Anda di halaman 1dari 37

ABSTRAK

NAMA : Suci Nur Qalbi Rahim


NIM : 20020
PEMBIMBING 1 : Rusnaeni Saide S ST, M.Keb
PEMBIMBING 2 : Dr. Armiyati Nur SST,M.Keb
JUDUL KTI : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI
Latar Belakang : menurut WHO, sekitar 98% dari lima juta kematian
neonatal terjadi di negara berkembang. Selain itu, lebih dari dua pertiganya
merupakan kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Berat
badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur,faktor ibu,
faktor janin.

Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor faktor yang
mempengaruhi kejadian berat badan bayi baru lahr rendah (BBLR) di rumah
sakit ibu dan anak pertiwi periode November sampai dengan maret tahun
2023.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif,


populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelahiran
bayi Bearat Badan Lahir Rendah sebanyak 30 responden di rumah sakit ibu
dan anak pertiwi periode November sampai dengan Maret 2023.
Pengambilan data ini menggunakan alat berupa checklist yang berpedoman
pada buku register serta menggunakan alat bantu berupa lembar checklist
yang digunakan untuk pengambilan data, buku register, komputer (software
SPSS) dan kalkultor.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia harus dimulai sedini

mungkin sejak janin dalam masa kandungan dan sangat tergantung

kepada kesejahteraan ibu termasuk kesehatan dan keselamatan

reproduksinya. Oleh karena itu upaya peningkatan status kesehatan ibu

dan anak di Indonesia menjadi salah satu program prioritas. Penelitian

telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam

periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan (Liyusri, Tasnim,

2020).

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi

atau rendahnya angka kematian bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) dan

Angka Kematian Neonatus (AKN) merupakan salah satu indikator

masyarakat.

Menurut World Health Organization (WHO), Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) adalah proporsi kelahiran hidup dengan berat kurang dari
2.500 gram dan 20 kali kemungkinan meninggal pada masa bayi. BBLR

merupakan hasil dari kelahiran prematur (kehamilan <37 minggu) atau

pertumbuhan intrauterin yang terganggu (WHO, 2015).

Berat badan lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berat badan saat lahir kurang dari 2500

gram. Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang signifikan secara global dan dikaitkan dengan

serangkaian konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Secara

keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% hingga 20% dari semua kelahiran

di seluruh dunia adalah berat badan lahir rendah, mewakili lebih dari 20

juta kelahiran per tahun (WHO, 2014).

Berdasarkan data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa kejadian

BBLR di Indonesia memiliki pravalensi sebesar 6,2%. Prevalensi BBLR di

Indonesia pada tahun 2018 sebesar 6,2%. Prevalensi BBLR di beberapa

daerah di Indonesia yang tertinggi berada di Provinsi Sulawesi Tengah

sebesar 8,9% dan terendah berada didaerah Jambi sebesar 2,6%

(Kemenkes RI, 2018). Angka BBLR di Provinsi Sumatera Utara yaitu

(7,2%) (Riskesdas, 2017). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan kota

Medan tahun 2017 angka kelahiran BBLR di Kota Medan sekitar 78 jiwa.

Di Sulawesi Selatan data Profil Dinas kesehatan Provinsi melaporkan

bahwa pada tahun 2015 angka kejadian BBLR sebanyak 5.789 kejadian

BBLR dari 150.032 jumlah lahir keseluruhan atau sekitar 3,89% (Profil
Kesehatan Prov.SulSel, 2015). Tahun 2016 mencapai 5.327 kejadian

BBLR dari 149.658 jumlah lahir keseluruhan atau sekitar 3,59% (Profil

Kesehatan Prov.Sul-Sul, 2016). Tahun 2017 mencapai angka kejadian

BBLR sebanyak 4.933. Kejadian BBLR dari 134.245 jumlah lahir

keseluruhan atau sekitar 3,70% (Profil Kesehatan Prov. SulSel, 2017).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadi kasus BBLR bisa dari

faktor ibu, seperti gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun

atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit

menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah , dan

lainnya), dan merupakan pekerja yang bekerja terlalu berat. Penyebab

terjadinya kasus BBLR juga bisa dari faktor kehamilan, seperti hamil

dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan anterpartu, dan komplikasi

hamil (preeklampsia dan ketuban pecah dini), faktor janin (kelainan

kromosom, gemelli, infeksi dalam kandungan (toxoplasmosis, rubella,

herpes, dan sifillis), cacat bawaan, dan sebagainya (Amelia, 2019).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas,

IUGR (Intra Uterin Growt Resstriction yang dalam bahasa Indonesia

disebut Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT atau keduanya). Kedua

penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, sepe rti faktor ibu, plasenta

janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya

pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat

badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang


yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi

BBLR memiliki risiko tumbuh kembang lebih lambat dibandingkan dengan

bayi yang lahir dengan berat badan normal.

Karakteristik ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian

BBLR adalah riwayat persalinan (umur ibu), faktor biomedis (psikis dan

usia kehamilan), serta sosial ekonomi (pendidikan ibu). Umur ibu erat

kaitannya dengan berat bayi lahir rendah, ibu yang hamil di bawah umur

20 tahun dan di atas 35 tahun berisiko 2-4 kali lebih tinggi melahirkan

BBLR. (Ahmad,2015). Ibu yang mempunyai paritas lebih dari 4 berisiko 2-

4 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR, dan ibu yang usia

kandungannya kurang dari 37 minggu memiliki resiko kemungkinan 11,40

kali untuk melahirkan BBLR. (Dian, 2013). Ibu yang mempunyai

pendidikan rendah erat kaitannya dengan pengetahuan yang rendah

mengenai pelayanan antenatal akan berisiko 3,34 kali lebih tinggi untuk

melahirkan BBLR, sikap yang kurang baik terhadap pelayanan antenatal

akan berisiko 8,62 kali lebih tinggi untuk melahirkan BBLR karena tingkat

pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon terhadap

sesuatu (Jayant, 2011).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor-

Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR,sehingga akan diketahui

sejauh mana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

1. Bagaimana pengaruh umur ibu terhadap kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR)

2. Bagaimana pengaruh status pendidikan ibu terhadap kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR)

3. Bagaimana Pengaruh pekerjaan ibu terhadap kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR)

4. Bagaimana pengaruh paritas ibu Terhadap K ejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR)

5. Bagaimana Pengaruh Jarak kehamilan ibu terhadap kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR)

6. Bagaimana Pengaruh Berat Badan ibu terhadap Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR)

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR


a. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu terhadap Kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah ( BBLR).

b. Untuk mengetahui pengaruh status pendidikan ibu terhadap

kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

c. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan ibu terhadap kejadian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

d. Untuk mengetahui pengaruh paritas ibu terhadap kejadian

kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

e. Untuk mengetahui pengaruh jarak kehamilan ibu terhadap

kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

f. Untuk mengetahui pengaruh berat badan ibu terhadap kejadian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian dapat dijadikan sumber atau referensi bagi pembaca

untuk menambah pengetahuan dan bagi peneliti lain sebagai dasar

atau pedoman pertimbangan pembimbing untuk peneliti tahap

berikutnya.

2. Manfaat Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan

bagi institusi kesehatan (bidan) tentang Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian BBLR sehingga petugas kesehatan dapat

memberikan penyuluhan atau pelayanan yang efektif.

3. Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan tentang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR tercapai

secara optimal.

4. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna dalam menambah wawasan

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman

dibidang penelitian.

5. Manfaat Penulis

Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat

meningkatkan dan menambah wawasan tentang Bayi Baru Lahir

Rendah.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

Bayi Baru Lahir Normal bayi yang lahir dalam presentase belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai apgar <7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan berat bayi lahir rendah

(BBLR) ialah bayi yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram

( Putri N, Rifdi F. 2021).

Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase,

adaptasi yang menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan

ekstra uterin dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup lebih baik

(Lubis E. 2018).

1) Karakteristik bayi normal

Ciri-ciri bayi baru lahir normal :


a) Berat badan 2500-4000 gram

b) Panjang badan 48-52 cm

c) Lingkar dada 30-38 cm

d) Lingkar kepala 33-35 cm

e) Frekuensi jantung 120-160 x/menit

f) Pernapasan ±40-60 x/menit

g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan

cukup

h) Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

i) Kuku agak panjang dan lemas

j) Genetalia :

Perempuan labia mayora menutupi labia minora Laki-laki testis

sudah turun, skortum sudah ada.

k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l) Reflek moro atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik.

m) Reflek graps atau mengengam sudah baik.

Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

Mekonium berwarna hitam kecoklatan (Lubis E, 2018).


Tabel 2.1 Tanda Apgar Bayi Baru Lahir

Keterangan 0 1 2

Frekuensi Jantung Tidak Ada <100x/menit >100x/menit

Kemampuan Tidak ada Lambat tidak >100x/menit


Bernafas teratur
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Menangis kuat,
agak fleksi gerakan aktif
Refleks Tidak Ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/
melawan
Warna Kulit Biru/Pucat Tubuh Seluruh tubuh
kemerahan kemerahan
/ekstermitas
biru
Sumber :Askar M, 2018. Buku ajar Praktik keperawatan pediatrik.

2. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I: terjadi segera setelah lahir, Selama menit- menit

pertama kelahiran.Pada tahap ini digunakan sistem skoring apgar

untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b. Tahap II: di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II

dilakukanpengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya

perubahan perilaku.
c. Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24

jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Lestari J,

Etika R. 2020).

1. Asuhan kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

Memberikan asuhan aman dan bersih segera setelah bayi baru

lahir merupakan bagian esensial dari asuhan pada bayi baru lahir

seperti jaga bayi tetap hangat, isap lender dari mulut dan hidung bayi

(hanya jika perlu), keringkan, pemantauan tanda bahaya, klem dan

potong tali pusat, IMD, beri suntikan Vit K, 1 mg intramuskular, beri

salep mataantibiotika pada keduamata, pemeriksaan fisik, imunisasi

hepatitis B 0.5 ml intramuscular.

B. Tinjauan Umum Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

1. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah istilah lain untuk bayi

premature, istilah ini dipakai hingga tahun 1961. Selanjutnya, istilah bayi

premature diubah karena tidak semua bayi dengan berat badan lahir

rendah lahir secara premature.World Health Organization (WHO)

kemudian mengubah istilah bayi premature (premature baby) menjadi

berat bayi rendah (low birth weight) dan juga mengubah kriteria BBLR
yang sebelumnya < 2500 gram menjadi < 2500 gram. (Sylvi Wafda, Na.

2019, hal. 226).

Beberapa definisi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

antara lain.

a. Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat

badan lahir < 2500 gram tanpa memandanga timbang 1 jam

setelah lahir.

b. Bayi Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi baru lahir (BBL)

dengan berat badan lahir < 2500 gram.

2. Etiologi

Bayi berat lahir rendah dapat terjadi pada bayi kurang bulan

(prematur) Penjelasannya sebagai berikut.

a. Prematur Murni

1) Definisi

Yang disebut prematur murni yaitu neonates dengan usia

kehamilan <37 minggu dan mempunyai berat badan yang

sesuai dengan masa kehamilan atau disebut dengan neonatus

preterm atau BBLR.


2) Beberapa faktor penyebab persalinan premature:

Faktor Kehamilan Persalinan prematur dapat terjadi akibat

hamil ganda, hamil dengan hidramnion, pendarahan

antepartum, serta komplikasi hamil misalnya preeclampsia,

eklamsia, dan ketuban pecah dini (Sundani I, 2020).

a) Faktor Ibu

b) Kurang gizi saat hamil.

c) Sebelumnya ibu pernah melahirkan secara premature.

d) Umur ibu terlalu muda atau terlalu tua yaitu umur kurangdari

25 tahun atau di atas 35 tahun.

e) Jarak hamil dan bersalin sangat dekat.

f) Ibu memiliki riwayat penyakit menahun, misalnya hipertensi,

jantung, atau pun gangguan pembuluh darah (perokok).

g) Ibu memiliki pekerjaan yang terlalu berat.

h) Primigravida.

i) Pernah mengalami pendarahan anterpartum, hidramnion,

dan kelainan uterus.

3) Karakteristik Bayi Prematur Murni

Pada prematur murni, beberapa karakter yang dapat

ditemukan antara lain (Sadarang Aulia R, 2021).


a) Berat badan < 2500 gram dengan lingkar kepala < 33 cm,

lingkar dada < 30 cm, panjang badan < 45 cm, dan berat

badan < 2500 gram.

b) Otot masig hipotonis dengan gerakan yang kurang aktif.

c) Ukur kehamilan < 37 minggu.

d) Rambut tipis dan halus dengan kepala yang lebih besar

dibandingkan badan.

e) Tulang tengkorak lunak, sutura besar, dan fontanela besar.

f) Telinga berbentuk sederhana dengan sedikit tulang tawan.

g) Puting susu kecil dan jaringan payudara tidak ada.

h) Sering mengalami serangan apnea dan pernapasan belum

teratur.

i) Laguno (bulu halus) banyak terdapat didahi, pelipis, dan

lengan. Adapun kulit terlihat tipis dan transparan.

j) Sedikit lemak subkutan.

k) Genitalia belum sempurna

l) Refleks batuk, mengisap, dan menelan masih lemah

3) Bayi Prematur Mudah Terinfeksi

Bayi lahir premature memiliki daya tahan tubuh yang

masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, serta

pembentukan antibody yang belum sempurna sehingga bayi

mudah terinfeksi.
2. Karateristik Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik antara lain

a. Berat badan lahir kurang dari 2500 gram

b. Panjang badan kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

e. Kepala relative besar dari badannya

f. Otot hipotonik lemah

g. Pernafasan tidak teratur dan sering gagal nafas (apnoe)

h. Kepala tidak mampu tegak

i. Nafas sekitar 45 sampai 50 kali per menit

j. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit

(Kusumawati, Marina & Wuryaningsih, 2019).

3. Tanda – Tanda Berat Bayi Lahir Rendah

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri – ciri.

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram

c. Panjag badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala

sama dengan atau kurang dari 33cm, lingkar dada sama dengan

atau

kurang dari 30 cm.


d. Rambur lanugo masih banyak

e. Jaringan lemak atau subkutan tipis atau kurang

f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

g.Tumit mengkilap, telapak kaki halus

h. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, klitoris menonjol.

(Riyanti, Sipayung, 2018).


C. Tinjaun Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR

1. Faktor-faktor yang mempengaruh kejadian BBLR

a. Usia Ibu

Waktu reproduksi yang sehat adalah umur 20-30 tahun, pada usia ini

sudah terjadi kematangan baik dari segi fisik maupun pskilogis, jika umur ibu

yang terlalu muda seperti 35 tahun organ reproduksi sudah terlalu tua untuk

menerima kehamilan dan sudah menurunnya fungsi alat reproduksinya dan

fisik ibu (Hajizadeh et al., 2019).

Resiko untuk hamil dan melahirkan bayi yang kurang sehat lebih besar

dan cenderung mengalami kegagalan persalinan dibandingkan dengan ibu

yang mempunyai umur reproduksi sehat (Hajizadeh et al.,2019). Hal ini

dikarenakan pada ibu yang terlalu muda di mana kondisi rahim sebagai

tempat perlindungan janin belum siap untuk menerima pertumbuhan dan

perkembangan janin (Hamang S.H & Nurhayati, 2020).

b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berkaiatan dengan pengetahuan tentang masalah

kesehatan adan kehamilan yang berpengaruh pada perilaku ibu, baik pada

diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat

hamil. Tingkat pendidikan ibu akan memberikan pengaruh dalam menerima

informasi yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan

informasi yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan

pengetahuan tentang kehamilan (Djokosujono K, Putra WKY, 2021).

Tingkat pendidikan dengan penyebaran penyakit dan kematian

memiliki hubungan yang erat karena ibu yang bependidikan tinggi cenderung

lebih mengetahui cara-cara mencegah penyakit. Pendidikan ibu memang

telah lama diangap sebagai salah satu faktor kunci yang berperan terhadap

derajat kesehatan bayi. Pendidikan yang dimiliki seorang ibu akan

mempengaruhi pengetahuan dalam pengambilan keputusan secara tidak

langsung dan akan berpengaruh pada perilaku termaksud dalam memenuhi

kebutuhan gizi melalui pola makan serta memahami untuk melakukan

antenatal care atau kunjungan pemeriksaan selama kehamilan. (Susanti D.I,

2018).

c. Pekerjaan

Pekerjaan mempengaruhi status gizi ibu hamil. Ibu yang tidak bekerja

tidak membutuhkan banyak keluaran energi dibandingkan dengan ibu yang

bekerja, sehingga dengan asupan gizi yang baik akan terjadi penambahan

berat badan normal berdasarkan indeks massa tubuh ibu sebelum hamil. Ibu
yang mempunyai status gizi kurang disebabkan karena ibu yang sibuk

dengan pekerjaannya tanpa disertai asupan gizi yang lebih dari biasanya

sehingga penambahan berat badan ibu kurang dari normal.Ibu yang bekerja

pada saat hamil kurang memperhatikan janinnya karena ibu tidak cukup

istirahat dan kemungkinan asupan gizi pada saat hamil kurang karena

kesibukan ibu bekerja, dan gizi (Syahriani, dkk, 2018).

Usia Kehamilan yang kurang dari 37 minggu sering terjadi pada ibu

yang bekerja dan rata-rata berat lahir bayi berbanding terbalik dengan lama

waktu ibu bekerja. Selain itu, hal tersebut juga turut dipengaruhi oleh durasi

waktu berdiri ibu selama bekerja dalam sehari. Ibu yang bekerja beresiko

2,41 kali lebih besar melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dari pada

ibu rumah tangga. (Rahmawati S, 2019).

d. Tingkat Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat

hidup. Jenis paritas bagi ibu yang suadah lama partus antara lain yaitu :

Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup, Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang

telah mencapai tahap mampu hidup, Multipara adalah wanita yang telah

melahirkan dua janin atau lebih. Grandemultipara adalah wanita yang telah

melahirkan lima anak atau lebih. Pada seorang grande multipara biasanya

kebih bayak penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Kaur et al., 2019).
Hasil penelitian di Kamboja dan Malaysia menemukan hubungan yang

signifikan pada status paritas yang rendah dengan BBLR (Chhea, Ir dan

Sopheab, 2018 ; Kaur et al., 2019), sementara status paritas yang lebih tinggi

juga berhubungan dengan kejadian BBLR di Ethiopia dan Ghana (Mekie dan

Taklual, 2019; Mohammed et al., 2019).

e. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan yang pendek mengakibatkan ibu hamil belum cukup

waktu dalam masa pemulihan kondisi tubuh pasca melahirkan

sebelumnya.Ibu hamil dengan kondisi tersebut menjadi penyebab kematian

ibu dan bayi yang dilahirkan serta risiko gangguan reproduksi. Sistem

reproduksi yang terganggu akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan janin sehingga berpengaruh besar terhadap berat badan lahir

serta kurangnya suplai darah akan oksigen dan nutrisi pada plasenta

sehingga berpengaruh pada fungsi kerja plasenta ibu terhadap janin. Akan

tetapi jarak belum tentu merupakan faktor risiko terjadinya BBLR dikarenakan

BBLR dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya yang masih menjadi

permasalahan di dunia ibu dan anak (Mohammed et al., 2019).

Usia kehamilan memainkan peran penting dalam menentukan berat

lahir. WHO memperkirakan sekitar satu per tiga dari seluruh BBLR di dunia

disebabkan oleh prematuritas (Aboye et al., 2018). Hal ini jelas bahwa bayi

yang lahir sebelum berusia aterm, baik disebabkan oleh karena faktor

ginekologis maupun medis, berisiko lebih tinggi lahir dalam kondisi BBLR,
karena pertumbuhan pada usia <37 minggu janin belum mencapai waktu

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Hailu dan Kebede, 2018).

f. Berat Badan Ibu

Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan bervariasi

untuk setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa faktor. Selama

kehamilan , ibu perlu pertambahan berat badannya karena membawa si

calon bayi yang tumbuh dan berkembang dalam rahimnya, dan juga untuk

persiapan proses menyusui. Jadi, ibu hamil tidak perlu khawatir bila

badannya menjadi besar, tetapi sebaliknya mulai merencanakan dan

melakukan apa yang terbaik dan sehat bagi kehamilan (Siyoum dan Melese,

2019).

Kenaikan berat badan badan wanita hamil yang baik selama kehamilan

adalah 10-12,5 kg, supaya pada saat lahir berat badan bayi tidak rendah.

Berat badan bayi rendah selain menyebabkan tingginya jumlah bayi yang

sakit/meninggal, juga lebih beresiko buruk terhadap tumbuh kembang anak

selanjutnya.Untuk mencapai hal tersebut dianjurkan pada ibu hamil untuk

meningkatkan kalori makanan yang dimakan dengan tambahan sekitar satu

porsi makanan lebih banyak dari pada sebelum hamil dan juga yang

mengandung gizi lengkap (Mekie, M. dan Taklual, W. 2019).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep - konsep atau variabel - variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka yang baik

dapat memberikan informasih yang jelas kepada peneliti dalam memilih

desain penelitian (Masturoh, dkk. 2018).

Konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Varibel Indenpenden Variabel Dependen

1. Umur Ibu
2. Pendidikan Ibu
3. Pekerjaan Ibu
4. Paritas ibu
5. Jarak Kehamilan
BBLR

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Independen :

Variabel Dependen :

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya .(Sugiono, 2019, hal 69).

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). (Sugiono, 2019 hal 69).Variabel independen yang digunakan

pada penelitian ini adalah Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu,

Paritas ibu, Jarak Kehamilan Ibu dan Berat Badan Ibu Hamil.

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas.(Sugiono, 2019, hal 69). Variabel


dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, atau memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk

mengukur variabel tersebut.

NO Variabel Definisi Operasional Alat ukur Kriteria Skala


Objektif
1 BBLR BBLR ialah bayi yang Timbangan 1. Ya < 2500 Nom
lahir dengan berat berat badan
badan lahir di bawah 2. Tidak ≥
rata-rata. 2.500

2 Umur Yang dimaksud Kuesioner 1. <20 tahun Ordi


dengan umur adalah 2. 20-35 tahun
umur ibu saat 3. > 35 tahun
melahirkan.

3 Pendidikan Yang dimaksud dengan Kuesioner 1. SD O


pendidikan adalah 2.SMP
pendidikan terakhir ibu. 3.SMA
Makin tinggi pendidikan 4.Perguruan
seseorang makin mudah Tinggi
ibu dalam menerima
informasi.
4 Pekerjaan Pekerjaan 1. Ya (jika ibu Nom
mempengaruhi status Kuesioner bekerja.)
gizi ibu hamil. Ibu hamil 2. Tidak (jika
yang tidak bekerja tidak ibu tidak
membutuhkan banyak bekerja).
keluaran energi
dibandingkan dengan
ibu yang bekerja.
5. Paritas Paritas adalah jumlah 1. ya (jika N
atau banyaknya Kuesioner paritas ≥ 4)
persalinan yang pernah 2. tidak (jika
dialami ibu baik lahir paritas 2 atau
hidup ataupun mati. 3)
6. Jarak Kehamilan Yang dimaksud dengan Kuesioner 1. yaberisiko N
jarak kehamilan yaitu (jika jarak
jarak kehamilan yang kehamilan <1-
lalu dengan kehamilan 2tahun).
yang sekarang. 2. tidak berisiko
(jika jarak
kehamilan> 3
tahun).
7. Berat Badan Ibu Yang dimaksud dengan Kuesioner 1. ya (jika N
berat badan ibu yaitu berat badan
berat badan ibu ibu 10-12
sebelum hamil dan kg selama
selama hamil. hamil).
2. tidak (jika
berat badan
ibu tidak
naik 10-12
selama
hamil).
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan
pada fakta-fakta emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data.(Sugiono,

2019, hal. 100).

1. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan umur ibu terhadap kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

b. Ada hubungan Pendidkan Ibu terhadap kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

c. Ada hubungan Pekerjaan Ibu terhadap kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

d. Ada hubungan Paritas Ibu terhadap kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

e. Ada hubungan Jarak Kehamilan Ibu terhadap kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR).

f. Ada hubungan Berat Badan Ibu terhadap kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR).


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana dengan

desain yang digunakan Cross Sectional, yaitu metode penelitian seksional

silang mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel independen

dengan (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak kehamilan, berat badan

ibu). Variabel dependen Bayi Berat Lahir Rendah BBLR.

B. Lokasi dan Waktu

1. Tempat Penelitian
Pengambilan data pada penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Ibu

dan

Anak Pertiwi Makassar yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman no 14,

Saweri gading, kec. Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

waktu kegiatan penelitian dan pengambilan data akan dimulai pada

bulan

November s.d Maret tahun….

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Jumlah Populasi kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Populasi

dalam penelitian ini yaitu semua Bayi yang mengalami Berat Lahir Rendah

Pada tahun……yaitu sebanyak 30.

1. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30

sampel dengan tehnik pengambilan sampel adalah total sampling yaitu

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiono, 2019). Dalam

penelitian ini, sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.
a. Kriteria inklusi dan eksklusi

1). Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain :


a) Ibu yang melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

b) Ibu yang melahirkan Bayi tunggal.

2). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain :


a) Ibu yang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah tetapi datanya

tidak lengkap.

D. Cara Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan tehnik

observasi data sekunder yaitu data yang sudah ada sebelumnya,

yang telah dikumpulkan dan di olah sebelumnya.

2. Pengelolahan data

Dalam proses pengelolahan data terdapat langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Editing

Editing merupakan suatu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang sudah di peroleh atau di kumpulkan dan dapat dilakukan

pada saat pengumpulan data setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan pemberian kode berupa angka terhadap data

yang terdiri dari beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian


kode akan dibuat daftar kode yang artinya dalam satu buku untuk

memudahkan kembali mengingat arti suatu kode tersebut.

c. Entry data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam tabel database komputer kemudian akan

membuat distribusi frekuensi sederhana melalui SPSS.

3. Analisa data

a. Analisa univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian dan digunakan untuk menghasilakn

distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel dependen

dan variabel independen. Pada hasil pengolahan data yang telah

diperoleh, data sekunder tersebut akan dianalisa dengan

menyajikan tabel univariat, sesuai dengan variabel yang diteliti,

sehingga menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel. Data presentasi dihitung dengan menggunakan rumus,

yaitu :

Keterangan :

P = Presentase
N = Jumlah Populasi

F = Frekuensi

b. Analisa bivariat

Uji statistik digunakan untuk melihat hubungan umur ibu,

paritas, jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan, berat badan ibu.

Uji statistik untuk melihat adanya hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen maka harus dilakukan uji statistik

dengan bantuan perangkat lunak komputer. Uji korelasi person

bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel yang berdata

rasio ataupun data kuantitatif yaitu data yang berisi angka yang

sesungguhnya. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak

dapat dilihat dari nilai signifikan dan seberapa besar hubungannya

dapat dilihat dengan nilai f.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat D, dkk. 2019. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Bayi


Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumkit Tk II Pelamonia Makassar
Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, Vol 3, No 1
2019.

Lubis. E, 2018 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir ny. RA di


puskesmas ampias kecamatan ampias kota madya medan tahun
2018, Skripsi, Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Ri
Medan.

Hailu, L. D., & Kebede, D. L. (2018). Determinants of low birth weight among

deliveries at a Referral Hospital in Northern Ethiopia. BioMed

Research International, 2018, 3–8.

https://doi.org/10.1155/2018/8169615

WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy Brief.

World Health Organization.[Online]diakses

dari:https://www.who.int/nutrition/publicat

ions/globaltargets2025_policybrief_lbw/en/[ Diakses pada 3 Mater

2020]

Handayani, F., Fitriani, H., & Lestari, C. I. (2019). Hubungan Umur Ibu Dan
Paritas Dengan Kejadian Bblr Di Wilayah Puskesmas Wates
Kabupaten Kulon Progo. Midwifery Journal, 4(2), 67–70.
https://doi.org/10.31764/mj.v4i2.808

Riyanti, Sipayung, (2018) Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian


bayi berat badan lahir rendah (BBLR) pada wanita pekerja petani
kopi di kabupaten bener meriah, 1 (1), 39-47.

World Health Organization. 2015. Global Health Observatory (GHO) data :


http://www.int/gho/child/mortality/n eonatal_infant_text_/en/. Diakses
pada tanggal 06 Januari pukul 20.00 Wib. Winkjosastro. 2006. Ilmu
Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardj
Sugiono. 2019. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan DR.
Bandung: ALFABETA.

Ferinawati, & Sari, S. (2020). FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa Kabupaten
Bireuen. 6(1), 353–363.

Liyusri, Tasnim. (2020). Risk Factors For Low Birth Weight In The Community
Of Stone Miners In The North Moramo Region.

Misago N, Habonimana D, Ouedraogo L, Bitangumutwenzi P, Orcid NM.


Progressing Aspects in Pediatrics and Neonatology Prevalence
and Determinants of Low Birth Weight in Burundi: An Investigation
from The National Demographic and Health Survey. Progress Asp
Pediatr Neonatol [Internet]. 2021 Mar 2 [cited 2021 Aug
4];3(2):232–8. Available from:
https://lupinepublishers.com/pediatrics-neonataljournal/pdf/PAPN.
MS.ID.000157.pdf

Djokosujono K, Putra WKY, Utari DM, Fajarini IA. Prediction of Low Birth
Weight Based on Maternal Third Trimester Weight Among Mothers
At a Maternal Clinic in Jakarta, Indonesia. Media Gizi Indones.
2021;16(2):106.

Zhou H, Wang A, Huang X, Guo S, Yang Y, Martin K, et al. Quality antenatal


care protects against low birth weight in 42 poor counties of
Western China. PLoS One [Internet]. 2019 Jan 1 [cited 2021 Aug
4];14(1):e0210393. Available from:
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0
210393
Banerjee A, Singh AK, Chaurasia H. An exploratory spatial analysis of low
birth weight and its determinants in India. Clin Epidemiol Glob Heal
[Internet]. 2020 Sep 1 [cited 2021 Aug 4];8(3):702–11. Available
from: http://cegh.net/article/S2213398420300142/fulltext

Ratnam S. Maternal Risk Factors Associated with Term Low Birth Weight
Infants: A Case-Control Study. Ann Community Med Public Heal
[Internet]. 2021 Jan 8 [cited 2021 Aug 3];1(1):1–9. Available from:
http://www.remedypublications.com/openaccess/maternal-risk-
factors-associated-with-term-low-birth-weight-infants-6596.pd

Kaur, S. et al. (2019). Risk factors for low birth weight among rural and urban
Malaysian women. BMC Public Health, 19. doi: 10.1186/s12889-
019-6864-4.

Mekie, M. dan Taklual, W. (2019). Magnitude of low birth weight and maternal
risk factors among women who delivered in Debre Tabor Hospital,
Amhara Region, Ethiopia: A facility

based cross-sectional study. Italian Journal of Pediatrics, 45(1). doi:


10.1186/s13052-019-0683-1

Mohammed, S. et al. (2019). Maternal obstetric and socio-demographic


determinants of low birth weight: A retrospective cross-sectional
study in Ghana. Reproductive health, 16(1). doi: 10.1186/s12978-
019-0742-5.

Rahfiludin, M. Z. dan Dharmawan, Y. (2018). Risk factors associated with low


birth weight. Kesmas, 13(2), hal. 75–80. doi:
10.21109/kesmas.v13i2.1719.

Aboye W. et al. (2018). Prevalence and associated factors of low birth weight
in Axum town, Tigray, North Ethiopia. BMC Res Notes. 2018 Oct
1;11(1):684. doi: 10.1186/s13104-018-3801-z. PMID: 30285895;
PMCID: PMC6167810

Adam, Z. et al. (2019). Determinants of low birth weight in neonates born in


three hospitals in Brong Ahafo region, Ghana, 2016- an
unmatched case-control study. BMC Pregnancy and Childbirth,
19(1). doi: 10.1186/s12884-019-2315-6.

Agorinya, I. A. et al. (2018). Socio-demographic determinants of low birth


weight: Evidence from the Kassena-Nankana districts of the Upper
East Region of Ghana. PloS ONE, 13(11), pp. 1-10. Doi:
10.1371/journal.pone.0206207

Asmare, G. et al. (2018). Determinants of low birth weight among neonates


born in Amhara Regional State Referral Hospitals of Ethiopia:
Unmatched case control study. BMC Research Notes, 11(1). doi:
10.1186/s13104-018-3568-2.

Anda mungkin juga menyukai