Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi, sekitar 56%

kematian terjadi pada periode yang dini yaitu dimasa neonatal. Target Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah menurunkan AKB kelahiran

hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (dalam Suyami, 2013) 1. Sedangkan

hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tercatat 26 per 1000 kelahiran hidup (dalam

Wiratih A, 2013)2. Penyebab tersebut antara lain karena gangguan perinatal dan

bayi dengan berat badan lahir rendah (dalam Oky DE dkk, 2011)3.

BBLR dan prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi

yaitu sebesar 30.3%. Neonatal dengan BBLR berisiko mengalami kematian 6,5

kali lebih besar dari pada bayi yang lahir dengan berat badan normal. Disamping

itu, BBLR memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan

berat badan normal ketika dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal

(dalam Sistiarani C, 2008)4.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab angka

mortalitas yang cukup tinggi pada neonatus. BBLR menyumbang sebesar 51%

sebagai penyebab kematian neonatal di dunia (dalam Tamad dkk, 2011)5.

Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan

batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara-negara berkembang atau

sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR

didapatkan di negara yang berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih

sering dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (WHO

dalam Subkhan, 2011)6.

1
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013,

prevalensi BBLR berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada

tahun 2013. Variasi antar provinsi sangat mencolok dari terendah di Sumatera

Utara (7,2%) sampai yang tertinggi di Sulawesi Tengah (16,9%). Sedangkan

presentase angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kalimantan Tengah

berkurang dari sekitar 18% pada tahun 2010 menjadi sekitar 14% pada tahun

20137.

Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir

khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik

sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan status ekonomi), riwayat

persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran/lahir mati dan pelayanan

antenatal), faktor biomedis (paritas, jarak kehamilan, umur kehamilan, kadar Hb

menjelang persalinan, tekanan darah ibu sewaktu hamil), pelayanan medis,

perilaku dan lingkungan (Sianturi dalam Laila N, 2012)8.

Kejadian tertinggi BBLR terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

Sosial ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapat keluarga,

mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi. Selain itu, kondisi ekonomi

seseorang juga mempengaruhi kemapuan untuk mendapatkan pelayanan

kesehaan yang memadai misalnya kemampuan untuk melakukan kunjungan

prenatal untuk memastikan ada gangguan pada janin dan adanya komplikasi yang

terjadi pada kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan

pendidikan) rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami

kelahiran kurang bulan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang.

Frekuensi persalinan kurang bulan juga dua kali lipat lebih besar pada buruh

kasar yang mengerjakan aktifitas fisik berlebih dibandingkan dengan yang

terpelajar (Jusuf dalam Cendikia AR, 2010)9.


Berdasarkan hasil penelitian Badhasah dkk di India pada tahun 2008,

menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan BBLR yaitu umur,

pendidikan ibu, penyakit hipertensi dan kunjungan Antenatal Care (ANC)

(dalam Subkhan, 2012)2. Selain itu, hasil penelitian Pujiarti di Puskesmas

Klangenan Kabupaten Cirebon pada tahun 2011, menyebutkan bahwa salah satu

faktor yang berkaitan dengan faktor penyebab BBLR adalah faktor sosial

ekonomi. Yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi tersebut adalah pendapatan

yang didapat oleh keluarga setiap bulannya dan ibu dengan pendidikan yang

rendah10.

Berdasarkan hasil rekap data di Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus

Palangka Raya, diketahui bahwa angka kejadian BBLR pada tahun 2009 sebesar

20% dari 780 kelahiran sebanyak 154 orang, pada tahun 2010 sebesar 21% dari

829 kelahiran sebanyak 177 orang dan pada tahun 2011 sebesar 24% dari 851

kelahiran sebanyak 207 orang11. Angka tersebut menunjukkan ada peningkatan

angka kejadian BBLR di Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya dari

tahun ke tahun berkisar antara 1-3%. Hal ini yang mendasari peneliti untuk

mengetahui apakah ada hubungan sosial ekonomi keluarga (tingkat pendapatan,

tingkat pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian BBLR, adapun penelitian ini

diberi judul Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya

Pada Bulan April-Juni Tahun 2014.

I.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar bekang masalah di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran Tingkat Sosial Ekonomi (tingkat pendapatan, tingkat

pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian BBLR di Ruang C RSUD

dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Bulan April-Juni Tahun 2014 ?


b. Apakah terdapat hubungan antara Tingkat Sosial Ekonomi (tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian BBLR di

Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Bulan April-Juni

Tahun 2014 ?

I.3. Tujuan Penelitian


I.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Tingkat Sosial Ekonomi (tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian BBLR di

Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Bulan April-Juni

Tahun 2014.

I.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dari Tingkat Sosial Ekonomi (tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian

b. BBLR di Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Pada

Mengetahui hubungan
Bulan April-Juni Tingkat
Tahun 2014. Sosial Ekonomi (tingkat

pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dengan kejadian


I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Bagi Peneliti
BBLR
Untuk di Ruangpengetahuan
menambah C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka
dan wawasan sehingga Raya Padabisa
peneliti

Bulan April-Juni
memberikan Tahun
informasi 2014. hubungan Tingkat Sosial Ekonomi
mengenai

dengan kejadian BBLR.

I.4.2. Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan informasi

lebih kepada masyarakat terutama orang tua mengenai hubungan tingkat


I.4.3. Bagi Institusi (Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya &
sosial ekonomi dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya )
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan untuk

meningkatkan mutu pelayanan sehingga para petugas kesehatan bisa

memberi informasi tentang BBLR, dan dapat menjadi bahan untuk

menemukan metode pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan

pencegahan terjadinya BBLR dan juga sebagai bahan untuk

pustaka/sumbangan pengetahuan untuk pembaca.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


II.1.1. Definisi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.

Bayi yang berada dibawah presentil 10 dinamakan ringan untuk umur

kehamilan. Dahulu neonates dengan berat badan lahir kurang dari 2500

gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian

menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan.

Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat berbiditas dan mortilitas

pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tentu juga

pada tingkat maturasi bayi itu sendiri12.

II.1.2. Klasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu12:

a. Menurut harapan hidupnya:

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram.


2) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100-

1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari

1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya:
1) Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa

disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-

SMK).

2) Desmaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat lahir mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk

masa kehamilannya (KMK).


II.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyebab terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) secara

umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan

untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak

terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia

kehamilan semakin besar risiko jangka pendek dan panjang dapat

terjadi, selain itu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) juga dapat di

sebabkan oleh Sosial Ekonomi, karena sosial ekonomi menyangkut pada

pendidikan, pendapatan keluarga, sosial budaya, dan pekerjaan12.


Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi

BBLR secara umum sebagai berikut12:


a. Faktor Ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat,

perdarahan ante partum, hipertensi, pre eklamsia berat,

eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih

dan gijal).
b) Menderita penyakit seperti malaria, Infeksi Menular Seksual,

HIV/AIDS, malaria, dan TORCH.


2) Usia ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20

tahun, dan multigravida jarak kelahiran yang terlalu dekat.

Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-30 tahun.


b) Kehamilan ganda (multi gravida).
c) Jarak kehamilan terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun).
d) Mempunyi riwayat BBLR sebelumnya.
3) Sebab lain13:
a) Ibu perokok.
b) Ibu peminum alkohol.
c) Ibu pecandu obat narkotik.
b. Faktor janin12:
1) Kelainan kromosom (trisomy autosomal).
2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan).
3) Disautonomia familial.
4) Radiasi.
5) Kehamilan ganda/kembar (gemeli).
6) Aplasia pancreas.
c. Faktor plasenta12:
1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidroamnion).
2) Luas permukaan berkurang.
3) Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit).
4) Infark.
5) Tumor (karioangioma, mola hidatidosa).
6) Plasenta yang lepas.
7) Sindrom transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik).
d. Faktor lingkungan12:
1) Bertempat tinggal di dataran yang tinggi.
2) Terkena radiasi.
3) Terpapar zat beracun.

II.1.4. Tanda dan Gejala BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri12:

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.


b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
d. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
e. Rambut lunugo masih banyak.
f. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
g. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
h. Tumit mengkilap, dan telapak kaki halus.
i. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan).


j. Testis belum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada

skrotum bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah (pada bayi

laki-laki).
k. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya

lemah.
l. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah.
m. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhn otot

dan jaringan lemak masih kurang.


n. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

II.1.5. Diagnosis BBLR


Dalam mendiagnosis bayi dengan BBLR maka hal-hal yang harus

diperhatikan adalah dibawah ini11:

a. Perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir).


b. Penilaiaan secara klinis: Berat Badan (BB), Pabjang Badan (PB),

Lingkar dada, dan Lingkar Kepala.

II.1.6. Penatalaksanaan
Perawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)14:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah

mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat.


b. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan

infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, perhatikan

termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.


c. Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum sempurna,

oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.


d. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh

sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.


e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan

bersih, pertahankan suhu tetap hangat.


f. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
g. Tali pusat dalam keadaan bersih.
h. Beri minum dengan sonde/tets dengan pemberian ASI.
i. Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10% + bicarbonas natricus

1,5% = 4:1, hari 1-60 cc/kg/hari (kolaborasi dengan dokter) dan

berikan antibiotik.
II.2. Sosial Ekonomi
II.2.1. Definisi
Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan,

perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan

tersebut berkaitan dengan penghasilan (dalam Jaya MI, 2011)15.

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang


keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial

ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan

sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk

gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang

tumbuh kembang anak. karena orang tua dapat menyediakan semua

kebutuhan anak baik primer maupun sekunder (Soetjiningsih dalam

Fitriani IP, 2011)16.


II.2.2 Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan dalam bentuk mata uang rupiah

yang didapat baik dalam perhari atau perbulan. Pendapatan keluarga

menggambarkan status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi

mempengaruhi status gizi dalam keluarga (Anik dalam Hariani R,

2013)17. Dalam hal ini, pendapatan keluarga sangat menentukan besar

kecilnya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik

kebutuhan kesehatan maupun kebutuhan penunjang lainnya. Pendapatan

rendah akan memberikan pengaruh dan dampak yang besar dalam

pencapaian dan pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga,

begitupula sebaliknya. Hal ini memberikan gambaran bahwa

pendapatan keluarga memberi pengaruh yang sangat besar dalam

peningkatan pada berbagai faktor penunjang untuk kehidupan manusia

dalam keluarga, salah satunya yaitu faktor kesehatan (Ngatimin R

dalam Najoan JA danManampiring AE, 2011)18.

Keluarga dengan status sosial ekonomi kurang biasanya terdapat

keterbatasan dalam pemberian makanan yang bergizi dan dalam

penyediaan makanan, sehingga sering ibu hamil yang kurang mampu

umumnya mengalami anemia. Anemia yang terjadi pada ibu hamil

dapat mengakibatkan abortus, kelahiran prematur, dan BBLR (Anik

dalam Hariani R, 2013)17.


Berdasarkan dari data Upah Minimum Kota (UMK) Palangka

Raya, diketahui bahwa UMK Palangka Raya pada tahun 2014 sebesar

Rp. 1.843.664 per bulan19.

II.2.3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu

dapat berdiri sendiri atau sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan

dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

kebudayaan (Fuad dalam SISDIKNAS, 2012)20.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

baik pula pengetahuannya (Notoadmodjo dalam SISDIKNAS, 2012)20.

Berikut ini adalah klasifikasi jenjang dan jenis satuan pendidikan

dasar dan menengah menurut Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) adalah sebagai berikut20:

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar

berbentuk Sekolah Dasar Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

sederajat.
b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah berbentuk Skolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencangkup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis dan dokter yang diselenggaran oleh pendidikan tinggi.

Bentuk-bentuk perguruan tinggi sesuai dengan UU Sisdiknas No.20

Tahun 2003 adalah akademik, politeknik, sekolah tinggi, institusi

dan universitas.

II.2.4. Pekerjaan

Ditinjau dari aspek ekonomis, bekerja adalah melakukan

pekerjaan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang

dan jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan baik berupa

uang atau barang dalam waktu tertentu (Gunawan dalam Wardani L,

2012)21.

Pekerjaan dapat mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

Pekerjaan yang terlalu berat dapat menimbulkan terjadinya

prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat dan hal tersebut dapat
mempengaruhi janin yang sedang dikandung (Kliens dalam Hariani R,

2013)17.

II.3. Tingkat Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian BBLR

Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan,

pekerjaan ibu, dan ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan

mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan

berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam

memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan

pemeriksaan kesehatan selama kehamilan7.

Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu selama hamil yang berperan dalam

pertumbuhan janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap

timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa

hamil7.

Pekerjan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seseorang ibu yang

mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan ibu selama kehamilan dapat

menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat dan

hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung7.

Kejadian tertinggi BBLR terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

Sosial ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga,

mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi. Selain itu, kondisi ekonomi

seseorang juga mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang memadai misalnya, kemampuan untuk melakukan kunjungan

prenatal untuk memastikan ada gangguan pada janin dan adanya komplikasi

yang terjadi pada kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan
dan pendidikan) rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami

kelahiran kurang bulan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan

kurang (Jusuf dalam Cendikia AR, 2010)10.

II.4. Landasan Teori

Faktor Lingkungan :
1. Sosial ekonomi
2. Bertempat tinggal di dataran
yang tinggi
3. Terkena radiasi
4. Terpapar zat beracun

Faktor Perilaku :
1. Ibu perokok Faktor Herediter :
2. Ibu peminum 1. Genetik
alkohol Kesehatan
3. Ibu pecandu obat
narkotika

Faktor Pelayanan Kesehatan :


1. Rumah Sakit
2. Puskesmas

Gambar.2.1 Landasan Teori dari H.L Blum22


II.5. Kerangka Konsep

Pendapata
n
Pendidika
Sosial
Prematur Ekonomi
Pekerjaan

Sosial
Budaya

Faktor yang berhubungan


1. Faktro ibu
2. Faktor plasenta BBLR
3. Faktor janin
- Sebab la

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar. 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


II.6. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ada hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kejadian BBLR di Ruang C

RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.


b. Ada hubungan Tingkat Pendidikan dengan kejadian BBLR di Ruang C

RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.


c. Ada hubungan Pekerjaan dengan kejadian BBLR di Ruang C RSUD

dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.


BAB III

METODOLOGI

III.1. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik

observasional, yaitu peneliti berupaya untuk mencari hubungan antara variabel.

Sedangkan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode cross-

sectional, dimana pada metode ini, peneliti melakukan observasi atau

pengukuran variabel pada satu saat tertentu, yaitu tiap subjek hanya diobservasi

satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan

tersebut23.

III.2. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat penelitian :
Penelitian ini dilakukan di Ruang C RSUD
b. Waktu penelitian : dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni


III.3. Populasi Penelitian
a. Populasi Target : Semua ibu yang melahirkan di Palangka Raya.
2014
b. Populasi Terjangkau :

Semua ibu yang melahirkan di RSUD dr. Doris


III.4. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sylvanus Palangka Raya pada bulan April-Juni
Sampel adalah bagian dari populasi yaitu yang didapat melalui proses
2014.
pengambilan sampel dan sesuai dengan kriteria penelitian. Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu yang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Pada Tahun 2014. Dalam

penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Accidental sampling merupakan pengambilan sampel dengan berdasarkan

ketersediaannya yaitu mereka yang berada di tempat dan waktu yang tepat

sesuai dengan tujuan peneliti24.


III.5. Estimasi Besar Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total sampling. Total

sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif.


III.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian adalah :
a. Semua ibu yang melahirkan di Ruang C RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka

Raya.
b. Ibu yang memiliki Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan bersedia menjadi

responden.

Kriteria eksklusi pada penelitian adalah :

a. Ibu yang melahirkan di Ruang C dr.Doris Sylvanus Palangka Raya tetapi

meninggal dunia.
III.7. Instrumen Penelitian
a. Kuisioner. Digunakan untuk pengambilan data primer meliputi data

tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan serta data bayi berat

lahir redah (BBLR).


b. Laporan rekam medik RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. Untuk

mengetahui prevalensi BBLR dari tahun ke tahun (data sekunder).


III.8. Variabel yang diteliti
a. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).
b. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Status Ekonomi yang meliputi :

1) Tingkat pendapatan
2) Tingkat pendidikan
3) Pekerjaan
III.9. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti tidak mampu untuk meneliti semua variabel

yang termasuk kedalam status sosial ekonomi, sehingga peneliti hanya meneliti

tiga variabel saja yaitu : tingkat pendidikan untuk mewakili status sosial,

tingkat pendapatan dan pekerjaan untuk mewakili status ekonomi.


III.10. Definisi Operasional (DO)

Variabel Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala


BBLR Bayi yang lahir dengan berat 1. BBLR :
badan kurang dari 2.500 gram. Menggunakan kuisioner < 2500 gr.
dengan cara wawancara 2. Tidak BBLR : Nominal
2500 gr.

Tingkat Pendidikan formal yang telah 1. Dasar :


Pendidikan ditempuh. SD, SMP, MTs,
MI.
2. Menengah :
Menggunakan kuisioner SMK, SMA, Ordinal
dengan cara wawancara MA.
3. Tinggi :
Perguruan tinggi
/ Akademi

Pekerjaan Suatu kegiatan atau aktivitas 1. IRT


sehari-hari yang dilakukan Menggunakan kuisioner 2. PNS
untuk memperoleh dengan cara wawancara 3. Swasta Nominal
penghasilan atau uang.

Tingkat Jumlah pendapatan keluarga 1. Rendah :


Pendapata yang diperoleh setiap Menggunakan kuisioner < Rp. 1.843.664 Ordinal
n bulannya berdasarkan data dengan cara wawancara 2. Tinggi :
DISNAKERTRANS Provinsi Rp. 1.843.664
Kalimantan Tengah.

Tabel.3.1 Definisi Operasional

III.11. Metode Pengolahan Data dan Analisis Statistik


a. Pengolahan Data
Pada pengolahan data menggunakan software SPSS. Dalam

pengolahan data, terdapat beberapa tahap sepertti editing, coding,entery

cleaning, dan tabulating24.


1) Editing
Dilakukan pengecekkan kelengkapan data yang telah terkumpul

apabila ada kesalahan dalam pengumpulan data akan diperbaiki

dengan memeriksa dan dilakukan pendataan ulang terhadap

responden.
2) Coding
Data yang telah dikumpulkan diberi kode dalam bentuk angka

untuk mempermudah memasukkan kedalam tabel. Memberikan kode

setiap kriteria dari variabel. Memberikan kode tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang diteliti dengan tujuan untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data.


Data BBLR :
a) BBLR (<2500 gr) : Kode 1
b) Tidak BBLR (>2500 gr): Kode 2
Data Tingkat Pendidikan :
c) Pendidikan Dasar : Kode 1
d) Pendidikan Menengah : Kode 2
e) Pendidikan Tinggi : Kode 3
Data Pekerjaan :
a) IRT : Kode 1
b) PNS : Kode 2
c) SWASTA : Kode 3
Data Tingkat Pendapatan :
a) Rendah (< Rp. 1.843.664) : Kode 1
b) Tinggi ( Rp. 1.843.664) : Kode 2
3) Data Entry
Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam lembar kerja di

komputer dengan menggunakan program SPSS untuk dianalisis.

4) Cleaning Data (Pembersihan Data)


Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah

dimasukkan dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukkan

datanya dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel

yang diteliti.

5) Tabulating
Untuk memperoleh analisa data dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpulan, dan dimasukkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan memberikan skor terhadap soal-soal yang

diberikan kepada responden.


b. Analisa Statistik
1). Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk tiap-tiap variabel penelitian,

untuk mengetahui gambaran distribusi proporsi variabel-variabel. Setiap

variabel akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi23.


2). Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

bebas dan variabel terikat. Uji statistik yang dilakukan adalah uji asosiasi

chi-square (X2) pada 0,05 atau 5% dengan bantuan program SPSS23.

III.12. Etik Penelitian (Data Terlampir) :

a. Information for consent


Information for consent bertujuan untuk memberikan informasi kepada

subjek penelitian. Lembar informasi ini merupakan sebuah pernyataan

bahwa subjek sudah diberikan informasi yang jelas mengenai penelitian

yang akan dilakukan.


b. Informed consent (persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, yang

menyakan kesediaan untuk terlibat dalam penelitian sebagai subjek

penelitian.
c. Confidentiality (kerahasian)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah


lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil penelitian.
d. Anonimity (tanpa nama)
Anonimity adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamtumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan


III.13. JADUAL PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG C RSUD dr.DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA TAHUN 2014

BULAN
Maret April Mei Juni
KEGIATAN
Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pembuatan proposal
Ujian proposal
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Pembuatan laporan
penelitian
Seminar hasil dan rivisi
Ujian skripsi

III.14. RINCIAN BIAYA


Tabel Rincian Anggaran untuk Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian

No. Waktu Kegiatan Biaya

1. Maret 2014 Pembuatan Transportasi Rp 300.000,-


Proposal ATK Rp 500.000,-
Pencarian pustaka Rp 200.000,-
Fotocopy Rp 100.000,-
Penjilidan Rp 100.000,-
Biaya lain-lain Rp 100.000,-
Total Rp 1.300.000,-

2. April 2014 Melakukan Transport Rp 600.000,-


penelitian Fotocopy Rp 100.000,-
(memberikan ATK Rp 100.000,-
kuisioner dan Souvenir Rp 3000.000,-
kegiatan Total Rp 3.800.000,-
penyuluhan

3. Juni 2014 Pengolahan Data ATK Rp 150.000,-


Fotocopy Rp 150.000,-
Transportasi Rp 300.000,-
Total Rp 600.000,-

4. Pembuatan Laporan Fotocopy + Jilid Rp 500.000,-


Penelitian Transportasi Rp 300.000,-
Biaya lain-lain Rp 500.000,-
Total Rp 1.300.000,-

5. Sidang Proposal Biaya lain-lain Rp 500.000,-


Transport+komunikasi Rp 500.000,-
6. Total Rp 1.000.000,-

7. Sidang Skripsi Biaya lain-lain Rp 500.000,-


Transport+komunikasi Rp 500.000,-
Total Rp 1.000.000,-

Dana Tak Terduga Rp 1.000.000,-

TOTAL KESELURUHAN Rp 10.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai