Anda di halaman 1dari 12

KAMIS, 27 FEBRUARI 2014

Makalah asuhan pada pasien pre, intra, pasca bedah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik
pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan
saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor
pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan
pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan
mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat
hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap
langkah – langkah perioperatif. Tindakan  perioperatif yang berkesinambungan dan
tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan
pasien.

1.2   Rumusan Masalah


a.      Apakah yang dimaksud perioperasi  ?
b.      Apakah maksud dan tujuan mengenai asuhan pre bedah ?
c.       Apakah maksud dan tujuan mengenai asuhan pasca bedah ?
d.      Bagaimana cara melakukan asuhan  terhadap pasien pre bedah ?
e.      Bagaimana cara melakukan asuhan  terhadap pasien pasca bedah ?

1.3   Tujuan
a.     Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan asuhan
pre bedah dan pasca bedah.
b.     Mahasiswa mampu   menerapkan peran tenaga kesehatan  dengan melakukan cara
perawatan asuhan serta persiapan pasien pre dan pasa bedah pada kasus kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah
dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.2   Jenis-Jenis Pembedahan
  Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi
berdasarkan lokasinya , pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks
kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah orthopedi, bedah kepala, bedah  dan lain-lain.
  Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan
 Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
1.       Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit
seperti biopsi, eksplorasi, dan laparotomi.
2.      Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit, misalnya
pembedahan apendektomi.
3.      Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaikideformitas, menyambungdaerah
yang terpisah.
4.      Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
penyakit.
5.      Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti
rhinoplasti.
2.3   Pengertian  Anestesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan
hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan.  Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang
diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang
dibutuhkan selama operasi dilakukan.
  Jenis-jenis anestesia
1.      Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada
umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2.      Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian
tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh
tersebut. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok
regional intravena  dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
3.      Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang
akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan
adalah infiltrasi atau topikal.
4.      Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara
artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk
mengurangi  kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan
adalah hipnotis.
5.      Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan
merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak
digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
2.4   Asuhan Dan Persiapan Pasien Preoperasi (Pra Bedah)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pegetahuan tentang
persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta
petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
  Rencana tindakan :
1.      Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya
tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di
perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan
setelah bedah.
2.      Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung
dapat menyebabkan aspirasi.
3.      Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
4.      Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut :
a.      Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b.      Tempatkan tangan diatas perut.
c.       Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d.      Tahan napas 3 detik.
e.      Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f.        Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah
napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g.      Istirahat.
5.      Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi
otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat
tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata
pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat
tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
6.      Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus,
merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas,
pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan
penghalang  agar bsa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan
menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan
tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7.      Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
a.      Cek identitas pasien.
b.      Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang,
dan lain-lain.
c.       Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d.      Lepaskan kontak lensa.
e.      Lepaskan protesis..
f.        Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
g.      Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h.      Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
2.5    Perawatan intaoperasi  (Bedah)
Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai
masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauanfisiologis
perubahan tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan.
Selain itu lakukan pengkajian trhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia
yang diberikan.
  Rencana tindakan:
1.      Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam
celana atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta
gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
2.      Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3.      Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di
ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan,
nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah
setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
4.      Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,trendelenburg,
litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.
5.      Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan
dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat,
potensi yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen,
atau bahan organik lainnya.
6.      Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya
di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah
steril dan tidak.
7.      Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
8.      Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan embedahan.

2.6   Asuhan Dan Persiapan Pasien  Postroperasi (Pasca Bedah)


Setelah tindakan pembedahan (pascabedah), beberapa hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan
tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,  kardivaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam
pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada menstabilkan kondisi
pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu
pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan
akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di
rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan 
postoperasi  sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
  Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
Faktor yang berpengaruh postopersi, yaitu:
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui
ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma
ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien,
seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat
penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase
sangat penting untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus
balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau
justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait
dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko
besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side
railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan
yang tepat juga kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya. 
  Tindakan:
1.      Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen  luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian  memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein
dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas
dinding kapiler.
2.      Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang
dikuncupkan.
3.      Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis
atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada
tempat duduk guna untuk memperlancar vena.
4.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan
sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang
cukup.
5.      Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta
mencegah terjadinya retensi urine.
6.      Mobilisasi dini,  dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret
dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7.      Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara  terapeutik.
8.      Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
9.      Discharge Planning. Merencanakan  kepulangan pasien dan memberikan informasi
kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada
klien (sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.
2.7   Manajemen Luka
A.     Pengertian luka
Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga megganggu aktivitas sehari-hari.
B.      Jenis luka
Berdasarkan sifat kejadiannya, luka dibagi dua jenis, yaitu luka disengaja dan luka tidak
disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka
tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja juga dibagi
menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Luka tertutup yaitu tidak terjadi robekan,
sedangkan luka terbuka yaitu jika terjadi robekan dan terlihat. Luka terbuka seperti luka
abrasi (akibat gesekan), luka puncture (akibat tusukan), dan luka hautration (akibat alat-
alat yang digunakan dalam perawatan luka). Di bidang kebidanan, luka yang sering
terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea, atau luka saat proses
persalinan.
Berdasarkan penyebabnya, dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Luka mekanik, diantaranya:
a.      Vulnus scissum, luka sayat akibat benda tajam. Pinggir lukanya terlihat rapi.
b.      vulnus contusum, luka memar karena cedera pada jaringan bawah kulit akibat
benturan benda tumpul.
c.       vulnus lateratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
d.      vulnus puncture, luka tusuk yang kecil di bagian luar, tetapi besar di bagian dalam.
e.      vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru.
f.        vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g.      vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke
pembuluh darah.
2.      Luka nonmekanik, terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi, atau sengatan
listrik.

C.      Proses penyembuhan luka


Poses penyembuhan luka melalui empat tahap, yaitu:
1.      Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka.
Pada tahap ini, terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan
mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel
darah putih ke daerah yang rusak.
2.      Tahap destruktif. Pada tahap ini, terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
dan makrofag.
3.      Tahap poliferatif. Pada tahap ini, pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan
menginfiltrasi luka.
4.      Tahap maturasi. Pada tahap ini, terjadi reepitelisasi, kontraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat.

D.     Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka


Proses penyembuhan luka di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1.      Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaan darah
yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2.      Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lama.
3.      Usia, kecepatan perbaikan sel  berlangsung sejalan dengan pertumbuhan  atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan
sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan.
4.      Penyakit lain, misalnya seperti diabetes melitus dan ginjal, dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
5.      Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel karena kandungan zat
gizi didalam. Sebagai contoh, vitamin A berfungsi untuk membantu proses epitelisasi
atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada
sistem enzin yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C
dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk
kapiler-kapiler darah; dan vitamin K yang membantu sintesis protombin dan berfungsi
sebagai zat pembekuan darah.
6.      Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stres, memengaruhi proses penyembuhan
luka yang lebih lama.

E.      Masalah yang terjadi pada luka bedah


1.      Pendarahan, masalah yang ditandai dengan adanya pendarahan yang disertai
perubahan tanda vital seperti adanya denyut nadi, kenaikan pernefasan, penurunan
tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin
dan lembab.
2.      Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit  kemerahan, demam atau panas
rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, serta adanya
kenaikan leukosit.
3.      Dehiscene , merupakan pecahnya luka secara sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi, terjadinya
trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu tubuh (demam), takikardia,
dan rasa nyeri pada daerah luka.

F.       Cara menjahit luka


Menjahit luka merupakan cara yang dilakukan untuk menutup luka melalui jahitan.
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pendarahan, infeksi silang, dan
mempercepat proses penyembuhan.
Persiapan alat dan bahan:
1.      Pinset anatomi.
2.      Pinset cirurghi.
3.      Gunting steril.
4.      Naald voerder.
5.      Jarum.
6.      Benang.
7.      Larutan betadine.
8.      Alkohol 70%.
9.      Obat anestesia.
10.  Spuit.
11.  Duk steril.
12.  Pisau steril.
13.  Gunting perban.
14.  Plester/pembalut.
15.  Bengkok.
16.  Kasa steril.
17.  Mangkok kecil.
18.  Handscoon steril.
Prosedur kerja: 
1.      Menyapa dan memperkenalkan diri kepada  klien dengan ramah dan sopan.
2.      Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3.      Cuci tangan
4.      Menutup sampiran
5.      Persiapan alat
6.      Gunakan handscoon steril.
7.      Larutkan desinfeksi pada daerah yang akan dijahit dengan betadin dan alkohol 70%,
kemudian lakukan anestesia pada daerah yang akan dijahit.
8.      Lakukan jahitan pada daerah yang dikehendaki dengan menggunakan teknik mejahit
yang telah disesuaikan dengan kondisi luka.
9.      Berikan obat betadine.
10.  Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
11.  Lakukan pembalutan.
12.  Catat perubahan keadaan luka.
13.  Cuci tangan.

G.     Perawatan luka
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1.      Pinset anatomi.
2.      Pinsen cirughi.
3.      Gunting steril.
4.      Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya.
5.      Larutan H2O2.
6.      Larutan boorwater.
7.      NaCl 0,9 %.
8.      Gunting perban.
9.      Pester/pembalut.
10.  Bengkok.
11.  Kasa steril.
12.  Mangkok steril.
13.  Handscoon steril.
14.  Obat luka/betadin.
Prosedur kerja:
1.      Menyapa dan memperkenalkan diri kepada  klien dengan ramah dan sopan.
2.      Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3.      Cuci tangan
4.      Menutup sampiran
5.      Persiapan alat
6.      Menggunakan sarung tangan steril.
7.      Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8.      Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H 2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya  dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9.      Berikan obat luka.
10.  Tutup luka dengan kasa steril.
11.  Balut luka.
12.  Catat perubahan keadaan luka.
13.  Cuci tangan.

H.     Cara mengangkat dan mengambil jahitan


Mengangkat atau mengambil jahitan pada luka bedah dilakukan dengan
memotongsimpul jahitan. Tujuannya untuk mencegah infeksi silang dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1.      Pinset anatomi.
2.      Pinsen cirughi.
3.      Gunting angkat jahitan steril.
4.      Arteri klem.
5.      Larutan H2O2, boorwater, savlon/lisol atau larutan yang lainnya sesuai kebutuhan.
6.      Lidi kapas (lidi yang dilapisi kapas pada ujungnya)
7.      Alkohol 70%.
8.      Gunting perban.
9.      Pester/pembalut.
10.  Bengkok.
11.  Kasa steril.
12.  Mangkok steril.
13.  Handscoon steril.
14.  Obat luka.
15.  Gunting pembalut.

Prosedur kerja:
1.      Menyapa dan memperkenalkan diri kepada  klien dengan ramah dan sopan.
2.      Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3.      Cuci tangan
4.      Menutup sampiran
5.      Persiapan alat
6.      Menggunakan sarung tangan steril.
7.      Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8.      Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H 2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya  dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9.      Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting
benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.
10.  Tekan daerah sekitar luka hingga nanah tidak ada.
11.  Berikan obat luka.
12.  Tutup luka dengan kasa steril.
13.  Catat perubahan keadaan luka.
14.  Cuci tangan.

Contoh gambar teknik menjahit luka.


BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah
dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan  masa setelah dilakukan  pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan  dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah,
dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Tindakan  prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien. 

3.2   Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah. Jakarta :


EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi. Jakarta :
EGC.
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/perawatan-bedah-kebidanan.html
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan-
perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011
Hidayat, Musrifatul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai