Anda di halaman 1dari 45

Perawatan Pre Operasi (Persiapan Sebelum Operasi)

1. 1. Pengertian

Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang dimulai saat klien dan
keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang
operasi.

1. 2. Jenis & Tujuan Tindakan Operasi

1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk memperoleh infomasi dalam menegakkan diagnosis
pasti dari suatu penyakit.
2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala
penyakit dan tidak menyembuhkan.
3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan bagian tubuh yang
berpenyakit untuk proses penyembuhan, contoh amputasi.
4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi atau penampilan yang
telah hilang atau menurun, contoh implantasi payudara, dagu, hidung, dll.
5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti struktur tubuh yang tidak berfungsi, contoh
transplantasi ginjal.

1. 3. Faktor Resiko

Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika keadaan umum klien baik. Masalah kesehatan umum
yang dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor penyebab ditundanya suatu tindakan operasi adalah
malnutrisi, stres, obesitas, hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus, gangguan pada pembekuan
darah, dan penyakit lain yang menjadi kontraindikasi tindakan operasi.

1. 4. Persiapan sebelum Operasi

1) Formulir Persetujuan / Informed consent


Informed consent merupakan formulir persetujuan yang membuktikan bahwa klien dan keluarga benar
membutuhkan tindakan operasi, dan bersedia untuk dilakukan tindakan operasi terhadap klien. Formulir ini
disediakan oleh pihak rumah sakit, dan ditanda tangani jika klien dan keluarga telah mendapat penjelasan yang
jelas dari petugas (dokter atau perawat) tentang tindakan operasi yang akan dilakukan.
2) Hasil Pemeriksaan Penunnjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pre operasi seperti pemeriksaan darah, urin, dahak, dan lain lain harus
menunjukkan hasil yang normal.
Hasil pemeriksaan lain sepert foto rontgen, USG, EKG, dan lain lain juga harus disiapkan sebelum tindakan
operasi dilakukan.
3) Persiapan Khusus
Pemeriksaan golongan darah anggota keluarga merupakan persiapan yang sangat penting untuk mempersiapkan
kebutuhan darah bagi klien jika klien membutukan transfusi darah pasca tindakan.

1. 5. Pesiapan Psikologis

Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi yang mampu mengatasi kebutuhan psikologis klien adalah :
1) Informasi
Informasi yang jelas tentang persiapan operasi merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi kecemasan
klien. Informasi yang dimaksud meliputi apa yang akan dialami klien, berapa biaya yang dibutuhkan, kapan
tindakannya dilakukan, siapa dokter penanggung jawab, apa yang akan rasakan klien pasca tindakan, dan apa
yang harus dilakukan klien dan keluarga.
2) Dukungan psikosial
Keberadaan orang terdekat selama perawatan pra operasi sangat penting dalam upaya mengatasi kecemasan
klien. Keberadaan petugas kesehatan (perawat atau dokter) juga merupakan dukungan sosial yang penting yang
sangat dibutuhkan klien selama perawatan pra operasi.
3) Peran klien dan keluarga
Peran klien dan keluarga meliputi melaksanakan semua peraturan pra operasi dan bertanya kepada perawat atau
dokter yang merawat jika mengalamai kesulitan dan membutuhkan bantuan informasi.

4) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan untuk mengatasi kecemasan klien pasca tindakan operasi yang
dialami.
Pelatihan keterampilan ini meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas dalam, latihan batuk efektif, cara
menyokong luka operasi yang benar.

1. 6. Persiapan Fisik

1) Pembatasan Nutrisi dan Cairan


Program puasa merupakan program penting sebelum operasi dilakukan. Puasa dilakukan karena obat obatan
anastetik diyakini dapat menekan fungsi gastrointestinal dan akan berbahaya jika klien mengalami muntah dan
aspirasi selama pemberian anastetik umum.
Menurut Crenshaw dan Winslow (2002) dalam Kozier (2010) program puasa mempebolehkan :

1. Sarapan ringan (mis. Teh dan roti) diperbolehkan 6 jam sebelum prosedur.

2. Makan malam yang lebih berat 8 jam sebelum pembedahan.

3. Untuk mengatasi rasa haus selama periode puasa, basuh mulut dengan kain atau kasa basa.

2) Eliminasi ; Pengosongan Usus dan Kandung Kemih


Pengosongan isi perut dan kandung kemih dilakukan untuk mencegah cidera yang tidak perlu pada kandung
kemih dan mencegah penyebaran infeksi dari isi usus selama pembedahan.

1. Pengosongan usus dengan enema harus dilakukan pada klien yang akan menjalani
pembedahan usus.

2. Pemasangan kateter retensi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandung kemih telah
kosong.

3) Higiene (kebersihan diri)


Kebersihan diri sebelum tindakan operasi harus dilakukan untuk menurunkan resiko infeksi luka.

1. Mandi disore hari atau dipagi hari sebelum pembedahan dilakukan.

2. Mencukur bulu atau rambut pada area yang akan dilakukan operasi jika ada.

3. Menggunting kuku .

4. Menggunakan kap kepala untuk mencegah penyebaran mikroorganisme dari rambut.

5. Melepas semua perhiasan dan prostesis (bagian tubuh palsu) seperti gigi palsu, lensa kontak,
kacamata, wig, bulu mata palsu, dan lain lain.

6. Mengenakan baju atau gown khusus untuk operasi.

4) Istirahat dan Tidur


Istrahat yang cukup harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembedahan. Istirahat yang adekuat membantu klien
mengatasi stres pemebdahan dan membantu penyembuhan.
5) Medikasi (obat-obatan)
Pastikan bahwa obat-obatan yang dibutuhkan atau diresepkan harus sudah disiapkan dengan lengkap sebelum
klien berangkat keruang operasi.
1. 7. Tekhnik Keterampilan Pasca Operasi

1) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan 2 atau 3 setelah kilen sadar dan berada diruangan perawatan.
Mobilisasi dini dilakukan dengan cara :

1. Posisi klien terlentang atau semifowler.

2. Kedua kaki ditekuk dengan posisi kedua telapak kaki rata. Hitung selama 1 – 3, kemudian kaki
diluruskan kembali.

3. Gerakkan jari jari kaki mengahadap ke bagian tubuh atas atau ke arah kepala. Hitung selama 1
– 3, kemudian rilekaskan kembali.

4. Tekukkan kaki kiri diatas tempat tidur, dan angkat kaki kanan secara rata (lutut tidak ditekuk),
hitung selama 1-3 dan rileks kembali. Lakukan pada kaki yang berlawanan.

2) Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau sulit bernapas, merasa
tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :

1. Posisi klien setengah duduk ( semi fowler)

2. Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.

3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.

4. Tahan napas selama 2 – 3 detik.

5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga posisi bibir
seperti bersiul.

3) Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk yang tidak efektif dapat
menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :

1. Cuci tangan dengan langkah yang benar.

2. Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan tekanan
lembut)

3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.

4. Tahan napas selama 2 – 3 detik.

5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan posisi bibir
seperti bersiul.

6. Ulangi tekhnik dapas dalam (c,d,e) selama 2 sampai 3 kali.

7. Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.
Daftar Pustaka

1. Kozier, Barbara, dkk, (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik,
Edisi 7, Volume 2. EGC : Jakarta
Perawatan Pre Operasi (Persiapan Sebelum Operasi)

1. 1. Pengertian

Perawatan pre operasi merupakan suatu proses perawatan sebelum operasi, yang dimulai saat klien dan
keluarga mengambil keputusan untuk dilakukan operasi dan berakhir ketika klien berpindah atau berada di ruang
operasi.

1. 2. Jenis & Tujuan Tindakan Operasi

1) Diagnostik, yaitu jenis operasi yang dilakukan untuk memperoleh infomasi dalam menegakkan diagnosis
pasti dari suatu penyakit.
2) Paliatif, yaitu tindakan operasi yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi nyeri atau gejala
penyakit dan tidak menyembuhkan.
3) Ablatif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan dengan cara pengangkatan bagian tubuh yang
berpenyakit untuk proses penyembuhan, contoh amputasi.
4) Konstruktif, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki fungsi atau penampilan yang
telah hilang atau menurun, contoh implantasi payudara, dagu, hidung, dll.
5) Transplantasi, yaitu tindakan pembedahan yang mengganti struktur tubuh yang tidak berfungsi, contoh
transplantasi ginjal.

1. 3. Faktor Resiko

Tindakan operasi dapat menimbulkan sedikit resiko jika keadaan umum klien baik. Masalah kesehatan umum
yang dapat meningkatkan resiko dan dapat menjadi faktor penyebab ditundanya suatu tindakan operasi adalah
malnutrisi, stres, obesitas, hipertensi, gangguan fungsi jantung, diabetes melitus, gangguan pada pembekuan
darah, dan penyakit lain yang menjadi kontraindikasi tindakan operasi.

1. 4. Persiapan sebelum Operasi

1) Formulir Persetujuan / Informed consent


Informed consent merupakan formulir persetujuan yang membuktikan bahwa klien dan keluarga benar
membutuhkan tindakan operasi, dan bersedia untuk dilakukan tindakan operasi terhadap klien. Formulir ini
disediakan oleh pihak rumah sakit, dan ditanda tangani jika klien dan keluarga telah mendapat penjelasan yang
jelas dari petugas (dokter atau perawat) tentang tindakan operasi yang akan dilakukan.
2) Hasil Pemeriksaan Penunnjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pre operasi seperti pemeriksaan darah, urin, dahak, dan lain lain harus
menunjukkan hasil yang normal.
Hasil pemeriksaan lain sepert foto rontgen, USG, EKG, dan lain lain juga harus disiapkan sebelum tindakan
operasi dilakukan.
3) Persiapan Khusus
Pemeriksaan golongan darah anggota keluarga merupakan persiapan yang sangat penting untuk mempersiapkan
kebutuhan darah bagi klien jika klien membutukan transfusi darah pasca tindakan.

1. 5. Pesiapan Psikologis

Empat dimensi tindakan perawatan sebelum operasi yang mampu mengatasi kebutuhan psikologis klien adalah :
1) Informasi
Informasi yang jelas tentang persiapan operasi merupakan kebutuhan utama yang dapat mengatasi kecemasan
klien. Informasi yang dimaksud meliputi apa yang akan dialami klien, berapa biaya yang dibutuhkan, kapan
tindakannya dilakukan, siapa dokter penanggung jawab, apa yang akan rasakan klien pasca tindakan, dan apa
yang harus dilakukan klien dan keluarga.
2) Dukungan psikosial
Keberadaan orang terdekat selama perawatan pra operasi sangat penting dalam upaya mengatasi kecemasan
klien. Keberadaan petugas kesehatan (perawat atau dokter) juga merupakan dukungan sosial yang penting yang
sangat dibutuhkan klien selama perawatan pra operasi.
3) Peran klien dan keluarga
Peran klien dan keluarga meliputi melaksanakan semua peraturan pra operasi dan bertanya kepada perawat atau
dokter yang merawat jika mengalamai kesulitan dan membutuhkan bantuan informasi.

4) Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan sangat penting dilakukan untuk mengatasi kecemasan klien pasca tindakan operasi yang
dialami.
Pelatihan keterampilan ini meliputi mobilisasi dini pasca operasi, latihan napas dalam, latihan batuk efektif, cara
menyokong luka operasi yang benar.

1. 6. Persiapan Fisik

1) Pembatasan Nutrisi dan Cairan


Program puasa merupakan program penting sebelum operasi dilakukan. Puasa dilakukan karena obat obatan
anastetik diyakini dapat menekan fungsi gastrointestinal dan akan berbahaya jika klien mengalami muntah dan
aspirasi selama pemberian anastetik umum.
Menurut Crenshaw dan Winslow (2002) dalam Kozier (2010) program puasa mempebolehkan :

1. Sarapan ringan (mis. Teh dan roti) diperbolehkan 6 jam sebelum prosedur.

2. Makan malam yang lebih berat 8 jam sebelum pembedahan.

3. Untuk mengatasi rasa haus selama periode puasa, basuh mulut dengan kain atau kasa basa.

2) Eliminasi ; Pengosongan Usus dan Kandung Kemih


Pengosongan isi perut dan kandung kemih dilakukan untuk mencegah cidera yang tidak perlu pada kandung
kemih dan mencegah penyebaran infeksi dari isi usus selama pembedahan.

1. Pengosongan usus dengan enema harus dilakukan pada klien yang akan menjalani
pembedahan usus.

2. Pemasangan kateter retensi harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandung kemih telah
kosong.

3) Higiene (kebersihan diri)


Kebersihan diri sebelum tindakan operasi harus dilakukan untuk menurunkan resiko infeksi luka.

1. Mandi disore hari atau dipagi hari sebelum pembedahan dilakukan.

2. Mencukur bulu atau rambut pada area yang akan dilakukan operasi jika ada.

3. Menggunting kuku .

4. Menggunakan kap kepala untuk mencegah penyebaran mikroorganisme dari rambut.

5. Melepas semua perhiasan dan prostesis (bagian tubuh palsu) seperti gigi palsu, lensa kontak,
kacamata, wig, bulu mata palsu, dan lain lain.

6. Mengenakan baju atau gown khusus untuk operasi.

4) Istirahat dan Tidur


Istrahat yang cukup harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembedahan. Istirahat yang adekuat membantu klien
mengatasi stres pemebdahan dan membantu penyembuhan.
5) Medikasi (obat-obatan)
Pastikan bahwa obat-obatan yang dibutuhkan atau diresepkan harus sudah disiapkan dengan lengkap sebelum
klien berangkat keruang operasi.

1. 7. Tekhnik Keterampilan Pasca Operasi

1) Mobilisasi dini
Mobilisasi dini dilakukan 2 atau 3 setelah kilen sadar dan berada diruangan perawatan.
Mobilisasi dini dilakukan dengan cara :

1. Posisi klien terlentang atau semifowler.

2. Kedua kaki ditekuk dengan posisi kedua telapak kaki rata. Hitung selama 1 – 3, kemudian kaki
diluruskan kembali.

3. Gerakkan jari jari kaki mengahadap ke bagian tubuh atas atau ke arah kepala. Hitung selama 1
– 3, kemudian rilekaskan kembali.

4. Tekukkan kaki kiri diatas tempat tidur, dan angkat kaki kanan secara rata (lutut tidak ditekuk),
hitung selama 1-3 dan rileks kembali. Lakukan pada kaki yang berlawanan.

2) Napas dalam
Napas dalam dilakukan saat klien mengalami rasa ketidaknyamanan seperti sesak atau sulit bernapas, merasa
tidak puas saat bernpas, atau merasa nyeri pasca tindakan operasi.
Napas dalam dilakukan dengan cara :

1. Posisi klien setengah duduk ( semi fowler)

2. Letakkan kedua telapak tangan diatas dada tepatnya dibawah batas tulang rusuk.

3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.

4. Tahan napas selama 2 – 3 detik.

5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut denga posisi bibir
seperti bersiul.

3) Batuk efektif
Batuk efektif dilakukan jika klien mengalami ketidaknyaman pada tenggorokkan. Batuk yang tidak efektif dapat
menimbulkan nyeri pada luka pembedahan teutama luka operasi pada area dada dan perut.
Batuk efektif dilakukan dengan cara :

1. Cuci tangan dengan langkah yang benar.

2. Letakkan tangan pada dada, perut, atau pada area luka pasca operasi (dengan tekanan
lembut)

3. Tarik napas secara perlahan dan dalam melalui hidung sampai dada mengembang penuh.

4. Tahan napas selama 2 – 3 detik.

5. Kemudian hembuskan napas dengan perlahan dan panjang melui mulut dengan posisi bibir
seperti bersiul.
6. Ulangi tekhnik dapas dalam (c,d,e) selama 2 sampai 3 kali.

7. Pada napas dalam yang ke 3, tahan napas 2-3 detik, dan batukkan secara perlahan.

Daftar Pustaka

1. Kozier, Barbara, dkk, (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik,
Edisi 7, Volume 2. EGC : Jakarta
Contoh SAP Pre Operasi dan Post Operasi
May 02, 2017

Satuan Acara Penyuluhan Kesehatan


Persiapan Pre Operasi dan Post Operasi
di Ruang Merak RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Disusun Oleh
Mahasiswa Profesi UNAIR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KOTA SURABAYA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik:

 Operasi

Sub Topik:

 Persiapan Pre Operasi dan Post Operasi

Sasaran:

 Pasien dan keluarga pasien Ruang Merak

Hari, Tanggal:

 Kamis, 4 Agustus 2016

Tempat:

 Ruang Tunggu Rawat Inap Merak RSUD Dr. Soetomo


Surabaya

Pelaksana:

 Mahasiswa Program Profesi Pendidikan Ners Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga dan Tim PKRS RSUD Dr.
Soetomo Surabaya

Waktu:

 Pukul 10.30 - 11.15 WIB


A. Tujuan
1. Tujuan Umum

 Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan


para peserta penyuluhan mengerti dan memahami hal-hal
yang berkaitan dengan persiapan pre operasi
dan post operasi.

2. Tujuan Khusus

 Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 45 menit,


diharapkan peserta penyuluhan kesehatan mampu:

o Mengetahui pengertian operasi

o Mengetahui tujuan persiapan pre operasi

o Mengetahui persiapan pasien sebelum operasi

o Mengetahui perawatan pasien setelah operasi

B. Pokok Bahasan
1. Menjelaskan pengertian operasi

2. Menjelaskan tujuan persiapan pre operasi

3. Menjelaskan persiapan pasien sebelum operasi

4. Menjelaskan persiapan dan perawatan pasien setelah


operasi

C. Metode
1. Ceramah

2. Tanya jawab
D. Media
1. Flipchart

2. Leaflet

E. Plan of Action (POA)


F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik

2. Pembimbing Klinik

3. Penyaji

4. Moderator

5. Observer dan Notulen

6. Fasilitator

G. Job Description
1. Penyaji

o Menggali pengetahuan peserta penyuluhan


tentang pre dan post operasi

o Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan


agar bisa memahami hal-hal tentang isi, makna, dan
maksud dari penyuluhan

2. Moderator

o Bertanggung jawab atas kelancaran acara

o Membuka dan menutup acara

o Mengatur waktu penyajian sesuai dengan rencana


kegiatan

3. Fasilitator

o Membantu kelancaran acara penyuluhan

o Mendorong peserta untuk bertanya kepada


penyaji
o Membagikan leaflet kepada semua peserta
penyuluhan

4. Observer dan Notulen

o Mengamati jalannya acara penyuluhan

o Mencatat pertanyaan peserta

o Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan


mulai dari awal hingga akhir

H. Setting Tempat

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur

o Kontrak waktu dan tempat diberikan satu hari


sebelum acara dilaksanakan
o Pengumpulan SAP dilakukan satu hari sebelum
pelaksanaan penyuluhan

o Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan

o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh


mahasiswa yang bekerja sama dengan Tim PKRS RSUD
Dr. Soetomo Surabaya

o Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan


dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan

2. Kriteria Proses

o Acara dimulai tepat waktu

o Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

o Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan


yang telah dijelaskan

o Peserta mendengarkan dan memperhatikan


penyuluhan

o Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA (Plan of


Action)

o Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job


description

3. Kriteria Hasil

o Peserta yang datang sejumlah 7 orang atau lebih

o Ada umpan balik positif dari peserta, seperti


dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pemateri (penyaji)

o Peserta mampu menjawab dengan benar


sebanyak 75% dari pertanyaan penyaji
Materi Penyuluhan

A. Pengertian Operasi
 Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu
bagian tubuh yang mencakup fase pra-operatif, intra-
operatif, dan pasca-operatif (post-operatif) yang pada
umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan.

 Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu


bagian tubuh. Individu dengan masalah kesehatan yang
memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula
pemberian anastesi lokal, regional, atau umum (Smeltzer &
Bare, 2008).

 Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak


pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan
dengan membuat sayatan, setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang
akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan
pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala (Sjamsuhidajat,
2010).

 Pre-operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk


menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi (Smeltzer & Bare,
2008).
 Post-operatif dimulai saat penyembuhan klien selesai
((Kozier dan Erb, 2009).

B. Tipe Operasi
 Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan sebagai
berikut (Smeltzer dan Bare, 2008):

1. Diagnostik

o Seperti dilakukan biopsi atau laparatomi


eksplorasi

2. Kuratif

o Seperti ketika meng-eksisi massa tumor atau


mengangkat apendiks yang inflamasi

3. Reparatif

o Seperti memperbaiki luka yang multipel

4. Rekonstruktif atau Kosmetik

o Seperti perbaikan wajah

5. Paliatif

o Seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau


memperbaiki masalah, contoh ketika sedang
gastrostomi dipasang untuk meng-kompensasi
terhadap kemampuan menelan makanan

 Menurut Smeltzer dan Bare (2008), pembedahan dibagi


menjadi 3 macam, yaitu pembedahan menurut faktor risiko
yang ditimbulkan, pembedahan menurut tujuannya dan
berdasarkan urgensinya

1. Pembedahan menurut faktor risiko yang


ditimbulkan:
o Minor

 Pembedahan yang menimbulkan trauma fisik


yang minimal dengan risiko kerusakan yang
minimal

 Contoh: insisi, drainase kandung kemih, dan


sirkumsisi

o Mayor

 Pembedahan yang dapat menimbulkan


trauma fisik yang luas, risiko kematian yang
serius

 Contoh: laparatomi total, bedah caesar,


mastektomi, bedah torak, dan bedah otak

2. Pembedahan menurut tujuannya:

o Mengetahui penyakit yang diderita seperti ketika


dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi

o Pengobatan untuk menyembuhkan penyakit


seperti ketika meng-eksisi massa tumor atau
mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi

o Memperbaiki deformitas atau menyambung


daerah yang terpisah

o Mengurangi gejala tetapi tidak menyembuhkan


seperti ketika menghilangkan nyeri

o Memperbaiki bentuk tubuh seperti ketika


melakukan perbaikan wajah

C. Persiapan Pasien Pre-Operasi


 Persiapan yang baik selama periode operasi membantu
menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan
pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre-operasi
dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya,
yang meliputi:

1. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang


atau berkurang (baik ungkapan secara verbal maupun
ekspresi muka)

2. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan


mobilisasi yang dilakukan setelah tindakan operasi

3. Terpelihara keseimbangn cairan, elektrolit, dan


nutrisi

4. Tidak terjadi vomitus karena aspirasi selama


pasien dalam pengaruh anastesi

5. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi


infeksi setelah tindakan operasi

6. Mendapatkan istirahat yang cukup

7. Menjelaskan tentang prosedur operasi, jadwal


operasi, serta menandatangani informed consent

8. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi


berlangsung

 Tindakan keperawatan pre-operatif merupakan


tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka
mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan
pasien intra-operatif

 Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta


persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan
suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan
persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan

 Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan pre-


operatif apapun bentuknya dapat berdampak pada tahap-
tahap selanjutnya. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik
antara masing-masing komponen yang berkompeten untuk
menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan
pasien secara paripurna

 Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi


fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

 Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap


pasien sebelum operasi menurut Brunner dan Suddarth
(2008), antara lain:

1. Persiapan fisik

 Status kesehatan fisik secara umum

 Sebelum dilakukan pembedahan,


penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan
pemeriksaan fisik lengkap seperti status
hemodinamika, kardiovaskuler, pernafasan,
fungsi ginjal, fungsi hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dll.

 Pasien harus istirahat yang cukup,


karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks. Sehingga bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil, dan bagi pasien
wanita akan memicu terjadinya haid lebih
awal

 Kebersihan lambung dan kolon

 Lambung dan kolon harus dibersihkan


terlebih dahulu sebelum melakukan
pembedahan. Refluks esofagus mudah
terjadi terutama pada permulaan
anesthesia, sehingga dapat terjadi aspirasi
isi lambung yang merupakan suatu penyulit

 Intervensi keperawatan yang bisa


diberikan diantaranya adalah pasien
dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement.

 Lamanya puasa berkisar antara 7 - 8


jam (biasanya puasa dilakukan sejak pukul
24.00

 Tujuan dari pengosongan lambung dan


kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru dan
menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan, sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan

 Khusus pada pasien yang


membutuhkan operasi CITO (segera), seperti
pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT (Naso Gastric
Tube)

 Keseimbangan cairan dan elektrolit


 Balance cairan perlu diperhatikan
dalam kaitannya
dengan input dan output cairan, demikian
juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal

 Kadar elektrolit yang biasanya


dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah
kadar natrium serum (normal: 135-145
mmol/l), kadar kalium serum (normal:3,5-5
mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70-
1,50 mg/dl)

 Keseimbangan cairan dan elektrolit


terkait erat dengan fungsi ginjal, dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolit obat-obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik, maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun
jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguria/anuria, insufisiensi renal akut,
nefritis, akut, maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal (kecuali
pada kasus yang mengancam jiwa)

 Pada penderita Diabetes Mellitus, jika


perlu dilakukan koreksi kadar gula darah dan
ketonuria. Penyulit pasca bedah paling
banyak terjadi di paru. Perokok harus
berhenti merokok sekurang-kurangnya satu
minggu sebelum rencana operasi

 Status nutrisi

 Kebutuan nutrisi ditentukan dengan


mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
desifisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan

 Kondisi gizi buruk dapat


mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit

 Komplikasi yang paling sering terjadi


adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehinga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka
yang lama. Pada kondisi yang serius pasien
dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian

 Pencukuran daerah operasi

 Pencukuran pada daerah operasi


ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi
kuman dan juga menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka

 Ada beberapa kondisi tertentu yang


tidak memerlukan pencukuran sebelum
operasi, misalnya pasien luka insisi pada
lengan

 Tindakan pencukuran (scheren) harus


dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien diberikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar
pasien merasa lebih nyaman

 Daerah yang dilakukan pencukuran


tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada
daerah sekitar perut dan paha. Contoh:
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemoroidektomi

 Selain terkait daerah pembedahan,


pencukuran pada lengan juga dilakukan
pada pemasangan infus sebelum
pembedahan, sedangkan operasi pada
daerah kepala dilakukan pencukuran sekitar
1,5-2 cm dari daerah yang akan dilakukan
operasi

 Personal hygiene

 Kebersihan tubuh pasien sangat


penting untuk persiapan operasi, karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber
kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Kulit tubuh
harus bersih, penderita harus mandi atau
dimandikan dengan larutan sabun atau
antiseptik, seperti Chlorhexidine atau larutan
yang mendandung yodium

 Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat


dianjurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaiknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri, maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene

 Pengosongan kandung kemih

 Pengosongan kandung kemih dilakukan


dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengosongan isi bladder,
tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan

 Latihan pre-operasi

 Latihan nafas dalam, untuk


mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan
dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu,
teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi
umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka
pasien dapat segera mempraktikkan hal ini
segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien

 Latihan batuk efektif

 Latihan batuk efektif juga sangat


diperlukan bagi klien terutama yang
mengalami operasi dengan anastesi
general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu
nafas selama dalam kondisi ter-
anastesi sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman
pada tenggorokan dengan banyaknya
lendir di tenggorokan

 Latihan batuk efektif sangat


bermanfaat bagi pasien setelah operasi
untuk mengeluarkan lendir (sekret).
Pasien dapat dilatih dengan cara:
pasien condong ke depan dari posisi
semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan
letakkan melintang di atas incisi
sebagai bebat ketika batuk kemudian
pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali)

 Latihan gerak sendi

 Latihan gerak sendi merupakan


hal yang sangat penting bagi pasien
hingga setelah operasi, pasien dapat
segera melakukan berbagai pergerakan
yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan

 Pasien/keluarga pasien seringkali


mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah
operasi, pasien banyak yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut
luka operasinya lama sembuh

 Pasien setelah operasi yang


segera bergerak, akan lebih cepat
merangsang peristaltik usus, sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus

 Keuntungan lainnya adalah


menghindarkan penumpukan lendir
pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya
dekubitus.

 Tujuan lainnya adalah


memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang
fungsi pernafasan optimal

 Intervensi ditujukan pada


perubahan posisi tubuh dan
juga Range of Motion (ROM)

2. Persiapan penunjang

 Pemeriksaan radiologi dan diagnostik,


seperti foto thoraks abdomen, foto tulang (daerah
fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT Scan
(Computerized Tomography Scan), MRI
(Magnetic Resonanse Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in
Loop), EKG/ECG (Electro Cardio Graphy), ECHO,
EEG (Electro Encephalo Grafi), dll

 Pemeriksaan laboratorium, berupa


pemeriksaan darah seperti hemoglobin, leukosit,
limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit,
(kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum
kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit
terkait dengan kelainan darah
 Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi
berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja

 Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD),


dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji
KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga 2 jam PP (post prandial)

 Pemeriksaan Status Anastesi, pemeriksaan


status fisik dilakukan sebelum pembiusan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum
dilakukan asnastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami
pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk
menilai sejauh mana risiko pembiusan terhadap
diri pasien Pemeriksaan yang biasa digunakan
adalah pemeriksaan dengan menggunakan
metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah, dan sistem saraf pusat

 Informed Consent, baik pasien maupun


keluarganya harus menyadari bahwa tindakan
medis, operasi sekecil apapun mempunyai risiko.
Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi). Meskipun
mengandung risiko tinggi, tetapi seringkali
tindakan operasi tidak dapat dihindari dan
merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien

 Persiapan mental/psikis, masalah yang


biasa muncul pada pasien pre-operasi adalah
kecemasan, maka perawat harus mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi pasien.
Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi
stres, disamping itu perawat perlu mengkaji hal-
hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien
dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan pre-operasi

D. Perawatan Pasien Post-Operasi


 Selama fase post-operasi, aktivitas keperawatan
meliputi mengkaji respon klien (fisiologis dan psikologis)
terhadap pembedahan, melakukan intervensi untuk
memfasilitasi penyembuhan dan mencegah komplikasi,
memberikan penyuluhan dan memberikan dukungan kepada
klien dan individu pendukungnya, serta merencanakan
perawatan di rumah. Tujuan dari fase ini adalah membantu
klien untuk mencapai status kesehatan paling optimal yang
dapat diraih

 Tahapan perawatan pasca operasi (Majid et al 2011):

1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke


ruang pemulihan

 Pemindahan pasien ke ruang pemulihan


harus mempertimbangkan posisi agar pasien
tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain atau selang drainase

2. Perawatan pasien di ruang pemulihan


 Pasien dirawat sementara di ruang
pemulihan sampai kondisi pasien stabil, tidak
mengalami komplikasi operasi dan memnuhi
syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan/bangsal. Alat monitoring digunakan
untuk menilai kondisi pasien yang meliputi
pemantauan hemodinamika.

 Kriteria penilaian yang digunakan untuk


pemindahan pasien ke ruang perawatan/bangsal
meliputi fungsi pulmonal yang tidak terganggu,
hasil oksimetri menunjukkan saturasi oksigen
adekuat, tanda-tanda vital stabil, orientasi pasien
pada tempat, waktu dan orang, urin output tidak
kurang dari 30 ml/jam, mual dan muntah
terkontrol, nyeri minimal (Majid et al, 2011)

3. Perawatan pasien di ruang rawat/bangsal

 Monitor tanda-tanda vital dan keadaan


umum pasien, drainase, tube/selang dan
komplikasi

 Manajemen luka

 Mobilisasi dini

 Dapat dilakukan ROM (Range of


Motion), nafas dalam, dan batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret
dan lendir

 Tujuannya adalah mempertahankan


fungsi tubuh, memperlancar peredaran
darah, membantu pernafasan menjadi lebih
baik, mempertahankan tonus otot,
memperlancar eliminasi alvi (buang air
besar) dan urin, mengembalikan aktivitas
tertentu sehingga pasien dapat kembali
memenuhi kebutuhan harian

 Rehabilitasi

 Diperlukan untuk memulihkan kondisi


pasien kembali, dapat berupa latihan
spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia
kala

 Discharge Planning

 Nutrisi

 Karena tidak adanya kontra


indikasi, pemberian nutrisi secara
enteral lebih dipilih dibanding rute
parenteral, khususnya jika terdapat
komplikasi infeksi

 Mobilisasi bertahap

 Makin cepat pasien beraktivitas


seperti biasa semakin bagus, seperti
mandi 2 kali sehari, kontrol secara
teratur, dan minum obat sesuai anjuran
dokter

E. Komplikasi Pasca Operasi


1. Pernafasan

o Komplikasi pernafasan yang dapat muncul


termasuk hipoksemia yang tidak terdeteksi, bronkhitis,
bronkopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti
pulmonal hipostatik
2. Kardiovaskuler

o Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi


misalnya hipotensi. Hipotensi merupakan tekanan
darah systole kurang dari 90 mmHg atau turun lebih
dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat
disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh
perdarahan, penyakit kardiovaskuler, dan reaksi obat
maupun reaksi transfusi

3. Perdarahan

o Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada


pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan
posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari
tempat tidur, sementara lutut harus dijaga tetap lurus

o Manifestasi klinis meliputi gelisah, gundah, terus


bergerak, merasa haus, kulit dingin, basah dan pucat,
nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan
dalam, bibir dan konjungtiva pucat, serta keadaan
umum lemah

4. Hipertermi maligna

o Hal ini terjadi akibat gangguan otot yang


disebabkan oleh agen anastetik. Selama anastesi, agen
anastetik inhalasi (haloten, enfluran) dan relaksasi otot
(suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi
maligna

5. Hipotermi

o Hipotermi yang tidak diinginkan dapat terjadi


akibat suhu rendah di kamar operasi, infus dengan
cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, aktivitas
otot yang menurun, usia lanjut, atau obat-obatan yang
digunakan
Daftar Pustaka

Baradero, Mary, et al. 2008. Keperawatan Perioperatif. Jakarta:


EGC.
Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah: Preoperatif Nursing. Yogyakarta: (tidak dipublikasikan).
Gruendeman, Barbara & Femsebner, Bilie. 2006. Buku Ajar
Keperawatan Perioperatif, Volume 2. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Pemulihan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Majid, Abdul et al. 2011. Keperawatan Perioperatif , Edisi 1.
Yogyakarta: Goysen Publishing.
Sjamsuhidajat & De Jong,W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi. Jakarta: EGC.
Smeltzer S. C. & Bare, B. G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS
dr. Sardjito. Yogyakarta: (tidak dipublikasikan).

Daftar Hadir Peserta Penyuluhan


Hari, Tanggal: Kamis, 4 Agustus 2016
Ruang: Rawat Inap
Waktu: 45 menit
Lembar Observasi
Hari, Tanggal: Kamis, 4 Agustus 2016
Ruang: Rawat Inap
Waktu: 45 menit
Lembar Notulen
Kegiatan: Penyuluhan
Topik: Operasi
Hari, Tanggal: Kamis, 4 Agustus 2016
Ruang: Rawat Inap
Waktu: 45 menit
MAKALAH IKD II (Ilmu Kebidanan Dasar)
Persiapan dan Perawatan Pre Operasi, Intra Operasi& Post Operasi
Disusun untuk Memenuhi Tugas IKD II (KDPK)
Dosen pembimbing
Kurnia Retno Wulansari, S.ST., M.Kes
Yeni Adriani, S.ST

Disusun Oleh :
kelompok 1

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi
pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak
berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya
terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun
psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami
dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka
sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap
suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud Perioperasi?
2. Apa saja jenis-jenis Pembedahan atau Operasi?
3. Apakan yang dimaksud Anastesi?
4. Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Pre operasi?
5. Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Intra Operasi?
6. Bagaimana cara melakukan persiapan dan perawatan Post Operasi?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KDPK, menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang Pengertian Perioperasi
b. Mengetahui tentang Jenis-Jenis Operasi atau Pembedahan
c. Mengetahui tentang Anastesi
d. Memahami Persiapan dan Perawatan Pre Operasi
e. Memahami persiapan dan Perawatan Intra Operasi
f. Memahami persiapan dan Perawatan Post Operasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERIOPERASI


Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi
(pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai
sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca
bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

2.2 JENIS-JENIS OPERASI (PEMBEDAHAN)


a. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah toraks
kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher, bedah
digestif, dan lain-lain.

b. Jenis-Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan


Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1. Pembedahan diagnosis, ditunjukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala penyakit
seperti biopsy, eksplorasi, dan laparotomi.
2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit. Misalnya
pembendahan apendektomi.
3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas, menyambung daerah yang
terpisah.
4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.
5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh seperti rhinoplasti.

2.3 ANASTESIA
Anestesia adalah penghilangan kesadaran sementara sehingga menyebabkan hilang
rasa pada tubuh tersebut. Tujuannya untuk penghilang rasa sakit ketika dilakukan tindakan
pembedahan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dosis yang diberikan sesuai dengan jenis
pembedahan atau operasi kecil/besar sesuai waktu yang dibutuhkan selama operasi
dilakukan.
a. Jenis-jenis anestesia
a) Anestesia umum, dilakukan umtuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan
kesadaran, menimbulkan relaksasi, dan hilangnya rasa. Pada umumnya, metode
pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
b) Anestesia regional, dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk
meniadakan proses konduktivitas pada ujung atau serabut saraf sensoris di bagian tubuh
tertentu, sehingga dapat menyebabkan adanya hilang rasa pada daerah tubuh tersebut. Metode
umum yang digunakan adalah melakukan blok saraf, memblok regional intravena dengan
torniquet, blok daerah spinal, dan melalui epidural.
c) Anestesia lokal, dilakukan untuk memblok transmisi impuls saraf pada daerah yang akan
dilakukan anestesia dan pasien dalam keadaan sadar. Metode yang digunakan adalah infiltrasi
atau topikal.
d) Hipoanestesia, dilakukan untuk membuat status kesadaran menjadi pasif secara artifisial
sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta untuk
mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan adalah
hipnotis.
e) Akupuntur, anestesia yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang
keluarnya endorfin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah
jarum atau penggunaan elektrode pada permukaan kulit.

2.4 PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI


Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama
adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang
akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan
keluarganya mengenai tindakan tersebut.
A. Rencana tindakan :
1. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan mengenai
berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut diantaranya tentang jenis
pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang di perlukan, pengiriman
ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
2. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam sebelum
bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan cairan tidak
diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan dalam lambung dapat
menyebabkan aspirasi.
3. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikroorganisme
dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan
jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus di cukur.
4. Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara berikut:
a) Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
b) Tempatkan tangan diatas perut.
c) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d) Tahan napas 3 detik.
e) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga kali setelah napas
terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g) Istirahat.
5. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis. Latihan kaki
yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan
mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan mengontraksi otot
betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan
quadrisep dapat dilakukan dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada
tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan
dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat,
dan ulangi hingga lima kali.
6. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus,
merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien
harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bsa
memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi
tempat tidur. Melatih duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
a. Cek identitas pasien.
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan lain-
lain.
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
d. Lepaskan kontak lensa.
e. Lepaskan protesis.
f. Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
g. Anjurkan pasien untukmengosongkan kandung kemih.
h. Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.
2.5 PERSIAPAN DAN PERAWATAN INTRA OPERASI
Intra operasi (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien. Berbagai
masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauanfisiologis perubahan
tanda vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu lakukan
pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta anestesia yang diberikan.
A. Rencana tindakan:
1. Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar harus
diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau
harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, serta gunakan tutup
kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
1. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
2. Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di
ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor
status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah
dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
3. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg,
litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilakukan.
4. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan
dalam membersihkan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi
yang baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun deterjen, atau bahan
organik lainnya.
5. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya
di daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan
tidak.
6. Pelaksanaan anestesia.
Pelaksanaan anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia
umum, inhalasi atau intravena, anestesia regional, dan anestesia lokal.
7. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan embedahan.

2.6 PERSIAPAN DAN PERAWATAN POST OPERASI


Post Operasi (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Setelah tindakan pembedahan (pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta
alat-alat yang digunakan dalam pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan
pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan
nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu
pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan akurat
sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit
atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan postoperasi sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
A. Faktor yang Berpengaruh Postoperasi
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
entilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui
ventilaot mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian caiaran plasma
ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti
kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat penagaruh
anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk
dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien. Cairan harus balance
untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru
kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan
fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar
untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri
biasanya sangat dirasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga
kolaborasi dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
B. Tindakan:
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan
manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan.
Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C
dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang dalam
dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian
napas dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko tromboflebitis atau
pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk
guna untuk memperlancar vena.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai
kebutuhan pasien, monitor input dan output , serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output, serta mencegah
terjadinya retensi urine.
6. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting
untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
8. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi
dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi
pasien seperti sedia kala.
9. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
C. Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat/bidan : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien
(sebagai dokumentasi)
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran
tenaga kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh
tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.

DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

Uliyah, Musrifatul, Alimul Hidayat Azis. 2011. Buku Ajar Ketrampilan Dasar Praktik
Klinik Kebidanan (KDPK). Surabaya: Health Book Publishing.

http://fani-fawuz.blogspot.com/2014/02/makalah-asuhan-pada-pasien-pre-intra.html

Anda mungkin juga menyukai