Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

POST PARTUM INFECTION

Oleh : Kelompok 7

- Khadijah
NIM. 2022-0305-028
- Agnes Murniyati
NIM. 2022-0305-030
- Febiolla Nadia Watunglawar
NIM. 2022-0305-023
- Stanislaus Galih Prasdanto
NIM.2022-0305-001

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

PROFESI NERS UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2023
A. DEFINISI INFEKSI POST PARTUM
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetelia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai dengan kenaikkan suhu sampai 38º c atau lebih selama 2 hari
berturut-turut dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24
jam pertama. Definisi infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya.( Zulkarnain Iskandar, 1998). Infeksi post partum adalah infeksi pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan.

B. PENYEBAB DAN KLASIFIKASI INFEKSI POST PARTUM


1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
 Vulvitis ( Peradangan pada vagina)
Gejala sepeti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa
perih, biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida
albicans, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis. Biasanya
permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
Hal ini terjadi biasanya karena adanya peningkatan pH vagina yang
berubah, Adanya perubahan mukosa pada vagina, daya tahan tubuh
terganggu karena perubahan yang berkaitan dengan proses penuaan, stress,
atau penyakit. Pemakaian antibiotic juga bisa merusak flora normal yang
melindugi vagina.
 Servisitis ( Peradangan pada serviks)
Servisitis adalah infeksi dan inflamasi pada serviks. Secara klinis sulit
memberi perbedaan kecuali dilakukan evaluasi mikroseluler. Luka serviks
yang dalam dan meluas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dan
dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium. Biasanya tidak
menimbulkan banyak gejala. Servisitis dikaitkan dengan kanker serviks.
 Endometritis
Merupakan infeksi yang biasanya demam dimulai dalam 48 jam post
partum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki endometrium
(biasanya pada insersio plasenta ) dalam waktu singkat dan menyebar
keseluruh endometrium.
 Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi
postpartum. Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan
bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari
endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang
dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel
radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis
dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa
yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih
besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus
pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat
akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti
amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV
per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
 Mastitis
Infeksi pada payudara. Infeksi terjadi karena adanya luka pada putting
susu dan bendungan ASI.

2. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah:


 Septikemia : Bakteri atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran
darah dan menyebabkan infeksi.
 Piemia : Infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului
oleh terjadinya tromboflebitis.
 Tromboflebitis : Perluasan invasi mikroorganisme pathogen yang
mengikuti aliran darah vena disepanjang vena dan cabang-cabangnya.

3. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium :


 Parametritis :
 Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan
demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum,
seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2. Lymphogen
3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
 Peritonitis :
Inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membrane serosa
rongga abdomen. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya
endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-
ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses
pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium :
 Salpingitis : Reaksi inflamasi dan infeksi pada saluran tuba.
 Ooforitis : Infeksi pada ovarium.
5. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK
memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis,
Vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma
lahir mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari
escherichia coli.

C. ETIOLOGI
Bermacam-macam jalan masuk bakteri seperti eksogen (bakteri datang dari
luar), autogen (bakteri masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (bakteri
berasal dari jalan lahir sendiri). Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi
antara lainnya :
 Steptococcus haemoliticus anerobic
Masuknya bakteri secara eksogen dan menyebabkan infeksiberat. Infeksi
iini biasanya ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril,
tangan penolong.
 Staphylococcus aureus :
Masuknya secara eksogen, infeksinya dalam tingkat sedang. Banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.
 Escherichia coli :
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkaninfeksi
terbatas pada perineu, vulva dan endometrium. Bakteri ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
 Clostridium welchii :
Bakteri ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

Cara terjadinya infeksi :


1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi dimana membawa bakteri yang sudah
ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung
tanagn atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari bakteri.
2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan tenaga kesehatan.
3. Didalam rumah sakit banyak bakteri-bakteri pathogen yang berasal
dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Bakteri-bakteri ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-kemana antara lain misalnya, ke
handuk, kain-kain, alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan.

D. FAKTOR RESIKO
1. Faktor Sosial Ekonomi
Penderita yang memiliki sosial ekonomi rendah mempunyai resiko
timbulnya infeksi nifas karena kurangnya biaya untuk persalinan pada saat
persalinan. Asupan gizi, atau nutrisi yang rendah, dan perawatan antenatal
yang tidak adekuat juga mempengaruhi terjadinya infeksi pada ibu.
2. Faktor Proses Persalinan :
Proses persalinan sangat mempengaruhi resiko timbulnya infeksi nifas,
diantaranya ialah partus lama atau partus kasep (persalinan berlangsung
lebih dari 24/jam pada primi, dan lebih dari 18/jam pada multi (Mochtar,
1998), lamanya ketuban pecah, korioamnionitis, pemakaian monitoring
janin intrauterine, jumlah pemeriksaan dalam yang dilakukan selama
proses persalinan dan perdarahan yang terjadi.

3. Faktor Tindakan Persalinan :


Tindakan persalinan merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi
postpartum. Seksio sesarea merupakan faktor utama terjadinya infeksi
nifas. Penderita yang mengalami seksio sesarea mempunyai faktor resiko
5-30 kali lebih besar terkena infeksi.
4. Anemia :
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Hal ini juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah
putih kurang untuk menghambat masuknya bakteri.
5. Ketuban Pecah Dini (KPD) :
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan
masuknya kuman keorgan genital.
6. Trauma Pembedahan :
Perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen,
seperti operasi.
7. Kontaminasi Bakteri :
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau serviks dapat terbawa ke
rongga Rahim. Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan
vagina atau saat dilakukan tindakan persalinan dapat menajdi salah satu
jalan masuk bakteri.

E. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu
terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel
fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut
inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan
jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka
sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit
kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga
membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman
(peradangan yang luas dijaringan ikat).
F. TANDA DAN GEJALA
Jika infeksi menyebar melalui pembuluh darah :
 Septikemia
1. Kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal
2. Menggigil
3. Nadi cepat 140-160x/mnt atau lebih
4. Suhu meningkat antara 39-40ºC
5. Sesak nafas
6. Kesadaran turun
7. Gelisah
 Piemia
1. Tidak lama postpartum pasien sudah merasa sakit
2. Perut nyeri
3. Berukang-ulang suhu meningkat dan menggigil, diikuti oleh turunnya suhu
yang lambat akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.

Jika infeksi menyevar melalui jalan limfe :

 Perionitis
1. Suhu badan tinggi
2. Nadi cepat dan kecil
3. Nyeri tekan perut +
4. Pucat
5. Mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates
6. Kulit dingin
 Salfingitis dan Ooforitis
1. Nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
2. Demam disertai menggigil
3. Pengeluaran secret yang banyak dan kadang disertai pus.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap
Untuk memperkirakan apakah ibu mengalami kehilangan darah atau tidak, untuk
mengetahui apakah ada atau tidaknya terjadi perubahan Hb atau Ht dan
peningkatan sel darah putih (SdP). Salah satu yang mengindikasikan seseoramg
terkena infeksi adalah terjadi peningkatan leukosit, yaitu mencapai >11.000/mm
2. Kultur Uterus dan Vagina
Untuk memastikan diagnose infeksi postpartum. Dengan demikian dapat
diketahui miikorganisme yang menyebabkan infeksi pada ibu, sehingga tenaga
kesehatan dapat memberikan tindakan asuhan yang tepat.
3. USG
Melihat adanya plasenta yang tertinggal dalam uterus.
4. Pengecekan Lochea pada perineum setelah melahirkan (1-14 hari)
COCA (Konsistansi, bau, warna, jumlah cairan)
5. Pengecekan pada perubahan perineum
Observasi adanya kemerahan, edema atau pembengkakan, warna, adanya
keluaran cairan seperti nanah, dan perlekatan luka (REEDA).

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis (Peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis Pelvika (Bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan bakteri dalam darah
4. Syok toksik dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang berat bahkan
kematian.

I. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Beri antibiotik sampai dengan 48 jam bebas demam
2. Cegah dehidrasi : berikan minum atau infus cairan kristaloid
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lalukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon.
4. USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta dalam rongga
uterus atau massa intra abdomen-pelvik.
5. Periksa kondisi umum : TTV. Nyeri perut dan cairan per vagiam setiap 4 jam.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA IBU DENGAN POST PARTUM INFEKCTION

A. PENGKAJIAN POLA GORDON


1. Pola Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan
 Kaji riwayat obstetri pada ibu
 Kaji riwayat kesehatan ibu, alergi, konsumsi obat
 Kaji pola pemeliharaan kebersihan ibu
 Kaji riwayat ibu berapa kali melahirkan
 Kaji apa tehnik melahirkan ibu
 Kaji lamanya persalinan
 Kaji lamanya plasenta dan jaringan keluar dari Rahim
 Kaji riwayat alat kontrasepsi ibu

2. Pola Nutrisi Metabolik

 Kaji nafsu dan pola makan ibu


 Kaji jenis dan banyaknya makanan sehari-hari ibu
 Kaji tingkat mual dan muntah, frekuensi, banyaknya, warna dan jenis
muntahan
 Kaji adanya suplemen yang dikonsumsi ibu
 Kaji jenis makanan yang disukai ibu
 Kaji frekuensi dan banyaknya asupan cairan
 Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi: finger print, mukosa kering, turgor
kurang elastis
 Kaji kecepatan proses penyembuhan luka
 Kaji adanya penurunan berat badan

3. Pola Eliminasi
 Kaji BAB ibu (warna, bau, konsistensi)
 Kaji frekuensi urine ibu (warna, bau, frekuensi)

4. Pola Tidur dan Istirahat

 Kaji apakah ibu mengalami sulit tidur


 Kaji berapa lama ibu istirahat

5. Pola Aktivitas dan Latihan

 Kaji apakah ibu sudah bisa mobilisasi


 Kaji apakah ada hambatan saat melakukan mobilisasi
 Kaji adanya sesak nafas dan nyeri dada
6. Pola Kognitif
 Kaji Nyeri (p,q,r,s,t)
 Kaji lokasi nyeri tekan

7. Pola Konsep Diri

 Kaji adanya body image pada ibu


 Kaji harga diri dan ideal diri setelah melahirkan

8. Pola Peran dan Hubungan Sesama

 Kaji peran klien dalam keluarga


 Kaji hubungan klien dengan suami, orang tua, keluarga atau mitra lainnya
 Kaji kualitas support system dari keluarga atau mitra lainnya

9. Pola Seksualitas dan Reproduksi

 Kaji seksual ibu setelah post partum


 Kaji adanya bendungan ASI pada payudara
 Kaji COCA
 Kaji REEDA
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri akut b.d distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih.
2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan
3. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan, peningkatan kebutuhan
metabolism, faktor ekonomi (Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
2017)
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses infeksi
5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang gejala yang muncul
6. Kurangnya pengetahuan tentang hygiene yang tepat b.d kurangnya
informasi
7. Intoleransi aktivitas b.d hambatan mobilitas fisik
8. Perubahan eliminasi urine b.d efek-efek hormonal, trauma mekanis dan
edema jaringan

C. DISCHARGE PLANNING
1. Ajarkan ibu untuk membersihkan daerah perineum dengan air matang sesudah
mengganti kotek atau sesudah buang air.
2. Jika ibu menyusui, ajari ia merawat payudara dan putting susu untuk
mencegah infeksi (Mastitis)
3. Jika persalinan dengan sesio sesarea, untuk mecegah masalah pernafasan
dalam masalah persalinan, anjurkan ibu untuk berhati-hati dalam
menggonsumsi obat, segera mobilisasi dan tarik nafas dalam sering-sering,
dalam 12 jam pertama ibu boleh berjalan.
4. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi vit.A dimana berfungsi untuk menurunkan
angka kematian dan angka kesakitan, vitamin A berperan terhadap sistim
kekebalan tubuh, mempertahankan terhadap infeksi.
DAFTAR PUSAKA

A'Yunin, Q. (2016). Gambaran Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Infeksi Pada Ruptur
Perineum Di RB.Matiro Baju Sungu Minasa Goa, 13-14.

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2007). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

BRUNNER , & SUDDARTH'S. (2014). Medical-Surgical Nursing. Jakarta: Wolters Kluwer.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi . (2015-2017). Jakarta: EGC.

Herlina, U., & Hidayat, A. (2019). Pendeketan Eksistensial dalam Praktik Bimbingan dan
Konseling, 1-9.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Gangguan Neurologi). Jakarta: RGC.

Leveno, K. J. (2013). Manual Williams Komplikasi Kehamilan. Jakarta: Penerbis Buku


Kedokteran EGC.

LEWIS, BUCHER, HEITKEMPER, HARDING, KWONG, & ROBERTS. (2017). MEDICAL


SURGICAL NURSING. America: ELSEVIER.

Maryani, D. (2019). Oksitosin. Jurnal Ilmu Kebidanan. SUPLEMENTASI VITAMIN A BAGI IBU
POST PARTUM DAN BAYI, 2.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Jakarta: PPNI.

Prawiroharjdo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Sarwono Prawirohardjo.

Rahmasari, D. (2012). Peran Filsafat Eksistensialisme TerhadapTerapi Eksistensial-Humanistik


Untuk Mengatasi Frustasi Eksistensial, 2-7.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai