Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan
keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang
mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala
macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik
secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan
yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien
yang kooperatif selama proses perioperatif.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif, Asuhan Keperawatan


pada Perioperatif dan Tindakan Keperawatan Preoperatif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan-praoperatif,
intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing dari setiap fase ini dimulai dan
berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan danstandard praktik keperawatan.

2.2 Tahap Dalam Keperawatan Perioperatif

1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika


keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim
ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat
mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah,
menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi
yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan
mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien praoperatif ditempat
atau ruang operasi.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk
atau pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
dapat meliputi: memasang infus (IV), memberikan medikasi intra vena,
melakukan pemantauan fisiologis menyeluruhi sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh,
aktivitas keperawatan dapat terbatas hanya pada menggenggam tangan pasien
selama induksi anestesi umum, bertindak dalam perannya sebagai perawat

2
scrub, atau membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi
dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.
3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinis atau di rumah.
Lingkup keperawatan mencakup tentang rentang aktivitas yang luas selama
periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek
dari agen anestesi, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.
Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan yang
penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi mengikuti dengan
pengulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail lagi dalam unit ini. Kapan
berkaitan dan memungkinkan, proses keperawatan pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi diuraikan.

2.3 Pre-Operatif

1. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan
psikologis, pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti
anti biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang
dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbangan potasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian
terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya. Pemeriksaan lainnya yang
dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks, kapasitas
vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi,
kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit,
hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen
(BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan
pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan
metabolisme.

3
2. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah
adalah :
1) Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2) Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.
3) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4) Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2) Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3) Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1) Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatan penjelasan tentang
peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2) Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat dilakukan
dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan
bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan
latihan lain-lain.

4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1) Pemberian Pendidikan Kesehatan Preoperatif
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai
informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan
yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman
kekamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengonatan setelah
operasi.
2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal
pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah,
tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan

4
tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam
lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan
sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis
pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur.
4) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada
bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan
yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma, dengan cara seperti dibawah
ini :
a) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b) Tempatkan tangan di atas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d) Tahan napas selama 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali,
setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa
otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat
dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian
istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat
dilakukan dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat,

5
kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi
sebanyak 5 kali.
6) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk
melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat
ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan,
melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi
tempat tiduratau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih
duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung
di sisi tempat tidur.
7) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin,
gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d) Lepaskan lensa kontak.
e) Lepaskan protesa
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang
terjadi pada intrah dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta,
tidak ditemukannya risiko komplikasi pad infeksi atau cedera lainnya.
a. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan
posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup
aspek pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem, kardiovaskuler,

6
keseimbangan cairan, dan pernapasan selain itu, lakukan pengkajian terhadap
tim dan istrumen pembedahan serta anestesi yang diberikan.
b. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah
adalah resiko terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari
tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1) Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan seperti
pemakaian baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu , celemek, dan
sarung tangan, serta pencucian tangan.
2) Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan pembedahan.
3) Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.
d. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah
1) Pengunaan Baju Seragam Bedah Penggunaan seragam bedah desain secara
khusus dengan harapan dapat mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip
bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril,atau
baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau harus di tutupi pinggang untuk
mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan penutup kepala, masker,
sarung tangan serta celemek steril.
2) Mencuci tangan Sebelum Pembedahan Lihat bagian mencuci tangan steril.
3) Menerima Pasien di Daerah Bedah Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien
harus melakukan pemeriksaan ulang diruang penerimaan untuk mengecek
kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomer status registrasi pasien,
berbagai hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.
4) Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah Posisi yang dianjurkan
pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg, lithotomi, lateral,
dan lain-lain.

7
5) Pembersihan dan Persiapan kulit Pelaksanaan ini bertujuan untuk
membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit serta
mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit
ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau
memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar
alkohol, sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
6) Penutupan Daerah Steril Penutupan daerah steril dilakukan dengan
menggunakan doek steril agar daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah
berpindahnya mikroorganisme antara daerah yang steril dan tidak.
7) Pelaksanaan Anestesi Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai
macam, antara lain anestesi umum, inhalasi atau intravena, anestesi regional
dengan cara memblok saraf, dan anestesi lokal.
8) Pelaksanaan Pembedahan Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan
melaksanakan pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti
normalnya perubahan tanda vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan
lain-lain.

2.4 Pasca operatif

a. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan
(pascabedah) di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas,
sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.
b. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah
adalah :
1) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka
pembedahan.

8
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai
dampak anestesi.
3) Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
4) Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
5) Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6) Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang
menurun.
8) Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.
c. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan
Tujuan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3) Mempertahankan sirkulasi.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5) Mempertahankan eliminasi.
6) Mempertahankan aktivitas.
7) Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan
yang tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu
pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik,
kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas
melalui hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas
perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada pasien
yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama

9
dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena
balik.
4) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan
output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan output
serta mencegah terjadinya retensi urine.
6) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya
peningkatan proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna,
sistem sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem eliminasi,
aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.

2.5 Tindakan Keperawatan Preoperatif


A. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :

1. Status kesehatan fisik secara umum


Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks

10
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.

2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.

3. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di
antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

11
4. Kebersihan Lambung dan Usus
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).

5. Pencukuran Daerah Operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi
dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut
dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.

12
6. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7. Pengosongan kandung kemih


Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi
juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.

8. Latihan Pra Operasi


Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a. Latihan Nafas Dalam
b. Latihan Batuk Efektif
c. Latihan Gerak Sendi

B. Persiapan Psikologis
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan
mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan

13
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal
(body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul
pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Untuk mengurangi / mengatasi
kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan
persiapan operasi.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang
tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah
merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya
sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan
mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung
oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti :
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dll.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhana dan jelas.

14
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

C. Persiapan Dokumen Dan Inform Concent


1. Dokumen
Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang
dilaksanakan pada catatan proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal yang
didokumentasikan antara lain: pengkajian fisiologis, pengkajian psikososial,
pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat respons, efek
medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan pula tanda vital,
pengkajian dan persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan atau perilaku
pasien, dan obat-obatan yang diberikan.
Standar dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif adalah,
sebagai berikut.
a. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang diberikan pada
perawatan perioperative
b. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota tim
pembedahan. Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien
c. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan
respons pasien terhadap intevensi keperawatan
d. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan kebijakan
dan prosedur pada area praktik
2. Inform Concent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan

15
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil
apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anestesi)
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi.
Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul
paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka
penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah
operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan
kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska
operasi sampai pemulihan pasien, hingga pasien sembuh, pasien merasa nyaman
dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.Dalam fase penyembuhan apabila pasien
sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan
tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya
terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti
sediakala.

3.2 Saran
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca agar
tertarik untuk terus dapat meningkatkan keingintahuan nya terhadap informasi
baru yang bermanfaat. Demi kesempurnaan makalah ini, saya berharap kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa lebih baik
untuk ke depannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 1.Jakarta: EGC.

Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner,Billie, (2005).Buku Ajar


Keperawatan Perioperatif Volume 1. Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai