Anda di halaman 1dari 19

PROYEK INOVASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Heni, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Raka Handika, S.Kep
Reni Sri Restuti, S.Kep
Rima Amelia Nurwahyi, S.Kep
Rina Iryanti, S.Kep
Rizky Muhamad Firdaus, S.Kep
Rosy Rihhadatul Aisy, S.Kep
Sri Mega Astuti, S.Kep
Susi Puja Wahyuningsih, S.Kep

SEKOLAH TINGGI (STIKes) YPIB MAJALENGKA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang 2.500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang
dari 1.500 gram dan BBLR bila berat dari 1.500 gram dan BBLR bila
berat badan lahir ant badan lahir antara 1.501-2.499 gram. ara 1.501-2.499
gram. (Marmi, S.ST, Kukuh Rahardjo, 2012).
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan
salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan
neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori
yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu)
atau BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup
bulan tetapi berat kurang untuk usiannya. usiannya. Banyak BBLR di
negara  berkembang  berkembang dengan IUGR sebagai sebagai akibat
ibu dengan status gizi buruk, anemia, malaria, dan menderita penyakit
menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau ketika hamil. ( konsepsi
atau ketika hamil. (www.balitbang.depkes.g www.balitbang.depkes.go.id).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab
kematian bayi adalah bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok
pada BBLR  adalah angka kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding
angka kematian perinatal pada bayi normal. Penelitian Puffer (1993)
menunjukkan bahwa resiko kematian perinatal bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2.000 gram adalah 10 kali lebih besar, kematian bayi
dengan berat badan antara 2.000 gram sampai 2.399 gram 4 kali lebih
besar dibanding kematian perinatal bayi dengan berat badan normal.
Angka kejadian BBLR dianggap sebagai indikator kesehatan masyarakat
karena erat hubunganya dengan angka kematian, kesakitan dan kejadian
gizi kurang di kemudian hari.
Menurut WHO, BBLR merupakan   penyebab dasar kematian dari
dua pertiga kematian neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20
juta bayi pertahun dilahirkan dengan berat  badan kurang dari 2.500 gram
dan 90% berasal berasal dari Negara berkembang. Peneliti lainya
menyebutkan bahwa dinegara berkembang di perkirakan setiap 10 detik
terjadi satu kematian bayi akibat dari penyakit atau infeksi yang
berhubungan dengan BBLR. (Siza, yang berhubungan dengan BBLR.
(Siza, 2002).

Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi dan kesehatan

Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992-1997 yaitu secara nasional proporsi

bayi dengan  berat badan lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan

perkotaan 6,6%. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga

tahun memperlihatkan adanya masalah BBL adanya masalah BBLR di

rum R di rumah sakit Al-fatah ah sakit Al-fatah (Ardiansyah, 2010).

(Ardiansyah, 2010).

Berdasarka survey nasional AKI di Provinsi Jawa Timur, pada lima

tahun terakhir, dari tahun 2007 – 2011, menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Laporan Kematian Ibu (LKI) kab/kota se-Jatim, menunjukkan

AKI Jawa Timur pada tahun 2009 adalah 90.70 per 100.000 kelahiran

hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran hidup dan pada

tahun 2011 adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut

sudah melampaui dari target  MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran

Hidup. Data yang diperoleh dari oleh dari BPS Provinsi Jawa BPS

Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa AKB selama sepuluh tahun

terakhir ini relatif menunjukkan angka yang menurun. AKB pada tahun
2011 adalah 29.24 per 1000 kelahiran hidup, menunjukkan angka yang

menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 29.99 per 1.000 kelahiran

hidup, namun tersebut masih jauh dari target MDGs tahun 2015, yaitu

sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR 

antara lain kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan

kondisi kurang gizi pada kaum perempuan selain ketersediaan pangan dan

konsumsi makanan yang kurang jumlahnya maupun nilai gizinya

menimbulkan kurang energi kronik (KEK) dan anemia. Kondisi tersebut

lazim didapatkan pada kaum ibu di desa yang sudah sejak kecil menderita

kurang kalori dan protein (KKP) dan anemia. Nilai budaya setempat

seringkali belum menempatkan kaum perempuan dalam kesetaraan

gender, sehingga pembagian makanan dalam keluarga tidak mendapat

prioritas. Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa menambah

buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kondisi tersebut seorang

perempuan memasuki masa kehamilan yang menambah buruk kesehatan

dan gizinya. Kelahiran yang terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan

terlalu tua menambah buruknya kondisi kesehatan dan gizi ibu hamil yang

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya BBLR 

(Mitayani, 2009).

Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa

kehamilan terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup

yang sehat dan deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dari
berbagai  berbagai upaya baik peningkatan peningkatan pelayanan

pelayanan dari petugas petugas kesehatan kesehatan maupun dari pihak

ibu beserta keluarga, hal ini akan membantu mencegah dan mengurangi

kelahiran bayi dengan resiko tinggi terutama bayi dengan BBLR.

Tingginya angka kematian bayi baru lahir dengan resiko tinggi, terutama

pada bayi dengan BBLR, merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan

untuk memfasilitasi proses adaptasi bayi tan untuk memfasilitasi proses

adaptasi bayi dengan BBLR pada BBLR pada masa transisi karena adanya

masalah pada jam – jam pertama kehidupan luar rahim. Dengan

mengetahui luar rahim. Dengan mengetahui masalah – masalah potensial

yang akan terjadi pada bayi dengan BBLR, maka membantu tenaga

kesehatan mengetahui tindakan apa yang harus segera dilakukan, seperti

penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode kanguru (PMK),

merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap fasilitasnaya.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari dan mempraktikkan asuhan keperawatan pada

klien dengan kasus Berat Badan Lahir Rendah di klien dengan kasus Berat

Badan Lahir Rendah di RSUD Gambiran Gambiran Kota Kediri.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :

a. Pengkajian dan analisa data prioritas k ritas klien untuk kasus

BBLR 

b. Merumuskan diagnosa atau masalah keperawatan Merumuskan

diagnosa atau masalah keperawatan dari kasus BBLR  asus BBLR 

c. Melakukan rencana asuhan keperawatan untuk kasus BBLR dan

menyusun segera implementasi (dependen, independen,

interdependen) kasus BBLR 

d. Mengevaluasi efektasi efektifitas asuhan yang diberikan

memperbaiki tindakan yang dipandang perlu diperbaiki dengan

kasus BBLR 

C. Manfaat Penelitian
Hasil studi kasus dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun profesi dalam

upaya penyempurnaan asuhan keperawatan pada kasus Berat Badan Lahir

Rendah.

1. Pendidikan Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai

masukan penyempurnaan  penanganan kasus Berat Badan

Lahir Rendah

2. Perawat Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi

profesi keperawatan dalam asuhan keperawatan pada kasus

Berat Badan Lahir Rendah.

3. Penulis Menambah wawasan, pengetahuan dan pengelaman

dalam melakukan  penelitian di Rumah sakit

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pelayanan Kesehatan  Nasional Maternal

Dan Neonatal, ed. 1,2010).

Berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang

2.500 gram,tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua

bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1.500 gram dan

BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram. (Marmi, S.ST, Kukuh

Rahardjo, 2012).

Berat badan lahir rendah dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :

1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), b LSR), berat lahir 1.000 1.500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram. (A.B

Saifuddin, 2000).

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang

belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga di sebabkan dismaturitas.

Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya yaitu tidak mencapai 2.500

gram. (Atika Proverawati, dkk. Berat Badan Lahir Rendah, 2010)

2. Etiologi

Berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor,  baik dari

ibu maupun dari bayi itu sendiri. Fakta baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut adalah : -faktor tersebut adalah :

1) Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil. Gizi yang

cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan  berat badan cukup. Namun,

kekurangan kekurangan gizi yang adekuat adekuat dapat menyebabkan Berat

Badan Lahir Rendah. (Pilliteri, 2002).

Status gizi ibu sebelum hamil berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil.

Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan  bahwa status gizi ibu sebelum sebelum

hamil mempunyai mempunyai pengaruh pengaruh yang  bermakna terhadap

bermakna terhadap kejadian kejadian BBLR. Ibu BBLR. Ibu dengan status

dengan status gizi kurang (kurus) selama hamil mempunyai resiko 4,27 kali

untuk  melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status

gizi baik (normal). (Lubis, 2005).

2) Umur ibu saat hamil


Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan  banyak  banyak

permasalahan permasalahan karena bisa mempengaruhi mempengaruhi organ

tubuh seperti rahim, bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir  kurang.

Hal ini disebabkan karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan

suplai makanan dengan  bisa memberikan suplai makanan dengan baik dari tu

baik dari tubuhnya untuk  buhnya untuk   janin di dalam rahimnya. rahimnya.

Selain itu, wanita tersebut tersebut juga bisa menderita anemia karena

sebenarnya ia sendiri masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus

dibagi dengan  janin yang ada dalam kandungan  janin yang ada dalam

kandunganya. (Teresa S, 2002)

3) Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua

kehamilan maka berat badan janin akan semakin  bertambah.  bertambah.

Pada umur kehamilan kehamilan 28 minggu berat janin ± 1.000 gram,

sedangkan pada kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan

mencapai 2.500-3.500 gram. (Wiknjosastro, 2002).

4) Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang  berlebihan

dapat menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu

untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar  sehingga terjadi defisiensi

nutrisi seperti anemia hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan janin

dalam rahim.

5) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah

kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada  perilaku  perilaku

ibu, baik pada diri maupun perawatan perawatan kehamilanya

kehamilanya serta  pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak, Irene M.,dkk

pemenuhan gizi saat hamil. (Bobak, Irene M.,dkk, 2004).

6) Penyakit ibu

Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir

bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil,misalnya :

a. Jantung

b. Hipertensi

c. Pre-Eklamsi dan Eklamsi

d. Diabetes Melitu

e. Carcinom

7) Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti

merokok, minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan

nutrisi yang salah dapat menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta

tidak mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena

plasenta tidak mampu mengantar makanan ke janin. Selain itu, aktifitas

yang berlebihan juga dapat merupakan faktor pencetus terjadinya

mmasalah BBLR.

3. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR yaitu :

1) Menurut harapan hidupnya :

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500 – 2500 gram

b. Bayi barat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 100 – 1500 gram

c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 100

gram.

2) Menurut masa gestasinya :

a. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan  berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau

biasa di sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB - SMK).

b. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat  badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. berat bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilanya (KMK). (Atika Proverawati, dkk. Berat Badan Lahir

Rendah, 2010).

4. Manifestasi Klinis
Pasien dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sering mengalami beberapa

masalah, yaitu :

1) Gangguan tumbuh kembang

Tingginya angka ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring

dengan hidup risiko tinggi untuk melahirkan bayi BBLR  dibandingkan

ibu hamil ibu hamil yang tidak yang tidak menderita kekurangan gizi.

angan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akn

tumbuh dan berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI

ekslusif yang kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup.

Oleh karena itu bayi BBLR cenderung  besar menjadi balita dengan status

gizi yang rendah. (Herry, 2004).

2) Hipotermi

Hal ini terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya

jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas

dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat  badan lahir normal.

normal. Hipotermi pada BBLR juga terjadi terjadi karena  pengaturan

pengaturan suhu yang belum berfungsi berfungsi dengan baik dan

produksi produksi  panas yang berkurang karena lemak coklat (brown fat)

yang belum cukup. (Winkjosastro, 2002: 776).

3) Asfiksia

Asfiksia atau gagal bernafas secara spontan saat lahir atau

beberapa  beberapa menit setelah setelah lahir sering menimbulkan

menimbulkan penyakit penyakit berat  pada BBLR. Hal ini disebabkan


disebabkan oleh kekurangan kekurangan surfaktan surfaktan (ratio lesitin

atau sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan  pengembangan yang

belum  pengembangan yang belum sempurna, otot sempurna, otot

pernafasan yang pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah

melengkung atau pliable thorak. (Winkjosastro, 2002).

4) Kematian

Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan  berat

badan lahir rendah kecenderungan kecenderungan untuk terjadinya

terjadinya masalah masalah lebih besar jika dibandingkan dengan bayi

yang berat badan lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ tubuhnya

belum  berfungsi  berfungsi sempurna sempurna seperti seperti bayi

normal. normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk

hidup di luar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka

semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam -organ dalam

tubuhnya, sehingga mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angkat

kematian  pada bayi.  pada bayi. (Winkjosastro, 2002)

5. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang

dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditunjukan

pada jukan pada pengaturan suhu,pemberian makanan  bayi, ikterus, pernapasan,

hipoglikemi dan men  bayi, ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan menghindari

dari infeksi

a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas atau BBL atau BBLR 

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan

menjadi hipotermi kaena pusat pengaturan panas belum  berfungsi

berfungsi dengan baik, dengan baik, metabolisme metabolisme rendah dan

permukaan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur

harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam

rahim, apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan

di sampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas  badannya

dapat  badannya dapat dipertahankan. dipertahankan. Cegah kehilangan

kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

1) Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk

mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada

permukaan tubuh bayi.

2) Selimuti bayi dengan seli an selimut atau kain bersih, kering dan

hangat.

3) Tutup kepala bayi.

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI


5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

6) tempatkan bayi dilingkungan hangat.

7) Rangsang taktil.

8) Manfaatkan metode kanguru

Secara klinis, dengan cara ini detak jantung bayi stabil dan

pernapasan  pernapasan lebih teratur, teratur, sehingga sehingga

penyebaran penyebaran oksigen oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih

baik.

b. Makanan bayi premature

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim

pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan

kalori 110 kal;/kg BB sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberi

gkat. Pemberian minum bayi an minum bayi setelah 3 jam setelah lahir

dan setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, reflek

masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit

dengan frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling

utama sehingga ASI-lah yang utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu

diberikan, bila kan, bila faktor  menghisapnya kurang maka ASI dapat

diperas dan diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan

memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kgBB/hari

terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

c. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya

belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak  dikonjugasikan secara

efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia,

memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia dapat

menyebabkan kenikterus maka warna  bayi harus sering dicatat dicatat dan

bilirubin bilirubin diperiksa, diperiksa, bila ikterus ikterus muncul dini

atau lebih cepat bertambah coklat.

d. Pernapasan Bayi

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada

penyakit ini tanda-tanda gawat pernapasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi

harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen

harus dipaparkan untuk mengobservasi  pernapasan.

e. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi

berberat  berberat badan rendah, rendah, harus diantisipasi diantisipasi

sebelum sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara

teratur.

f. Menghindari infeksi

Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan

tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan  pembentukan

pembentukan antibodi antibodi belum sempurna. sempurna. Oleh karena

itu Tindakan prefentif sudah dilaksanakan sudah dilaksanakan sejak


antenatal antenatal sehingga sehingga tidak terjadi terjadi  persalinan

dengan prematuritas (BBLR).

6. Pemeriksaan diagnostik 

1) Jumlah sel lah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai

23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic

prenatal/perinatal ).

3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemia atau hemolisis berlebihan ).

4) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 /dl 1-2 hari,

dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran

rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6) Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal  pada

awalnya.

7). Pemeriksaan analisa gas darah

7. Komplikasi
1) Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,

penyakit membran hialin

2) Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

3) Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak 

4) Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan  pembekuan darah

5) Infeksi, retrolental fibroplasia, fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)

6) Bronchopulmonary, dysplasia, malformasi konginetal

Anda mungkin juga menyukai