Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG BAYI RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun oleh :
SITI FATIMAH, S.ST

INSTALASI NEONATUS RISIKO TINGGI


(INRiT)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis Laporan Kasus Pada Bayi Ny. E Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di ruang bayi INRiT RSUD Ulin Banjarmasin dalam
bentuk laporan asuhan Kebidanan
Pada penyusunan dan penyelesaian Laporan Kasus Pada Bayi Ny. E Dengan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di ruang bayi IINRiT RSUD Ulin Banjarmasin ini
penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak,
maka dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Prof. Dr.dr. H .Ari Yunanto,Sp.A (K), SH selaku Kepala Instalasi Neonatus
Risiko Tinggi
2. dr. Pudji Andayani, Sp.A (K) , selaku DPJP di Ruang perawatan INRiT RSUD
ULIN Banjarmasin.
3. dr. PRICILLIA Gunawan, Sp.A selaku DPJP di Ruang Perawatan INRiT RSUD
ULIN Banjarmasin.
4. Ibu Melati, Ns,M.Kep selaku Kepala Ruang INRiT RSUD ULIN Banjarmasin
5. Teman –Teman perawat dan bidan yang telah membantu dalam pembuatan
laporan Asuhan ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Laporan Kasus Pada Bayi Ny. E Dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang INRiT RSUD Ulin Banjarmasin ini sehingga laporan
ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan.

Banjarmasin. Nopember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) termasuk salah satu faktor utama
dalam peningkatan mortalitas dan morbiditas bayi serta memberikan dampak
jangka panjang dalam kehidupannya. Berat badan lahir sangat menentukan
prognosa komplikasi yang terjadi (Maryunani, 2013). BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang 2.500 gram (Rahmi, 2013).

WHO (World Hearth Organization, 2013) menyatakan BBLR (Berat


Badan Bayi Lahir Rendah ) merupakan prediktor mortalitas paling kuat dalam
beberapa bulan pertama kehidupan dan penentu utama kematian, morbiditas
secara kecacatan pada masa bayi dan anak – anak. Angka Kematian Bayi (AKB)
pada periode perinatal 70% penyebabnya adalah BBLR. BBLR mempunyai
resiko 35 kali lebih besar dari bayi normal (Depkes, 2013). Di negara ASEAN,
Indonesia termasuk AKB (Angka Kematian Bayi) tertinggi dibandingkan negara
tertangga yaitu 27/1000 kelahiran hidup, hal ini tercermin dari perbandingan
dengan jumlah Angka Kematian Bayi ( AKB) seperti Singapura (3 per 1000 KH),
Brunei Darussalam (8 per 1000 KH), Malaysia (5,5 per 1000 KH), Vietnam (18
per 1000 KH) dan Thailand (17 per 1000 KH) ( WHO, 2015). BBLR sering terjadi
di negara- negara berkembang dengan angka kematian lebih tinggi 35 kali
dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram
(Pantiawati, 2010).

Prevalensi Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau di negara yang kadang – kadang sosial ekonomi
rendah, atau di negara yang secara ekonomi di bawah garis kemiskinan.
Menurut data statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan negara
berkembang. Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 Angka Kematian Bayi
(AKB) 25/1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 27/1000
kelahiran hidup. Target SDGs ( Sustainable Development Goals ) mengharapkan
pada tahun 2030 AKB menjadi 12/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian
minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6% dan lain-lain 13%
( Mardani, 2012).

Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga


kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun,
penyebab terjadinya BBLR adalah kelahiran premature. Semakin muda usia
kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum
meliputi : penyakit ibu (inklusi sitomegalli, rubella bawaan), disautonomia familial,
radiasi, kehamilan ganda/ kembar, aplasia pancreas, faktor plasenta, dan faktor
lingkungan ( Proverawati, dkk, 2010).

Pendapat Proverawati, dkk (2010) sejalan dengan Manuaba (2010),


bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah faktor Ibu
yaitu riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,
hipertensi umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, dan lain-lain, Faktor cacat janin
bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, keadaan sosial
ekonomi yang rendah, pekerjaan yang melelahkan, merokok dan tidak diketahui.
Salah satu faktor yang mendukung terjadinya BBLR adalah usia ibu hamil yang
beresiko tinggi.

Usia Produksi optimal bagi seorang wanita adalah usia antara 20-35
tahun, dan dibawah dan diatas usia tersebut akan meningkatkan resiko terhadap
kehamilan maupun persalinan. Usia Ibu mempengaruhi tingklat kejadian BBLR
yaitu usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Pada usia yang
terlalu muda ( kurang dari 20 tahun), peredaran darah menuju serviks dan juga
menuju uterus masih belum sempurna sehingga ini dapat menganggu proses
penyaluran nutrisi dari ibu ke janin yang dikandungnya ( Monita,dkk, 2015)
Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah jarak kehamilan. Jarak
persalinan yang baik untuk kesehatan ibu dan anak adalah >2 tahun sampai 3
tahun, semakin pendek (<2 tahun), ibu beresiko tinggi untuk mengalami pre-
eklamsia dan komplikasi kehamilan lain yang sangat berbahaya dan juga bisa
bagi bayinya yang bisa lahir terlalu cepat, terlalu kecil atau dengan BBLR. Jarak
kehamilan juga memiliki resiko 14,3 % melahirkan BBLR yang memiliki jarak
kehamilan < 2 tahun, sedangkan yang memiliki jarak > 2 tahun sebanyak 85,7 %
melahirkan bayi yang tidak BBLR ( Rosmala,dkk 2015).

Menurut sensus penduduk oleh BPS ( Badan Pusat Statistik) tahun 2012
Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Kalimantan Selatan mencapai 44/1000 kelahiran
hidup ( SDKI, 2012). Menurut Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan pada tahun
2011 penyebab kematian yang disebabkan oleh BBLR sebanyak 34,54%. Tahun
2012 penyebab kematian neonatal dini di Kalimantan Selatan oleh BBLR
sebesar 32,96%. AKB tahun 2012 sebanyak 816 dan tahun 2013 sebanyak 560
kasus (Profil Dinas Kesehatan, 2012).

Kasus BBLR di RSUD Ulin Banjarmasin merupakan salah satu kasus


yang sangat memerlukan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan angka kejadian
BBLR masih tergolong cukup tinggi, yaitu pada tahun 2020 ditemukan sebanyak
219 kejadian bayi dengan berat lahir rendah dan 37 bayi diantara meninggal
dunia. Dan pada tahun 2021 terhitung bulan Januari sampai dengan bulan Mei
2021 sudah ditemukan 115 bayi yang memiliki berat badan lahir rendah dan 22
orang bayi meninggal dunia.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat


laporan asuhan kebidanan pada By. Ny E dengan BBLR di Ruang Teratai RSUD
Ulin Banjarmasin.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diidentifikasi masalah dalam
asuhan ini, “ Penerapan asuhan kebidanan bayi dengan BBLR di Ruang Bayi
INRiT RSUD Ulin Banjarmasin ” dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
C. Tujuan
Tujuan Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan
dalam penanganan pada bayi dengan BBLR.

D. Manfaat Penulisan
Secara teori memberikan sumbangan pada disiplin ilmu kebidanan dan dapat
dijadikan acuan untuk asuhan bayi berat lahir rendah lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayidengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). Bayi berat lahir rendah adalah
bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima
apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama (Depkes RI, 2009). Jadi
Bayi Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa memandang masa
kehamilan (Gestasi).

B. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010):
1. Menurut harapan hidupnya
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 -1500
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.

2. Menurut masa gestasinya


a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

C. Etiologi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR
secara umum (Proverawati & Ismawati, 2010) yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit : Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia berat,
perdarahan antepartum, hipertensi, preeklampsi berat, eklampsia, infeksi
selama kehamilan (infeksi kandung kemih, dan ginjal) Menderita penyakit
seperti malaria, infeksi menular seksual (PMS), penyakit tipoid,hepatitis,
ISPA, bronkitis, atau TBC.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 2
tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c. Keadaan sosial ekonomi :


1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.
3) Keadaan gizi yang kurang baik.
4) Pengawasan antenatal yang kurang.
d. Sebab lain :
Ibu perokok, ibu peminum alkohol, ibu pecandu obat narkotik
2. Faktor janin
a. Kelainan kromosom.
b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan).
c. Disautonomia familial.
d. Radiasi.
e. Kehamilan ganda/kembar (gemeli).
3. Faktor plasenta
a. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion).
b. Luas permukaan berkurang.
c. Plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasite).
d. Infark.
e. Tumor (korioangioma, mola hidatidosa).
f. Plasenta yang lepas.
g. Sindrom plasenta yang lepas.
h. Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).
4. Faktor lingkungan
a. Bertempat tinggal di dataran yang tinggi.
b. Terkena radiasi.
c. Terpapar zat beracun

D. Masalah pada BBLR


Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah(BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistemorgan pada bayi
tersebut(Maryunani, dkk 2009).
1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yangberfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat di dalam parudan yang diproduksi dalam paru
serta melapisi bagian alveoli,sehingga alveoli tidak kolaps pada saat
ekspirasi).Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan
nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru
yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan
sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh,trauma lahir, perubahan
proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLRjuga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan
perfusi.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus,yang merupakan akibat intrauterine kehidupan
ekstrauterine berupa keterlambatanpenutupanductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya
koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu
sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurangdapat menyerap lemak
dan mencerna protein.
5. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
b. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaankulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
c. Kurangnya lemak subkutan (brown fat/ lemak cokelat).
d. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
e. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain
adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek.
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium
yang sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit, asam – basa,tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.
9. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipisdan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity
(ROP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

E. Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini
harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.Penatalaksanaan yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008) :
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan
miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena
posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.

2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat
dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
a. Kangaroo Mother Care
(1) Pengertian
Kangaroo Mother Care atau Perawatan metode kangguru
adalah kontak kulit dianatara ibu dan bayi secara dini, terus menerus
dan dikombinasi dan pemberian ASI eksklusif (Yongky, DKK. 2012).
Salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan kematian BBLR
adalah dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau perawatan
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan
bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu sehingga suhu
tubuh bayi tetap hangat. Perawatan metode ini sangat
menguntungkan untuk bayi berat lahir rendah. (Atikah, 2010)
Perawatan metode kangguru adalah perawatan untuk bayi
berat lahir rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit
bayi dengan kulit ibu (Depkes RI, 2009)
Istilah pertama metode Kangguru (PMK) diambil dari
pengamatan pada kangguru yang memiliki kantung pada perutnya,
yang berfungsi untuk melindungi bayinya tidak hanya melindungi bayi
yang premature tetapi merupakan suatu tempat yang memberikan
kenyamanan yang sangat esensial bagi pertumbuhan bayi. Di dalam
kantong ibu, bayi kangguru dapat merasakan kehangatan, mendapat
makanan (susu), kenyamanan, stimulasi, dan perlindungan. Bayi
dibawa kemana saja setiap saat tanpa interupsi.
Perawatan metode kangguru dapat dilakukan dengan 2 cara.
Pertama secara terus menerus dalam 24 jam atau dengan cara
selang seling. Perawatan Metode Kangguru disarankan untuk
dilakukan secara terus menerus.
(2) Keuntungan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sebelum mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya
diketahui proses kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya
ada 4 cara kehilangan panas pada bayi baru lahir, yaitu :
(a) Radiasi : Aliran panas dari suhu yang lebih tinggi (tubuh) ke suhu
yang lebih rendah (lingkungan di sekitar tubuh)
(b) Konduksi : Pemindahan panas akibat kontak langsung dengan
permukaan yang lebih dingin
(c) Konveksi : Pemindahan panas melalui aliran atau pergerakan
udara
(d) Evaporasi : Perspirasi, respirasi, dan rusaknya integritas kulit
Keuntungan dan manfaat PMK adalah : suhu tubuh bayi tetap normal,
mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan keberhasilan
menyusui, perlindungan bayi dari infeksi, berat badan bayi cepat naik,
stimulasi dini, kasih saying, mengurangi biaya murah sakit waktu
perawatan yang pendek, tidak memerlukan incubator.
(2) Manfaat Perawatan Metode Kangguru bagi Bayi
(a) Suhu Tubuh bayi lebih stabil daripada yang dirawat di incubator
(b) Pola pernafasan bayi menjadi lebih teratur (}mengurangi kejadian
apnea periodic)}
(c) Denyut jantung lebih stabil
(d) Pengaturan perilaku pada bayi lebih baik, misalnya frekuensi
menangis bayi berkurang dna sewaktu bangun bayi lebih waspada
(e) Bayi lebih sering minum ASI dan lama menetek lebih panjang serta
peningkatan serta peningkatan produksi ASI
(f) Pemakaian kalori lebih kurang
(g) Kenaikan berat badan lebih baik
(h) Waktu tidur bayi lebih lama
(i) Efisiensi anggaran
(3) Manfaat perawatan Metode Kangguru Bagi Ibu
Menurut Depkes RI tahun 2008, KMC dapat mempermudah pemberian
ASI, ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi, ubungan lekat ibu – bayi
lebih baik, ibu saying dengan bayinya, pengaruh psikologis ketenangan
bagi ibu dan keluarga
(4) Manfaat Perawatan metode Kangguru Bagi Ayah
(a) Ayah memainkan perasaan yang lebih besar dalam perawatan
bayinya
(b) Meningkatkan hubungan antara ayah dan bayinya, terutama
berperan penting di negara dengan tingkat kekerasan anak yang
tinggi.
(5) Manfaat Perawatan metode Kangguru Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi
efisiensi tenaga karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri.
(6) Standar Operasional Prosedur (SOP) Metode Kangguru
(a) Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(b) Semua keadaan patologis sudah teratasi
(c) Mampu untuk menghisap – menelan dan bernafas sudah baik
(d) Berat badan selama di incubator meningkat (15-20 gram/hari selama
>8hari)
(e) Ibu, suami atau pengganti ibu lainnya sehat dan mampu merawat
bayinya dengan metode kangguru
b. Pemancar pemanas
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1,500 g atau lebih.Untuk
pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan
kembali bayi hipotermi. Bila tidak tersedia pemancar panas, Lampu
penghangat dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60
cm. Penghangatan berkelanjutan bayi Inkubator dengan berat < 1,500 g yang
tidak dapat dilakukan KMC. Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas
berat).
Bila tidak tersedia inkubator, dapat Boks penghangat digunakan boks
penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai
sumber panas. Untuk merawat bayi dengan berat < Ruangan hangat 2500 g
yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, Tidak
untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
c. Ruangan yang hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat
petugas tidak nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa
menambah alat penghangat untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat
bagi BBLR, yaitu
(1) Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
(2) Pastikan suhu ruangan paling rendah 26⁰C
(3) BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30⁰C
(4) BB >2000 gram suhu ruangan 26-28⁰C
(5) Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding ]
yang dingin, jendela dan aliran udara
(6) Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari
(7) Pada malam hari, tambahkan sumber panas dan sesuaikan
dengan kondisi

d. Inkubator
(1) Pengertian
Inkubator bayi adalah sebuah tempat tertutup yang suhu
lingkungannya dapat diatur pada suhu tertentu untuk
menghangatkan bayi. Inkubator Bayi  juga membutuhkan kelembaban
yang stabil sehingga kondisi di dalamnya tetap terjaga sesuai dengan
yang diinginkan.
(2) Cara perawatan BBLR di dalam incubator adalah
(a) Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan
bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan
dipergunakan
(b) Tutup matras dengan kain bersih
(c) Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri
berbahaya dan menyerang bayi)
(d) Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
(1) BB <1500 gram
Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur 3-
5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰C
(2) BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4
minggu : 32⁰C
(3) BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3
minggu : 32⁰C
(4) BB >2500 gram
Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.
(e) Hangatkan inkubator sebelum digunakan
(f) Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi
sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian
kembali setelah pengamatan terapi selesa
(g) Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar
inkubator tetap hangat
(h) Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
(i) Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur
suhu bayi peraksila setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian
setip 3 jam.
(j) Bila suhu < 36⁰C atau >37⁰C, atur suhu inkubator secepatnya
(k) Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur,
berarti inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai
tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain
untukmenghangatkan bayi
(l) Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan
manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
(m) Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak
menunjukan tanda-tanda sakit
(3) Fungsi Inkubator Bayi
(a) Sebagai Pelindung
Fungsi utama dari incubator adalah untuk melindungi bayi
pada usia awal kelahiran apabila kondisi bayi sangat rentan.
Inkubator biasanya didesalin tertutup dan dengan lingkungan
yang terkendali. Temperature dalam incubator pun dikendalikan
untuk menjaga bayi dari suhu yang terlalu dingin baginya serta
melindungi diri dari kebisingan sehingga membuat bayi menjadi
lebih mudah dan nyaman untuk beristirahat.
(b) Okigenasi
Sindrome gangguan pernafasan menjadi penyebab kematian
terbanyak pada bayi temperature dan 1% terjadi pada bayi lahir
normal. Oleh karena itu oksigenasi yang dilakukan pada bayi
akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
(c) Sebagai Monitor
Beberapa inkobator dilengkapi dengan peralatan medis yang
tujuannya digunakan untuk memonitor ataupun mengobservasi
kondisi bayi di dalam incubator.

Tabel 1.2 Pengaturan suhu Inkubator

Berat badan Lahir 0 – 24 jam 2–3 4 – 7 hari 8 hari


(g) (⁰C) hari (⁰C) (⁰C)
(⁰C)
1500 gram 34 – 36 33 – 35 33 – 34 32 – 33
1501 – 2000 gram 33 – 34 33 32 – 33 32

2001 – 2500 gram 33 32 – 33 32 32

>2500 gram 32 – 33 32 21 – 32 32

Keterangan :Jika suhu kamar 28- 29 ⁰C, sebaiknya diturunkan 1⁰C


setiap minggu dan jika berat badan bayi sudah mencapai 2000gr, bayi
boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 ⁰C. (Alimul Hidayat,
2008)

(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara


suhu ruang dan suhu inkubator 7⁰C naikan suhu inkubator 1⁰C

3. Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan dengan
penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
menurut (Desmawati, 2011), antara lain
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur.
c. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
d. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada
bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada
bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi
tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan Digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi preterm menuntut waktu yang
lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup
bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan
dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status
respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal
dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan
dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat
apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek
menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde
ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
b. Protein
Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan
tidak toksik.Kebutuhan yang diperkirakan berdasarkan untuk
penambahan berat badan janin adalah 3.5-4.0 g/kgbb/hari. Pada
umumnya bayi yang mendapat formula  predominant whey
menunjukkan indeks metabolik dan komposisi asam amino plasma
mendekati bayi yangmendapat ASI. Bayi dengan asupan protein sebesar
2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan 110-120kkal/kgbb/hari menunjukkan
pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan janin.
c. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan
masukansebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap
karena komposisi asam lemak sertaasam palmitat dalam posisi β di
samping adanya lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk bayi
prematur mengandung campuran lemak rantai sedang (MCT) medium
chain triglyevide dan lemak tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh
rantai ganda serta trigliserida rantai panjang. Campuran ini mengandung
cukup asam lemak esensial  paling sedikit 3% dan energy  berupa  asam
linoleat dengan sedikit tambahan asam linolenat. Terdapat laporan yang 
tidak menganjurkan konsentrasi MCT sebesar 40-50% karena hal ini
mungkin melebihi kapasitasβ oksidasi pada mitokondria. ASI
mengandung AA dan DHA merupakan nutrient yang bersifat esensial
kondisional, sehinggak ini  Formula  premature  juga  disuplernentasi
dengan kedua zat tersebut.
d. Karbohidrat
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50%dari kebutuhan per hari
atau setaradengan 10-14 g/kgbb/ hari. Kemampuan BBLR untuk
mencerna Iaktosa pada beberapa waktusetelah lahir rendah karena
rendahnya aktivitas enzim laktase; sehingga dapat terjadi
keadaanintoleransi laktosa, walaupun secara di klinik jarang menjadi
masalah dan ASI umumnyadapat ditoleransi dengan baik. Enzim
glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif padaBBLR sehingga
pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain itu
glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus, 
sehingga memungkinkandigunakan pada formula bayi dengan
osmolalitas kurang dari 300 mOsm/kg.air.
Formula prematur umumnya mengandung 50% laktosa dan 50% glukosa 
polimer, rasio yang tidak menyebabkan gangguan penyerapan mineral di
usus.
e. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral (NP) merupakan salah satu alternatif dukungan 
nutrisi yang terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak selama
sakit. NP diindikasikan untuk anak sakit yang tidak boleh atau tidak
dapat mengkonsumsi makanan secara oral/enteral Mengingat
komplikasinya maka pemberian NP harus benar-benar
memperhitungkan risk and benefit.
Langlah-langkah pada tatalaksana NP meliputi: penentuan status nutrisi
(klinik,antropometrik & laboratorik), perhitungan kebutuhan nutrisi
(energi,cairandannutrien), pemilihan dan perhitungan cairan
yang akan digunakan serta cara pemberiannya (masing-masing atau),
penentuan akses NP (sentralatau perifer), pelaksaan pemberian dan
pemantauan komplikasi.
(1) Definisi
Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan 
energi secara intravenayang bertujuan untuk memberikan
kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin danmineral yang
diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir
yangmempunyai problem klinik yang berat, terutama pada Bayi
Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak
memungkinkan untuk diberikan nutrisi enteral.
(2) Indikasi
(a) Bayi dengan berat badan<] 1800 g yang kebutuhan nutrisi
enteralnya tidak dapatterpenuhi > 3 hari.
(b) Bayi dengan berat badan > 1800 g yang kebutuhan nutrisi
enteralnya tidak terpenuhi >5 hari.
(c) Gangguan respirasi > 4 hari (termasuk seringnya serangan
apnea).
(d) Malformasi kongenital traktus gastrointestinalis.
(e) Enterokolitis netrotikans.
(f) Diare berlanjut atau malabsorbsi.
(g) Pasca operasi (khusunya operasi abdomen).
6. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi
yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian. Bayi yang tidak menggunakan
energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu
tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang
tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga
bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi
terbaik bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi
sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi
sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
7. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan-mainan yang diletakkan
dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio
dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat
memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik
adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang
berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai
memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan sentuhan juga
dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu
dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak
bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk
memberikan sensori motorik, pendengaran, dan periodik apnea.
8. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan
dan membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua
biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan
bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari
ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap
kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar,
tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu
keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara lain
dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan
terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode
kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat
ibu merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya.
Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin
untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang
terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai
kondisi bayinya.

F. Pertumbuhan Fisik BBLR


Pertumbuhan adalah perubahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi sel,
organ maupun individu yang diukur dengan ukuran berat ukuran panjang, umur
tulang, dan keseimbangan metabolik(Guswanida, 2014)
1. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam
(dari bayi sendiri) maupun dari luar, antara lain:
b. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
Pada periode awal setelah kelahiran, metabolisme yang belum
stabil dapat menganggu penyerapan nutrisi yang mengakibatkan
kegagalan pada tahap awal pertumbuhan. Asupan nutrisi dapat pula
terganggu karena beberapa hal, termasuk adanya intoleransi makanan,
dugaan NEC (Necrotizing Enterocolitis), atau gastro-oesophageal reflux
yang parah.
c. Ketidak matangan pencernaan dan penyerapan nutrisi
Pada minggu pertama setelah kelahiran, BBLR yang menerima
nutrisi enteral menunjukkan pertumbuhan yang kurang oleh karena fungsi
pencernaan yang belum matang dan penyerapan lemak yang kurang
baik.
d. Pembatasan cairan
Pembatasan cairan mungkin diperlukan pada beberapa kondisi,
akan tetapi dapat berakibat pada pertumbuhan bayi. Pertumbuhan
menjadi terhambat, dan hal ini terjadi pada waktu pertumbuhan
seharusnya sangatlah pesat. Oleh karena itu, pembatasan cairan harus
di pertimbangkan dengan benar.
d. Peningkatan kebutuhan energi
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan
kebutuhan energi, misalnya kedinginan atau stresfisik karena ketidak
nyamanan yang dirasakan oleh bayi. Bayi dengan kondisi jantung
tertentu dan beberapa penyakit paru kronis mengalami peningkatan
penggunaan energi.Kontak kulit secara langsung antara bayi dengan
ibunya melalui PMK dapat mencegah bayi terjadi hipotermi karena terjadi
perpindahan panas dari tubuh ibu ke bayinya sehingga suhu bayi selalu
stabil. Selain itu, PMK akan membuat bayi menjadi lebih nyaman dan
tidak stress serta meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri ibu
dalam merawat dan menyusui bayi. Hal ini dapat meminimalkan
penggunaan energi oleh bayi sehingga energi yang ada dapat digunakan
untuk pertumbuhannya. Bayi yang mengalami stress fisik dapat berakibat
peningkatan denyut jantung dan pernafasan bayi sehingga meningkatkan
kebutuhan tubuh akan oksigen dan energi.
e. Penggantian sodium yang tidak adekuat
Bayi prematur mempunyai kebutuhan sodium yang tinggi karena
fungsi ginjal yang belum matang sehingga memerlukan jumlah sodium
yang lebih banyak untuk mempertahankan sodium serum tetap normal.
f. Kurang lemak susu
Cara menyusui yang kurang benar, yaitu menyusui tetapi tidak
sampai payudara kosong dapat mengakibatkan asupan lemak susu
berkurang karena kandungan ASI yang paling kaya akan lemak adalah
ASI yang terakhir keluar. Melalui PMK ibu juga diajarkan cara menyusui
yang benar sehingga ibu dapat menyusui dengan benar dan lebih
percaya diri.
g. Pemberian steroid pasca lahir
Pemberian steroid atau dexamethasone dapat mempengaruhi
pertambahan berat dan panjang badan. Hal ini disebabkan obat
meningkatkan katabolisme sehingga pemecahan protein dipercepat.
Pada kondisi ini peningkatan asupan protein tidak terlalu bermanfaat
karena dapat memicu stress metabolik.
h. Kurang aktivitas
Kurang aktivitas dalam jangka waktu lama mempengaruhi
pertambahan berat badan dan pertumbuhan tulang. Aktivitas ini bukan
hanya aktivitas aktif tetapi juga pasif. Peran bidan sangat diperlukan
dalam mengupayakan aktivitas pasif pada bayi, misalnya dengan
mengubah posisi dan memberi pijatan ringan pada bayi. Pemberian
aktivitas pasif pada bayi dapat dilakukan melalui PMK karena selama
aktivitas ini ibu dianjurkan untuk memberikan sentuhan fisik secara
lembut kepada bayi untuk merangsang psikomotor bayi. Penelitian yang
dilakukan oleh Feldman dan Eidelman (2002) pada 73 bayi preterm yang
dilakukan PMK secara termitten dan diikuti perkembangannya selama 6
bulan, memberikan dampak positif pada perkembangan
neurophysiological, kognitif, dan perkembangan motorik serta proses
parenting.
2. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan BBLR
Indikator pertumbuhan fisik dapat dinilai dari berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Akan tetapi
pengukuran yang paling mudah dan sering digunakan pada bayi untuk
memantau dan menilai pertumbuhannya adalah kenaikan berat badan(Kosim
Sholeh, 2005). Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gr dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir < 1500 gr). Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14
hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama
tiga bulan seharusnya :
a. 150-200 gr seminggu untuk bayi < 1500 gr ( misalnya 20- 30 gr/hr)
b. 200-250 gr seminggu untuk bayi 1500-2500 gr (misalnya 30-35 gr/hari)
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat)
dan telah berusia lebih dari 7 hari:

a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180


ml/kg/hari.
b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar
jumlah pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari
c. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
sampai 200 ml/kg/hari.
d. Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan
diatas dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI
200 ml/kg bb/hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan
tidak adekuat.
Yang digunakan Dalam Pemantauan dan pertumbuhan BBLR.
Panjang Badan Bayi
1) Panjang badan diukur dalam posisi bayi tidur (]pengukuran tinggi
badan, alat yang dipakai adalai mikrotoise yang sudah ditera, dapat
mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimal 200 cm dengan
ketelitian 0,1 cm
2) Angka dibaca sampai millimeter
3) Pemantauan kenaikan panjag badan 0,5 cm – 1 cm / minggu.
Berat Badan Bayi
1) Berat badan bayi diperoleh dari penimbangan dengan alat timbangan
a) Penimbangan dilakukan pakaian.
b) Pembacaan dilakukan dalam gram.
c) Pemantauan kenaikan berat badan 100 gram/minggu.
2) Cara mengukur berat badan BBLR
Pengukuran berat badan bertujuan untuk menilai apakah pemberian
nutrisi dan cairan sudah adekuat, mengidentifikasi masalah yang
berhubungan dengan BBLR, memantau pertumbuhan, serta
menghitung dosis obat dan jumlah cairan. Pengukuran dilakukan dua
kali seminggu (kecuali kalau diperlukan lebih sering) sampai berat
badan meningkat pada tiga kali penilaian berturu-turut dan kemudian
dinilai seminggu sekali selama bayi masih dirawat di rumah sakit.
Kenaikan berat badan minimum 15 gr/kgBB/hari selama tiga hari.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan dengan ketepatan 5-10
gr yang dibuat khusus untuk menimbang bayi. Alat timbangan harus
ditera sesuai petunjuk,atau lakukan peneraan sekali seminggu atau
setiap kali alat dipindahkan tempatnya jika buku petunjuk tidak ada.
Cara penimbangan adalah : sebelumnya beri alas kain yang bersih di
atas papan timbangan, letakkan bayi dalam keadaan telanjang
dengan hati-hati di atas alas, tunggu sampai bayi tenang untuk
ditimbang, selanjutnya baca skala berat badan sampai 5-10 gr
terdekat. Catat berat badan dan hitung kenaikan/penurunan berat
badan.
3) Cara yang digunakan dalam pemantauan perkembangan BBLR
Dalam memantau perkembangan BBLR perlu observasi/pengamatan
menyangkut motoric, sensorik, psikososial dan kemandirian :
a) Motorik yang dinilai adalah motoric kasar (mengangkat kepala,
berbalik, duduk, merangkak, dan berdiri) dan motoric halus
(mengikuti gerakan benda, menggenggam, meraih benda, dll)
b) Sensorik yang dinilai adalah indra penglihatan, raba, rasa,
pendengaran dan penciuman
c) Psikososial yang dinilai adalah kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan
d) Kemandirian yang dinilai adalah kesiapan untuk menolong diri
sendiri / tidak tergantung dengan orang lain.
USG Kepala
1. Pengertian USG Kepala
USG kepala (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan pencitraan
menggunakan gelombang suara untuk melihat gambaran otak dan
struktur di dalamnya. Gelombang suara yang berjalan menuju otak
akan dipantulkan dan ditangkap kembali oleh mesin USG selanjutnya
dirubah menjadi bentuk gambar.
a. USG Kepala Untuk Bayi
Komplikasi bayi lahir prematur termasuk periventricular leukomalacia
(PVL) dan perdarahan otak, termasuk intraventricular hemorrhage
(IVH). PVL adalah kondisi di mana jaringan otak di sekitar ventrikel
rusak, mungkin karena rendahnya kadar oksigen atau akibat darah
mengalir ke otak sebelum, selama, dan setelah proses persalinan.
IVH dan PVL meningkatkan risiko kecacatan pada bayi, yang
mungkin termasuk ringan, atau penundaan pergerakan saraf motorik
cerebral palsy atau cacat intelektual. IVH lebih sering terjadi pada
bayi prematur dibanding bayi yang lahir normal. Ketika IVH muncul,
biasanya akan muncul pada hari ke 3 sampai ke-4 setelah kelahiran.
Sebagian besar kasus IVH dapat dideteksi oleh USG kepala sejak
minggu pertama setelah seminggu kelahiran. Sebaliknya, PVL
membutuhkan beberapa minggu untuk dideteksi. Untuk kasus ini,
USG kepala mungkin perlu diulangi 4 sampai 8 minggu setelah
kelahiran jika PVL telah diperkirakan. Beberapa tes USG kepala
dapat dilakukan untuk mengevaluasi area otak. USG kepala
mungkin juga dilakukan untuk memantau kenaikan ukuran kepala
bayi, mendeteksi infeksi dalam otak (seperti encephalitis atau
meningitis), atau memeriksa masalah otak yang muncul sejak lahir
(seperti congenital hydrocephalus).
b. Waktu yang Tepat dilakukannya USG Kepala
Pemeriksaan USG kepala pada bayi baru lahir dilakukan dalam
minggu pertama kehidupannya. Tergantung kondisi bayi dan
penyakit yang menyertainya, pemeriksaan dapat dilakukan pada hari
pertama atau antara hari ke 3-7. Pemeriksaan selanjutnya
tergantung kelainan yang ditemukan pada awal pemeriksaan.
Idealnya dilakukan setiap minggu sampai anak mencapai usia matur
yaitu 40 minggu. Bila tidak memungkinkan sekurang-kurangnya
sebelum bayi dipulangkan pemeriksaan USG kepala harus
dilakukan, sehingga dapat diperkirakan gangguan neurologis
dikemudian hari berdasarakan kelainan yang ditemukan,
mempersiapkan orang tua kemungkinan yang terjadi pada bayinya,
serta tindakan untuk mengurangi dampak tersebut.
c. Fungsi USG Kepala
1) Mengevaluasi hydrocephalus, atau pembesaran ventrikel,
kondisi yang disebabkan oleh beberapa factor mendeteksi
perdarahan dalam jaringan otak atau ventrikel. kondisi ini
disebut intraventricular hemorrhage (IVH).
2) Menilai apakah terjadi kerusakan pada jaringan otak yang
mengelilingi ventrikel, kondisi ini dikenal dengan periventricular.
leukomalacia (PVL).
3) Mengevaluasi kecacatan congenital.
4) menemukan lokasi infeksi tumor.
d. Etiologi USG Kepala Dilakukan
Pada bayi, khususnya bayi prematur, sering terjadi keadaan yang
mengakibatkan gangguan neurologis dikemudian hari. Pemeriksaan
USG kepala dilakukan untuk melihat komplikasi neurologis yang
terjadi pada keadan tertentu, misalnya adanya perdarahan otak
akibat pecahnya pembuluh darah otak bayi yang masih sangat tipis,
kerusakan jaringan otak akibat kekurangan oksigen yang telah
terjadi sejak dalam kandungan, saat kelahiran, atau terjadi setelah
lahir. Keadaan lain yang memerlukan USG kepala antaralain pada
bayi yang mengalami trauma kepala saat lahir, lingkaran kepala
yang kecil, kelainan bentuk kepala, peningkatn lingkaran kepala
yang terlalu cepat, bayi mengalami kejang, hipoglimeia berat, infeksi
saat dalam kandungan atau setelah lahir, dan bayi mengalami
distres pernapasan yang memerlukan alat bantu napas. Kelainan
neurologis yang terjadi akan menyebabkan gangguan tumbuh
kembang anak dikemudian hari. Mengetahui secara dini cedera otak
yang terjadi agar dapat dilakukan antisipasi pada anak serta
penjelasan kepada orang tua kemungkinan yang akan dihadapi
anaknya dikemudian hari.
Periventricular leukomalacia (PVL) biasanya tidak dapat dideteksi
sampai beberapa minggu setelah kelahiran. Oleh karena itu, USG
kepala biasanya dilakukan 4 sampai 8 minggu setelah kelahiran.
Karena USG kepala mungkin menemukan area tertentu dalam otak
yang mungkin terserang PVL, tes ini dapat dilakukan kembali setelah
beberapa minggu. Bayi dengan PVL atau intraventricular hemorrhage
(IVH) mungkin tumbuh normal atau memiliki kecacatan, termasuk
cerebral palsy atau cacat intelektual.

Deteksi Dini Kelainan Mata Pada Bayi

1. Pengertian Retinopati Pada Prematur


Retinopati Pada Bayi Prematur adalah suatu keadaan dimana
terjadi gangguan pada pembentukan pembuluh darah retina pada bayi
prematur.Retinopati yang berat ditandai dengan proliferasi pembuluh
retina, pembentukan jaringan parut dan pelepasan retina.
2. Penyebab
Pembuluh darah retina mulai terbentuk pada 3 bulan setelah
pembuahan dan terbentuk sempurna pada saat lahir. Jika bayi lahir
prematur, maka perkembangannya terganggu. Pembuluh darah retina
akan mulai terbentuk lagi pada saat keadaan umum bayi membaik dan
kebanyakan akan berkembang secara sempurna.Pada retinopati
karena prematuritas, pembuluh darah tumbuh secara abnormal yaitu ke
dalam cairan jernih yang mengisi mata bagian belakang. Disini
pembuluh darah tidak memiliki jaringan penyokong sehingga sangat
rapuh dan sering mengalami perdarahan ke dalam mata. Hal ini akan
diikuti oleh pembentukan jaringan parut yang menarik retina dari
lapisan bagian dalamnya ke arah pusat bola mata sehingga retina
terlepas. Bisa terjadi gangguan penglihatan, atau jika keadaanya berat,
bisa menyebabkan buta total.Bayiprematur banyak yang mengalami
pertumbuhan retina abnormal yang sifatnya sementara dan akan diikuti
oleh pertumbuhan yang normal tanpa harus menjalani  pengobatan .
Hanya  1 diantara 10 bayi yang menderita retinopati yang lebih berat.
Dulu, pemakaian oksigen yang berlebihan bisa merangsang
pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal. Saat ini, pemakaian
oksigen bisa dipantau secara akurat dan mudah, sehingga gangguan
pertumbuhan pembuluh darah jarang terjadi.Saat ini, resiko terjadinya
retinopati karena premturitas sebanding dengan beratnya prematuritas;
bayi yang paling kecil memiliki resiko yang paling tinggi.
3. Gejala
Retinopati yang berat bisa menyebabkan gejala berikut:
a. Leukokoria (pupil berwarna putih)
b. Nistagmus (gerakan bola mata yang abnormal)
c. Strabismus (juling)
d. Miopia (rabun dekat).
4. Diagnosa
Retinopati karena prematuritas bisa didiagnosis dengan bantuan
oftalmoskopi. Pemeriksaan mata pada bayi prematur dilakukan dalam
waktu 6 minggu setelah persalinan dan kemudian dilakukan setiap
beberapa minggu sampai pembuluh darah retina terbentuk  sempurna.
Pada  bayi yang memiliki jaringan parut akibat retinopati, pemeriksaan
mata harus dilakukan setiap 1 tahun seumur hidupnya.

5. Klasifikasi ROP
a. Stadium I — Pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang
ringan. Pada stadium ini biasanya membaik sendiri dan bayi akan
mempunyai penglihatan yang normal.
b. Stadium II — Pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal terjadi
secara lebih berat. Pada stadium ini biasanya akan membaik
sendiri dan bayi akan mempunyai penglihatan yang normal.
c. Stadium III — Pertumbuhan pembuluh darah yang abnormal
terjadi secara sangat berat. Pembuluh darah abnormal tersebut
akan tumbuh ke arah sentral dan tidak mengikuti pola
pertumbuhan yang normal di permukaan retina. Pada stadium ini
ada bayi yang akhirnya membaik dan tidak memerlukan terapi
serta mempunyai penglihatan yang normal. Pada bayi dengan
stadium III dan “plus disease (dimana pembuluh retina menjadi
membesar dan berkelok-kelok, yang mengindikasikan perubahan
penyakit kearah yang lebih buruk), terapi diperlukan terutama
untuk mencegah terjadi pelepasan retina
d. Stadium IV — Retina telah terlepas sebagian. Terjadi tarikan yang
disebabkan oleh perdarahan, atau pembuluh darah abnormal
yang retina dari dinding bola mata.
e. Stadium V — Retina terlepas secara total. Bayi akan mengalami
kebutaan.

6. Pengobatan
Retinopati yang ringan seringkali mengalami proses penyembuhan
yang spontan.Tetapi meskipun telah terjadi penyembuhan, bayi
memiliki resiko menderita rabun dekat, juling dan gangguan
penglihatan. Pada retinopati yang berat, krioterapi (pembekuan bagian
pinggir retina) bisa mengurangi resiko terjadinya pelepasan retina dan
gangguan penglihatan.Jika telah terjadi pelepasan retina, dilakukan
pembedahan untuk mengembalikan retina ke tempatnya.
7. Pencegahan
Pencegahan yang paling efektif adalah mencegah terjadinya
kelahiran prematur.Jikabayi lahir prematur dan menderita gangguan
pernafasan, maka dilakukan pemantauan ketat terhadap pemakaian
oksigen untuk mencegah terlalu tingginya kadar oksigen dalam darah.
retinopathy of prematurity (ROP) adalah penyakit mata yang terjadi
pada bayi yang terlahir prematur dengan usia kehamilan kurang dari 31
minggu dan berat badan lahir kurang dari 1250 gram. Semakin
premature dan semakin kecil bayi, maka kemungkinan terjadinya ROP
semakin besar.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. E UMUR 15 HARI DENGAN BBLR DI RUANG


BAYI RSUD. ULIN BANJARMASIN

Hari/Tanggal : Jumat, 07 Juli 2021

Jam : 11.00 Wita

No. RMK : 1-35-45-97

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama bayi : By. Ny. E
Umur/tanggal lahir : 15 hari / 22-06-2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke : 2 (Dua)

Identitas Ayah Ibu


Nama Tn. R Ny. E
Umur 40 tahun 36 tahun
Suku/Bangsa Banjar / Indonesia Banjar / Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Tani IRT
Alamat Jl. S. Parman, Kec. Jl. S. Parman, Kec.
Marabahan Marabahan

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat lahir bayi tidak langsung menangis,
dan berat badan bayi 1900 gram, kemudian bayi dirujuk ke
RSUD. Ulin Banjarmasin.
3. Riwayat Pre Natal
a. Kehamilan Ke : 1 (pertama)
b. Tempat ANC : Puskesmas
c. Imunisasi TT : Lengkap
d. Obat-obatan yang pernah di konsumsi selama hamil : Selama hamil ibu
pernah mengkonsumsi Fe, Asam Folat, kalk dan Vit
e. Penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Ibu dan keluarga
menerima kehamilan dengan baik
f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil : tidak ada

4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan Ke : 2 (Dua)
b. Tempat dan penolong persalinan : RS Marabahan
c. Usia Kehamilan : 34 minggu
d. Masalah saat persalinan : tidak ada
e. Jenis persalinan : Spontan belakang kepala
f. Lamanya persalinan
Kala I : 8 jam
Kala II : 20 menit
Keadaan bayi saat lahir
Segera menangis / tidak : Tidak segera menangis
BBL / PBL : 1900 gram / 43 cm
Apgar Score : 5/7/9

5. Riwayat Kesehatan,
By. Ny E lahir di RS. Marabahan pada tanggal 22 Juni 2021, lahir tidak
segera menangis dengan nilai AS 5/7/9 dan BB 1900 gram, kemudian karena
di Rs. Marabahan peralatan tidak memadai akhirnya di rujuk ke RSUD. Ulin
Banjarmasin. Di RS Marabahan bayi di pasang dua nasal kanul, kemudian
sampai d RSUD Ulin Banjarmasin diberikan terapi pasang cpap, diberikan
antibiotik+TPN, foto thorak dan cek lab.
a. Pemeriksaan Laboraturiun tanggal 23 juni 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 18,2 12,00-16,00 g/dl
Leukosit 16,9 4,00-10,5 Ribu/ul
Eritrosit 5,58 4,00-6,00 Juta/ul
Hematokrit 50,2 37,00-47,00 Vol%
Trombosit 320 150-450 Ribu/ul
RPDW-CV 22,3 12,1-14,0 %
MCV,MHC, MCHC
MCV 90,0 75,0-96,0 N
MCH 32,6 28,0-32,0 Pg
MCHC 36,2 33,0-37,0 %
Hitung Jenis
Gran % 55,4 50,0-70,0 %
Lomfosit % 31,1 25,0-40,0 %
MID % 13,5 4,0-11,0 %
Gran # 9,40 2,50-7,00 Ribu/ul
Limfosit # 5,3 1,25-4,00 Ribu/ul
MID # 2,2 Ribu/ul
Kimia
Gula darah
Glukosa darah sewaktu 80 <200 Mg/dl

b. Hasil pemeriksaan foto thorax tanggal 24 juni 2021


Klinis : sesak, bayi umur 2 hari
Foto thorax AP, supine asimetris, inspirasi dan kondisi foto tampak
goyang ( bayi bergerak saat expose?) hasil :
- Tampak inifitrat di suprahiler bilateral dan paracardial bilateral
- Tak tampak pelebaran kedua pleural space
- Kedua diafragma licin dan tak mendatar
- Konfigurasi cor normal
- Sistema tulang yang tervisulisasi intak
Kesan :
- Infitrat di suprahiler bilateral dan paradical bilateral
- Konfigurasi cor normal
6. Status Imunisasi
Jenis imunisasi Umur diberikan Tempat Pelayanan
Hepatitis B
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4 Tidak diberikan Tidak diberikan
Combo 1
Combo 2
Combo 3
Campak
Dll

7. Data Biologis
a. Nutrisi
Jenis Makan / minum : ASI
Frekuensi : ASI on demand
Banyaknya :
Tanggal 29 juni 2021 : ASI 10 ml/gbb
Tanggal 30 juni 2021: ASI 20 ml/gbb
Tanggal 01 juli 2021 : ASI 30 ml/gbb
Tanggal 03 juli 2021 : ASI 45ml/gbb
Tanggal 04 juli 2021: ASI 60 ml/gbb
Tanggal 05 juli 2021 : ASI 80ml/gbb
Tanggal 06 juli 2021 : ASI 100 ml/gbb
Tanggal 08 juli 2021 : ASI 120 ml/gbb

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 2-3x / hari
Warna : Kuning kecoklatan
Konsistensi : Lembek
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6x/hari
Warna : Kuning jernih
Masalah : Tidak ada

c. Personal hygiene
Frekuensi mandi :-
Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
Penggunaan popok anti tembus : 3-4x/hari

8. Data prikososial spiritual keluarga dan orang tua


a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya
Keluarga merasa senang dengan kelahiran bayinya
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayinya
Keluarga merasa cemas dengan kondisi bayinya karena BB lahir bayi
rendah
c. Pengambil keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayinya
Keluarga mengerti tentang perawatan bayinya
e. Kebiasaan atau ritual dalam keluarga berkaitan dengan kelahiran dan
perawatan bayi
Kebiasaan atau ritual dalam keluarga yaitu tapung tawar

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda – tanda vital
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,7ºC
Respirasi : 61x/menit

2. Antropometri
a. BBS : 1700 kg
b. PBS : 43 cm
c. Lingkar Kepala : 30 cm
d. Lingkar dada : 27 cm

3. Pemeriksaan khusus
Kepala : Bentuk simetris, tidak ada fraktur tulang tengkorak, ubun-
ubun baik, tidak ada sephallhematoma, tidak ada caput
suksdeneum, tidak ada lesi dan benjolan abnormal
Muka : Bentuk simetris, tidak tampak pucat, dan tidak ada peralysis
pada wajah
Mata : Bentuk simetris, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ada strabismus dan memiliki reflex berkedip pada cahaya,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : Bentuk simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
terdapat obstruksi jalan napas, tampak bersih, dan tidak ada
pengeluaran secret yang berlebihan dan berdarah
Telinga : Bentuk simetris dan bersih, terlihat saluran telinga yang jelas
ujung-ujung daun telinga elastic sejajar dengan mata, serta
tidak terdapat kelainan congenital
Mulut : Bentuk simetris, bibir berwarna merah muda, dan tidak ada
kelainan congenital
Leher : Bentuk simetris tidak terlihat dan tidak teraba adanya
pembengkakan, tidak ada gumpalan, gerakan aktif, dan
bebas
Dada/payudara: Bentuk normal dan simetris, tidak ada retraksi,
Punggung : Bentuk datar dan tidak terlihat benjolan (spina Bifida)
Abdomen : Bentuk normal, tidak ada penonjolan tali pusat bila menangis
,tidak terlihat perdarahan, tali pusat dan tidak ada tonjolan
pada perut
Genetalia : Labia minora kelihatangk menonjol
Anus : Tampak berlubang
Eksrimitas : Ekstrimitas atas dan bawah berbentuk simetris, jari-jari
lengkap dan tidak ada kelainan, terpasang infus pada
ekstremitas kanan bagian atas

4. Refleks Primitif
Refleks moro (+) : Bila dilakukan rangsangan dengan suara keras
(bertepuk tangan) bayi memberikan respon memeluk
Refleks Rooting (+) : Bila disentuh pipi bayi dengan lembut, bayi merespon
dengan menoleh kepalanya kea rah jari dan mulutnya
membuka
Refleks sucking (+) : Cara bibir bayi disentuh maka bayi merespon dengan
isapan yang kuat dan cepat
Refleks grasping (+) : Saat jari diletakkan pada telapak tangan, bayi
menggenggam jari telunjuk kita dengan kuat
Refleks tonicneck : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Babynsky (+) : Saat telapak kaki digores dengan jari, bayi merespon
dengan ibu jari fleksi dan jari-jari lain ekstensi
Refleks Walking : Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
C. Identifikasi masalah potensial
Tidak ada
D. Identifikasi kebutuhan segera
Pemberian nutrisi dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
E. Assesment
By. Ny. E usia 15 hari dengan BBLR
F. Planning
1. Melakukan pencegahan infeksi
2. Mengganti popok bayi setelah BAB/BAK
3. Mengajarkan ibu melakukan KMC ( Kangoroo Mother Care)
4. Melakukan obsevasi TTV untuk mengetahui parameter kesehatan bayi
Nadi = 117x/m Reflek hisap : Baik
Respirasi = 47x/m Gerak : Aktif
Suhu = 36,7ºC Bayi bisa menghabiskan ASI 100 CC
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis dalam pemberian terapi
a. Injeksi Meropenem 3 x 50 mg
b. Injeksi Vit.K 1 mg/mgg
c. PO. Enystin 3 x 0,5 cc per oral
d. Interlac 1 x 5 tetes peroral

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/ Tanggal Catatan Perkembangan


Sabtu, S:-
08 Juli 2017 O : Tangis kuat, aktif, reflek isap baik, BAB/BAK : -/+,
Kembung (-), S; 37,1 °C
A : Resti Infeksi
P:- observasi TTV dan KU
- Jaga PH
- Jaga Suhu tetap stabil
- Neoplant (+)
- Injeksi Meropenem 3 x 50 mg H III s/d H V
- Injeksi Vit. K 1mg/mgg
- Po enystin 3 x 0,5
- Interlac 1 x 5 tts
- Diet 120 cc/kg bb ( 8x15 cc) + Hmf
- Cek ul
- Cek CRP bila antibiotik sudah V
- KMC
E : BAB/BAK
KMC (+)
Menetek (+)

Pemeriksaan Laboraturiun tanggal 08 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Hemoglobin 12,6 12,00-16,00 g/dl
Leukosit 21,1 4,00-10,5 Ribu/ul
Eritrosit 4.00 4,00-6,00 Juta/ul
Hematokrit 34,3 37,00-47,00 Vol%
Trombosit 51 150-450 Ribu/ul
RPDW-CV 20,5 12,1-14,0 %
MCV,MHC, MCHC
MCV 85,8 75,0-96,0 N
MCH 31,5 28,0-32,0 Pg
MCHC 36,7 33,0-37,0 %
Hitung Jenis
Gran % 72,0 50,0-70,0 %
Lomfosit % 16,7 25,0-40,0 %
MID % 11,3 4,0-11,0 %
Gran # 15,20 2,50-7,00 Ribu/ul
Limfosit # 3,5 1,25-4,00 Ribu/ul
MID # 2,4 Ribu/ul

Hari/ Tanggal Catatan Perkembangan


Minggu, S:-
09 Juli 2017 O : Tangis kuat, aktif, reflek isap baik, BAB/BAK : +/+,
Kembung (-), S; 37,1 °C
A : Resti Infeksi
P:- observasi TTV dan KU
- Jaga termoregulasi PH dan OH
- Jaga Suhu tetap stabil
- Neoplant (+)
- Injeksi Meropenem 3 x 50 mg H III s/d H V
- Injeksi Vit. K 1mg/mgg
- Po enystin 3 x 0,5
- Interlac 1 x 5 tts
- Diet 120 cc/kg bb ( 8x15 tts) + Hmf
- Cek ul
- Cek CRP bila antibiotik sudah selesai
- KMC
E : BAB/BAK
KMC (-)

Pemeriksaan Laboraturiun tanggal 09 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Metoda


Urinalisa
Warna – Kuning –keruh Kuning-jernih Urinalysis Strips
kekeruhan
BJ 1,025 1,005-1,030 Urinalysis Strips
PH 6,0 5,0-6,5 Urinalysis Strips
Keton Negative Negative Urinalysis Strips
Protein – Albumin 1+ Negative Urinalysis Strips
Glukosa Trace Negative Urinalysis Strips
Bilirubin Negative Negative Urinalysis Strips
Darah samar 2+ Negative Urinalysis Strips
Nitrit Negative Negative Urinalysis Strips
Urobilinogen 0,1 0,1-1,0 Urinalysis Strips
Leukosit Negative Negative Urinalysis Strips
URINALISA ( SEDIMEN)
Leukosit 0-3 0-3 Manual Mikroskop
Erhytrosit 15-30 15-30 Manual Mikroskop
Selinder Negative Negative Manual Mikroskop
Epithel 1+ 1+ Manual Mikroskop
Bakteri Negative Negative Manual Mikroskop
Kristal Ca-Oxalat 1+ Negative Manual Mikroskop
Lain-lain Negative Negative

Hari/ Tanggal Catatan Perkembangan


Jumat, S:-
14 Juli 2017 O : Tangis kuat, aktif, reflek isap baik, BAB/BAK : +/+,
Kembung (-), S; 37,1 °C
A : Resti Infeksi
P:- observasi TTV dan KU
- Jaga termoregulasi PH dan OH
- Jaga Suhu tetap stabil
- Neoplant (+)
- Injeksi Meropenem 3 x 50 mg H III s/d H V
- Injeksi Vit. K 1mg/mgg
- Po enystin 3 x 0,5
- Interlac 1 x 5 tts
- Diet 120 cc/kg bb ( 8x15 tts) + Hmf
- KMC
E : BAB/BAK
KMC (+)
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari pengkajian yang dilakukan pada hari jum’at tanggal 07 Juli 2021, Ibu By.
Ny. E mengatakan bayinya dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin karena saat lahir bayi
tidak langsung menangis dan berat badan bayi pada saat lahir 1900 gram, hal ini
sesuai dengan teori (Sulani, 2011) yang menyatakan komplikasi dari BBLR seperti
asfiksia, infeksi, hipotermi, hiperbilirubin. Ibu By. Ny. E juga mengatakan melahirkan
anak keduanya di rumah sakit Marabahan pada usia kehamilan 34 minggu ini, Hal
ini didukung oleh teori dari (Proverawati dan Ismawati, 2010) yang menyatakan
klasifikasi BBLR salah satunya yaitu Prematuritas murni adalah masa gestasinya
kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).

Dari hasil pengkajian pada hari dan tanggal yang sama juga ditemukan
bahwa By. Ny. E mendapatkan perawatan dengan metode Kangguru Mother Care
(KMC) pada saat jam kunjungan yang berfungsi untuk mengurangi kesakitan dan
mempererat ikatan antara ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan teori dari (Atikah,
2010) yang mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi kesakitan dan
kematian BBLR adalah dengan Perawatan Metode Kangguru (PMK) atau perawatan
bayi lekat yang ditemukan sejak tahun 1983. PMK adalah perawatan bayi baru lahir
dengan melekatkan bayi di dada ibu sehingga suhu tubuh bayi tetap hangat.
Perawatan metode ini sangat menguntungkan untuk bayi berat lahir rendah.

Hal yang paling utama dilakukan pada Planning tinjauan kasus adalah
melakukan pencegahan infeksi salah satunya mencuci tangan 6 langkah sebelum
bersentuhan langsung dengan bayi. Hal ini didukung oleh teori dari (Desmawati,
2011) yang menjelaskan bahwa perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian
integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada
bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
dengan penyakit. Jadi hal yang perlu dilakukan adalah Semua orang yang akan
mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu,
peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur,
ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya, dan petugas dan orang tua
yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai
mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

By. Ny E juga mendapatkan perawatan di dalam inkubator yang bertujuan


untuk menjaga kehangatan bayi dan mencegah hilangnya panas pada BBLR. hal ini
didukung oleh teori (Alimul Hidayat, 2008) yang menjelaskan bahwa inkubator
memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya adalah untuk melindungi bayi pada
usia awal kelahiran apabila kondisi bayi sangat rentan. Inkubator biasanya didesalin
tertutup dan dengan lingkungan yang terkendali. Temperature dalam incubator pun
dikendalikan untuk menjaga bayi dari suhu yang terlalu dingin baginya serta
melindungi diri dari kebisingan sehingga membuat bayi menjadi lebih mudah dan
nyaman untuk beristirahat, sebagai oksigenasi Sindrome gangguan pernafasan
menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi temperature dan 1% terjadi pada
bayi lahir normal.
Oleh karena itu oksigenasi yang dilakukan pada bayi akan sangat
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Dan fungsi yang terakhir Sebagai Monitor
Beberapa inkobator dilengkapi dengan peralatan medis yang tujuannya digunakan
untuk memonitor ataupun mengobservasi kondisi bayi di dalam incubator.
By. Ny E dilakukan USG Kepala dengan hasil dilatasi ventrikel, lateral curiga
colpochelay.USG Kepala bayi dilakukan karena untuk memantau kenaikan ukuran
kepala bayi, mendeteksi adanya komplikasi pada bayi prematur, serta mendeteksi
infeksi dalam otak ataupun masalah yang ada di dalam otak. Hal ini didukung
dengan teori yang dikemukakan oleh (Reyni Dwinanda, 2010) yang menjelaskan
bawah fungsi dari dilakukannya USG Kepala pada bayi prematur adalah
mengevaluasi hydrocephalus, atau pembesaran ventrikel, kondisi yang disebabkan
oleh beberapa faktor, mendeteksi perdarahan dalam jaringan otak atau ventrikel.
kondisi ini disebut intraventricular hemorrhage (IVH), menilai apakah terjadi
kerusakan pada jaringan otak yang mengelilingi ventrikel, kondisi ini dikenal dengan
periventricular leukomalacia (PVL), mengevaluasi kecacatan congenital,
menemukan lokasi infeksi tumor.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pengkajian data mngenai asuhan kebidanan
pada By. Ny. E umur 15 hari dengan BBLR yaitu :
1. Berdasarkan data Subjektif dari By. Ny. E dengan orang tuanya datang ke RSUD
Ulin Banjarmasin mengatakan bayinya lahir tidak menangis dan berat badan bayi
1900 gram.
2. Berdasarkan data objektif serta semua hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
By. Ny. E, didapatkan BB 1900 gram, Nadi ; 120x/menit, S: 36,7ºC, Respirasi:
61x/menit, AS: 7/8/9.
3. Berdasarkan analisa data yang di dapat menghasilkan diagnosa By. Ny. E umur
15 hari dengan BBLR.
4. Dari analisa data tersebut dapat dilakukan asuhan kebidanan dengan melakuan
asupan nutrisi yang baik salah satunya yaitu diet ASI, dan perawatan dengan
KMC ( Kangoroo Mother Care).

B. Saran

1. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk


asuhan kebidanan pada BBLR
2. Hendaknya selalu memperhatikan dan meningkatkan mutu pelayanan profesi
sesuai standar asuhan kebidanan khususnya pada kasus BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan, 2013. Profil kesehatan kalimantan Selatan 2012. Banjarmasin

Maryunani, Anik.2013. Buku Saku Asuhan Bayi dengan Berat Badan lahir
Rendah. Jakarta:CV. Trans Info Media.

Nuryati, dkk. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.


Jakarta: EGC

Pantiawati, Ika. 2010. Berat Badan lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo, 2009. Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta Nuha Medika.

WHO (2002). Perawatan Metode kanguru. Departemen of Reproductive Healt and


Research World hearth Organization, Jakarta : Perinasia

Anda mungkin juga menyukai