Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN MATERNITAS

“INFEKSI POST PARTUM”

OLEH:

KELOMPOK 13

ASFIANTI (22201018)

RAHMAWATI NENTO (22201001)

PRODI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023/2024
A. KONSEP MEDIS INFEKSI POST PARTUM

A. Pengertian
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ). Infeksi
pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan(Bobak,2004).

Nifas atau puerperium merupakan periode waktu atau masa dimanaorgan-organ


reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu. Sedangkan infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Ratnawati,
2016). Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38C atau lebih selama 2hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama (Lowdermilk dkk, 2013).

B. Etiologi
Penyebab infeksi post partum dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Menurut Zaenuri (2012) penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan
mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 %
adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara
lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain, alat alat yang tidak steril, tangan penolong, dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum,menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
Merunut Anwar (2013) faktor predisposisi infeksi post partum, yaitu:
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan
kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.

C. Jenis-jenis infeksi post partum


1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini
dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi
pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan
melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah
lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan
yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher
rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri
yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau
tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena
luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk,
pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-
kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu
setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat
terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar
rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis
(infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung
telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi
plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan
pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym,
2008).
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan
sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk
menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.

b. Miometritis (infeksi otot rahim)


Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri
perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit
ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang
meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan
reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pinggang, dan leukore. Akan tetapi
pembesaran uterus pada umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat
kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam,
gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil
konsepsi.

c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).


Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral
tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
1. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
- Per continuitatum : endometritis → myometritis → parametitis
- Lymphogen
- Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis

2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin,
bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka yang menderita
diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko
tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalah bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu
yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal.
Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat.
Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah menunjukian
bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative. Pemeriksaan tambahan
bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati. Perubahan EKG
menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti
hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk
menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular.
Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat. Pengobatan yang
cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan
mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan
DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Peritonitis
Pritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan
bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan
bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan
menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-
gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan
abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan
kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat. Suhu meningkat menjadi tinggi nadi cepat dan kecil perut kembung dan nyeri ada
defense musculaire. Muka penderita yang mula-mula kemerah-merahan menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisiti vaginitis obstruksi ureter yang
flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore
dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteri uria asimptomatik terjadi pada sekitas 5%
nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30%
pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan lebih disukai pada
kunjungan pertama specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika
didiagnosis ada infeksi pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga
minggu disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius.

5. Septicemia dan piemia


Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada
vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar
ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari
tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap
kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah
ketempat-tempat lain antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan
piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk nadi menjadi
cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta
menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum.
Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat
disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru,
pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat
lain.
D. Manifestasi klinis
Menurut Anwar (2013) rubor (kemerahan) kalor (demam setempat)akibat vasodilatasi
dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh
peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan
gangguan faal, dan reaksi umumantara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan
denyut jantung. Manifestasi klinis yang lain :
a.Peningkatan suhu
b.Takikardie.
c.Nyeri pada pelvis
d.Demam tinggi
e.Nyeri tekan pada uterus
f.Lokhea berbau busuk/ menyengat
g.Penurunan uterus yang lambat
h.Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
E. Patofisiologi
Menurut Zaenuri (2012) reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dandapat pula terjadi
reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada
saat itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh berupa proliferasi sel fagosit
dan sel pembuat antibodi (limfosit B).Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut,
reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila
penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris
akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila
trauma berlebiha reaksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan
terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain
membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).

F. Komplikasi
Peritonitis (peradangan selaput rongga perut) Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di
dalam vena panggul) dengan resiko terjadinya emboli pulmoner. Syok toksik akibat
tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa
menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Anwar (2013) pemeriksaan penunjang pada infeksi post partum meliputi:
1.Pemeriksaan Laboratorium
a.Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <10 g% dibutuhkan
suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b.Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c.Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk
melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, beratringannya penyakit)
d.Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi
tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai + 1.
e.Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam urine.
Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari
glumerulus ( Normal : 1 -25 mg/ dL).

H. Penatalaksaan
Menurut Zaenuri (2012) penatalaksaan infeksi post partum, yaitu:
a.Pencegahan
1)Masa Persalinan
a)Hindari pemeriksaan dalam berulang lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik
apalagi bila ketuban telah pecah.
b)Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c)Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker dan alat-alat tetap steril
d)Perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginaan maupun perabdominal dibersihkan,
dijahit sebaik- baiknya dan menjaga sterilitas.
e)Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga
kebersihannya
f)Pendarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti
dengan transfusi darah.
g)Masa Nifas
h)Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandung kemih harus steril.
i)Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
j)Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2)Masa Kehamilan:
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati- hati karena dapat menyebabkan pecahnya
ketuban, kalau initerjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.

b.Pencegahan infeksi postpartum :


1)Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik.Koitus pada kehamilan tua
sebaiknya dilarang.
2)Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak
berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan
banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus
steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perludan atas indikasi yang tepat.
3)Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-
tanda infeksi nifas bersama dengan wanitasehat yang berada dalam masa nifas.

c.Penanganan umum
1)Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2)Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3)Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atauinfeksi yang dikenali pada
saat kehamilan ataupun persalinan.
4)Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5)Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumahdan gejala-gejala yang
harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6)Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir,dari ibu yang mengalami
infeksi pada saat persalinan. DanBerikan hidrasi oral/IV secukupnya.
d.Pengobatan secara umum
1)Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina,luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
2)Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3)Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas
(broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4)Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan,
perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
e.Penanganan infeksi postpartum :
1)Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2)Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila
ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.

B. KONSEP KEPERAWATAN
2.8 Teori Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematik suntik menentukan
masalah klien, membuat perencanaa untuk mengatasi serta pelaksanaan dan evaluasi
keberhasilan secara efekti terhadap masalah yang diatanya. Proses keperawatan pada
dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang sistematis yang berfokus pada
respon manusia secara individu, kelompok, dan masyarakat terhadap perubahan kesehatan
baik actual maupun potesial. Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu :
Pengkajian,Perecanaan, Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap saling
berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah kebutuhan kesehatandan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
a.Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk mengumpulkan informasi tentang
klien yang akan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan kesehatan klien sehari-hari meliputi :
1)Identitasa Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis,status marital, alamat.
b)Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur,suku/bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan, agama,hubungan dengan klien, alamat

2)Status Kesehatan
a)Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya klien
akan mengeluh nyeri pada daerah luka.
b)Riwayat Kesehatan Sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang
dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri
berkurang jika klien diamatau istirahat nyeri dirasakan seperti diiris-iris/disayat-sayat skala
nyeri bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan denganPQRST.
c)Riwayat Kesehatan Yang LaluYang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah
pernah mengalami operasi sebelumny riwayat penyakitinfeksi alergi obat-obatan hypertensi,
penyakit system pernafasan diabetes mellitus.
d)Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar danriwayat penyakit mental.
3)Pemeriksaan Fisik
a)Pemeriksaan ibu
 Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih lemah tigkat
kesadaran pada umumnya compos mentis tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat
emosi mulai stabil dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati
BB sebelum hamil.
 Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas
terjadi apabilaterdapat penumpukan secret akibat anesthesi.
 Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing tekanan darah biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi
peningkatan 30mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia
dan membutuhkan evaluasi lebihlanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang
dari 50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis
sebagiakibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi
jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum,
seperti kemerah-merahan, hangat dan sakitdi sekitar betis perasaan tidak nyaman pada
ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif dorso fleksi pada kaki.
 Sistem Saraf
Kaji fungsi persarafan kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan
spinal anesthesi.

 Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut pada hari pertama dan kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien
puasa padaklien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik,kecuali klien merasa
tenggorokan terasa kering. Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa kaji
bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran pencernaan apakah klien sudah BAB atau
flatus.

 Sistem Urinaria
Bagaimana pola berkemih klien berapa kalifrekuensinya kaji keadaan blass apakah ada
distensi bagaimana pola BAK klien kecuali terpasang katete kaji warna urine jumlah dan bau
urine.
 Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara apakah simetris adakah hyperpigmentasi pada areola
putting susu menonjol apakah ASI sudah keluar. Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir
abdomen karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka kaji kontraksi uterus perasaan
mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partumseksio
sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawahumbilicus atau pertengahan antara sympisis
danumbilical. Kaji pengeluaran lochea jumlahnya warna darah baunya. Biasanya lochea
berwarna merah bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara
membersihkannya berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
 Sistem Integumen
Kebersihan rambut biasanya kurang karena sejak postoperasi klien belum melakukan
aktivitas seperti biasa,kaji muka apakah ada hyperpigmentasi, kloasmagravidarum, kaji
keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya luka balutan biasanya dibuka pada harike
tiga.

 Sistem Muskuloskletal
Bagaimana keadaan klien apakah lemah adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas
simetris,apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus terutama karena klien
dipuasakan pada saat operasi.Pergerakan sendi-sendi biasanya tidak ada keterbatasan.Kaji
apakah ada diastasis rektus abdominalis.
 Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksiASI, pada post partum akan terjadi
penurunan hormoneestrogen dan progesterone sehingga hormone prolactin meningkatyang
menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang
pengeluaranASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan akan
terjadi pembengkakan payudara bila bayi tidak segera diteteki.
4)Pola Aktivitas sehari-hariPola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil,
selamahamil, selama dirawat di rumah sakit.
a)Nutrisi
Kaji frekuensi makan jenis makanan yang disukai dan tidak disukai apakah makanan
pantangan atau alergi bagaimana nafsu makan klien porsi makan (jumlah).
b)Eliminasi
Kaji frekuensi BAB warna bau dan kosistensi feses sertamasalah yang dihadapi klien saat
BAB Kaji frekuensi BAB warna, bau dan jumlah urine.
c)Pola tidur dan istirahat
Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu tidur yang cukup, tapi sering
mengalami masalah tidur karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit.
d)Personal hygiene Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas dangunting
kuku. Pada klien dengan post partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan bantuan
dalam personalhygiene.e)Ketergantungan fisik Apakah klien suka merokok, minum-
minuman keras, sertakaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
5)Aspek Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi respon ibu mengenai kelahiran kaji
pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan hal apa
yang perlu dilakukan setelah operasi seksio sesarea, kaji pengetahuan klien tentang laktasi,
perawatan payudara dan perawatan bayi.
b)Persepsi diri
Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi pencetus kecemasan kaji rencana ibu
setelah pulang dari rumah sakituntuk merawat bayi dan siapa yang membantunya dalam
merawat bayi di rumah.
c)Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diridan ideal diri klien setelah
menjalani seksio sesarea.
d)Hubungan dalm komunikasi antara yang diucapakan dengan ekspresi kebiasaan bahasa
dan adat yang dianut.
e)Kebiasaan seksual
Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio sesarea.
Biasanya dapat dilakukan setelahmelewatiperiode nifas (40 hari).
f)Sistem nilai dan kepercayaan Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap
sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah kliensuka menjalankan ibadah selama
sakit.
g)Pemeriksaan penunjang
Klien post partum dengan seksio sesarea perlu pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan
leukosit.
h)Therapi
Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik danvitamin.
b.Analisa Data Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data dengan menghubungkan
data tersebut dengan data dari konsep teori serta prinsip yang relevan untuk mebuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan rencana keperawatan pasien. Jadi analisa
data adalah membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien
yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam
batas wewenang perawat.
4. Implementasi
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari rencana yang telah ditetapkan Dalam
pelaksanaannya perawat menerapkan pengetahuan sikap dan keterampilan berdasarkan Ilmu-
ilmu keperawatandan ilmu yang terkait secara terintegrasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur keberhasilan
dari tujuan yang ingin dicapai selanjutnya dilakukan penilaian tiap hari melalui catatan
perkembangan.
6. Dokumentasi
Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data rencana maupun tindakan serta evaluasi
yang harus dilakukan harus di dokumentasikan. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui
bagaimana perkembangan klien tiap harinya

Pengkajian per system pada ibupost partum 6 minggu :


1. Identifikasi Klien :

Nama : Ny. A

Usia : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawina : Menikah

Jumlah anak :1

Warga Negara : Indonesia

Suku :Jawa

Pendidikan : Diploma

pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Jl. Bukit Tunggul 2, Bekasi 2

2. KeadaanUmum

Keadaan sakit : tampak sakit berat

Tanda-tanda vital :

a. Kesadaran : Compos Mnetis

b. GCS : 15

c. Tekanan Darah : 120/80 mmHg, MAP : 93,3 , Kesimpulan : normal

d. Suhu : 39 ◦C

e. Nadi : 90 x/menit, iramateratur

f. Pernafasan : 22 x/menit, Irama : teratur, jenis pernafasan : dada

Pengukurana

a. BB : 75 kg, TB : 162 cm, IMT : 28,6 , Kesimpulan :BB lebih

3.Pengkajian Pola Kesehatan :


Kajian Persepsi Kesehatan Ibu mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang berat, dan
tidak mempunyairiwayat penyakit apa pun selama ini.Selama ini ibu m enikmati peran
barunya sebagaiseorang ibu, walaupun ada rasa sakit setelah melahirkan, bila lelah ibu
istirahat, danminum suplemen vitamin

4.Kajian Nutrisi Metabolik

Data Subyektif : Ibu mengatakan makan saat ini nafsu makan berkurang, karena rasa sakit
yang dialaminya.

Data Obyektif :

Pemeriksaan Fisik

Keadaan rambut : Rambut tidak rontok, tidak alophesia

Hidrasikulit : kulit lembab

Palpebrae : tidak ada edema palpebral

Conjungtiva : tidak anemis

Sclera : tidak ikterik

Hidung : septum ditengah mukosa lembab dan tidak ada polip

Rongga mulut : Bersih

Gusi : kemerahan

Gigi geligi : baik, tidak ada caries atau gigi bolong

Gigi palsu : tidak pakai

Kemampuan mengunyah keras : pasien mampu mengunyah makanan keras

Lidah : bersih

Tonsil : T1/T1

Pharing : Tidak ada peradangan

Kelenjar getah bening leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Kelenjar parotis : tidak ada pembesaran kelenjar parotis

Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Abdomen

Inspeksi : Bentuk tidak ada pembesaran, tidak terdapat luka operasi.

Bayangan vena : tidak ada


Benjolan vena : tidak ada

Auskultasi :Peristaltik 22 x/menit

Palpasi : Tanda nyeri perineum ada, tidak ada massa

Hidrasi kulit : Lembab

Nyeri tekan pada abdomen : ada

Hepar : Tidak ada pembesaran

Lien : Tidak ada pembesaran

Perkusi : Tympani di 9 kuadran abdomen, tidak ada ascites

Kelenjar limfeinguinal 1 :Tidak ada pembesaran

Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium:

Hb : 12, Leukosit : 20.000, Trombosit : 35, Trombosit : 200.000, Eritrosit : 3,8,GDS :95

5.Kajian Pola Eliminasi

Data subyektif : Ibu mengatakan BAK 5-6 x per hari


Data Obyektif :

Observasi : Nyeri suprapubic tidak ada

Pemeriksaan Fisik

Peristaltikusus :22x /menit

Palpasisup rapub lika :kandung kemih :kosong

Nyeri ketukginjal : kiri : negative, kanan : negative

Mulut Urethra : tampak memerah dan bengkak di sekitar area vagina

Peradangan : tidak ada

Fisura : tidak ada

Hemoroid : negative

Prolapsus recti : negative

Fistula ani :tidak ada

Masa tumor :tidak ada

6.Kajian pola aktivitas dan latihan

a.Data subjektif

Ibu mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari – hari dibantu suami dankeluarga, namun
untuk melakukan pekerjaan rumah tangga masih dibatasi, karenanyeri yang dialaminya.

b.Data objektif

makan : mandiri

Mandi :mandiri

Berpakaia: Mandiri
Kerapihan :Mandiri

BAB :Mandiri

BAK :Mandiri

Mobilisasi :Mandiri

Potur Tubuh : normal

Gaya jalan : Normal, ibu membatasi gerakannya karena rasa nyeri.

Pemeriksaan Fisik:

Thorax dan pernafasan

Bentuk thorax : Simetris

Stridor : Negatif

Dyspnead’effort: Negatif

Sianosis : Negatif

Suara Nafas : Vesikuler, tidak ada suara tambahan

Lengan dan tungkai : Tidak ada edema

Atrofi otot : Negatif

Rentang gerak : Terbatas, susah digerakan kerena nyeri pada lipat pahasebelah kiri.

Kekuatan otot kiri : 5, otot kanan: 5

Refleks patologik : Negatif

Clubing jari-jari : Negatif

Varices tungkai : Negatif

Rombangtest : Negatif

Kaku kuduk : tidak ada

7.Kajian pola tidur dan istirahat

a.Data subjektif

Ibu mengatakan ada perubahan dalam pola tidur, terkadang malam begadang
tergantung bayinya. Waktu tidur dalam sehari kurang lebih 6-7 jam tetapi tidak teratur.
Istirahat siang dilakukan saat bayi tidur.
b.Data objektif

Ekspresi wajah : Tidak tampak mengantuk

Banyak menguap : Negatif

Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif

8.Kajian pola persepsi kognitif

a.Data subjektif

Ibu mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah kiri , dengan skala nyeri 8, sukar untuk
digerakan

b.Data objektif

Penglihatan : tidak menggunakan kacamata

Cornea : Normal

Visus : 20/20

TIO : tidak ada

Pendengaran : Tidak ada kelainan, dapat mendengar suara dengan baik.

Pina : Bersih dan simetris

9.Kajian pola persepsi dan konsep diri

a.Data subjektif

Ibu mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah kiri dengan skala nyeri 8 sehinggatakut
untuk bergerak, di sisi lain ibu ingin mengurus bayinya sendiri

b.Data objektif

Kontak mata : Aktif Rentang perhatian: Normal

Suara dan cara bicara: normal.

Pemeriksaan fisik:

Tidak ada kelainan bawaan

Kulit : lesi kulit tidak ada


Penggunaan protesa : tidak ada

10.Kajian pola peran dan hubungan dengan sesama

a.Data subjektif

Ibu mengatakan saat ini sedang menikmati perannya sebagai ibu baru, senangdalam
mengurus bayinya. Ibu mengatakan hubungan baik dengan tetangga danteman-temannya

b.Data objektif

Ibu tampak tidak cemas dan khawatir

11.Kajian pola reproduksi-seksualitas

a.Data subjektif

Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual karena belum berani dan takut
hamil lagi Dan suami juga masih toleransi.

b.Data objektif

Ibu mengatakan sambil tersenyum malu

12. kajian mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

a.Data subjektif

Ibu mengatakan nyeri di bagian perut bawah dan lipat paha sebelah kiri sehinggatakut untuk
bergerak, namun selama ini suami dan keluarga selalu mendukungdan membantu ibu dalam
melakukan aktivitas sehari – hari serta merawat bayinya.

Ekspresi wajah terlihat biasa

Pemeriksaan fisik

TD : 120/80mmhg

HR : 90 x/mnt

Keringat dingin : Tidak ada


13.Kajian pola sistem nilai kepercayaan

a.Data subjektif

Ibu mengatakan selama ini masih belum bisa menjalankan sholat 5 waktu, karena masih
berada dimasa nifas.

b.Data objektif

Tidak ada

B.ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Nyeri Akut
Pasien mengatakan nyeri pada
bekas luka jahitan, perut bagian
bawah dan lipat paha sebelah kiri
dengan skala nyeri 8,sehingga susah
untuk digerakkan

DO:
 Pasien tampak meringis
kesakitan
 Terdapat luka episiotomy di
vagina
 Vulva tampak edema dan
kemerahan
 Terdapat lochea berbau
 Pada palpasi uterus tamppak
tegang
 Obsevasi ttv : nadi : 90x\
menitt
 Pernapasan :22x\menit
 Pemeriksaan lab lekosit :
20.000
2. Hipertermi berhubungan dengan Hipertermi
proses infeksi(episietomie), ditandai
dengan:
DS:
Pasien mengatakan badan terasa
panas, bahkanmenggigil, ada nyeri di
bekas luka jaitan , dioerut bagian
bawah dan lipat paha sebelah
kiridengan skala nyeri 8.
DO:
 Observasi TTV: TD:
120/80mmhg,Nadi:
90x/menit,Pernapasan:22x/m
enit, Suhu: 39 Celcius.
 Vulva tampak edema dan
kemerahan,lochea berbau
 Pemeriksaan lab: Lekosit:
20.000
 Pasien tampak gelisah

C.DIAGNOSA dan INTERVENSI KEPERAWATAN PRIORITAS

Berdasarkan data yang ditemukan dan disesuaikan dengan patoflow.

a. Diagnosa Keperawatan Prioritas pada pasien adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ( proses persalinan ).

2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi (episietomie).

b. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
dengan Agen intervensikeperawatan karakteristik,
pencederafisiologis ( proses selama 2 x 24 durasi,frekuensi,
persalinan), ditandai dengan: jam,diharapkan tingkat kuantitas, intensitas
DS: nyeri menurun.Dengan nyeri
Pasien mengatakan nyeri kriteria hasil: 2. Identifikasi skala
pada bekas luka jahitan, perut nyeri dan respon nyeri
bagian bawah dan lipat  Keluahan nyeri nonverbal
pahasebelah kiri, dengan menurun 3. Identifikasi faktor
skala nyeri 8, sehinggasusah  Meringis menurun. yang memperberat
untuk digerakan  Frekuensi nadi danmeringakan nyeri
DO: membaik 4. Berikan teknik
-Pasien tampak meringis  Kemampuan gerak nonfarmakologis untuk
kesakitan membaik mengurangi nyeri
-Terdapat luka episiotomy di 5. Kontrol lingkungan
vagina yangmemperberat
-Vulva tampak edema dan rasanyeri
kemerahan 6. Jelasakan penyebab,
-Observasi Pernapasan : periode, dan pemicu
22x/menit, nyeri
-Pemeriksaan lab lekosit : 7. Anjurkan
20.000 menggunakan analgetik
secara tepat
2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor suhu tubuh,
dengan proses infeksi keperawatan selama 2 x 24 pernafasan, nadi tiap 4
(episietomie), ditandai jam,diharapkan jam
dengan: termoregulasi membaik. 2. Monitor warna kulit
DS: Dengan kriteria hasil: 3. Monitor dan catat
Pasien mengatakan badan  Suhu tubuh tanda gejala hipertermia
terasa panas, bahkan membaik 4. Tingkatkan asupan
menggigil, ada nyeri di bekas  Menggigil menurun cairan dan nutrisi yang
luka jaitan , dioerut bagian  Kulit memerah adekuat
bawah dan lipat paha sebelah menurun
kiri dengan skala nyeri 8.  Takipnea menurun
DO:
 Observasi TTV: TD:
120/80mmhg, Nadi:
90x/menit,
Pernapasan:22x/menit
, Suhu: 39 Celcius.
 Vulva tampak edema
dan kemerahan,lochea
berbau
 Pemeriksaan lab:
Lekosit: 20.000
 Pasien tampak gelisah
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai