1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan asuhan
pre bedah dan pasca bedah.
b. Mahasiswa mampu menerapkan peran tenaga kesehatan dengan melakukan cara
perawatan asuhan serta persiapan pasien pre dan pasa bedah pada kasus kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perioprasi
Perioprasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai
sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah
dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
2.2 Jenis-Jenis Pembedahan
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan lokasi
berdasarkan lokasinya , pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks
kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah orthopedi, bedah kepala, bedah dan lain-lain.
Jenis-jenis pembedahan berdasarkan tujuan
Berdasarkan tujuaannya pembedahan dibagi menjadi:
1. Pembedahan diagnosis, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit
seperti biopsi, eksplorasi, dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit, misalnya
pembedahan apendektomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaikideformitas, menyambungdaerah
yang terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti
rhinoplasti.
2.3 Pengertian Anestesia
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan
hilang rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika
dilakukan tindakan pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang
diberikan sesuai dengan jenis pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang
dibutuhkan selama operasi dilakukan.
Jenis-jenis anestesia
1. Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan
menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada
umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2. Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian
tubuh tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh
tersebut. Metode umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok
regional intravena dengan torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
3. Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang
akan dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan
adalah infiltrasi atau topikal.
4. Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara
artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk
mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan
adalah hipnotis.
5. Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan
merangsang keluarnya endofrin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak
digunakan adalah jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
2.4 Asuhan Dan Persiapan Pasien Preoperasi (Pra Bedah)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pegetahuan tentang
persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan
yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan
klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta
petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut.
Rencana tindakan :
1. Pemberian pendidikan kesehatan prabedah.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya
tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di
perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan
setelah bedah.
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung
dapat menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai
dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
4. Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut :
a. Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b. Tempatkan tangan diatas perut.
c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d. Tahan napas 3 detik.
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah
napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.
5. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi
otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat
tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata
pada tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat
tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
6. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus,
merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas,
pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bsa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan
menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan
tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
a. Cek identitas pasien.
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang,
dan lain-lain.
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d. Lepaskan kontak lensa.
e. Lepaskan protesis..
f. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
g. Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
2.5 Perawatan intaoperasi (Bedah)
Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai
masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauanfisiologis
perubahan tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan.
Selain itu lakukan pengkajian trhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia
yang diberikan.
Rencana tindakan:
1. Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar
harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam
celana atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta
gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3. Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di
ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan,
nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah
setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,trendelenburg,
litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.
5. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan
dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat,
potensi yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen,
atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya
di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah
steril dan tidak.
7. Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
8. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan embedahan.
G. Perawatan luka
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Persiapan alat dan bahan:
1. Pinset anatomi.
2. Pinsen cirughi.
3. Gunting steril.
4. Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya.
5. Larutan H2O2.
6. Larutan boorwater.
7. NaCl 0,9 %.
8. Gunting perban.
9. Pester/pembalut.
10. Bengkok.
11. Kasa steril.
12. Mangkok steril.
13. Handscoon steril.
14. Obat luka/betadin.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H 2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Berikan obat luka.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Balut luka.
12. Catat perubahan keadaan luka.
13. Cuci tangan.
Prosedur kerja:
1. Menyapa dan memperkenalkan diri kepada klien dengan ramah dan sopan.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan
4. Menutup sampiran
5. Persiapan alat
6. Menggunakan sarung tangan steril.
7. Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset.
8. Bersihkan luka dengan menggunakan kapas/savlon, H 2O2, Boorwater, atau NaCl 0.9
%. Penggunaannya dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
9. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting
benang dan tarik dengan hati-hati. Lalu benang dibuang pada kasa yang disediakan.
10. Tekan daerah sekitar luka hingga nanah tidak ada.
11. Berikan obat luka.
12. Tutup luka dengan kasa steril.
13. Catat perubahan keadaan luka.
14. Cuci tangan.
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA