi Relaksasi
Krisis situasi dilakukan Observasi
operasi d.d tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
Klien keperawatan penurunan tingkat penyebab dari
mengatakan selama 1 X energy, ketidakmampuan
tegang, takut 20 ketidakmampuan berkonsentrasi
untuk operasi, menit berkonsentrasi, atau
belum pernah diharapkan gejala lain
dioperasi cemas mengganggu
sebelumnya, klien kemampuan kognitif
klien bertanya berkurang / 2. Identifikasi teknik 2. Agar dapat
kapan hilang relaksasi yang pernah membandingkan
operasinya, Kriteria efektif digunakan keefektifan relaksasi
bagaimana hasil : yang sebelumnya
suasana di  Klien pernah digunakan
ruang operasi, mengatak dengan relaksasi yang
jam berapa an sudah 3. Periksa ketegangan
otot, frekkuensi nadi, akan digunakan
mulai siap 3. Untuk mengevaluasi
operasinya, untuk tekanan darah, dan
suhu sebelum dan pengaruh relaksasi
berapa lama, dioperasi apabila pasien
sakit atau dan tidak sesudah latihan
4. Monitor respons memiliki ketegangan
tidak, lama cemas otot sebelum dan
atau tidak,  Wajah terhadap terapi
relaksasi sesudah latihan
dibius atau klien 4. Mengetahui tingkat
tidak tampak kecocokan pasien
Terapeutik
rileks dan dengan terapi
1. Berikan informasi
tidak relaksasi
tertulis tentang
tegang Terapeutik
persiapan dan
 TTV 1. Agar pasien tahu
prosedur teknik
dalam mengenai teknik
relaksasi
batas relaksasi yang
Edukasi
normal akan dipraktikkan
1. Jelaskan tujuan,
TD:120/8 Edukasi
manfaat, batasan dan
0mmHg, 1. Agar pasien jenis
jenis relaksasi yang
N : 80
x/mnt tersedia (mis, music, relaksasi yang
RR : 18- meditasi, napas sedang digunakan
20x/mnt dalam, relaksasi otot untuk mengatasi
progresif) gangguan rasa
2. Anjurkan sering nyaman yang
mengulangi atau pasien alami
melatih teknik yang 2. Agar pasien
dipilih mendapatkan
manfaat yang
3. Demonstrasikan dan optimal dengan
latih teknik relaksasi melakukan
(mis, napas dalam, relaksasi ini
peregangan, atau 3. Agar pasien
imajinasi terbimbing) mengetahui
gerakan yang
tepat sehingga
akan
mengoptimalkan
manfaat yang
akan didapat oleh
pasien
LEMBAR PELAKSANAAN

Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
No Hari/tgl Jam Implementasi Respon px Ttd
1. Selasa, 09.15 1. Mengidentifikasi 1. klien mengatakan takut
18 Juli kembali tingkat cemas dioperasi dan belum
2022 pasien pernah dioperasi
sebelumnya, klien tampak
bertanya tentang jalannya
operasi, klien tampak
selalu memandangi jam
2. Memberi informasi dinding
tentang peran perawat 2. klien mengatakan
3. Memberitahu pasien mengerti, klien kooperatif
rasa yang ditimbulkan 3. klien bertanya berapa lama
saat dilakukan anestesi efeknya, klien tampak
4. Menjelaskan nama- tegang
nama tim bedah yang 4. klien takutnya sudah mulai
akan melakukan berkurang, klien
operasi kooperatif
5. Memindahkan pasien
dengan meminimalkan
pemajanan tubuh 5. klien mengatakan tidak
sakit dan tubuh bagian
bawah mulai tidak terasa,
6. Memberikan petunjuk klien tidak mampu
pada pasien pada saat mengangkat kaki
akan dilakukan 6. klien mengatakan paham,
operasi klien tampak sudah mulai
rileks
EVALUASI

Nama : Tn. N
Umur : 46 tahun
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Evaluasi
1. Ansietas b.d Krisis situasi operasi 18 Juli S:
d.d Klien mengatakan tegang, takut 2022  Klien mengatakan sudah
untuk operasi, belum pernah berdoa dan siap untuk di
dioperasi sebelumnya, klien bertanya operasi
kapan operasinya, bagaimana O:
suasana di ruang operasi, jam berapa  Keadaan umum lemah
mulai operasinya, berapa lama, sakit  Wajah klien masih pucat
atau tidak, lama atau tidak, dibius dan sedikit tegang
atau tidak.  TD : 120/80 mmHg
 N : 88 x/mnt
 RR : 16x/mnt
 S : 362 oC
A : Masalah cemas teratasi
P : Intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Hanifah. 2011. Askep Hernia. diakses pada 23 Juli 2018.
Akhrita, Zetry, 2011, Penelitian Keperawatan Medikal Bedah, Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Hidayat, Alimul, 2006, Kebutuhan dasar manusia, Salemba Medika, Jakarta
Nova, Yayan, 2009, Hernia, Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009

Anda mungkin juga menyukai