1. 1. Pengertian
Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang dimulai saat klien dan
keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang
operasi.
1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk memperoleh infomasi dalam menegakkan diagnosis
pasti dari suatu penyakit.
2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala
penyakit dan tidak menyembuhkan.
3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan bagian tubuh yang
berpenyakit untuk proses penyembuhan, contoh amputasi.
4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi atau penampilan yang
telah hilang atau menurun, contoh implantasi payudara, dagu, hidung, dll.
5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti struktur tubuh yang tidak berfungsi, contoh
transplantasi ginjal.
1. 3. Faktor Resiko
Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika keadaan umum klien baik. Masalah kesehatan umum
yang dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor penyebab ditundanya suatu tindakan operasi adalah
malnutrisi, stres, obesitas, hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus, gangguan pada pembekuan
darah, dan penyakit lain yang menjadi kontraindikasi tindakan operasi.
1. 5. Pesiapan Psikologis
Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi yang mampu mengatasi kebutuhan psikologis klien adalah :
1) Informasi
Informasi yang jelas tentang persiapan operasi merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi kecemasan
klien. Informasi yang dimaksud meliputi apa yang akan dialami klien, berapa biaya yang dibutuhkan, kapan
tindakannya dilakukan, siapa dokter penanggung jawab, apa yang akan rasakan klien pasca tindakan, dan apa
yang harus dilakukan klien dan keluarga.
2) Dukungan psikosial
Keberadaan orang terdekat selama perawatan pra operasi sangat penting dalam upaya mengatasi kecemasan
klien. Keberadaan petugas kesehatan (perawat atau dokter) juga merupakan dukungan sosial yang penting yang
sangat dibutuhkan klien selama perawatan pra operasi.
3) Peran klien dan keluarga
Peran klien dan keluarga meliputi melaksanakan semua peraturan pra operasi dan bertanya kepada perawat atau
dokter yang merawat jika mengalamai kesulitan dan membutuhkan bantuan informasi.
4) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan untuk mengatasi kecemasan klien pasca tindakan operasi yang
dialami.
Pelatihan keterampilan ini meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas dalam, latihan batuk efektif, cara
menyokong luka operasi yang benar.
1. 6. Persiapan Fisik
1. Sarapan ringan (mis. Teh dan roti) diperbolehkan 6 jam sebelum prosedur.
3. Untuk mengatasi rasa haus selama periode puasa, basuh mulut dengan kain atau kasa basa.
1. Pengosongan usus dengan enema harus dilakukan pada klien yang akan menjalani
pembedahan usus.
2. Pemasangan kateter retensi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandung kemih telah
kosong.
2. Mencukur bulu atau rambut pada area yang akan dilakukan operasi jika ada.
3. Menggunting kuku .
5. Melepas semua perhiasan dan prostesis (bagian tubuh palsu) seperti gigi palsu, lensa kontak,
kacamata, wig, bulu mata palsu, dan lain lain.
1) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan 2 atau 3 setelah kilen sadar dan berada diruangan perawatan.
Mobilisasi dini dilakukan dengan cara :
2. Kedua kaki ditekuk dengan posisi kedua telapak kaki rata. Hitung selama 1 – 3, kemudian kaki
diluruskan kembali.
3. Gerakkan jari jari kaki mengahadap ke bagian tubuh atas atau ke arah kepala. Hitung selama 1
– 3, kemudian rilekaskan kembali.
4. Tekukkan kaki kiri diatas tempat tidur, dan angkat kaki kanan secara rata (lutut tidak ditekuk),
hitung selama 1-3 dan rileks kembali. Lakukan pada kaki yang berlawanan.
2) Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau sulit bernapas, merasa
tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :
2. Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.
3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.
5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga posisi bibir
seperti bersiul.
3) Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk yang tidak efektif dapat
menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :
2. Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan tekanan
lembut)
3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.
5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan posisi bibir
seperti bersiul.
7. Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.
Daftar Pustaka
1. Kozier, Barbara, dkk, (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik,
Edisi 7, Volume 2. EGC : Jakarta
Perawatan Pre Operasi (Persiapan Sebelum Operasi)
1. 1. Pengertian
Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang dimulai saat klien dan
keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang
operasi.
1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk memperoleh infomasi dalam menegakkan diagnosis
pasti dari suatu penyakit.
2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala
penyakit dan tidak menyembuhkan.
3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan bagian tubuh yang
berpenyakit untuk proses penyembuhan, contoh amputasi.
4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi atau penampilan yang
telah hilang atau menurun, contoh implantasi payudara, dagu, hidung, dll.
5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti struktur tubuh yang tidak berfungsi, contoh
transplantasi ginjal.
1. 3. Faktor Resiko
Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika keadaan umum klien baik. Masalah kesehatan umum
yang dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor penyebab ditundanya suatu tindakan operasi adalah
malnutrisi, stres, obesitas, hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus, gangguan pada pembekuan
darah, dan penyakit lain yang menjadi kontraindikasi tindakan operasi.
1. 5. Pesiapan Psikologis
Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi yang mampu mengatasi kebutuhan psikologis klien adalah :
1) Informasi
Informasi yang jelas tentang persiapan operasi merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi kecemasan
klien. Informasi yang dimaksud meliputi apa yang akan dialami klien, berapa biaya yang dibutuhkan, kapan
tindakannya dilakukan, siapa dokter penanggung jawab, apa yang akan rasakan klien pasca tindakan, dan apa
yang harus dilakukan klien dan keluarga.
2) Dukungan psikosial
Keberadaan orang terdekat selama perawatan pra operasi sangat penting dalam upaya mengatasi kecemasan
klien. Keberadaan petugas kesehatan (perawat atau dokter) juga merupakan dukungan sosial yang penting yang
sangat dibutuhkan klien selama perawatan pra operasi.
3) Peran klien dan keluarga
Peran klien dan keluarga meliputi melaksanakan semua peraturan pra operasi dan bertanya kepada perawat atau
dokter yang merawat jika mengalamai kesulitan dan membutuhkan bantuan informasi.
4) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan untuk mengatasi kecemasan klien pasca tindakan operasi yang
dialami.
Pelatihan keterampilan ini meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas dalam, latihan batuk efektif, cara
menyokong luka operasi yang benar.
1. 6. Persiapan Fisik
1. Sarapan ringan (mis. Teh dan roti) diperbolehkan 6 jam sebelum prosedur.
3. Untuk mengatasi rasa haus selama periode puasa, basuh mulut dengan kain atau kasa basa.
1. Pengosongan usus dengan enema harus dilakukan pada klien yang akan menjalani
pembedahan usus.
2. Pemasangan kateter retensi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandung kemih telah
kosong.
2. Mencukur bulu atau rambut pada area yang akan dilakukan operasi jika ada.
3. Menggunting kuku .
5. Melepas semua perhiasan dan prostesis (bagian tubuh palsu) seperti gigi palsu, lensa kontak,
kacamata, wig, bulu mata palsu, dan lain lain.
1) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan 2 atau 3 setelah kilen sadar dan berada diruangan perawatan.
Mobilisasi dini dilakukan dengan cara :
2. Kedua kaki ditekuk dengan posisi kedua telapak kaki rata. Hitung selama 1 – 3, kemudian kaki
diluruskan kembali.
3. Gerakkan jari jari kaki mengahadap ke bagian tubuh atas atau ke arah kepala. Hitung selama 1
– 3, kemudian rilekaskan kembali.
4. Tekukkan kaki kiri diatas tempat tidur, dan angkat kaki kanan secara rata (lutut tidak ditekuk),
hitung selama 1-3 dan rileks kembali. Lakukan pada kaki yang berlawanan.
2) Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau sulit bernapas, merasa
tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :
2. Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.
3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.
5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga posisi bibir
seperti bersiul.
3) Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk yang tidak efektif dapat
menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :
2. Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan tekanan
lembut)
3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.
5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan posisi bibir
seperti bersiul.
6. Ulangi tekhnik dapas dalam (c,d,e) selama 2 sampai 3 kali.
7. Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.
Daftar Pustaka
1. Kozier, Barbara, dkk, (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik,
Edisi 7, Volume 2. EGC : Jakarta
Contoh SAP Pre Operasi dan Post Operasi
May 02, 2017
Disusun Oleh
Mahasiswa Profesi UNAIR
Topik:
Operasi
Sub Topik:
Sasaran:
Hari, Tanggal:
Tempat:
Pelaksana:
Waktu:
2. Tujuan Khusus
B. Pokok Bahasan
1. Menjelaskan pengertian operasi
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media
1. Flipchart
2. Leaflet
2. Pembimbing Klinik
3. Penyaji
4. Moderator
6. Fasilitator
G. Job Description
1. Penyaji
2. Moderator
3. Fasilitator
H. Setting Tempat
I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
2. Kriteria Proses
3. Kriteria Hasil
A. Pengertian Operasi
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu
bagian tubuh yang mencakup fase pra-operatif, intra-
operatif, dan pasca-operatif (post-operatif) yang pada
umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan.
B. Tipe Operasi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan sebagai
berikut (Smeltzer dan Bare, 2008):
1. Diagnostik
2. Kuratif
3. Reparatif
5. Paliatif
o Mayor
1. Persiapan fisik
Status nutrisi
Personal hygiene
Latihan pre-operasi
2. Persiapan penunjang
Manajemen luka
Mobilisasi dini
Rehabilitasi
Discharge Planning
Nutrisi
Mobilisasi bertahap
3. Perdarahan
4. Hipertermi maligna
5. Hipotermi
Disusun Oleh :
kelompok 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang
rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan
pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis
pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi
dilakukan.
a. Jenis-jenis anestesia
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode
pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh
tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode
umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan
torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi
atau topikal.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial
sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk
mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah
hipnotis.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah
jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh
tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.
http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html