Disusun oleh :
SITI FATIMAH, S.ST
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) termasuk salah satu faktor utama
dalam peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi serta memberikan dampak
jangka panjang dalam kehidupannya. Berat badan lahir sangat menentukan
prognosa komplikasi yang terjadi (Maryunani, 2013). BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram (Rahmi, 2013).
Prevalensi Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau di negara yang kadang – kadang sosial ekonomi
rendah, atau di negara yang secara ekonomi di bawah garis kemiskinan.
Menurut data statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan negara
berkembang. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 Angka Kematian Bayi
(AKB) 25/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 27/1000
kelahiran hidup. Target SDGs ( Sustainable Development Goals ) mengharapkan
pada tahun 2030 AKB menjadi 12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian
minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6% dan lain-lain 13%
( Mardani, 2012).
Usia Produksi optimal bagi seorang wanita adalah usia antara 20-35
tahun, dan dibawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko terhadap
kehamilan maupun persalinan. Usia Ibu mempengaruhi tingklat kejadian BBLR
yaitu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Pada usia yang
terlalu muda ( kurang dari 20 tahun), peredaran darah menuju serviks dan juga
menuju uterus masih belum sempurna sehingga ini dapat menganggu proses
penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang dikandungnya ( Monita,dkk, 2015)
Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah jarak kehamilan. Jarak
persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak adalah >2 tahun sampai 3
tahun, semakin pendek (<2 tahun), ibu beresiko tinggi untuk mengalami pre-
eklamsia dan komplikasi kehamilan lain yang sangat berbahaya dan juga bisa
bagi bayinya yang bisa lahir terlalu cepat, terlalu kecil atau dengan BBLR. Jarak
kehamilan juga memiliki resiko 14,3 % melahirkan BBLR yang memiliki jarak
kehamilan < 2 tahun, sedangkan yang memiliki jarak > 2 tahun sebanyak 85,7 %
melahirkan bayi yang tidak BBLR ( Rosmala,dkk 2015).
Menurut sensus penduduk oleh BPS ( Badan Pusat Statistik) tahun 2012
Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Kalimantan Selatan mencapai 44/1000 kelahiran
hidup ( SDKI, 2012). Menurut Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan pada tahun
2011 penyebab kematian yang disebabkan oleh BBLR sebanyak 34,54%. Tahun
2012 penyebab kematian neonatal dini di Kalimantan Selatan oleh BBLR
sebesar 32,96%. AKB tahun 2012 sebanyak 816 dan tahun 2013 sebanyak 560
kasus (Profil Dinas Kesehatan, 2012).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diidentifikasi masalah dalam
asuhan ini, “ Penerapan asuhan kebidanan bayi dengan BBLR di Ruang Bayi
INRiT RSUD Ulin Banjarmasin ” dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
C. Tujuan
Tujuan Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam penanganan pada bayi dengan BBLR.
D. Manfaat Penulisan
Secara teori memberikan sumbangan pada disiplin ilmu kebidanan dan dapat
dijadikan acuan untuk asuhan bayi berat lahir rendah lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayidengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). Bayi berat lahir rendah adalah
bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima
apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama (Depkes RI, 2009). Jadi
Bayi Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa memandang masa
kehamilan (Gestasi).
B. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010):
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 -1500
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
C. Etiologi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR
secara umum (Proverawati & Ismawati, 2010) yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit : Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia berat,
perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsi berat, eklampsia, infeksi
selama kehamilan (infeksi kandung kemih, dan ginjal) Menderita penyakit
seperti malaria, infeksi menular seksual (PMS), penyakit tipoid,hepatitis,
ISPA, bronkitis, atau TBC.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 2
tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
E. Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini
harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008) :
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan
miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena
posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a. Kangaroo Mother Care
(1) Pengertian
Kangaroo Mother Care atau Perawatan metode kangguru
adalah kontak kulit dianatara ibu dan bayi secara dini, terus menerus
dan dikombinasi dan pemberian ASI eksklusif (Yongky, DKK. 2012).
Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR
adalah dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau perawatan
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan
bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu sehingga suhu
tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode ini sangat
menguntungkan untuk bayi berat lahir rendah. (Atikah, 2010)
Perawatan metode kangguru adalah perawatan untuk bayi
berat lahir rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit
bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2009)
Istilah pertama metode Kangguru (PMK) diambil dari
pengamatan pada kangguru yang memiliki kantung pada perutnya,
yang berfungsi untuk melindungi bayinya tidak hanya melindungi bayi
yang premature tetapi merupakan suatu tempat yang memberikan
kenyamanan yang sangat esensial bagi pertumbuhan bayi. Di dalam
kantong ibu, bayi kangguru dapat merasakan kehangatan, mendapat
makanan (susu), kenyamanan, stimulasi, dan perlindungan. Bayi
dibawa kemana saja setiap saat tanpa interupsi.
Perawatan metode kangguru dapat dilakukan dengan 2 cara.
Pertama secara terus menerus dalam 24 jam atau dengan cara
selang seling. Perawatan Metode Kangguru disarankan untuk
dilakukan secara terus menerus.
(2) Keuntungan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sebelum mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya
diketahui proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya
ada 4 cara kehilangan panas pada bayi baru lahir, yaitu :
(a) Radiasi : Aliran panas dari suhu yang lebih tinggi (tubuh) ke suhu
yang lebih rendah (lingkungan di sekitar tubuh)
(b) Konduksi : Pemindahan panas akibat kontak langsung dengan
permukaan yang lebih dingin
(c) Konveksi : Pemindahan panas melalui aliran atau pergerakan
udara
(d) Evaporasi : Perspirasi, respirasi, dan rusaknya integritas kulit
Keuntungan dan manfaat PMK adalah : suhu tubuh bayi tetap normal,
mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan keberhasilan
menyusui, perlindungan bayi dari infeksi, berat badan bayi cepat naik,
stimulasi dini, kasih saying, mengurangi biaya murah sakit waktu
perawatan yang pendek, tidak memerlukan incubator.
(2) Manfaat Perawatan Metode Kangguru bagi Bayi
(a) Suhu Tubuh bayi lebih stabil daripada yang dirawat di incubator
(b) Pola pernafasan bayi menjadi lebih teratur (}mengurangi kejadian
apnea periodic)}
(c) Denyut jantung lebih stabil
(d) Pengaturan perilaku pada bayi lebih baik, misalnya frekuensi
menangis bayi berkurang dna sewaktu bangun bayi lebih waspada
(e) Bayi lebih sering minum ASI dan lama menetek lebih panjang serta
peningkatan serta peningkatan produksi ASI
(f) Pemakaian kalori lebih kurang
(g) Kenaikan berat badan lebih baik
(h) Waktu tidur bayi lebih lama
(i) Efisiensi anggaran
(3) Manfaat perawatan Metode Kangguru Bagi Ibu
Menurut Depkes RI tahun 2008, KMC dapat mempermudah pemberian
ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, ubungan lekat ibu – bayi
lebih baik, ibu saying dengan bayinya, pengaruh psikologis ketenangan
bagi ibu dan keluarga
(4) Manfaat Perawatan metode Kangguru Bagi Ayah
(a) Ayah memainkan perasaan yang lebih besar dalam perawatan
bayinya
(b) Meningkatkan hubungan antara ayah dan bayinya, terutama
berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan anak yang
tinggi.
(5) Manfaat Perawatan metode Kangguru Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi
efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri.
(6) Standar Operasional Prosedur (SOP) Metode Kangguru
(a) Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(b) Semua keadaan patologis sudah teratasi
(c) Mampu untuk menghisap – menelan dan bernafas sudah baik
(d) Berat badan selama di incubator meningkat (15-20 gram/hari selama
>8hari)
(e) Ibu, suami atau pengganti ibu lainnya sehat dan mampu merawat
bayinya dengan metode kangguru
b. Pemancar pemanas
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 g atau lebih.Untuk
pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi. Bila tidak tersedia pemancar panas, Lampu
penghangat dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60
cm. Penghangatan berkelanjutan bayi Inkubator dengan berat < 1,500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC. Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat).
Bila tidak tersedia inkubator, dapat Boks penghangat digunakan boks
penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai
sumber panas. Untuk merawat bayi dengan berat < Ruangan hangat 2500 g
yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, Tidak
untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
c. Ruangan yang hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat
petugas tidak nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa
menambah alat penghangat untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat
bagi BBLR, yaitu
(1) Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
(2) Pastikan suhu ruangan paling rendah 26⁰C
(3) BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30⁰C
(4) BB >2000 gram suhu ruangan 26-28⁰C
(5) Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding ]
yang dingin, jendela dan aliran udara
(6) Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari
(7) Pada malam hari, tambahkan sumber panas dan sesuaikan
dengan kondisi
d. Inkubator
(1) Pengertian
Inkubator bayi adalah sebuah tempat tertutup yang suhu
lingkungannya dapat diatur pada suhu tertentu untuk
menghangatkan bayi. Inkubator Bayi juga membutuhkan kelembaban
yang stabil sehingga kondisi di dalamnya tetap terjaga sesuai dengan
yang diinginkan.
(2) Cara perawatan BBLR di dalam incubator adalah
(a) Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan
bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan
dipergunakan
(b) Tutup matras dengan kain bersih
(c) Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri
berbahaya dan menyerang bayi)
(d) Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
(1) BB <1500 gram
Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur 3-
5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰C
(2) BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4
minggu : 32⁰C
(3) BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3
minggu : 32⁰C
(4) BB >2500 gram
Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.
(e) Hangatkan inkubator sebelum digunakan
(f) Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi
sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian
kembali setelah pengamatan terapi selesa
(g) Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar
inkubator tetap hangat
(h) Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
(i) Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur
suhu bayi peraksila setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian
setip 3 jam.
(j) Bila suhu < 36⁰C atau >37⁰C, atur suhu inkubator secepatnya
(k) Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur,
berarti inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai
tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain
untukmenghangatkan bayi
(l) Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan
manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
(m) Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak
menunjukan tanda-tanda sakit
(3) Fungsi Inkubator Bayi
(a) Sebagai Pelindung
Fungsi utama dari incubator adalah untuk melindungi bayi
pada usia awal kelahiran apabila kondisi bayi sangat rentan.
Inkubator biasanya didesalin tertutup dan dengan lingkungan
yang terkendali. Temperature dalam incubator pun dikendalikan
untuk menjaga bayi dari suhu yang terlalu dingin baginya serta
melindungi diri dari kebisingan sehingga membuat bayi menjadi
lebih mudah dan nyaman untuk beristirahat.
(b) Okigenasi
Sindrome gangguan pernafasan menjadi penyebab kematian
terbanyak pada bayi temperature dan 1% terjadi pada bayi lahir
normal. Oleh karena itu oksigenasi yang dilakukan pada bayi
akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
(c) Sebagai Monitor
Beberapa inkobator dilengkapi dengan peralatan medis yang
tujuannya digunakan untuk memonitor ataupun mengobservasi
kondisi bayi di dalam incubator.
>2500 gram 32 – 33 32 21 – 32 32
5. Klasifikasi ROP
a. Stadium I — Pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang
ringan. Pada stadium ini biasanya membaik sendiri dan bayi akan
mempunyai penglihatan yang normal.
b. Stadium II — Pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal terjadi
secara lebih berat. Pada stadium ini biasanya akan membaik
sendiri dan bayi akan mempunyai penglihatan yang normal.
c. Stadium III — Pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal
terjadi secara sangat berat. Pembuluh darah abnormal tersebut
akan tumbuh ke arah sentral dan tidak mengikuti pola
pertumbuhan yang normal di permukaan retina. Pada stadium ini
ada bayi yang akhirnya membaik dan tidak memerlukan terapi
serta mempunyai penglihatan yang normal. Pada bayi dengan
stadium III dan “plus disease (dimana pembuluh retina menjadi
membesar dan berkelok-kelok, yang mengindikasikan perubahan
penyakit kearah yang lebih buruk), terapi diperlukan terutama
untuk mencegah terjadi pelepasan retina
d. Stadium IV — Retina telah terlepas sebagian. Terjadi tarikan yang
disebabkan oleh perdarahan, atau pembuluh darah abnormal
yang retina dari dinding bola mata.
e. Stadium V — Retina terlepas secara total. Bayi akan mengalami
kebutaan.
6. Pengobatan
Retinopati yang ringan seringkali mengalami proses penyembuhan
yang spontan.Tetapi meskipun telah terjadi penyembuhan, bayi
memiliki resiko menderita rabun dekat, juling dan gangguan
penglihatan. Pada retinopati yang berat, krioterapi (pembekuan bagian
pinggir retina) bisa mengurangi resiko terjadinya pelepasan retina dan
gangguan penglihatan.Jika telah terjadi pelepasan retina, dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan retina ke tempatnya.
7. Pencegahan
Pencegahan yang paling efektif adalah mencegah terjadinya
kelahiran prematur.Jikabayi lahir prematur dan menderita gangguan
pernafasan, maka dilakukan pemantauan ketat terhadap pemakaian
oksigen untuk mencegah terlalu tingginya kadar oksigen dalam darah.
retinopathy of prematurity (ROP) adalah penyakit mata yang terjadi
pada bayi yang terlahir prematur dengan usia kehamilan kurang dari 31
minggu dan berat badan lahir kurang dari 1250 gram. Semakin
premature dan semakin kecil bayi, maka kemungkinan terjadinya ROP
semakin besar.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama bayi : By. Ny. E
Umur/tanggal lahir : 15 hari / 22-06-2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 2 (Dua)
2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat lahir bayi tidak langsung menangis,
dan berat badan bayi 1900 gram, kemudian bayi dirujuk ke
RSUD. Ulin Banjarmasin.
3. Riwayat Pre Natal
a. Kehamilan Ke : 1 (pertama)
b. Tempat ANC : Puskesmas
c. Imunisasi TT : Lengkap
d. Obat-obatan yang pernah di konsumsi selama hamil : Selama hamil ibu
pernah mengkonsumsi Fe, Asam Folat, kalk dan Vit
e. Penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Ibu dan keluarga
menerima kehamilan dengan baik
f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil : tidak ada
4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan Ke : 2 (Dua)
b. Tempat dan penolong persalinan : RS Marabahan
c. Usia Kehamilan : 34 minggu
d. Masalah saat persalinan : tidak ada
e. Jenis persalinan : Spontan belakang kepala
f. Lamanya persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 20 menit
Keadaan bayi saat lahir
Segera menangis / tidak : Tidak segera menangis
BBL / PBL : 1900 gram / 43 cm
Apgar Score : 5/7/9
5. Riwayat Kesehatan,
By. Ny E lahir di RS. Marabahan pada tanggal 22 Juni 2021, lahir tidak
segera menangis dengan nilai AS 5/7/9 dan BB 1900 gram, kemudian karena
di Rs. Marabahan peralatan tidak memadai akhirnya di rujuk ke RSUD. Ulin
Banjarmasin. Di RS Marabahan bayi di pasang dua nasal kanul, kemudian
sampai d RSUD Ulin Banjarmasin diberikan terapi pasang cpap, diberikan
antibiotik+TPN, foto thorak dan cek lab.
a. Pemeriksaan Laboraturiun tanggal 23 juni 2021
7. Data Biologis
a. Nutrisi
Jenis Makan / minum : ASI
Frekuensi : ASI on demand
Banyaknya :
Tanggal 29 juni 2021 : ASI 10 ml/gbb
Tanggal 30 juni 2021: ASI 20 ml/gbb
Tanggal 01 juli 2021 : ASI 30 ml/gbb
Tanggal 03 juli 2021 : ASI 45ml/gbb
Tanggal 04 juli 2021: ASI 60 ml/gbb
Tanggal 05 juli 2021 : ASI 80ml/gbb
Tanggal 06 juli 2021 : ASI 100 ml/gbb
Tanggal 08 juli 2021 : ASI 120 ml/gbb
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 2-3x / hari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : Kuning jernih
Masalah : Tidak ada
c. Personal hygiene
Frekuensi mandi :-
Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
Penggunaan popok anti tembus : 3-4x/hari
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda – tanda vital
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,7ºC
Respirasi : 61x/menit
2. Antropometri
a. BBS : 1700 kg
b. PBS : 43 cm
c. Lingkar Kepala : 30 cm
d. Lingkar dada : 27 cm
3. Pemeriksaan khusus
Kepala : Bentuk simetris, tidak ada fraktur tulang tengkorak, ubun-
ubun baik, tidak ada sephallhematoma, tidak ada caput
suksdeneum, tidak ada lesi dan benjolan abnormal
Muka : Bentuk simetris, tidak tampak pucat, dan tidak ada peralysis
pada wajah
Mata : Bentuk simetris, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ada strabismus dan memiliki reflex berkedip pada cahaya,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
terdapat obstruksi jalan napas, tampak bersih, dan tidak ada
pengeluaran secret yang berlebihan dan berdarah
Telinga : Bentuk simetris dan bersih, terlihat saluran telinga yang jelas
ujung-ujung daun telinga elastic sejajar dengan mata, serta
tidak terdapat kelainan congenital
Mulut : Bentuk simetris, bibir berwarna merah muda, dan tidak ada
kelainan congenital
Leher : Bentuk simetris tidak terlihat dan tidak teraba adanya
pembengkakan, tidak ada gumpalan, gerakan aktif, dan
bebas
Dada/payudara: Bentuk normal dan simetris, tidak ada retraksi,
Punggung : Bentuk datar dan tidak terlihat benjolan (spina Bifida)
Abdomen : Bentuk normal, tidak ada penonjolan tali pusat bila menangis
,tidak terlihat perdarahan, tali pusat dan tidak ada tonjolan
pada perut
Genetalia : Labia minora kelihatangk menonjol
Anus : Tampak berlubang
Eksrimitas : Ekstrimitas atas dan bawah berbentuk simetris, jari-jari
lengkap dan tidak ada kelainan, terpasang infus pada
ekstremitas kanan bagian atas
4. Refleks Primitif
Refleks moro (+) : Bila dilakukan rangsangan dengan suara keras
(bertepuk tangan) bayi memberikan respon memeluk
Refleks Rooting (+) : Bila disentuh pipi bayi dengan lembut, bayi merespon
dengan menoleh kepalanya kea rah jari dan mulutnya
membuka
Refleks sucking (+) : Cara bibir bayi disentuh maka bayi merespon dengan
isapan yang kuat dan cepat
Refleks grasping (+) : Saat jari diletakkan pada telapak tangan, bayi
menggenggam jari telunjuk kita dengan kuat
Refleks tonicneck : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Babynsky (+) : Saat telapak kaki digores dengan jari, bayi merespon
dengan ibu jari fleksi dan jari-jari lain ekstensi
Refleks Walking : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
C. Identifikasi masalah potensial
Tidak ada
D. Identifikasi kebutuhan segera
Pemberian nutrisi dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
E. Assesment
By. Ny. E usia 15 hari dengan BBLR
F. Planning
1. Melakukan pencegahan infeksi
2. Mengganti popok bayi setelah BAB/BAK
3. Mengajarkan ibu melakukan KMC ( Kangoroo Mother Care)
4. Melakukan obsevasi TTV untuk mengetahui parameter kesehatan bayi
Nadi = 117x/m Reflek hisap : Baik
Respirasi = 47x/m Gerak : Aktif
Suhu = 36,7ºC Bayi bisa menghabiskan ASI 100 CC
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis dalam pemberian terapi
a. Injeksi Meropenem 3 x 50 mg
b. Injeksi Vit.K 1 mg/mgg
c. PO. Enystin 3 x 0,5 cc per oral
d. Interlac 1 x 5 tetes peroral
CATATAN PERKEMBANGAN
PEMBAHASAN
Dari pengkajian yang dilakukan pada hari jum’at tanggal 07 Juli 2021, Ibu By.
Ny. E mengatakan bayinya dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin karena saat lahir bayi
tidak langsung menangis dan berat badan bayi pada saat lahir 1900 gram, hal ini
sesuai dengan teori (Sulani, 2011) yang menyatakan komplikasi dari BBLR seperti
asfiksia, infeksi, hipotermi, hiperbilirubin. Ibu By. Ny. E juga mengatakan melahirkan
anak keduanya di rumah sakit Marabahan pada usia kehamilan 34 minggu ini, Hal
ini didukung oleh teori dari (Proverawati dan Ismawati, 2010) yang menyatakan
klasifikasi BBLR salah satunya yaitu Prematuritas murni adalah masa gestasinya
kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
Dari hasil pengkajian pada hari dan tanggal yang sama juga ditemukan
bahwa By. Ny. E mendapatkan perawatan dengan metode Kangguru Mother Care
(KMC) pada saat jam kunjungan yang berfungsi untuk mengurangi kesakitan dan
mempererat ikatan antara ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan teori dari (Atikah,
2010) yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan
kematian BBLR adalah dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau perawatan
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan bayi baru lahir
dengan melekatkan bayi di dada ibu sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat.
Perawatan metode ini sangat menguntungkan untuk bayi berat lahir rendah.
Hal yang paling utama dilakukan pada Planning tinjauan kasus adalah
melakukan pencegahan infeksi salah satunya mencuci tangan 6 langkah sebelum
bersentuhan langsung dengan bayi. Hal ini didukung oleh teori dari (Desmawati,
2011) yang menjelaskan bahwa perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian
integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada
bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
dengan penyakit. Jadi hal yang perlu dilakukan adalah Semua orang yang akan
mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu,
peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur,
ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya, dan petugas dan orang tua
yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai
mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mngenai asuhan kebidanan
pada By. Ny. E umur 15 hari dengan BBLR yaitu :
1. Berdasarkan data Subjektif dari By. Ny. E dengan orang tuanya datang ke RSUD
Ulin Banjarmasin mengatakan bayinya lahir tidak menangis dan berat badan bayi
1900 gram.
2. Berdasarkan data objektif serta semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
By. Ny. E, didapatkan BB 1900 gram, Nadi ; 120x/menit, S: 36,7ºC, Respirasi:
61x/menit, AS: 7/8/9.
3. Berdasarkan analisa data yang di dapat menghasilkan diagnosa By. Ny. E umur
15 hari dengan BBLR.
4. Dari analisa data tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan dengan melakuan
asupan nutrisi yang baik salah satunya yaitu diet ASI, dan perawatan dengan
KMC ( Kangoroo Mother Care).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Maryunani, Anik.2013. Buku Saku Asuhan Bayi dengan Berat Badan lahir
Rendah. Jakarta:CV. Trans Info Media.
Pantiawati, Ika. 2010. Berat Badan lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo, 2009. Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta Nuha Medika.