Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Infeksi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115)
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknnya
kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Ambarwati dan Wulandari, 2009:122)
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,
waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun. (Rustam Mochtar, 1998)
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis
setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-
10postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari (Mochtar, Rustam,
1998:115)

1.2 Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen ( kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh), dan endogen ( dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dari 50%
adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antaralain adalah:
1) Streptococcus Haemoliticus Aerobik
Masuk secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
2) Staphylococcus Aureus

1
Masuk secara eksogen, infeksi sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di Rumah Sakit.
3)Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas.
4) Clostridium Welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar Rumah Sakit.
terjadinya infeksi:
a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-
ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci hama.
c. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alata terkena infeksi kontaminasi yang
berasal dari hidung, tenggorokan, dari penolong dan pembantunya atau orang lain.

1.3 Patofisiologi

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm. Permukaanya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang pathogen dalam tubuh wanita. Servik
sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan
perineum, yang merupakan tempat masuknya kuman patogen. Infeksi nifas dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu satu infeksi yang terbatas pad perineum, vulva,
vagina, servik dan endometrium, kedua penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-
vena, melalui jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.

1.4 Tanda dan Gejala


Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat
berbentuk :
1.      Infeksi local
Pembekakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran
lhocea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperature badan
dapat meningkat.

2
2.      Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan
nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan teras sesak, kesadaran gelisah
sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan
bernanah serta kotor.

1.5 Klasifikasi
1) Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks, dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui: pembuluh darah vena, pembuluh
limfe dan endometrium.

1.6 Macam-Macam Infeksi Nifas

1. Endometritis
Pengertian
- Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan (Ben-zion Tuber, 1994).
- Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam
dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus,).
- Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
(Manuaba, I.B. G., 1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di
endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72
jam setelah melahirkan.
- Endometritis secara umum adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan
ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi
kebidanan dan nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah
sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam populasi. Endometritis dapat
juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus,
retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang
sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan
untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
a. Tipe Endometritis
1. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)

3
2. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai
sel sintitial dan trofoblas yang banyak)
3. Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan
tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)
b. Etiologi
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan
lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan
infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci
hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang
yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab
penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. Endometritis sering
ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada
riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab
lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan
setelah abortus dan melahirkan.
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi
pada wanita adalah:
4
1. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya
ketuban.
4. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
6. Kelahiran secara bedah.
7. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya
Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti
Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi , kelahiran
kembar , serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.
A. Faktor Predisposisi
1. Aborsi
2. Kelahiran kembar
3. Kerusakan jalan lahir
4. Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan
menjadi menurun
5. Adanya korpus luteun persisten.
6. Persalinan Pervaginam

Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya


endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan pervaginam
disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus yang lama dan
pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian endometritis akan meningkat sampai
mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis
akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
1. Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting untuk
timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan

5
dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya faktor
resiko tersebut america college of obsetricians andgynekologists menganjurkan
pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan secsio caesarea.
A. Tanda dan Gejala Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :                            
1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada
keparahan infeksi.
2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6. Subinvolusi
7.Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8.Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11.Abdomen distensi atau pembengkakan.
12.Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)

A. Klasifikasi Endometritis
Menurut Wiknjosastro (2002),
1. Endometritis akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis
post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis
post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum
terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti
polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling
penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.

6
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium
dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban
dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal
ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah,
dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain endometritis akut
ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti
kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device)
ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di
sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu
dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam
pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar
infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a. Demam
b. Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar lochea yang
purulent.
c. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.

Penatalaksanaan :
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha
mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Terapi :
a. Uterotonika.
b. Istirahat, letak fowler.
c. Antibiotika.
d. Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat
diberi estrogen.

1. Endometritis kronik

7
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih
menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang
pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah
menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium
lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab
yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia.
Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat
kanker leher rahim atau kanker  endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa
noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan
haid seperti menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.

Endometritis kronis ditemukan:


a. Pada tuberkulosis.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB


genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah
endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat
desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena
adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
a. Flour albus yang keluar dari ostium.
b. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
Perlu dilakukan kuretase.

8
a. Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak
mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden
masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah
mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat
terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat
kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak
bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus,
Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus
dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat
implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang berkoloni
diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu
biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4 cm dengan
permukaan luka berbenjol–benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus.
Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi
selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.
a. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah
rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada
perabaan, dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa
kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan
anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1. Nyeri abdomen bagian bawah.

9
2. Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3. Kadang terjadi pendarahan.
4. Dapat terjadi penyebaran :
a. Miometritis
b. Parametritis
c. Salpingitis
d. Ooforitis
e. Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses. (Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
1.Takikardi 100-140 bpm.
2.Suhu 30 – 40ᵒ celcius.
3.Menggigil.
4.Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
5.Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6.Sub involusi.
7.Distensi abdomen.
8.Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah
seropurulen.
8.Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
Jumlah sel darah putih meningkat.
a. Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis
dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal
dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi
tidak bunting, siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat
ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop
dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan
kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai
fluktuasi (tergantung derajat infeksi).

10
Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran
mucopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa
endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari biopsy endometrial.
Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi traktus genital per
rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis.
Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran
uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak selalu
mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus,
cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem
penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik,
pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari
diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. 
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus
endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan
postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan
yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari
vagina yang diketahui lewat palpasi rektal. Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan
vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi
dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan
keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma
kelahiran, distosia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode postpartum
dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk
memastikan adanya pus, mengindikasikan keradangan pada uterus.  Sejumlah kecil
pus yang terdapat pada pipet inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu
gejala yang mangarah pada endometritis.
Keradangan pada cervix (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai
abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting
untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum. 
Untuk beberapa kasus endometritis klinis atau subklinis, diagnosa diperkuat dengan
biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy akan tampak adanya
peradangan akut atau kronik pada dinding uterus. Pemeriksaan biopsi uterin dapat
untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.
Tampak daerah keradangan menunjukkan terutama neutrofil granulocyte dan
dikelilingi jaringan nekrosis dengan koloni coccus.

11
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada
vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah,
cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan
deteksi bau dari mukus pada vagina. Satu prosedur adalah pembersihan vulva
menggunakan paper towel kering dan bersih, sarung tangan berlubrican melalui vulva
ke dalam vagina. Pinggir, atas dan bawah dinding vagina dan os cervik eksterna
dipalpasi dan isi mukus vagina diambil untuk diperiksa. Tangan biasanya tetap di
vagina untuk sekurangnya 30 detik. Pemeriksaan vagina manual telah sah dan tidak
menyebabkan kontaminasi bakteri uterus, menimbulkan phase respon protein akut
atau menunda involusi uterus. Tetapi operator sadar bahwa vaginitis dan cervicitis
mungkin memberikan hasil yang salah. Vaginoscopy dapat dilakukan dengan
menggunakan autoclavable plastik, metal atau disposable foil- lined cardboard
vaginoscope, yang diperoleh adalah inspeksi dari isi vagina. Tetapi mungkin ada
beberapa resistensi menggunakan vaginoscop karena dirasa tidak mudah, potensial
untuk transmisi penyakit dan harganya. Alat baru untuk pemeriksaan mukus vagina
terdiri dari batang stainless steel dengan hemisphere karet yang digunakan untuk
mengeluarkan isi vagina.
a. Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya
dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi

2. Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan
dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas
hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus atau nekrosis insisi
uterus, sebaiknya diterapi secara bedah.

12
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar, terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau
dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini
umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi
ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien
sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
4. Panggul abses
Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis yang
mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan
computed tomography, kolpotami, atau melalui abdomen, bergantung pada lokasi
abses.
5. Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di
sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi sebagai drainase
subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan
pengangkatan uterus yang terinfeksi.
6. Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus.
Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai vena-vena di
ovarium.
a. Penatalaksanaan
1. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran
terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
2. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk
memberikan nutrisi yang memadai.

13
3. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post
abortus atau post partum.
4. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.
5. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat
penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-
lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin
ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti
adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)

.             1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic
1.   Jumlah sel darah putih (SDP)
2.   Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
3.   Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi
organisme penyebab.
4.  Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
5.  Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum.
6. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.

1.8 Penatalaksanaan

.            
1.      Pengobatan infeksi nifas
a.   Sebaiknya segera dilakukan pembiakan ( kultur) dan sekret vagina dari
luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendaptkan antibiotik yang
tepat dalam pengobatan.
b.  Lalu berikan dosis yang cukup dan adekuat.

14
c.  Karena pemeriksa memberikan waktu lama berikan antibiotika spektrum
luas ( blood spectrum )
d. Pengobatan yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh penderita (infus,
transfusi darah).

2.   Pengobatan kemoterapi dan antibiotic


a.       Kemasan sulfonamide
b.      Trisulfa merupakan kombinasi dari suldizim 185, sulfa metazin 130 mg dan
sulfa tiozol 183 mg.
c.       Dosis insial 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam kemudian per oral.
d.      Kemasan penisilin
e.       Prokain-penisilin 1,2-2,4 juta im. Penisilin 6.500 satuan setiap 6 jam atau
metasilin 1 gr setiap 6 jam im ditambah dengan ampisilin kapsul 4x250 mg/oral.
f.        Tetrasiklin, entromisin dan khlorampenikol 

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI NIFAS

1.      Pengkajian
a.  Identitasklien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan
lain-lain.
b.  Riwayat kesehatan
1)   Riwayat kesehatan sekarang
c. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
a)   pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam 
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu postpartum.
b)   adanya leukore dan lochia berbau menyengat
2)   Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik, hemofilia,mioma uteri
,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah,
tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
b)   Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita 
hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
c) Riwayat obstetric
1. Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya,baunya,keluhan
waktu haid.
2. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang keberapa,usia mulai hamil
d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan
panjang anak waktu lahir.
3)  Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup atau
tidak, kondisi 
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
e) Riwayat kehamilan sekarang
1)  Hamil muda:keluhan selama hamil muda
2)  Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
3)   Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali,perawatan serta
pengobatannya yang didapat.
f)  Riwayat persalinan sekarang
Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio
plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak lahir hidup atau mati,
BB dan panjang anak waktu lahir.

2.   Pemeriksaan fisik
a.   Pemeriksaan umum

16
1)   Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel )
2)      Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3)      Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
4)   Status Psikologis
Tanda : 
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
5)   Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
6)   Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan
dengan guarding (endometritis)
c. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis,
parametritis).
7)   Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).
8)      Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24 jam pasca
partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada 24 jam
pertama menandakan berlanjutnya infeksi.
b.      Pemeriksaan khusus
1)      Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2)      Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3)      Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka 
jahitan
4)      Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
5)      Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum

3.   Diagnosa keperawatan dan intervensi


a.   Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
1)   Tujuan 1 : Mencegah dan mengurangi infeksi.
Intervensi :
a)   Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang
baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan
kemungkinan perdarahan atau nyeri.
b)   Kaji tinggi fundus dan sifat.
c)   Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum.

17
d)  Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting).
Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah
klien menyusui dengan ASI.
e)   Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat
kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post
partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
f)   Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap.
g)   Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada
pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur.
h)   Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan.
i)    Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat
besi.
j)    Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan
nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas.
k)   Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/
kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara
sering dan teratur.
l)    Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna.

2)   Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya.


Intervensi :

a)   Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.


b)   Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test
sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin,
chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler
gonovine.
c)  Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif.
d)  Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara
intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah
e)   Pemberian analgetika dan antibiotika.
b.   Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi :
1)  Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor
pencetus
2)   Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah.
3)    Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress.
4)    Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung)
5)   Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas
dalam , bimbingan imajinasi , visualisasi)
6)  Kolaborasi :
a)   Pemberian obat analgetika.
Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan
b)   Pemberian Antibiotika

c.   Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian


Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
Intervensi :

18
1)   Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
2)   Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
3)   Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Rasional : Memberikan dukungan emosi
4)   Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak
diketahui
5)   Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
6)   Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping
yang tepat.

d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.


Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat
waktu, tingkat energi cukup dan Hb / Ht dalam batas normal pasca partum.
Intervensi :
1)   Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C.
2)   Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml / hari jus, sup dan cairan nutrisi lain
3)   Berikanlah cairan / nutrisi parental sesuai indikasi (kolaborasi)

e.   Nyeri berhubungan dengan respons tubuh pada agen tidak efektif : sifat infeksi.
Tujuan :
1)  Mengidentifikasi / menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara individu.
2)  Melaporkan ketidak nyamanan hilang / terkontrol
Intervensi
a)   Kaji lokasi dan sifat ketidaknyaman atau nyeri
b)  Berikan instruksi mengenai, membantu, mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
c)  Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
d)  Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.

f.   Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan penyakit
Tujuan :
1)   Menunjukan perilaku kedekatan terus menerus interaksi orang tua-bayi
2)   Mempertahankan / melakukan taggung jawab untuk perawatan fisik dan emosi
terhadap bayi baru lahir, sesuai kemampuan.
3)   Mengekspresikan kenyamanan dengan peran menjadi orang tua.
Intervensi :
a)   Berikan kesempatan untuk kontak ibu-bayi kapan saja memungkinkan.
b)   Pantau respons emosi klien terhadap penyakit dan pemisahan dari bayi.
c)   Anjurkan klien untul menyusui bayi bila mungkin

19
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari, 2009, Asuhan Kebidanan NIFAS, MITRA CENDEKA


Press, Jogjakarta
Doenges M.E. (2001). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Car
(2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Farrer H. Prawatan Maternitas. Jakarta. EGC, 1999. hal 231-232
Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohadrjo.
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998, Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai