Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 2

Disusun oleh :
Alya
Asri
Rina Marlina
Rukmini
Metodik Supervisi Klinis 1
khusus
Mentoring 2
Preseptor 3
Implementasi Preseptoring
dan Mentoring Dalam Praktik 4
Kebidanan
1 Supervisi
klinis Part 1
Pengertian

Adapun menurut Keith Anderson dan Meredith D. Gall

Supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian


atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah
laku mengajar yang ideal.
Supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu
pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik.
Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara
nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif
dalam proses supervisi tersebut (Mukhtar dan Iskandar, 2009:61).
.
Karakteristik Supervisi
Klinis

1. Supervisi klinis 3. Pendekatan 5. Fungsi utama 7. Feedback yang


pada prinsipnya profesional dan supervisor adalah diberikan harus
dilaksanakan humanis untuk mengajarkan secepat mungkin
bersama dengan keterampilan dan secara
pengajaran mikro 4. guru memperbaiki pengajaran kepada obyektif.
.
dan terdiri dari .
keterampilan guru. .
tiga kegiatan intelektual dan
8. Dalam percakapan
pokok, bertingkah laku 6. Instrumen yang balik seharusnya
yang spesifik. disusun atas dasar
2. Supervisi klinis datang dari guru
kesepakatan terlebih dahulu.
merupakan suatu
antara supervisor
keperluan untuk
dengan guru.
memperoleh
pengetahuan
ciri-ciri supervisi klinis ditinjau dari segi
pelaksanaannya

Jenis keterampilan yang


Bimbingan supervisor
akan disupervisi diusulkan
kepada guru
oleh guru,

Sasaran supervisi hanya Balikan diberikan dengan


pada beberapa keterampilan segera dan secara objektif Supervisi berlangsung dalam
tertentu suasana intim dan terbuka
Dalam diskusi guru
diminta mengevaluasi
penampilannya
Supervisor lebih banyak Supervisi dapat
bertanya dan dipergunakan untuk
mendengarkan pembentukan atau
peningkatan dan perbaikan
keterampilan mengajar
Tujuan Supervisi Klinis

Menurut Piet A. Sahertian

Membantu guru-guru agar lebih mudah mangadakan penyesu


aian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumbe
r-sumber masyarakat dan seterusnya.

Membina guru-guru dalam membina reaksi mental


atau moral kerja guru-guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. (Sahertian,
2000:25).
Fungsi supervisi menurut
Swearingen yang dikutip oleh Binti
Maunah

1. Mengkoordinir semua usaha sekolah.


2. Memperlengkapi kepala sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru.
4. Menstimulir usaha-usaha yang kreatif.
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
6. Menganalisa situasi belajar mengajar.
7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap
anggota staff,
8. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu
meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
(Maunah, 2009:30)
Teknik Supervisi Klinis

3. Siklus kedua Observasi


2. Siklus pertama Sesuai kontrak yang telah disepakati
Kegiatan siklus pertama ini bersama antara supervisor.
adalah guru dengan Guru mengajar dan supervisor mengamati
supervisor bersama sama guru mengajar
1. Pra Siklus melakukan review dokumen
pembelajaran. 4. Siklus ketiga Refleksi
tahap pra siklus
dimulai dengan guru Pertemuan setelah pengamatan
merupakan bagian penting dari
merasa butuh
perilaku postobservasi.
bantuan.
dengan cara menciptakan suasana
santai dan akrab dalam suasana
keikhlasan dan obyektif dari kedua
belah pihak
Kelebihan teknik supervisi

93%

610% Proses memperbaiki


kelemahan dilakukan
Dapat dipakai memperbaiki guru- secara mendalam.
guru yang sangat lemah
kinerjanya.
.
4%
52%
Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara
Perbaikan yang dilakukan sangat penyelesaian kelemahan-kelemahan guru yang
intensif, sebab masing-masing disupervisi diperbolehkan ikut menjadi
kelemahan ditangani satu persatu, pendengan dalam pertemuan balikan.
sampai semua kelemahan menjadi .
berkurang atau hilang.
.
Kelemahan teknis supervisi klinis

satu kelemahan teknik supevisi ini yaitu terlalu


mahal, sebab membutuhkan waktu yang
panjang, karena kelemahan diperbaiki satu
persatu dan menyita pikiran serta tenaga yang
besar sebab dilakukan secara mendalam agar
intensif (Made Pidarta, 2009:138).
4 Implementasi
Preseptoring dan
Mentoring Dalam
Praktik Kebidanan
Part 2
Menurut Dr. dr. Wiwik Kusumawati (2018, 47), ada 2 model
pembelajaran klinik/ preseptoring yaitu:

1. Preseptoring 2. Mentoring
Preseptoring adalah model bimbingan Model bimbingan yang
yang diberikan pada mahasiswa untuk mengenalkan diberikan pada mahasiswa dengan
keterampilan awal (skill acquisition) sampai tercapai proses pengetahuan pesan bidan
tingkat skill kompeten dalam pengambilan pada mahasiswa dari ketergantungan
keputusanklinis terhadap kasus-kasus klinis. menjadi mahasiswa menjadi profirent
Proses Pembimbingan

Preseptor memperagakan suatu


keterampilan klinis dengan menggunakan
sebuah model anatomis atau role play
01
Preseptor memberi kesempatan pada
mahasiswa untuk mempraktikkan
02 keterampilan tersebut dibawah
pengawasan, mula-mula pada model dan
kemudian pada klien.

03 Evaluasi atas kompetensi keterampilan


mahasiswa didalam checklist
berdasarkan kompetensi.
Menciptakan Peluang Belajar dalam
Preseptoring

Praktik klinik dimulai dari


keterampilan dasar dan berlanjut Mintakan izin pada klien
ke keterampilan yang lebi rumit. sebelum proses praktik
berlangsung .

Jumlah peserta praktek Pelatih klinik harus selalu hadir


maksimal 5 orang. dalam setiap pertemuan dengan
klien

pelatih harus cermat mencari Klien harus dipilih secara hati-


peluang belajar. hati untuk memastikan bahwa
. kasusnya sesuai dengan tujuan
belajar.
.
Preseptoring Pada Asuhan Kebidanan
Contoh pada intrapartum
1. Setiap peserta didik melayani hanya satu klien pada awal
praktik.
2. Peserta didik harus berkomunikasi dengan staf yang
bertanggung jawab pada klien tersebut.
3. Pelayanan yang diberikan peserta didik harus komprehensif,
lengkap dan sistematis.
4. Preseptor harus hadir dalam setiap langkah dan kegiatan yang
dilakukan peserta didik.
5. Preseptor harus memeriksa dokumentasi (SOAP) dan partograf,
setiap satu dokumen klien hanya boleh dibuka dan dipelajari
oleh satu peserta didik.
6. Sejalan dengan semakin terampilnya peserta didik, preseptor
mulai mengurangi intensitas, preseptor dapat berdiri agak jauh
dari tempat tidur dan tidak perlu memakai sarung tangan
tetapi tetap dalam kesiagaan. Pada awal praktik pemantauan
oleh preseptor terhadap peserta didik secara ketat.
7. Pada saat peserta didik menolong persalinan preseptor harus
siap di sisi tempat tidur, memakai sarung tangan dan alat
perlindungan lainnya
Langkah Monitoring

02
Pengenalan Ke Tempat Praktek
03
01 Interview Kemajuan
Persiapan Penempatan
CONTENTS
Preseptoring
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 1 semester II yang sedang
menjalankan praktek klinik kebidanan di BPS Ida Arwani dan
mempunyai target memberikan asuhan pada bayi dengan
memandikan bayi. Mahasiswa tersebut belum pernah
melakukan tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan
yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut, bimbingan
diberikan menggunakan metode preseptoring.

Mentoring
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 3 semester V yang sedang
menjalankan praktek klinik kebidanan di RSUD Ambarawa dan
mempunyai target memberikan asuhan pada ibu bersalin
untuk melaksanakan penjahitan perineum. Mahasiswa
tersebut sudah pernah melakukan tindakan tersebut. Untuk
mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa
tersebut, adalah bimbingan menggunakan metode
mentoring.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai