Anda di halaman 1dari 38

Gangguan

Kebutuhan Pada
Pasien Fase
Perioperatif Pada
KELOMPOK 4 :
Anak 1.Adi Yusup
2.Chintya Putri A
3.Dian Oktaviani
4.Dini Safitri
5.Frilia Putri
6.Hasna Fauziyyah
7.Irfan Ifandi
8.Mega Rahmah
9.Melani R Zanah
10.Siti Dhini Fathonah

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Fase Praoperatif
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan
yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan
pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan t
ujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persia
pan mental sangat diperlukan karena kesuksesan sua
tu tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan pers
iapan yang dilakukan selama tahap persiapan (Rothrock, 20
02).
Lanjutan …

Persiapan preoperatif, meliputi :


1. Pengkajian preoperatif
Penetapan pengkajian dasar pasien dalam tatanan klinik, menjalani
wawancara praoperatif, melibatkan keluarga dalam wawancara, memastikan
kelengkapan preoperatif dan mengkaji kebutuhan pasien terhadap transp
ortasi.
2. Unit bedah
Melengkapi pengkajian preoperatif, mengkoordinasi penyuluhan pasien,
menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan membuat rencana asuh
an
3. Ruang operasi
Mengkaji kesadaran pasien, menelaah lembar observasi pasien,
mengidentifikasi pasien dan memastikan daerah pembedahan
4. Perencanaan
Menentukan rencana asuhan dan mengkoordinasi pelayanan
5. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya
tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
• Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
• Keadaan sosial ekonomi dari keluarga
Lanjutan ….

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan da
pat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat dib
erikan kepada pasien pra bedah.
• Penjelasan tentang peristiwa
• Bernafas dalam dan latihan batuk
• Latihan kaki
• Mobilitas
• Membantu kenyamanan
6 Persiapan Fisiologi
• Puasa: 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam seb
elum operasi pasien tidak diperbolehkan minum.
• Persiapan saluran pencernaan : Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
• Persiapan Kulit : Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencuk
uran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicuku
r bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang a
kan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
• Hasil Pemeriksaan : Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan
lain-lain.
Lanjutan …

• Persetujuan Operasi / Informed Consent : Izin tertulis dari pasien / keluarga har
us tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / ist
ri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
 7. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan pera
wat OK)
• Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera
• Pemberian Obat premedikasi
Pemberian obat premedikasi bertujuan :
a. Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, mem
berikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi).
b. memperlancar induksi, rumatan dan sadar dari anastesi.
c. Mengurangi jumlah obat-obatan anstesi.
d. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah pascaanast
esi.
e. Mengurangi stres fisiologis (takikardia, napas cepat dll).
f. Mengurangi keasaman lambung.
FASE INTRA OPERATIF

1 Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif


Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian :
a. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen
b. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain
2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi
Meliputi : memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, melakukan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien.
3. Tipe Anastesi saat fase intraoperatif :
1) General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk refl
ek batuk dan reflek muntah sehingga harus dijaga dari adanya aspirasi.
2) Regional Anastesy yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari area a
tau bagian tubuh.
 
Lanjutan …
Tekhnik Anastesi Regional :
• Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa un
tuk membuka bagian kulit, luka dan luka bakar.
• Local Anastesi (Infiltrasi), yaitu anastesi yang disuntikkan pada area tertentu d
an digunakan untuk pembedahan minor.
• Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan di daerah syaraf atau kumpul
an syaraf kecil untuk menghasilkan sensasi pada daerah kecil pada tubuh.
• Anastesi Spinal yaitu obat anastesi yang disuntikkan ke daerah subarrachnoid
sampai ke spinal cord.
• Epidural Anastesi, injeksi pada daereh dalam spinal tetapi di luar duramater
4. Persiapan Psikologis Pasien
• Pengaturan Posisi
a. Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keada
an psikologis pasien.
b. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adal
ah
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Lanjutan …

c. Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :


1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kaki
nya ditutup dengan duk.
3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang bi
asanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjag
a kerusakan saraf dan jaringan.
4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakin
kan terjadinya pertukaran udara.
5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan da
pat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor pre
disposisi terjadinya thrombus.
6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secar
a bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
Lanjutan …

Hal lain yang perlu dilakukan saat intraoperatif :


Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.
• Penutupan Daerah Steril
• Mempertahankan Surgical Asepsis
• Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
• Monitor dari Malignant Hyperthermia
• Penutupan luka pembedahan
• Perawatan Drainase
• Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.
 
KEPERAWATAN PASCAOPERATIF

Dimulai dengan pemindahan pasien ke PACU dan berakhir pada waktu


pasien dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk dalam kegiatan perawatan adal
ah mengkaji perubahan fisik dan psikologis, memantau kepatenan jalan nafa
s, tanda- tanda vital dan status neurologis secara teratur, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengkaji secara akurat serta haluara
n dari semua drain (Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009).
Hal yang harus dilakukan pada fase Pascaoperatif
• Komunikasi dari informasi pascaoperatif
• Pengkajian pascaoperasi ruang pemulihan
• Unit bedah .
• Di rumah/klinik
Tahapan yang Perlu Dilakukan Perioperatif
Tahapan yang perlu dilakukan dalam persiapan perioperatif meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penjelasan mengen
ai prosedur anestesi yang akan dilakukan berikut manfaat dan resikonya
(informed consent). Pembinaan hubungan baik dengan anak dan orangt
uanya juga dilakukan saat kunjungan perioperatif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PREOPERATIF

1 Pengkajian
Meliputi pengumpulan data subjektif yaitu: usia, alergi (iodin, medikasi,
lateks, larutan antiseptik atau larutan pencuci kulit, plester), obat dan zat la
in yang sedang dipakai (obat dari dokter, rokok, alkohol), tinjauan sistem tu
buh, pengalaman pembedahan yang dulu dan yang sekarang, latar belakang
kebudayaan (termasuk kepercayaan, keyakinan, agama), dan psikososial
(Baradero, Dayrit, Siswadi, 2009).
a. Usia
Mempengaruhi pembedahan dan hasil pascaoperasi. Kapasitas fungsional dar
i setiap sistem tubuh menurun sekitar 1% setiap tahunnya.
b. Alergi
Pasien harus dikaji untuk mengetahui adanya alergi terhadap iodin, lateks, ob
at- obatan, larutan antiseptik, atau larutan pencuci kulit dan plester. Povid
on iodin dipakai untuk mencuci kulit, apabila pasien ragu-ragu apakah i
a alergi terhadap iodin atau tidak, tanya apakah ia alergi terhadap kerrang
.
c. Obat dan zat yang digunakan
Data ini penting sekali karena zat atau obat-obatan ini dapat menimbulkan ef
ek yang tidak baik pada anestesia dan berisiko menimbulkan komplikasi int
raoperasi dan pascaoperasi.
Lanjutan …
d. Riwayat medis
Pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk mengetahui s
tatus imunologis, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan, ginjal, gastrointest
inal, neurologis, muskuluskeletal, dan dermatologis.
e. Status nutrisi
Pasien dengan gangguan nutrisi berisiko tinggi mengalami komplikasi karena
pembedahan atau anestesia.
f. Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang
Pengertian pasien mengenai pembedahan yang akan dilaksanakan dan rutinit
as praoperasi dan pascaoperasi harus dikaji.
g. Latar belakang budaya dan agama
Kebudayaan dan kepercayaan bisa mempengaruhi respon seseorang terhadap
kesehatan, sakit, pembedahan, dan kematian.
h. Psikososial
Pengkajian psikososial yaitu data subjektif dan objektif. Pengetahuan dan pers
epsi pasien tentang pembedahannya dapat ditanyakan langsung pada pasie
n.
Lanjutan …
Pemeriksaan fisik dan diagnostik yang dilakukan oleh perawat meliputi
pemeriksaan head to toe. Pada tahap preoperatif, data objektif dikumpulkan d
engan dua tujuan yaitu memperoleh data dasar untuk digunakan sebagai pem
banding data pada tahap intraoperatif dan tahap pascaoperatif dan mengetah
ui masalah potensial yang memerlukan penanganan sebelum pembedahan dil
aksanakan.
Pengkajian preoperasi mengenai status sistem pernafasan perlu dikaji deng
an teliti. Terganggunya ventilasi karena efek dari anestesia serta meningkatnya s
ekresi mukus bisa mengakibatkan atelektasis dan pneumonia.
2. Anamnesis
Keluhan utama merupakan alasan yang menyebabkan seorang anak dibaw
a oleh orangtuanya ke dokter. Informasi durasi, onset, progresivitas dan berat ri
ngannya keluhan utama serta keluhan dan gejala yang menyertainya harus dig
ali seteliti mungkin. Riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dah
ulu berguna untuk mengetahui hal-hal yang dapat mengakibatlkan ketidak
berhasilan operasi. Riwayat operasi sebelumnya dan pemberian obat yang ber
hubungan dengan keluhan utama dicatat. Kondisi lain seperti terdapat dyspne
a, riwayat sianosis, edema, perdarahan yang sulit berhenti, dan riwayat alergi h
arus ditanyakan. Obat yang sedang digunakan juga harus diketahui jenis, dosis
dan jadwal pemberiannya. Riwayat persalinan, riwayat imunisasi, asupan
nutrisi serta pertumbuhan dan perkembangan sebaiknya diperhatikan
Lanjutan …
Riwayat penyakit dan silsilah keluarga (family tree) berguna pada penyakit-penya
kit kongenital, genetik atau keganasan. Riwayat sosial terutama berperan pad
a kondisi tempat tinggal dan lingkungan serta perkembangan sosial dan aka
demik seorang anak.
3 Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk identifikasi bagian mana yang akan menjal
ani operasi dan menyakinkan bahwa sistim organ yang lain dalam keadaan seh
at. Pemeriksaan pasien anak harus disesuaikan dengan keadaan setiap
anak.
a. Kulit dan Integumen
Lesi atau benjolan didefinisikan sesuai dengan ukuran, bentuk, konsistensi d
an mobilitas. Kemerahan (rash) merupakan indikasi proses infeksi atau vaskulitis.
Skar dari operasi sebelumnya juga harus dicari. Selulitis dapat timbul setelah tra
uma seperti laserasi, benda asing atau luka operasi. Abses diindikasikan dengan e
ritema, indurasi dan fluktuasi. Pada kasus penganiayaan, dapat ditemukan mema
r dan bekas luka bakar.
b. Nodus Limfatikus
Limfadenopati dapat terjadi pada berbagai lokasi dan sering melibatkan
daerah servikal, aksiler, epitroklear atau inguinal dan umumnya disebabkan oleh i
nfeksi sehingga sumber infeksi harus diidentifikasi pada pemeriksaan. Penyebab
dapat bakteri, virus, jamur atau protozoa. Pembesaran kelenjar getah bening jug
a dapat merupakan tanda metastasis atau keganasan seperti leukemia limfobla
Lanjutan …

c. Kepala, Telinga, Mata, Hidung dan Tenggorokan


Perhatikan ukuran dan bentuk kepala. Anak-anak dengan fusi abnormal
dari sutura koronaria biasanya tidak normosefalik. Makrosefali atau mikrosefali
dapat merupakan petunjuk adanya proses intrakranial. Sklera ikterik menunjuk
kan disfungsi hati atau kandung empedu dan salurannya. Otitis media juga mu
dah timbul pada anak-anak. Infeksi jalan napas atas sering terjadi dan ditan
dai dengan orofaring yang eritematus atau inflamasi turbin nasal disertai rinor
ea. Pemeriksaan gigi geligi juga penting pada anakanak yang akan diopera
si.
 d. Dinding Dada dan Paru-paru
Deformitas bentuk toraks seperti pektus ekskavatum atau pektus karinatu
m. Berat ringannya deformitas tersebut menentukan kemungkinan adanya gan
gguan pada fungsi jantung dan paru-paru. Selain itu identifikasi massa di d
aerah dada (payudara) juga dilakukan terutama pada anak perempuan.
Pemeriksaan paru-paru harus dilakukan dengan teliti. Suara napas harus
bersih dan identik di antara ke dua paru. Proses pada paru-paru dapat ditandai
adanya bunyi napas abnormal seperti ronki, wheezing atau crackles.
Lanjutan …

e. Abdomen dan Inguinal


Pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara sistimatis dan lembut.
Pertama-tama perhatikan abdomen anak secara menyeluruh, identifikasi b
ekas luka, lokasi dan panjangnya serta bentuk abdomen. Abdomen skafo
id dapat merupakan tanda hernia diafragmatika tetapi normal pada an
ak yang kurus. Obstruksi usus, massa abdomen atau asites dapat menye
babkan distensi abdomen.
Selanjutnya mendengarkan suara bising usus. Tidak adanya bising usus
mungkin menandakan peritonitis sedangkan suara bising usus yang tinggi
menandakan obstruksi usus. Perabaan dapat dilakukan mulai dari d
aerah yang tidak sakit dan terakhir baru di daerah yang sakit. Rasa lunak
difus dapat merupakan tanda peritonitis. Perhatikan apakah nyeriny
a bersifat superfisial, muskuloskeletal atau viseral.
Tanda peritoneal seperti rebound dan guarding harus dievaluasi denga
n lembut. Ekspresi wajah dan tingkah laku anak merupakan indikator nyeri
yang lebih dapat dipercaya dibandingkan verbal. Perabaan dapat memb
erikan informasi mengenai ukuran, bentuk dan konsistensi massa a
bdomen.
Pemeriksaan daerah inguinal dilakukan terutama pada hernia atau
hidrokel. Valsava maneuver dapat dilakukan bila hernia tidak tampak.
Lanjutan …
f. Genitalia
Pemeriksaan genitalia anak laki-laki sangat penting pada kasus-kasus seperti
hidrokel dan undesensus testis. Teknik transiluminasi dapat berguna untuk visua
lisasi pada pembesaran skrotum tetapi bukan untuk memastikan diagnosis teruta
ma pada bayi. Pemeriksaan meliputi ukuran, bentuk dan karakter cairan di dal
am skrotum.
Pemeriksaan genitalia pada anak perempuan meliputi fusi labia, himen
imperforatus dan perdarahan vagina atau perineal. Penganiayaan anak harus d
icurigai bila terdapat robekan atau laserasi pada daerah kemaluan ataupun bila
didapatkan cairan keluar dari kemaluan yang menandakan kemungkinan infe
ksi atau penyakit seksual.
g. Rektum
Pemeriksaan colok dubur merupakan hal yang traumatik bagi seorang anak
dan sebelum pemeriksaan, orang tua harus mendapatkan penjelasan yang akur
at.
Tindakan pertama adalah dengan menemukan apakah terdapat fisura, fistula at
au lesi lain yang dapat terlihat dengan membuka muara anus. Selanjutnya dilak
ukan colok dubur dengan menggunakan jari kelingking pada bayi dan balita
dan jari telunjuk pada anak yang lebih besar. Tonus spingter dapat menurun pad
a pasien dengan anoplasti atau trauma pada otot atau bahkan pada medula
spinalis.
Bila ditemukan massa, tentukan lokasi, ukuran dan konsistensinya. Tumor
Lanjutan …

h. Punggung dan Tulang Belakang


Skoliosis dan deformitas spinal lain sering kali tampak jelas selama pemeriksa
an punggung. Trauma dapat ditandai dengan memar pada vertebra sedangkan b
engkak pada sudut kostovertebra dapat menunjukkan kemungkinan pielonefrit
is atau apendisitis pada pasien dengan apendik retrosekal.
i. Ekstremitas
Clubbing dapat ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis, terutama
pasien dengan penyakit paru. Sianosis merupakan indikasi dari oksigenasi atau p
erfusi yang buruk dan harus ditentukan apakah merupakan proses akut atau k
ronis. Edema dapat menandakan adanya gangguan fungsi ginjal dan jantung.
Deformitas tulang sekunder akibat patah tulang panjang menandai kemun
gkinan adanya penganiayaan anak.
j. Sistim Saraf
Tingkah laku anak dapat memberikan banyak informasi mengenai sistim sara
f. Anak yang aktif berinteraksi dan bermain kemungkinan tidak mengalami gang
guan neurologis fokal. Pemeriksaan sistim saraf meliputi fungsi saraf kranial,
motoris dan sensoris, evaluasi refleks dan fungsi kognitif.
Lanjutan …
4. Pemeriksaan Penunjang Sebelum Operasi
- Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Operasi
Untuk mendeteksi kelainan fisiologis atau metabolisme yang dapat meningkatkan
resiko dalam periode perioperatif. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan pa
da anak sehat yang dijadwalkan untuk pembedahan rawat jalan. Pemeriksaan fot
o toraks rutin sebelum operasi rutin pada anak-anak juga tidak cukup sensitif unt
uk mendeteksi kelainan akibat anestesi atau pembedahan. Pemeriksaan urin sebel
um operasi juga tidak dilakukan pada anak tanpa kelainan ginjal atau kandung ke
mih.
- Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Hb secara selektif dilakukan pada anak dengan penyakit kronis dan
anak yang akan menjalani prosedur dengan potensi kehilangan darah yang signi
fikan. Pemeriksaan Hb harus dilakukan pada bayi berusia kurang dari 6 bulan kare
na pada usia ini secara fisiologis produksi eritrosit mengalami penurunan ting
kat Hb dapat sampai 7 g/dL. Selain itu, pada bayi prematur, tingkat Hb kurang da
ri 10 g/dL telah dikaitkan dengan peningkatan insidensi apnoe paska operasi .
- Tes Koagulasi
Dilakukan secara rutin pada pasien yang akan menggunakan blokade neuraksial s
eperti tonsilektomi, adenoidektomi atau pasien-pasien dibawah usia 1 tahun yan
g sebelumnya tidak ada riwayat trauma atau perdarahan yang sulit berhenti.
Lanjutan …
- Pemeriksaan Elektrolit
Kelainan elektrolit sangat jarang terjadi pada anak sehat. Skrining perioperatif un
tuk kelainan ini umumnya tidak berguna dan tidak mengubah penatalaksanaa
n anestesi. Bahkan bagi pasien rawat inap yang mungkin diduga memiliki insid
ensi kelainan elektrolit lebih tinggi daripada pasien rawat jalan sehat, pe
meriksaan sebelum operasi rutin tidak di indikasikan.
- Terapi Albumin
Merupakan hal yang kontroversial sebelum dilakukannya operasi. Hal ini dipertim
bangkan karena pada beberapa obat yang digunakan bersamaan dengan albumi
n dapat menimbulkan efek toksisitas. Albumin dapat menurunkan agregasi t
rombosit dan menimbulkan efek heparin-like activity sehingga mempengar
uhi antitrombin. Albumin mempengaruhi mikrosirkulasi karena perubahan perm
eabilitas kapiler.
- Tes fungsi paru
Digunakan untuk menilai respon terhadap terapi bronkodilator pada pasien deng
an bronkospasme yang reversibel. Meskipun jarang diperlukan pada pasien d
engan asma tanpa komplikasi, tes ini mungkin berguna untuk memprediksi ap
akah anak dengan kelainan bentuk toraks atau paru seperti skoliosis mengala
mi peningkatan resiko komplikasi anestesi dan insufisiensi pernafasan pas
ka operasi. Pemeriksaan yang sering dilakukan oksimetri denyut nadi oksimetri,
kapasitas vital paksa (FVC) dan FEV1.
Lanjutan …
5 Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksan penunjang lain hanya dilakukan atau indikasi seperti dilakukannya tes
fungsi ginjal, tes fungsi hati, tes urin rutin, rontgen, EKG, ekokardiografi, USG, C
T scan maupun Magnetic Resonance Imaging (MRI).
• Premedikasi
Memiliki banyak pilihan pada pasien pediatrik. Sedatif umumnya dihindari pada
neonatus atau bayi yang sakit.
Persiapan Perioperatif Lain
• Puasa Sebelum Operasi (Preoperative Fasting)
Pasien dengan volume asam lambung yang banyak beresiko untuk mengalami as
pirasi paru dan akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Resiko aspirasi pa
ru pada anak yang sehat kurang dari 0,05%, praktek NPO setelah tengah malam
telah ditinggalkan. The American Society of Anesthesiology telah merevisi pedo
man puasa sebelum operasi.
Persiapan Perioperatif pada Anak dengan Keadaan Khusus
• Jalan Napas dan Fungsi Paru
Anestesi umum mengubah fungsi pernafasan secara nyata di hampir setiap tingk
at. Efek awal eksitasi refleks jalan napas seperti laringospasme, peningkatan sekr
esi dan bronkospasme selama induksi inhalasi anestesi umum dapat terj
adi. Pada anestesi terjadi penurunan kontraktilitas otot pernafasan, depresi fungs
i silia, depresi respon pusat pernapasan terhadap hipoksia dan hiperkapni
a, penurunan volume paru-paru dan peningkatan intrapulmonary shunting.
Lanjutan …
• Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Resiko komplikasi jalan napas tetap tinggi hingga 6 minggu setelah ISPA, mungk
in sebagai akibat dari perubahan reaktivitas saluran napas.
• Asma
Merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi dan dapat membahayakan p
asien yang menjalani anestesi umum. Insidensi penyakit jalan napas reaktif men
ingkat tajam dalam populasi pediatrik umum dan sekarang sekitar 25% dari po
pulasi bedah pediatrik.
• Hemofilia
Pengobatan suportif untuk penderita hemofilia adalah transfusi faktor VIII atau k
ryopresipitat. Kryopresipitat yang diperlukan adalah 0,5xkgBBxkadar yang diingi
nkan (%).
• Tuberkulosis
Umumnya dilakukan selama 2 minggu bertujuan supaya efek bakteriostatik dan
bakterisidal yang dimiliki oleh obat-obat antituberkulosis dapat mulai terlihat dal
am waktu 2 minggu. Diharapkan setelah pemakaian 2 minggu maka bakteri M.
tuberkulosis dapat menjadi dormant dalam tubuh
• Penyakit Jantung
Semua obat anestesi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular. Selain itu, dap
at mengubah baik preload maupun afterload dengan merelaksasikan otot p
olos vaskular. Anestesi umum juga menyebabkan hipoksia paru akibat vasokonst
Lanjutan …

Persetujuan Tindakan
Secara hukum pembedahan tidak boleh dilakukan sebelum pasien memahami p
erlunya prosedur tersebut, tahap-tahap yang harus dilalui, risiko, hasil yang dihar
apkan, dan terapi alternatifnya. Memberi informasi pada klien merupakan ta
nggung jawab utama dokter, persetujuan tidak bisa diinformasikan jika pasien d
alam keadaan bingung, tidak sadar, mengalami gangguan mental, atau dibawah
pengaruh obat penenang. Seluruh format persetujuan harus ditandatangani ol
eh pasien sebelum perawat memberi obat- obatan preoperatif (Potter & Perry,
2005).

5. Diagnosa Keperawatan preoperatif


Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap preoperatif menurut Br
unner (2002) mencakup:
a. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan
hasil akhir dari pembedahan.
b. Defisit pengetahuan mengenai prisedur dan protokol praoperatif dan harapa
n pascaoperatif.
Lanjutan …

6. Intervensi Keperawatan
• Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan
hasil akhir dari pembedahan.
a. Identifikasi sumber rasa cemas
b. Bantu pasien memakai mekanisme koping yang efektif
c. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang bisa mengurang rasa cemas, m
isalnya mendengarkan musik, relaksasi progresif, imajinasi terbimbing dan se
bagainya.
d. Libatkan sistem pendukung pasien seperti keluarga dan orang yang berarti b
aginya.
e. Berikan obat-obatan yang bisa mengurangi rasa cemas seperti diazepam (Vali
um 5-15 mg IV/IM/oral), midazolam (Versed 1-4 mg IV/IM), dan obat-obat la
in yang dapat mengurangi kecemasan.
• Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan tidak ada informasi mengena
i rutinitas perioperatif.
a. Lakukan penyuluhan kesehatan terkait rutinitas perioperatif.
b. Berikan informasi yang singkat dan jelas tentang pembedahan.
c. Jelaskan prosedur pembedahan kepada pasien dan keluarganya.
 
Lanjutan …

6. Implementasi
Tahap dilakukannya intervensi keperawatan berdasarkan prioritas masalah, meli
puti tindakan mandiri, kolaboratif, maupun health promotion.

7. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pasien:
Mengungkapkan bahwa perasaan cemas berkurang, merasa nyaman, nampak r
elaks, dan memakai mekanisme koping yang efektif
Berpartisipasi dan mengikuti instruksi serta rutinitas perioperatif, menjelaskan ras
ional dan intervensi perioperatif
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN INTRAOPEATIF

1. PENGKAJIAN
1. Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
• Perasaan takut / cemas
• Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisisk
• Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
• Sistem integumentum : Pucat, Sianosis, Adakah penyakit kulit di area badan.
• Sistem Kardiovaskuler :
- Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
- Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
- Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.Kebiasaan merokok, minu
m alcohol
- Oedema
- Irama dan frekuensi jantung.
- Pucat
Lanjutan …
• Sistem pernafasan
- Apakah pasien bernafas teratur ?
- Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
• Sistem gastrointestinal
- Apakah pasien diare ?
• Sistem reproduksi
- Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
• Sistem saraf
- Kesadaran ?
• Validasi persiapan fisik pasien
- Apakah pasien puasa ?
- Lavement ?
- Kapter ?
- Perhiasan ?
- Make up ?
- Scheren / cukur bulu pubis ?
- Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
- Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
Lanjutan …
2. Selama dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesth
esi total adalah yang bersifat fisik, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthe
si lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
- Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diga
nti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
Lanjutan …
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksan
aan operasi adalah sebagai berikut :
• Cedera, Resiko Tinggi berhubungan dengan posisi, pemajanan alat/suhu, hipok
sia, lingkungan.
• Infeksi, Resiko tinggi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit yang rusak, p
rosedur invasif.
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah selama
pembedahan
 
3 INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Menginterpretasi variabel-variabel umum dan menggabungkan variabel tersebu
t ke dalam rencana asuhan :
 Usia, ukuran, jenis kelamin, prosedur bedah, tipe anastesia yang direncanakan,
ahli anastesi dan anggota tim.
 Ketersediaan peralatan spesifik yang dibutuhkan untuk prosedur dan ahli beda
h.
 Kebutuhan medikasi non rution, komponen darah, instrumen.
 Kesiapan ruangan untuk pasien, kelengkapan pengaturan fisik, kelengkapan in
strumen, peralatan jahit dan pengadaan balutan
Lanjutan ..
b. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan ruang operasi yang dapat secara neg
atif mempengaruhi pasien :
1) Fisik
 Suhu dan kelembaban ruangan
 Bahaya peralatan listrik
 Kontaminasi potensial
 Hilir mudik yang tidak perlu
2) Psikososial
 Kebisingan
 Kurang mengenal sebagai individu
 Rasa diabaikan tanpa pengantar di tempat tunggu
 Percakapan yang tidak perlu

4 IMPLEMENTASI
1). Atur dan jaga agar peralatan syaktion berguna dengan baik.
2). Atur peralatan pemantauan invasif.
3). Bantu saat pemasangan jalur (arteri /CVP ).
4). Lakukan tindakan kenyamanan fisik yang sesuai bagi pasien.
5). Posisikan pasien dengan tepat untuk prosedur anastesi dan pembedahan,
pertahankan kelurusan tubuh sesuai fungsi.
Lanjutan …
6). sesuai dengan prosedur bedah :
Lakukan scrab/bersihan dengan terampil
b.Berespon terhadap kebutuhan pasien dengan antisipasi peralatan dan baha
n apa yang dibutuhkan sebelu diminta.
7). Ikuti prosedur yang telah ditetapkan sebagai contoh :
Perawatan dan pemakaian darah dan komponen darah
b.Perawatan dan penanganan spesimen, jaringan dan kultur.
c.Persiapan kulit antiseptik
d.Membuka dan menutup sarung tangan.
e.Menghitung kasa, instrumen, jarum.
f.Tekhnik septik
g.Penatalaksanaan kateter urine.
h.Penatalaksanaan drainase
8). Komunikasikan situasi yang merugikan pada ahli bedah, ahli anastesi/ peraw
at yang bertanggung jawab/ bertindak yang tepat untuk mengontrol atau mena
ngani situasi.
9). Gunakan peralatan secara bijaksana untuk menghemat biaya.
10) Bantu ahli bedah dan anastesi untuk menerapkan rencana penerapan merek
a.
Bertindak sebagai advotkat pasien
1) Berikan privasi fisik
2) Jaga kerahasiaan
3) Berikan keselamatan dan kenyamanan fisik
Lanjutan …
• Informasikan pasien dengan pengalaman intraoperatif
1) Jelaskan segala stimulasi sensori yang akan dialami.
2) Gunakan keterampilan komunikasi umum
d. Koordinasi aktivitas bagi personil lain yang terlibat dalamperawatan pasien. S
eperti X – ray, laboratorium, ICU.
• Operasikan dan atasi semua masalah peralatan yang umumnya digunakan dirua
ng operai dan tugaskan dilayanan khusus.
• Ikutserta dalam konferensi perawatan pasien.
• Dokumentasikan semua observasi dan tindakan.
• Komunikasikan baik verbal dan tulisan mengenai status kesehatan pasien saat p
emindahan dari ruang operasi
5. Evaluasi
 Mengevaluasi kondisi pasien dengan cepat sebelum dikeluarkan dari ruang oper
asi yaitu cara bernafas, warna kulit, selang invasif (IV), drain kateter berfungsi se
cara normal, balutan adekuat tidak terlalu ketat.
• Ikut serta dalam mengidentifikasi praktek keperawatan pasien yang tidak aman
dan menenganinya dengan baik.
• Ikut serta dalam mengevaluasi keamanan lingkungan.
• Melaporkan dan mendokumentasikan.
• Menunjukkan pemahaman tentang prinsip aseptik dan praktek keperawatan tek
nis.
• Mengenali tanggung gugat legal dari keperawatan preoperatif.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN PASCAOPERATIF

1 PENGKAJIAN
• Sistem pernafasan
Untuk mengkaji status pernafasan segera pascaopeerasi. Kepatenan jalan nafas da
n fungsi pernafasan yang adekuat harus dipastikan. Komplikasi yang bisa segera m
uncul adalah obstruksi jalan nafas, hipoksemia, hipoventilasi, aspirasi, dan laring
ospasme.
• Cairan dan elektrolit
Pasien bisa kehilangan cairan tubuh karena perdarahan intraoperasi atau karna
hiperventilasi. Hilangnya banyak darah harus diganti dengan transfusi darah
atau pemberian penggantian darah, koloid, dan kristaloid. Volume cairan
tubuh bisa dipertahankan dengan pemberian salin normal atau ringer laktat intrav
ena.
• Sistem gastrointestinal
Mual dan muntah adalah dua gangguan yang lazim dialami pasien pascaoperasi. D
ua gangguan ini dikaitkan dengan anestesia umum, obesitas, pembedahan abd
omen, pemakaian obat opiat, analgesik, adanya riwayat mabuk perjalanan,
dan faktor psikologis. Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri
terjadi akibat luka, penarikan, dan manipulasi jaringan serta organ. Apabil
a pasien mengeluh nyeri pasca operasi, perawat tidak boleh langsung menafsi
rkannya sebagai nyeri insisi, perawat harus mengkaji nyeri yang dialami pasien. Ny
eri adalah suatu pengalaman yang sangat subjektif dan hanya pasien yang tahu te
Lanjutan …
• Status neurologis
Dapat ditentukan dengan mengamati tingkat kesadaran pasien. Respons terhadap
stimulus verbal atau stimulus yang menyakiti harus didokumentasikan. Respon pupil
terhadap cahaya dan persamaan respon kedua pupil juga harus dkaji.
• Sistem kardiovaskuler
Trombosis vena dan embolisme paru adalah dua komplikasi yang timbul kemudian.
Pemantauan terhadap tanda-tanda vital, cairan IV, dan haluaran urine secara ketat
harus dilakukan. Trombosis vena diakibatkan karena pembentukan darah beku dala
m pembuluh darah vena di pelvis dan tungkai bawah yang bisa menganggu sirkulas
i darah. Embolisme paru terjadi karena darah beku atau sebagian dari darah bek
u bisa lepas dari dinding vena dan ikut dengan sirkulasi darah menuju ke jantung d
an sirkulasi pulmona, kemudian bisa menyumbat salah satu pembuluh darah
pulmonal (embolisme pulmonal) .
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN PASCAOPERATIF
• Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan banyak sekresi,
penyumbatan jalan nafas, posisi yang tidak benar.
• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan nyeri luka bedah, balutan
yang kencang, efek dari obat.
• Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan adanya masalah jantung s
ebelum pembedahan, hipotensi.
• Kekurangan/kelebihan volume cairan yang berhungan dengan cairan intravena,
gangguan ginjal, gangguan endokrin.
Lanjutan …

3 INTERVENSI KEPERAWATAN
• Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan efek depresan da
ri medikasi dan agen anestetik.
a. Memastikan fungsi pernafasan yang optimal.
b. Tingkatkan ekspansi paru, seperti meminta pasien untuk menguap atau melak
ukan inspirasi maksimal tertahan dapat menciptakan tekanan intratoraks nega
tif -40mmHg dan mengembangkan volume paru sampai kapasitas total, setid
aknya setiap 2 jam pasien dibalik dan didorong untuk melonggarkan sumbata
n mukus.
c. Ajarkan batuk efektif.
• Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan nyeri luka bedah,
balutan yang kencang, efek dari obat.
a. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Ajarkan nafas dalam.
c. Ajarkan batuk efektif
d. Buat posisi yang membantu pasien dalam hal pernafasan.
e. Berikan obat (kolaborasi).
 
 
Lanjutan …
• Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan adanya masalah
jantung sebelum pembedahan, hipotensi.
a. Ukur TTV pasien.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Anjurkan pasien untuk memakai stoking anti embolik jika diperlukan.
d. Lakukan penggerakan kedua tungkai bawah pasien
e. Lakukan miring kanan/kiri setiap 2 jam
 
• Kekurangan/kelebihan volume cairan yang berhungan dengan cairan
intravena, gangguan ginjal, gangguan endokrin.
a. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien.
b. Pantau masukan dan haluaran
c. Kontrol kecepatan infus yang diberikan pada pasien.
d. Berikan cairan per oral (bisa dimulai apabila sudah ada gerakan peristaltis, re
fleks muntah maupun batuk).

4 IMPLEMENTASI
Tahap dilakukannya intervensi keperawatan berdasarkan prioritas masalah, meli
puti tindakan mandiri, kolaboratif, maupun health promotion.
Lanjutan …
5 EVALUASI
Untuk mengevaluasi berhasilnya intervensi keprawatan, perlu dibandingkan a
ntara perilaku pasien dan hasil yang diharapkan.
Intervensi keperawatan dikatakan berhasil apabila pasien dapat:
• Mempertahankan jalan nafas yang paten dan auskultasi paru tidak menun
jukkan rales
• Mempertahankan nilai gas darah dalam batas normal dan saturasi oksigen
pada kadar 96% atau lebih.
• Bisa batuk secara efektif.
• Memiliki haluaran urine lebih dari 30 ml per jam; tidak ada edema.
• Berkemih secara spontan 8-10 jam setelah pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai