“LUKA BAKAR”
NIM : P05120220056
Pembimbing Pendidikan
(Widia Lestari.,S.Kep.,M.Sc)
1. Definisi
2. Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh
pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban
pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi
jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya
adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali ditemukan
didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen
dari luar vagina (eksogenus) (Bobak, 2011).
Penyebab infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang
tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman
ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis
dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.(Khaidir
M, 2009).
4. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-
benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi
reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf
dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh
tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma.
Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh
yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat)
5. Manifestasi klinis
1. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir
ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut.
2. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki
suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak
daripada ke daerah normal.
3. Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.
4. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.
5. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
6. Kompikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut).
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian (MA Themone, 2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke
kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat meningkat
dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau drainase
luka atau pewarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
5. Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis.
(Mitayani, 2013).
8. Penatalaksaan
1. Suhu diukur sedikitnya empat kali sehari.
2. Berikan terapi antibiotik prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1 M penisilin G 500.000
satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah dengan ampisilin
kapsul 4x250 mg per oral.
3. Perhatikan diet ibu; diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
4. Lakukan transfusi darah bila perlu.
5. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.
(Mitayani, 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Ana Ratnawati (2017:203) menjelaskan kemungkinan data yang
dihasilkan saat pengkajian:
1. Data demografi/ identitas klien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan
menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi. Pengeluaran darah dari jalan lahir
yang tetap berwarna merah dalam beberapa hari post partum atau lebih dari 2 minggu
post partum, leukorea dan lochea berbau menyengat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, mioma
uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
2) Riwayat penyakit keluarga, riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, preeklamsia, penyakit keturunan, hemofilia, dan
penyakit menular.
c. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya, dan
keluhan saat haid.
2) Riwayat perkawinan meliputi usia perkawinan, kawin yang keberapa, dan usia
hamil.
d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi waktu hamil muda, hamil tua, dan pernah adanya abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, kesulitan saat bersalin, anak lahir hidup atau tidak, dan panjang anak saat
lahir.
3) Riwayat nifas meliputi keadaan lochea, perdarahan, ASI cukup atau tidak,
kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, dan kontraksi.
e. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil muda : keluhan selama hamil muda.
2) Hamil tua : keluhan selama hamil, peningkatan berat badan, suhu, nadi,
pernapasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, dan keluhan
lain.
3) Riwayat ANC (AnteNatal Care) meliputi : tempat pelayanan, jumlah kunjungan,
perawatan serta pengobatan yang didapat.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tempat pelayanan, jumlah kunjungan, perawatan serta pengobatan yang di
dapat.
g. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada
saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
h. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat
intravena, merokok, alkohol, gizi buruk, tingkat stres yang tinggi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum/penampilan umum meliputi tingkat energi, ekspresi wajah, tingkat
kesadaran, dan keadaan emosi klien.
b. Tanda – tanda vital : nadi lebih dari 100 kali per menit, suhu 38˚C atau lebih.
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem persyarafan
Kaji adanya sakit kepala.
a. Sistem pernapasan
Respirasi cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
b. Sistem pencernaan
Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia, mual/muntah, konstipasi/obstipasi,
diare, haus dan membran mukosa kering. Menghitung bising usus empat kuadran
(bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralisis usus).
c. Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva anemis, takikardi.
d. Sistem integumen
Kaji tekstur kulit, edema, nyeri bila dipalpasi, varises.
e. Sistem muskuloskeletal
Kaji kekuatan otot, reflek patella , nyeri tekan dan panas pada betis (jika ada maka
menandakan tanda homan positif).
f. Sistem Reproduksi
a) Breast (payudara)
Bentuk payudara, pembesaran, kesimetrisan, pigmentasi, warna, keadaan
areola dan bentuk puting susu, stimulation nipple erexi, pembengkakan,
benjolan atau massa di payudara, nyeri tekan, produksi laktasi/kolostrum dan
perabaan pembesaran kelenjar getah bening di axila.
b) Uterus
Abdomen meliputi : teraba lembut, tekstur kenyal, musculus rectus abdominis
utuh atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi
(keras, lunak, kenyal), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
c) Vulva
Lihat struktur, regangan, edema vagina, keadaan lubang vagina (licin,lemah),
adanya hematom, nyeri, dan tegang.
d) Perineum
Keadaan luka pada area perineum dan tanda infeksi. Pada luka episiotomy,kaji
tanda REEDA, echimosis, edema, kemerahan, eritema, dan drainage.
e) Lochea
Warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi (1-3 hari rubra, 4-10hari
serosa, >10 hari alba).
f) Anus
Hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Sistem genitourinaria
Meliputi miksi lancar/tidak, spontan/tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi).
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, infeksi, adanya edema dan
nyeri, terpasangnya infus, efek anestesi
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
2. Jelaskan program
penanganan inkontinensia
urine
3. Anjurkan membatasi
komsumsi cairan 2-3 jam
menjelang tidur
7. Anjurkan menghindari
kopi, minuman bersoda, teh
dan cokelat
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli
inkontinensia, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda pada dengan forsep
McGill
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan
diet terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan
yang diperbolehkan dan
dilarang
3. Informasikan
kemungkinan interaksi
obat dan makanan, jika
perlu
4. Anjurkan
mempertahankan posisi
semi fowler 20-30 menit
setelah makan
5. Anjurkan mengganti
bahan makanan sesuai
dengan diet yang
diprogramkan
6. Anjurkan melakukan
olahraga sesuai toleransi
7. Anjurkan membaca label
dan memilih makanan yang
sesuai
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan
sertakan keluarga, jika
perlu
Terapeutik
Daftar Pustaka
Sukarmi Icemi K. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta:
September (2013).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia