Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,

keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan

lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

klien dalam merawat dirinya (Undang-Undang RI No 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan).

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Sembiring, 2019). Penyebab

bayi dengan berat badan lahir rendah kebanyakan karena penyakit ibu, aktivitas

ibu dan status sosial ibu termasuk komplikasi pada saat ibu hamil. Selain itu,

BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang

selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan tinggi.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016. Kejadian BBLR

dalam tahun 2014-2016 tertinggi di Philipina 20% dari jumlah kelahiran,

menyusul kemudian Myanmar 15% dan Laos 14%, sedangkan yang terendah di

Singapura 8%, kemudian Thailand dan Vietnam sebesar 9% sedangkan di

Indonesia kejadian BBLR yaitu 7% dari seluruh jumlah kelahiran, angka ini

lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan

gizi menuju Indonesia sehat yakni 6,2% pada tahun 2016. Menurut riset

kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2018, kejadian BBLR di Indonesia

sebesar 6,2 %. Angka kejadian tertinggi BBLR di Indonesia tahun 2018 yaitu

1
di Sulawesi Tengah dengan persentase sebesar 8,9%, angka kejadian BBLR di

Sulawesi Utara tahun 2018 sebesar 5,9 % (Kemenkes RI, 2018).

Walaupun jumlah BBLR mengalami flukutasi dalam 3 tahun terakhir,

namun BBLR merupakan komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani

secara benar dapat menyebabkan kematian, untuk itu penulis tertarik meneliti

dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada bayi I.R dengan Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan Tareran Kabupaten

Minahasa Selatan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada bayi I.R dengan BBLR di

Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan

Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan

Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan

Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan

2
Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan

Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon

Dapat menjadi bahan bacaan serta menambah pengetahuan bagi

mahasiswa Akademi Keperawatan Bethesda Tomohon dalam pemberian

asuhan keperawatan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

2. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu dan kiat keperawatan serta menambah

wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR).

D. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan

Membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pokok

bahasan.

2. Studi Kasus

Mengambil satu kasus dan menerapkan asuhan keperawatan pada bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan metode pendekatan

proses keperawatan mulai pada tahap pengkajian, diagosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

3
3. Studi Dokumentasi

Membaca, mempelajari serta menganalisa data yang ada di Desa Wuwuk

Jaga 1 Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan meliputi; latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan

pustaka meliputi; A. Konsep Dasar Penyakit, definisi, etiologi, klasifikasi,

manifestasi klinis, patofisiologi, patofisiologi dan penyimpangan KDM BBLR,

pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi. B. Konsep asuhan

keperawatan; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi keeperawatan. BAB III Tinjauan

kasus meliputi; pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. BAB IV

Pembahasan meliputi; kesenjangan antara teori dan praktek. BAB V Penutup

meliputi; kesimpulan, saran. Daftar pustaka. Lampiran- lampiran.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosep Dasar Penyakit

1. Definisi

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Sembiring, 2019). Berat

bayi lahir rendah (BBLR) adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

waktu 1 jam pertama setelah lahir (Mendri, 2015).

2. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.

Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta

seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar ganda, faktor janin, serta

faktor lingkungan juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

a. Faktor ibu; Penyakit seperti malaria, anemia, sipilis, dan lain-lain.

Komplikasi pada kehamilan seperti perdarahan antepartum, pre-

eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. Usia ibu (< 20 tahun

dan > 35 tahun) dan paritas. Kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti

ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

b. Faktor janin; Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli),

kelainan kromosom, Ketuban Pecah Dini (KPD).

c. Faktor plasenta; tumor dan kehamilan ganda.

d. Faktor lingkungan; yang dapat berpengaruh antara lain radiasi, sosio-

ekonomi dan paparan zat-zat racun (Sembiring, 2019).

5
3. Klasifikasi

Berdasarkan pengertian diatas, bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu berdasarkan derajatnya

dan masa gestasinya.

a. Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok

antara lain; Berat badan lahir rendah (BBLR) atau low birth weight

(LBW) dengan berat lahir 1500 – 2499 gram, Berat badan lahir sangat

rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) dengan berat

badan lahir 1000 – 1499 gram, Berat badan lahir ekstrem rendah

(BBLER) atau extermely low birth weight (ELBW) dengan berat badan

lahir kurang dari 100 gram.

b. Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu :

1) Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau sering disebut

Neonatus Kurang Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK)

2) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang Kecil untuk Masa Kehamilan

(KMK) (Astutik, 2018).

4. Manifestasi Klinis

Berat Badan (BB) < 2500 gram, Panjang Badan (PB) < 45 cm, Lingkar

6
Kepala < 33 cm, Lingkar Dada (LD) < 30 cm, kepala bayi lebih besar dari

pada badan, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga. Dada :

dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk. Abdomen : distensi

abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan. Kulit : tipis,

transparan, pembuluh darah kelihatan. Jaringan lemak subkutan sedikit,

lanugo banyak. Genetalia : laki-laki, skrotum kecil, testis tidak teraba.

Perempuan, labia mayora hampir tidak ada, klitoris menonjol. Ekstremitas

: kadang oedema, garis telapak kaki sedikit. Motorik : pergerakan masih

lemah (Wong, 2010).

5. Patofisiologi

Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak

dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme hal itu

disebabkan karena respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga

tidak dapat menambah aktivitas. Bila ada stres dingin atau suhu

lingkungan rendah, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang

menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak cokelat untuk

menghasilkan kalori yang kemudian di bawah oleh darah ke jaringan. Stres

dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan

hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stress

dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen

yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan tekanan oksigen berkurang

(hipoksia), dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru

yang imatur keadaan ini dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga

bayi dapat bertahan lama pada kondisi oksigen yang kurang. Bayi

7
prematur umumnya kurang mampu mempertahankan hidup karena struktur

anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimia belum bekerja

seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap

kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya

dalam batas normal. Karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum

matur, kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih

banyak. Respon menggigil pada bayi kurang atau tidak, sehingga bayi

tidak dapat meningkatkan suhu tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol

refleks kapiler kulit juga masih kurang (Wong, 2010)

8
6. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR)

Faktor ibu (umur <20 Faktor Janin


Faktor Plasenta Faktor
atau >35 tahun, jarak (infeksi bawaan,
kelahiran terlalu (tumor dan Lingkungan
kelainan kromosom
dekat, merokok dan kehamilan (radiasi dan
dan ketuban pecah
minum alkohol) ganda) paparan zat-zat
dini)
beracun)

BBLR

Refleks/kemampuan Pusat Prematuritas Paru-paru


menghisap, menelan pengaturan imatur
rendah suhu
imatur
Pengaturan
Digesti Kulit halus Penurunan
Penurunan nafas belum
rendah mudah daya tahan
kontrol sempurna
suhu lecet tubuh

Resiko
ketidakseimba
Resiko Asfiksia
ngan nutrisi Termoregul Resiko
kurang dari asi tubuh gangguan infeksi
kebutuhan tidak efektif integritas Pasokan O2
tubuh kulit kurang
adekuat

Pola nafas
tidak efektif

Sumber : Wong, 2010

9
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: pemeriksaan

skor ballard, tes kocok/shake test (dianjurkan untuk bayi kurang bulan),

darah rutin, glukosa darah (kalau perlu dan tersedia fasilitas), kadar

elektrolit, dan analisa gas darah, foto dada ataupun babygram diperlukan

pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan dimulai pada usia

8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas, USG

kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan kurang bulan (Sembiring,

2019).

8. Penatalaksanaan

a. Mempertahankan suhu bayi; Berat badan lahir rendah mudah mengalami

hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan

ketat.

b. Pengawasan nutrisi/ASI; Refleks menelan dari bayi BBLR belum

sempurna oleh karna itu pemberian nutrisi harus dilakukan sedikit demi

sedikit dan perlahan-lahan. Pemberian makanan dini berupa glukosa,

ASI, atau PASI.

c. Mencegah infeksi; Dalam penanganan BBLR harus memperhatikan

prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu cara

pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum memegang

bayi.

d. Penimbangan ketat; Penimbangan berat badan harus dilakukan secara

ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh.

10
e. Perawatan Metode Kanguru (PMK); Merupakan perawatan untuk bayi

BBLR atau lahir prematur dengan melakukan kontak langsung antara

kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact dimana ibu

menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode ini

juga memudahkan pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan

pemberian ASI. Perawatan bayi dengan metode kanguru bisa digunakan

sebagai pengganti perawatan dengan incubator.

Tahap-tahap dalam pelaksanaan perawatan metode kanguru adalah

sebagai berikut; Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram, tidak ada

kelainan atau penyakit yang menyertai, refleks dan kordinasi isap dan

menelan yang baik, kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat

mendukung dalam keberhasilan.

Langkah-langkah metode kanguru

1) Beri bayi pakaian, topi popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan

lebih dahulu.

2) Letakan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu

dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan

dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di

dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.

3) Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu,

dan bayi diletakan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan,

kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar

bayi tidak terjatuh.

4) Bila baju ibu tidak dapat menyongkong bayi, dapat digunakan handuk

11
atau kain lebar yang elastis atau kantong yang dibuat sedemikian

untuk menjaga tubuh bayi.

5) Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau

berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, posisi

ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal

dibelakang punggung bayi. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan

oleh ayah atau orang lain.

6) Dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi

bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI, dan kebersihan ibu dan

bayi.

Pelaksanaan Metode Kanguru dapat dilakukan pada waktu: Segera

setelah lahir, Sangat awal, setelah 10-15 menit, Awal, setelah umur 24

jam, Menengah, setelah 7 hari perkawinan, Lambat, setelah bayi

bernafas sendiri tanpa O2, Setelah keluar dari perawatan incubator.

Kriteria keberhasilan Perawatan Metode Kanguru adalah: Suhu tubuh

bayi stabil dan optimal (36,5℃-37,5℃). Kenaikan berat badan stabil,

Produksi ASI adekuat, Bayi tumbuh dan berkembang optimal, Bayi

dapat menetek kuat (Walyani 2015) .

Gambar 1. Perawatan Metode Kanguru

12
f. Perawatan Inkubator; Perawatan inkubator antara lain Perawatan khusus

di Neonatal Intensive Care, (NICU) adalah ruangan perawatan intensife

untuk bayi (sampai usia 28 hari) dan anak-anak yang memerlukan

khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ vital,

pengaturan suhu ruangan, pemasangan alat untuk menyusui secara

khusus (kadang-kadang selang di padang ke dalam perut jika bayi tidak

dapat menghisap atau dapat melalui jalur intravena (IV), serta

perawatan-perawatan lain sesuai dengan komplikasi yang di alami bayi.

Inkubator mempunyai beberapa perangkat antaralain pengaturan suhu

inkubator. Suhu inkubator merupakan alat yang dilengkapi dengan

pengatur suhu dan kelembaban udara agar bayi selalu hangat.

Merupakan lingkungan yang ideal untuk bayi yang tidak mampu

mengatur suhu tubuhnya sendiri. Bila bayi premature lahir dengan berat

badan di bawah 2000 gram, maka suhu dalam inkubator harus berkisar

antara 32°C. Di rumah sakit, bayi yang lahir prematur akan diletakan

dalam alat khusus, yaitu inkubator. Bila berat badanya > 2500 gram,

suhu inkubator harus sekitar 30°C. Suhu inkubator akan diturunkan

secara bertahap setiap 10-14 hari sebanyak satu derajat Celcius, sehingga

akhirnya bayi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan luarnya. Cara-

cara perawatan inkubator antara lain:

1) Suhu Bayi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), mudah mengalami hipotermia,

oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat

diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2

13
yang cukup. Bila dirawat di dalam inkubator maka suhunya untuk

bayi dengan BB 2 kg adalah 35℃. Dan untuk bayi dengan BB 2-2,5

kg adalah 34℃.

2) Nutrisi

Refleks menelan dari Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), belum

sempurna oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan

cermat. Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur

adalah sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan dan hati-hati.

Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau

mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi dan hiperbilirubin. Bayi

daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui

mulut. Umumnya bayi dengan berat badan kurang dari 1500gram

memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum

adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5%

yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gr, 2-4

ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gr dan 5-10 ml untuk

bayi dengan berat lebih dari 1500 gr. Apabila dengan pemberian

makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian

ASI/PASI dapat dianjurkan dalam wakltu 12-48 jam.

3) Perawatan Kulit

Selama dirawat di Rumah Sakit, resiko infeksi nasokomial dapat

terjadi pada bayi. Orang tua dianjurkan untuk menjaga kebersihan

diri sebelum dan sesudah menyentuh bayi. Hal ini dikarenakan oleh

14
kondisi bayi berat lahir rendah yang rentang akan infeksi.

Pencegahan dapat dilakukan dengan mencuci tangan, dan mencegah

kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi. Tindakan

universal precaution sebelum dan sesudah memegang bayi dapat

meminimalkan kejadian infeksi nasokomial pada bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) yang sangat rentan akan penyakit infeksi

(Walyani, 2015).

Gambar 2. Perawatan BBLR di Inkubator

9. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah

antara lain: hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit,

hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus.

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) antara lain: gangguan perkembangan, gangguan

pertumbuhan, gangguan pengihatan (retinopati), gangguan pendengaran,

penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah

sakit, kenaikan frekuensi kelainan bawaan. (Sembiring, 2019).

15
B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan

lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

klien dalam merawat dirinya (Undang-Undang RI No 38 Tahun 2014 tentang

Keperawatan).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual

dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu pengumpulan data,

analisa data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan (Setiadi,

2012).

Pengumpulan data dapat diperoleh melalui : wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pengkajian pada bayi BBLR

menurut Wong (2010) yaitu :

a. Data demografi meliputi biodata pasien yaitu nama bayi, umur bayi,

tanggal lahir, jam lahir, tanggal pengkajian, jenis kelamin, nomor register,

keadaan bayi, BB, PB, LK, dan biodata penanggung jawab yaitu nama ibu,

nama ayah, umur, suku/ bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat kelahiran lalu meliputi : anak ke berapa, tahun lahir, jenis

kelamin, berat badan lahir, keadaan bayi, komplikasi, tempat lahir,

keterangan. Status grafida, G P A, pemeriksaan antenatal care, presentase

bayi, komplikasi antenatal.

16
c. Anamnesa : tanggal, riwayat kehamilan, perdarahan, pre-eklamsia,

eklamsia, penyakit kelamin, kebiasaan waktu hamil yaitu makanan, obat-

obatan/ jamu, dan merokok.

d. Riwayat persalinan sekarang : jenis persalinan, ditolong oleh siapa, lama

persalinan, ketuban, komplikasi ibu/ bayi, keadaan bayi baru lahir : nilai

apgar.

e. Pemeriksaan fisik secara sistematis yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Pengkajian fisik yaitu sebagai berikut :

Berat Badan (BB) < 2500 gram, Panjang Badan (PB) < 45 cm, Lingkar

Kepala < 33 cm, Lingkar Dada (LD) < 30 cm,

Kepala : fontanel anterior bentuk berlian 2,5 sampai 4,0 cm, fontanel

posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm, fontanel harus datar, lunak, dan

padat. Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang bukan dari

sutura ke sutura. Pada BBLR Kepala : kepala bayi lebih besar dari pada

badan, Rambut : tipis dan halus, elastisitas daun telinga.

Mata : kelopak biasanya edema, mata biasanya tertutup warna agak abu-

abu, biru gelap, coklat, tidak ada air mata, adanya refleks merah, refleks

kornea sebagai respon terhadap sentuhan, refleks pupil sebagai respons

terhadap cahaya, refleks berkedip sebagai respons terhadap cahaya atau

sentuhan.

Telinga : posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian

luar kantus mata.

Hidung : patensi nasal, rabas nasal, mukus putih encer dan bersin.

17
Mulut : tenggorokan utuh, palatum arkus- tinggi, uvula di garis tengah,

frenulum lidah, frenum bibir atas, refleks menghisap kuat dan

terkoordinasi, refleks rooting, refleks ekstrusi, salivasi minimal atau tidak

ada, menangis keras.

Leher : pendek, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulit, refleks leher tonik,

reflex neck- righting, reflex otolith-righting.

Dada : diameter anteroposterior dan lateral sama, retraksi sternal sedikit

terlihat selama inspirasi, terlihat prosesus xipodeus dan pembesaran dada.

Paru-paru; pernapasan utamanya adalah pernapasan abdominal, refleks

batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari, bunyi napas bronkial sama

secara bilateral. Jantung; apeks ruang interkostal ke empat sampai kelima,

sebelah lateral batas kiri sternum, nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih

tinggi dari pada S1. Pada BBLR Dada : dinding thorax elastis, puting susu

belum terbentuk.

Abdomen : bentuk silindris, hepar dapat diraba 2 sampai 3 cm di bawah

marjin kostal kanan, limpa puncak dapat diraba 1 sampai 2 cm di atas

umbilikus. Pusat umbilikus putih kebiruan pada saat lahir dengan dua arteri

dan satu vena, nadi femoral bilateral sama. Pada BBLR Abdomen : distensi

abdomen, kulit perut tipis, pembuluh darah kelihatan.

Genitalia wanita : labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih

besar dari labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, verniks kaseosa

di antara labia, dan berkemih dalam 24 jam.

Genitalia pria : lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di

dalam setiap skrotum. Skrotum biasanya besar, edema, dan tertutup dengan

18
rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik,

berkemih dalam 24 jam. Punggung dan rektum, spina utuh, tidak ada

lubang, massa atau kurva menonjol, refleks melengkung batang tubuh,

lubang anal paten, lintasan mekonium dalam 36 jam. Pada BBLR Genetalia

: laki-laki, skrotum kecil, testis tidak teraba. Perempuan, labia mayora

hampir tidak ada, klitoris menonjol.

Kulit : tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan, jaringan lemak

subkutan sedikit, lanugo banyak.

Ekstremitas : sepuluh jari tangan dan jari kaki, rentang gerak penuh,

punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah

lahir, fleksi ekstremitas atas dan bawah, telapak biasanya datar, ekstremitas

biasanya simetris, tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada

fleksi berlawanan, nadi brakialis bilateral sama. Pada BBLR Ekstremitas :

kadang oedema, garis telapak kaki sedikit. Motorik : pergerakan masih

lemah (Wong, 2010).

Penilaian Apgar Score

Pengkajian ini menilai kemampuan laju jantung, kemampuan bernapas,

kekuatan tonus otot, kemampuan reflek dan warna kulit, yang dapat

ditunjukkan dengan Tabel 1. Penilaian Apgar Score ini ditemukan oleh Dr.

Virginia Apgar, penilaian ini dapat dilakukan pada menit pertama setelah

lahir dengan penilaian sebagai berikut: 7-10 (beradaptasi baik), 4-6

(asfiksia ringan hingga sedang) dan 0-3 (asfiksia berat), kemudian penilaian

selanjutnya dilakukan setelah lima menit (Wagiyo, 2016).

19
Tabel 1. Apgar Score

Tanda Klinis 0 1 2

Appearance Biru/pucat seluruh Tubuh: Tubuh dan

(warna kulit) tubuh kemerahan, ekstremitas

ekstremitas: biru merah muda

Pulse (denyut Tidak ada <100 x/menit >100x/menit

jantung)

Grimace Tidak ada refleks Gerakan sedikit Menangis batuk

(seringai/refleks)

Activity (Tonus Lumpuh / lemas Ekstremitas fleksi Gerakan aktif

otot) sedikit

Respiration Tidak ada Lambat, tidak Menangis kuat

(Pernapasan) teratur

Sumber : Wagiyo, 2016

Tabel 2. Pemeriksaan Refleks

Pemeriksaan Cara pengukuran Kondisi normal Kondisi patologis

refleks

Tanda babinski Gores telapak kaki Jari kaki Bila

sepanjang tepi luar, mengembang dan pengembangan

dimulai dari tumit ibu jari kaki jari dorso fleksi

dorosofleksi, setelah umur 2

dijumpai sampai tahun adanya

umur 2 tahun. tanda lesi

20
Lengan ekstensi, ekstrapiramidal.

jari-jari

Moro Ubah posisi dengan mengembang Refleks yang

tiba-tiba atau pukul kepala terlempar menetap lebih dari

meja/tempat tidur kebelakang, 4 bulan, adanya

tungkai sedikit kerusakan otak,

ekstensi, lengan respon tidak

kembali ketengah simetris adanya

dengan tangan hemiparesis,

menggenggam fraktur klavikula

tulang belakang atau cedera

dan ekstremitas fleksus brakialis,

bawah ekstensi. tidak ada respon

Lebih kuat ekstremitas

selama 2 bulan bawah, adanya

menghilang pada dislokasi pinggul

umu 3-4 bulan. atau cedera

medula spinalis.

Menggenggam Letakkan jari Jari-jari bayi Fleksi yang tidak

(palmar garps) ditangan bayi dari melengkung di simetris tidak

sisi ulnar, jika sekitar jari yang menunjukkan

refleks lemah ada di letakkan di adanya paralysis,

atau tidak ada, telapak tangan refleks

berikan bayi bayi dari sisi menggenggam

21
botol/dot, karena ulnar, refleks ini yang menetap

menghisap akan menghilangkan menunjukkan

mengeluarkan pada umur 3-4 gangguan

refleks bulan. serebral.

Rooting Gores sudut mulut Bayi memutar Tidak ada refleks

bayi garis tengah kearah pipi yang menunjukkan

bayi digores, refleks adanya gangguan

ini menghilang neurologi berat.

pada umur 3-4

bulan tetapi tetap

menetap sampai

umur 12 bulan

khususnya selama

tidur.

Mengisap Berikan bayi botol Bayi mengisap Refleks yang

dan dot dengan kuat lemah atau tidak

dalam merespon ada menunjukkan

terhadap kelambatan

stimulus, refleks perkembangan

ini menetap keadaan neurologi

selama masa bayi. yang abnormal.

Sumber : Wagiyo, 2016

2. Diagnosa Keperawatan

22
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah (Nursalam, 2013).

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada bayi berat badan

lahir rendah menurut Wong (2010) adalah sebagai berikut :

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan

neuromuscular, penurunan energi dan keletihan yang ditandai dengan

apnea, pernapasan cuping hidung, sianosis.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

kurang.

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena

imaturitas dan atau penyakit

d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit

imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.

e. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan hipertermi dan

hipotermi.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan Keperawatan meliputi pengembangan strategi desain

untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah- masalah yang

telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

23
dokumentasi. Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan harus

mempunyai beberapa komponen yaitu menetapkan prioritas masalah,

kriteria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian. Komponen-

komponen tersebut sangat membantu pada proses evaluasi keberhasilan

Asuhan Keperawatan yang telah di implementasikan. Kriteria hasil di

susun berdasarkan metode SMART :

S : Spesific (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).

M : Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat di ukur, khususnya

tentang perilaku klien).

A : Acceptable/ achievable (tujuan dapat di terima dan dapat di capai).

R : Reasonable/ reality (Tujuan harus dapat di pertanggung jawabkan

secara ilmiah).

T : Time (Tujuan keperawatan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu)

( Nursalam, 2013).

Menurut Wong (2010), intervensi untuk BBLR adalah sebagai berikut:

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan

neuromuscular, penurunan energi dan keletihan yang ditandai dengan

apnea, pernapasan cuping hidung, sianosis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bayi

tidak terjadi perubahan pola napas.

Hasil yang diharapkan : Pola napas kembali efektif, frekuensi dan pola

napas dalam batas normal, gas darah arteri dan keseimbangan asam

basa dalam batas normal sesuai usia pascakonsepsi, dan oksigenasi

jaringan adekuat.

24
Intervensi :

1) Tempatkan pada posisi telungkup bila mungkin.

Rasional : agar dapat menghasilkan perbaikan oksigenasi, pemberian

makan ditoleransi dengan lebih baik dan lebih mengatur pola tidur/

istirahat.

2) Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan

hidung menghadap ke atas saat bernapas.

Rasional : untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas.

3) Hindari hiperekstensi leher.

Rasional : untuk mengurangi diameter trakea (tuba yang memiliki

diameter sekitar 20-25 mm dan panjang sekitar 10-16 cm).

4) Observasi adanya penyimpangan dari fungsi yang di inginkan, kenali

tanda-tanda distres misalnya menggorok, sianosis, pernafasan cuping

hidung, apnea. Lakukan pengisapan.

Rasional : untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari

nasofaring, trakea dan selang endotrakeal.

5) Pengisapan seperlunya, jangan pernah melakukan pengisapan secara

berlebihan.

Rasional : dapat menyebabkan bronkospasme, bradikardi karena

stimulus saraf vagal hipoksia dan peningkatan tekanan intrakrania,

mempredisposisikan bayi pada hemoragi intraventrikel.

6) Gunakan teknik pengisapan yang tepat.

Rasional : karena pengisapan yang tidak tepat menyebabkan infeksi,

kerusakan jalan nafas, pneumotoraks dan hemoragik intraventrikal.

25
7) Gunakan teknik pengisapan dua orang.

Rasional : karena asisten dapat memberikan hiperoksigenasi dengan

cepat sebelum dan setelah insrasi kateter.

8) Hindari penggunaan posisi trendelenburg.

Rasional : karena dapat meningkatkan TIK dan menurunkan

kapasitas paru akibat dari gravitasi yang mendorong orang ke arah

diafragma.

9) Selama penggantian popok gunakan posisi semi telungkup atau

miring.

Rasional : untuk mencegah aspirasi pada bayi dengan mukus

berlebihan atau yang sedang di beri makan.

10) Pertahankan suhu lingkungan yang aman.

Rasional : suhu lingkungan disekitar bayi yang tidak menentu dapat

mengganggu pernapasan pada bayi.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bayi

tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, nosokomial.

Hasil yang diharapkan : Pertahanan imonologis kembali adekuat.

Intervensi :

1) Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan prosedur.

Rasional : untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.

2) Menjaga kebersihan bayi.

26
Rasional : untuk meningkatkan personal hygiene dan agar

mikroorganisme tidak mudah masuk dalam tali pusat yang masih

basah.

3) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi.

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas

dan atau penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam bayi

mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat.

Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukkan penambahan berat badan

yang mantap (kira-kira 20-30 gr/ hari).

Intervensi :

1) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap dua jam.

Rasional : ibu dapat memproduksi ASI dan kebutuhan nutrisi dapat

terpenuhi.

2) Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : untuk dapat mengetahui jika terjadi penambahan atau

penurunan berat badan pada bayi.

3) Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis

urine dan kondisi membrane mukosa dan fliktuasi berat badan.

Rasional : peningkatan kebutuhan metabolik bayi dapat meningkatkan

kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat mengakibatkan

diaresis pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan

27
untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus dengan hati- hati

untuk menghindari kelebihan cairan.

4) Susukan bayi pada payudara ibu bila pengisapan kuat, serta menelan

dan refleks muntah ada.

Rasional : untuk meminimalkan resiko aspirasi.

5) Ikuti protokol urut untuk meningkatkan volume dan konstansi formula.

Rasional : untuk menghindari intoleransi pemberian makan.

6) Bantu ibu mengeluarkan ASI.

Rasional : untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai

bayi dapat menyusui.

d. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit

imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kulit

bayi tetap bersih dan utuh tanpa adanya tanda-tanda iritasi.

Hasil yang diharapkan : Tidak terjadinya iritasi

Intervensi :

1) Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.

Rasional : mengidentifikasi area potensial kerusakan yang dapat

mengakibatkan sepsis.

2) Berikan perawatan mulut.

Rasional : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir

berkenan dengan tidak adanya masukan oral atau efek kering dari

terapi oksigen.

28
3) Hindari penggunaan agen topical keras : cuci dengan hati- hati

larutkan povidin-iodine sesuai prosedur.

Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit dan kehilangan barier

pelindung epidermal.

4) Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin.

Rasional : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan

dengan edema dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas tonjolan

tulang.

5) Minimalkan penggunaan plester.

Rasional : melepaskan plester dapat juga melepas lapisan epidermis,

karena kohesi antara plester dan korneum stratum lebih kuat dari pada

antara dermis dan epidermis.

6) Memandikan bayi dengan menggunakan sabun ringan.

Rasional : setelah empat hari mengalami beberapa sifat bakterisidal

karena pH asam. Sering menggunakan sabun atau pelembab dapat

meningkatkan pH kulit menurunkan flora normal dan mekanisme

pertahanan ilmiah yang melindungi patogen invasif.

e. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan hipertermi dan

hipotermi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak

terjadi hipotermi.

Hasil yang diharapkan : Suhu tetap dalam batas normal 36,70C - 37,50C,

tidak terjadi sianosis, dan apnea.

Intervensi :

29
1) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : hipotermi membuat bayi cenderung pada stres dingin.

2) Tempatkan bayi pada penghangat inkubator dan dibawah lampu pijar.

Rasional : membantu mencegah stres dingin.

3) Ganti pakaian/ alat tenun tempat tidur bila basah.

Rasional : menurunkan kehilangan suhu melalui evaporasi.

4) Perhatikan adanya apnea dan sianosis.

Rasional : tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meningkatkan

konsumsi oksigen dan kalori serta membuat bayi cenderung pada

asidosis.

5) Ajarkan tentang metode kanguru

Rasional : Menghindari bayi dari hipotermi

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah inisiatif dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Fokus tahap implementasi asuhan

keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi

untuk memahami kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan asuhan

keperawatan meliputi intervensi independen, interdependen dan dependen.

Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari

individu dan masalah yang spesifik. Independen, adalah suatu kegiatan

yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan intruksi dari dokter

atau profesi kesehatan lainnya. Intervensi tersebut merupakan suatu respon

dimana perawat mempunyai kewenangan untuk melakukan asuhan

keperawatan secara pasti berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.

30
Asuhan keperawatan independen terdiri dari tindakan diagnostik, tindakan

yang dilakukan pada saat pengkajian (pengumpulan data) dan digunakan

untuk menegakkan suatu diagnosis keperawatan. Tindakan terapeutik,

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, mencegah, dan mengatasi

masalah klien. Tindakan edukatif (mengajarkan), tindakan ini dilakukan

untuk mengubah prilaku klien melalui tindakan promosi dan pendidikan

kesehatan. Tindakan merujuk, tindakan ini lebih ditekankan pada

kemampuan perawat dalam mengambil suatu keputusan klinik tentang

keadaan klien dan kemampuan perawat untuk bekerja sama dengan profesi

kesehatan lainnya. Interdependen, menjelaskan kegiatan yang memerlukan

kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga sosial, dan

dokter. Dependen, berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan

medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis

dilaksanakan (Nursalam, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan

lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan. Jenis evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis: Evaluasi Berjalan

(Formatif), evaluasi jenis ini dekerjakan dalam bentuk pengisisan format

catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami

klien. Format yang dipakai adalah format SOAP:

31
S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa

yang dirasakan, yang dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

O : Data objektif adalah perkembangan yang bisa diamati dan rawat atau

tim kesehatan lain.

A : Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.

P : Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada

hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya

apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

Evaluasi Akhir (Sumatif), evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara

membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Format yang dipakai

adalah format SOAPIER:

S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa

yang dirasakan, yang dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

O : Data objektif adalah perkembangan yang bisa diamati dan rawat atau

tim kesehatan lain.

A : Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.

P : Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada

hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya

apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

I : Implementasi adalah tindakan yang dilakukaan berdasarkan rencana.

E : Evaluasi adalah penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan

evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.

32
R : Reassesment yaitu bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum

teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses

pengumpulan data subjektif, objektif dan proses analisisnya (Setiadi,

2012).

33
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan neonatus pada bayi I.R dengan berat badan lahir rendah di Desa

Wuwuk Kecamatan Tareran yang dilaksanakan pada tanggal 17 sampai 22 Juli

2020, dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Data Demografi

a. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi I.R

Umur Bayi : 6 hari

Tanggal Lahir/Jam : 11 Juli 2020 Jam : 12.10 WITA

Tanggal Pengkajian : 17 Juli 2020 Jam : 08.00 WITA

Jenis Kelamin : Perempuan

No. Register :-

Keadaan Bayi : Lahir cukup bulan

Saat lahir BB : 2.400 gram PB : 45 cm

LK : 32 cm

Saat dikaji BB : 2.400 gram PB : 45 cm

LK : 32 cm

34
b. Penanggung Jawab

1) Nama Ibu : Ny. I.P

Umur : 28 Tahun

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Ds. Wuwuk Jaga 1 Kec. Tareran, Kab.

Minahasa Selatan

2) Nama Ayah : Tn. C.R

Umur : 34 Tahun

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Ds. Wuwuk Jaga 1 Kec. Tareran, Kab.

Minahasa Selatan

2. Status Gravida

a. P : 1, A : 0 : Usia kehamilan cukup bulan

b. Pemeriksaan Antenatal : 2 kali di puskesmas

c. Imunisasi : TTS 2x di puskesmas

d. Presentasi Bayi : Letak kepala

e. Komplikasi Antenatal : Tidak ada

f. Riwayat Kehamilan : Tidak ada perdarahan, tidak ada

35
pre eklamsia, dan tidak ada penyakit

kelamin

g. Pola kebiasaan waktu hamil : Makan 3x sehari, jenis makanan nasi,

ikan, sayur, nafsu makan baik. Tidak

mengonsumsi obat-obatan dan tidak

merokok.

3. Riwayat Persalinan Sekarang

a. Apgar Score

Tabel 4. Apgar Score

Tanda 0 1 2 Menit Menit

Klinis pertama kelima

Denyut Tidak ada <100 >100 2 2

nadi

Usaha Tidak ada Lambat Menangis 1 2

bernapas kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan 1 2

sedikit aktif

fleksibel

Reflex Tidak Gerakan Reaksi 1 1

bereaksi sedikit melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh Kemerahan 2 2

kemerahan

tangan/kaki

36
kebiruan

Jumlah 7 9

Apgar score : menit pertama 7 dan menit ke dua 5

b. Persalinan : Operasi SC dengan indikasi jalan lahir

kecil

c. Ditolong oleh : Dokter

d. Ketuban : Ketuban di pecahkan saat operasi

e. Komplikasi

Ibu : Tidak ada

Bayi : Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum : Baik

Tanda-tanda Vital : SB : 36⸰C N : 142x/m

RR : 42x/m

b) Pemeriksaan fisik secara sistematis

1) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bulat kepala lebih besar

daripada badan, tidak ada benjolan, tidak

ada caput succedeum, tidak ada chepal

hematoma, rambut tipis dan halus, sutura

lebar dan terdapat lanugo di seluruh tubuh.

Palpasi : Ubun-ubun masih teraba lunak.

37
2) Mata

Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, sclera tidak icterus,

refleks pupil ada.

3) Telinga

Inspeksi : Tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan,

posisi puncak pinna lurus dengan bagian

luar katus mata, daun telinga elastis.

4) Hidung

Inspeksi : Pernafasan baik, bayi bernafas dengan

hidung, tidak ada sekret.

5) Mulut

Inspeksi : Tenggorokan utuh, palatum utuh, mukosa

mulut bibir, refleks menghisap masih

lemah.

6) Leher

Inspeksi : Leher pendek, terdapat lipatan kulit di

leher.

7) Dada

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, putting susu belum

terbentuk sempurna, dinding thorak elastis.

Auskultasi : Suara napas normal, bunyi jantung S1 dan

S2 lup dup, tidak ada bunyi jantung

tambahan, RR : 42 x/menit, HR : 142

x/menit .

38
8) Abdomen

Inspeksi : Tali pusat belum terlepas, tali pusat

terbungkus dengan kassa steril, abdomen

datar dan lemas, kulit perut tipis, dan

pembulih darah kelihatan.

9) Genetalia

Inspeksi : Jenis kelamin perempuan, klitoris

menonjol, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora, labia mayora belum

berkembang.

10) Anus

Inspeksi : Terdapat anus, dan lubang anus ada.

11) Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : Sepuluh jari-jari tangan dan kaki lengkap,

simetris kiri dan kanan, tidak ada cacat

bawaan dan tidak ada edema.

12) Kulit

Inspeksi : Kulit masih terlihat tipis, berwarna merah

muda dan terdapat lanugo ditepian lengan.

c) Pemeriksan Refleks

Refleks Babinski : (+) terdapat refleks babinski pada bayi

Refleks Morro : (+) bayi terkejut saat dikejutkan.

Refleks Menggenggam : (+) bayi menggenggam saat diberikan jari.

Refleks Rooting : (+) bayi mencari jari saat didekatkan.

39
Refleks Menghisap : (+) refleks menghisap masih lemah.

5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

6. Terapi Medis

a. Perawatan tali pusat

7. Pengelompokan Data

Data Subjektif :-

Data Objektif :

a. Berat badan 2.400 gram

b. Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

c. Tali pusat belum terlepas

d. Kulit masih tipis

e. Kulit masih berwarna merah muda

f. Refleks menghisap masih lemah

g. SB : 36⸰C

8. Analisa Data

Tabel 5. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : - Refleks/kemampuan Resiko

DO : - BB : 2.400 gram menghisap, menelan ketidakseimbangan

- Refleks rendah nutrisi kurang dari

menghisap kebutuhan tubuh

masih lemah Digesti rendah

Resiko nutrisi kurang dari

40
kebutuhan tubuh

DS : - Pusat pengaturan suhu Termoregulasi tubuh

DO : - Kulit masih tipis imatur tidak efektif

- Kulit masih

berwarna merah Penurunan kontrol suhu

muda

- SB 360 C Termoregulasi tubuh tidak

efektif

DS : - Prematuritas Resiko infeksi

DO : - Tali pusat

terbungkus dengan Penurunan daya tahan

kassa steril tubuh

- Tali pusat belum

Terlepas Resiko infeksi

DS : - Prematuritas Resiko gangguan

DO : - Kulit masih tipis integritas kulit

- kulit berwarna Kulit halus mudah lecet

merah mudah

Resiko gangguan

integritas kulit

41
B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas

dan atau penyakit.

2. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan hipertermi dan

hipotermi.

3. Resiko infeksi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

kurang.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit

imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.dan atau

penyakit

Tabel. 6 C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan

Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

1. DS : - Setelah 1. Anjurkan ibu 1. Ibu dapat

DO : dilakukan untuk memproduksi ASI

- BB: 2.400 tindakan menyusui dan kebuutuhan

gram keperawatan bayinya. nutrisi dapat

- Refleks selama 6x24 jam terpenuhi.

menghisap masalah nutrisi 2. Timbang berat 2. Untuk dapat

masih lemah teratasi dengan badan setiap mengetahui jika

Hasil yang hari. terjadi

42
diharapkan : penambahan atau

Bayi penurunan berat

menunjukkan badan pada bayi.

penambahan 3. Kaji tingkat 3. Peningkatan

berat badan dehidrasi, kebutuhan

yang mantap. perhatikan metabolik bayi

fontanel, turgor dapat

kulit, berat meningkatkan

jenis urine dan kebutuhan cairan.

kondisi Keadaan bayi

membrane hiperglikemia

mukosa dan dapat

fliktuasi berat mengakibatkan

badan. diaresis pada bayi.

4. Susukan bayi 4. Pemberian cairan

pada payudara intravena

ibu bila mungkin

pengisapan diperlukan untuk

kuat, serta memenuhi

menelan dan peningkatan

refleks muntah kebutuhan, tetapi

ada. harus dengan hati-

hati untuk

menghindari

43
kelebihan cairan.

5. Ikuti protokol 5. Untuk

urut pemberian meminimalkan

makan untuk resiko aspirasi.

meningkatkan

volume dan

konstansi

formula.

6. Bantu ibu 6. Untuk

mengeluarkan menciptakan dan

ASI. mempertahankan

laktasi sampai

bayi dapat

menyusui.

7. Berikan HE 7. Agar ibu klien

tentang ASI mengetahui

eksklusif dan pentingnya ASI

HE mengenai eksklusif untuk

COVID-19. bayi, dan keluarga

juga mengetahui

penanganan

COVID-19.

44
2. Termoregulasi Setelah 1. Observasi 1. Hipotermi

tubuh tidak dilakukan tanda-tanda membuat bayi

efektif tindakan vital. cenderung pada

berhubungan keperawatan stres dingin.

dengan selama 6x24 2. Tempatkan 2. Membantu

hipertermi dan jam tidak bayi pada mencegah stres

hipotermi, terjadi penghangat dingin

yang ditandai hipotermi inkubator dan

dengan : dengan kriteria dibawah lampu

hasil tidak pijar.


DS : -
terjadi 3. Ganti 3. Menurunkan
DO :
hipotermi. Suhu pakaian/alat kehilangan suhu
- Kulit masih
tetap dalam tenun tempat melalui
tipis
batas normal tidur bila evaporasi.
- Kulit masih
36,70C - 37,50C basah.
berwarna
,tidak terjadi 4. Perhatikan 4. Tanda-tanda ini
merah muda
apnea, dan adanya apnea menandakan
- SB : 35.90 C
sianosis. dan sianosis. stres dingin,

yang

meningkatkan

konsumsi

oksigen dan

kalori serta

membuat bayi

45
cenderung pada

asidosis

5. Ajarkan 5. Menghindari

tentang metode bayi dari

kanguru hipotermi

46
3. Resiko infeksi Setelah 1. Pastikan 1. Untuk

berhubungan dilakukan bahwa semua meminimalkan

dengan tindakan pemberi pemajanan pada

pertahaanan keperawatan perawatan organisme

imunologis selam 6x24 jam mencuci infektif.

yang kurang, bayi tidak tangan

yang ditandai menunjukkan sebelum dan

dengan : tanda-tanda sesudah

DS : - infeksi, melakukan

DO : nosokomial. prosedur.

- Tali pusat Hasil yang di 2. Menjaga 2. Untuk

terbungkus harapkan : kebersihan meningkatkan

dengan pertahanan bayi. personal hygiene

kassa steril imunologis dan agar

- Tali pusat kembali mikroorganisme

belum adekuat. tidak mudah

terlepas masuk dalam tali

pusat yang masih

basah.

3. Observasi 3. Untuk

tanda-tanda mengetahui

vital. adanya tanda-

tanda infeksi.

4. Resiko Setelah 1. Inspeksi kulit, 1. Mengidentifikasi

47
gangguan dilakukan perhatikan area potensial

integritas kulit tindakan area kerusakan yang

berhuungan keperawatan kemerahan dapat

dengan selama 6x24 atau tekanan mengakibatkan

struktur kulit jam kulit bayi sepsis.

imatur, tetap bersih dan 2. Berikan 2. Membantu

immobilitas, utuh tanpa perawatan mencegah

penurunan adanya tanda- mulut. kekeringan dan

status nutrisi, tanda iritasi. pecah pada bibir

prosedur Hasil yang berkenan dengan

invasif, yang diharapkan : tidak adanya

ditandai tidak terjadinya masukan oral

dengan : iritasi atau efek kering

DS : - dari terapi

DO : oksigen.

- Kulit masih 3. Hindari 3. Membantu

tipis penggunaan mencegah

- Kulit agen topical kerusakan kulit

berwarna keras : cuci dan kehilangan

merah muda dengan hati- barier pelindung

hati larutkan epidermal

povidon-

iodine sesuai

prosedur

48
4. Berikan 4. Membantu

latihan mencegah

rentang gerak, kemungkinan

perubahan nekrosis

posisi rutin berhubungan

dengan edema

dermis atau

kurangnya lemak

subkutan diatas

tonjolan tulang.

5. Minimalkan 5. Melepaskan

penggunaan plester dapat

plester. juga melepas

lapisan

epidermis,

karena kohesi

antara plester

dan korneum

stratum lebih

kuat dari pada

antara dermis

dan epidermis.

6. Memandikan 6. Setelah empat

bayi dengan hari mengalami

49
menggunakan beberapa sifat

sabun ringan. bakterisidal

karena pH asam.

Sering

menggunakan

sabun atau

pelembab dapat

meningkatkan

pH kulit

menurunkan

flora normal dan

mekanisme

pertahanan

ilmiah yang

melindungi

patogen invasif.

Tabel. 7 D. Implementasi Keperawatan

Hari/tanggal No. Implementasi Hasil

/jam Diagnosa

Jumat, I

17-07-2020

08.10 1. Memonitor tingkat 1. Tidak ada tanda—

50
dehidrasi, perhatikan tanda dehidrasi seperti

turgor kulit kulit kering dan ubun-

ubun cekung, turgor

kulit baik

08.34 2. Memberikan bayi 2. Refleks menghisap

susu formula 20cc dan menelan susu

melalui dot untuk yang diberikan baik,

merangsang refleks susu dihabiskan 15cc

menghisap dan

menelan

08.15 II 1. Mengobservasi 1. SB : 36⸰C

tanda-tanda vital N : 142 x/menit

bayi R : 42 x/menit

08.28 2. Mengganti pakaian 2. Pakaian sudah diganti

bayi karena sudah

BAK

08.32 3. Memperhatikan 3. Tidak adanya apnea

adanya apnea dan dan sianosis

sianosis.

08.04 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum dan tangan dilakukan dan

sesudah melakukan tangan menjadi

tindakan perawatan bersih

08.07 2. Menjaga kebersihan 2. Bayi tampak bersih

51
bayi

08.36 IV 1. Memperhatikan kulit 1. Tidak ada tanda-tanda

aoakah ada tanda- kemerahan karena

tanda kemerahan tekanan

08.40 2. Mengubah posisi 2. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

Sabtu, I 1. Memonitor tingkat 1. Tidak ada tanda-tanda

18-07-2020 dehidrasi, perhatikan dehidrasi seperti kulit

turgor kulit bayi kering, ubun-ubun

cekung, turgor kulit

baik

2. Menimbang berat 2. Berat badan 2.600

badan bayi gram

3. Menganjurkan ibu 3. Ibu belum memiliki

untuk memberi ASI ASI

4. Memberikan susu 4. Bayi menghabiskan

formula 20cc pada susu formula 20cc

bayi melalui dot

5. Memberikan HE 5. Ibu tentang pentingnya

tentang ASI ASI eksklusif dan

eksklusif dan keluarga mengetahui

COVID-19 penanganan COVID-

19

52
08..18 II 1. Mengobservasi 1. SB : 36,2⸰C

tanda-tanda vital N : 140 x/menit

08.25 bayi R : 42 x/menit

2. Memperhatikan 2. Tidak adanya apnea

adanya apnea dan dan sianosis

sianosis.

08.14 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum dan tangan dilakukan dan

sesudah melakukan tangan menjadi bersih

tindakan perawatan 2. Bayi tampak bersih

08.16 2. Menjaga kebersihan

bayi

08.28 IV 1. Memperhatikan kulit 1. Tidak ada tanda-tanda

bayi apakah ada kemerahan karena

tanda-tanda tekanan

kemerahan

08.33 2. Mengubah posisi 2. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

53
Minggu, I 1. Menimbang berat 1. Berat badan 2.670

19-07-2020 badan bayi gram

2. Memberikan susu 2. Bayi menghabiskan

formula 20cc pada susu formula 20cc

bayi melalui dot

3. Memonitor tingkat 3. Tidak ada tanda-tanda

dehidrasi, perhatikan dehirasi seperti kulit

turgor kulit bayi kering dan ubun-ubun

cekung, turgor kulit

baik

4. Membantu ibu 4. ASI belum keluar

mengeluarkan ASI

10.15 II 1. Mengobservasi 1. SB : 36,2⸰C

10.20 tanda-tanda vital N : 140 x/menit

bayi R : 40 x/menit

2. Memperhatikan 2. Tidak adanya apnea

10.38 adanya apnea dan dan sianosis

sianosis

3. Mengganti pakaian 3. Pakaian sudah diganti

bayi karena sudah

BAB

10.10 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum dan tangan dilakukan dan

54
sesudah melakukan tangan menjadi

tindakan perawatan bersih

10.25 2. Menjaga kebersihan 2. Bayi tampak bersih

bayi

10.48 IV 1. Mengubah posisi 1. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

10.42 2. Memperhatikan kulit 2. Tidak ada tanda-tanda

bayi apakah ada kemerahan kerena

tanda-tanda tekaanan

kemerahan

Senin, I 1. Menimbang berat 1. Berat badan bayi 2.720

20-07-2020 badan bayi gram

2. Membantu ibu 2. ASI belum keluar

mengeluarkan ASI

3. Memberikan susu 3. Bayi menghabiskan

formula 20cc pada susu formula 20cc

bayi melalui dot

08.15 II 1. Mengobservasi 1. SB : 36⸰C

08.25 tanda-tanda vital N : 140 x/menit

bayi R : 42 x/menit

2. Memperhatikan 2. Tidak adanya apnea

09.05 adanya apnea dan dan sianosis

55
sianosis

3. Mengganti pakaian 3. Pakaian sudah diganti

bayi karena sudah

BAB

08.10 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum tangan dilakukan dan

dan sesudah tangan menjadi bersih

melakukan tindakan

perawatan

08.30 2. Menjaga kebersihan 2. Bayi tampak bersih

bayi

08.34 IV 1. Memperhatikan kulit 1. Tidak ada tanda-tanda

bayi apakah ada kemerahan karena

tanda-tanda tekanan

kemerahan

09.12 2. Mengubah posisi 2. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

Selasa, I 1. Menimbang berat 1. Berat badan 2.770

21-07-2020 badan bayi gram

2. Memberikan susu 2. Bayi menghabiskan

formula 20cc pada susu formula 20cc

bayi melalui dot

3. Membantu ibu 3. Membantu ibu

56
mengeluarkan ASI mengeluarkan ASI

08.10 II 1. Mengobservasi 1. SB : 36,2⸰C

08.34 tanda-tanda vital N : 142 x/menit

bayi R : 42 x/menit

2. Memperhatikan 2. Tidak adanya apnea

adanya apnea dan dan sianosis

sianosis

08.05 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum dan tangan dilakukan dan

sesudah melakukan tangan menjadi

tindakan perawatan bersih

08.20 2. Menjaga kebersihan 2. Bayi tampak bersih

bayi

08.30 IV 1. Memperhatikan kulit 1. Tidak ada tanda-tanda

bayi apakah ada kemerahan karena

tanda-tanda tekanan

kemerahan

08.38 2. Mengubah posisi 2. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

Rabu, I 1. Menimbang berat 1. Berat badan 2810

22-07-2020 badan bayi gram

2. Membantu ibu 2. ASI belum keluar

57
mengeluarkan ASI

08.15 II 1. Mengobservasi tanda- 1. SB : 36⸰C

10.10 tanda vital bayi N : 140 x/menit

2. Memperhatikan R : 42 x/menit

adanya apnea dan 2. Tidak adanya apnea

sianosis dan sianosis

08.05 III 1. Mencuci tangan 6 1. Tindakan mencuci

langkah sebelum dan tangan dilakukan dan

sesudah melakukan tangan menjadi bersih

tindakan perawatan

08.10 2. Menjaga kebersihan 2. Bayi tampak bersih

bayi

08.25 IV 1. Memperhatikan kulit 1. Tidak ada tanda-tanda

bayi apakah ada kemerahan karena

tanda-tanda tekanan

kemerahan

08.30 2. Mengubah posisi 2. Agar bayi merasa

bayi dengan cara nyaman dan

miring kiri/ kanan mengurangi tekanan

58
Tabel. 8 E. Evaluasi Keperawatan

Hari Tanggal/ No. Dx EVALUASI

Jam

Jumat, I S:-

17-07-2020 O : - BB: 2.400 gram

- Refleks menghisap masih lemah

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

08.10 III S:-

O : - Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

- Tali pusat belum terlepas

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

08.42 IV S:-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

59
A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

Sabtu, I S:-

18-07-2020 O : - BB: 2.600 gram

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

08.27 II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36,2⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

08.13 III S:-

O : - Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

- Tali pusat belum terlepas

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

08.25 IV S:-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

60
P : Pertahankan intervensi

Minggu, I S:-

19-07-2020 O : - BB: 2.670 gram

- Berat badan bertambah 70 gram

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

10.40 II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36,2⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

10.27 III S:-

O : - Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

- Tali pusat belum terlepas

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

61
10.45 IV S:-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

Senin, I S:-

20-07-2020 O : - BB: 2.720 gram

- Berat badan bertambah 50 gram

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

08.27 II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

08.32 III S:-

O : - Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

- Tali pusat belum terlepas

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

62
09.14 IV S:-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

Selasa, I S:-

20-07-2020 O : - BB: 2.770 gram

- Berat badan bertambah 50 gram

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

08.36 II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36,2⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

08.22 III S:-

O : - Tidak ada tanda-tanda infeksi

- Tali pusat terbungkus dengan kassa steril

- Tali pusat belum terlepas

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

08.40 IV S:-

63
O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

Rabu, I S:-

21-07-2020 O : - BB: 2.810 gram

- Berat badan bertambah 40 gram

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

A : Nutrisi seimbang, masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

10.12 II S :-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

- SB : 36⸰C

A : Termoregulasi efektif

P : Pertahankan intervensi

08.12 III S:-

O : - Tidak ada tanda-tanda infeksi

- Tali pusat sudah terlepas

A : Resiko infeksi tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

08.32 III S:-

O : - Kulit masih tipis

- Kulit berwarna merah muda

64
A : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi

P : Pertahankan intervensi

65
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan

pelaksanaan asuhan keperawatan untuk menganalisa adanya masalah-masalah

yang terdapat pada teori atau tidak. Demikian, penulis melakukan asuhan

keperawatan pada bayi I.R di Desa Wuwuk Kecamatan Tareran mulai tanggal 17

sampai 22 Juli 2020. Untuk dapat memudahkan pembahasan, maka penulis akan

membahas berdasarkan tahap-tahap proses keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pada tahap ini, penulis melakukan pengkajian/ pengumpulan data dari

keluarga bayi sejak bayi di rawat di rumah dengan menggunakan metode

wawancara/ anamnesa dan pemeriksaan fisik secara khusus pada bayi berat

badan lahir rendah. Selanjutnya data-data tersebut dikelompokkan, dianalisa

dan dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Pada kasus, penulis

mendapatkan data seperti : BB 2.400 gram, bayi dirawat di rumah, tali pusat

masih basah, tali pusat belum terlepas, bentuk kepala bulat, kepala lebih

besar daripada badan, tidak ada benjolan, tidak ada caput succedeum, tidak

ada chepal hematoma, rambut tipis dan halus, sutura lebar, terdapat lanugo di

seluruh tubuh, ubun-ubun masih teraba lunak, mata simetris kiri dan kanan,

sclera tidak icterus, refleks pupil ada, telinga simetris kiri dan kanan, tidak

ada serumen, posisi puncak pinna lurus dengan bagian luar katus mata, daun

telinga elastis, pernafasan baik, bayi bernafas dengan hidung, tenggorokan

utuh, palatum utuh, mukosa bibir lembab, ada refleks rooting, refleks

menghisap masih lemah, leher pendek, terdapat lipatan kulit dileher, putting

66
susu belum terbentuk sempurna, dinding thoraks elastis, pernafasan

abdominal, jenis kelamin perempuan, klitoris menonjol, labio minora belum

tertutup oleh labia mayora, labia mayora belum berkembang, terdapat anus,

jari-jari tangan dan kaki lengkap, kulit masih terlihat tipis, berwarna merah

muda dan terdapat lanugo ditepian lengan. Menurut teori secara umum bayi

dengan berat badan lahir rendah akan ditemukan data seperti BB < 2500

gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, kepala bayi lebih besar daripada badan,

rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga, dinding thorax elastis,

putting susu belum terbentuk, distensi abdomen, kulit perut tipis, pembuluh

darah kelihatan dan pergerakan masih lemah. Melalui hasil pengkajian,

penulis dapat menyimpulkan baahwa data dikumpulkan pada kasus itu

hamper seluruhnya sama dengan teori dan tanda gejala yang lain akan

muncul apabila tidak ditangani dengan baik.

B. Diagnosa Keperawatan

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang timbul pada bayi dengan

BBLR ada 5 (lima) yaitu pola napas tidak efektif berhubungan dengan

imaturitas paru dan neuromuscular, penurunan energi dan keletihan, resiko

infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang, resiko

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit, resiko gangguan

integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur, imobilitas,

penurunan status nutrisi, prosedur invasive, termoregulasi tubuh tidak efektif

berhubungan dengan hipertermi dan hipotermi. Sedangkan pada studi kasus

ini penulis hanya menemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan sesuai dengan

67
teori yaitu Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas

dan atau penyakit yang ditandai dengan : BB : 2.400 gram, bayi mengisap

masih lemah. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan

hipertermi dan hipotermi yang ditandai dengan : pusat pengatur suhu imatur.

Resiko infeksi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

kurang, yang ditandai dengan faktor resiko : penurunan daya tahan tubuh.

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,

imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.dan atau penyakit yang

ditandai dengan faktor resiko : prematuritas. Penulis tidak mengangkat 1

(satu) diagnosa lainnya yang ada dalam teori, karena penulis tidak

menemukan data-data yang dapat menunjang diagnosa tersebut.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan

beberapa komponen yaitu penentuan prioritas, penentuan tujuan dan kriteria

hasil dengan menggunakan metode SMART, yaitu S : Spesific yang artinya

kriteria berisi tujuan yang spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M :

Measurable yang artinya dapat terukur, A : Achievable yang artinya tujuan

harus dicapai, R : Reasonable yang artinya dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah, T : Time yang artinya tujuan keperawatan tercapai dalam

jangka waktu yang ditentukan. Waktu yang direncanakan pada tujuan adalah

6 hari perawatan, agar bisa terlihat jelas apakah pelaksanaan tindakan

keperawatan berhasil atau tidak. Intervensi yang diterapkan penulis

disesuaikan dengan masalah yang ada pada bayi yaitu 4 (empat) diagnosa

68
keperawatan, walaupun ada beberapa yang tidak dimasukkan lagi karena di

sesuaikan dengan situasi yang ada. Pada perencanaan keperawatan ada

intervensi yang tidak berdasarkan teori tapi di tambahkan penulis yaitu

Health Education tentang pemberian ASI eksklusif dan penanganan COVID-

19. Penulis merasa bahwa walaupun subjek penelitian adalah bayi namun

dianggap perlu untuk memberikan Health Education pada ibu, karena yang

merawat bayi adalah ibunya. Penulis juga memberikan Health Education

tentang COVID-19 karena disesuaikan dengan situasi pandemic saat ini.

D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap implementasi, penulis melaksanakan asuhan keperawatan

sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat, dan mulai melaksanakan

fungsi mandiri keperawatan. Dalam proses implementasi ini penulis

menemukan sedikit hambatan karena fasilitas yang kurang memadai

sehubungan dengan masa pandemic COVID-19 ini, namun walaupun

demikian penulis tetap dapat melakukan kegiatan keperawatan dengan

menggunakan fasilitas yang ada. Dalam proses keperawatan, penulis juga

mendapat respon dan kerjasama yang baik dari keluarga.

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses

keperawatan dengan cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi keperawatan penulis

menggunakan evaluasi formatif dengan menggunakan SOAP (Subjektif,

Objektif, Assesment, Planning), yang dilaksanakan berdasarkan jangka waktu

yang ditetapkan dalam tujuan keperawatan. Setelah dilakukan tindakan

69
pemberian asuhan keperawatan selama 6 (enam) hari, penulis tidak

menemukan masalah baru yang muncul, dari 4 (empat) diagnosa keperawatan

yang ditentukan pada kasus bayi I.R yaitu : Resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh teratasi karena setelah dilakukan evaluasi tidak

terjadi penurunan berat badan dan berat bayi bertambah setiap hari dengan

total penambahan sebanyak 210 gram, termoregulasi efektif karena setelah

dievaluasi suhu badan bayi dalam keadaan normal, resiko infeksi tidak terjadi

karena tidak ada tanda-tanda infeksi, dan resiko gangguan integritas kulit

tidak terjadi karena tidak terdapat tanda-tanda iritasi pada kulit bayi.

Untuk tercapainya asuhan keperawatan pada bayi, dibutuhkan kerja

sama yang baik dengan keluarga klien, serta asuhan keperawatan dilakukan

dengan tepat dan benar agar ada kepuasan serta saling percaya antara perawat

dan keluarga.

70
BAB V

PENUTUP

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi I.R dengan Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Desa Wuwuk Jaga 1 Kecamatan Tareran

Kabupaten Minaahasa Selatan pada tanggal 17 sampai 22 Juli 2020 maka penulis

menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang dilaksanakan penulis memperoleh data, yaitu : Data

Objektif : Berat badan 2.400 gram, refleks menghisap masih lemah, Suhu

Badan : 36⸰C, tali pusat terbungkus dengan kassa steril, tali pusat belum

terlepas, kulit masih tipis, kulit masih berwarna merah muda. Faktor resiko

yaitu : refleks/kemampuan menghisap dan menelan masih lemah, pusat

pengatur suhu imatur, prematuritas dan penurunan daya tahan tubuh.

2. Penulis menegakkan 4 (empat) diagnosa keperawatan dari 5 (lima)

diagnosa keperawatan secara teori, resiko ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit, termoregulasi tubuh

tidak efektif berhubungan dengan hipertermi dan hipotermi, resiko infeksi

infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang, resiko

gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,

imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif.dan atau penyakit.

3. Penulis menyusun perencanaan keperawataan disusun berdasarkaan teori

yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

71
4. Dalam melakukan implementasi, keluarga kooperatif dalam program

perawatan, semua tindakan mandiri dilakukan, sedangkan tindakan

kolaborasi dilaksanakan berdasarkan hasil kolaborasi dengan tim medis.

Tapi tidak semua perencanaan keperawatan dilakukan, karena disesuaikan

dengan kondisi dan fasilitas yang ada ditempat penulis.

5. Pada evaluasi semua masalah keperawatan tidak terjadi, demikian juga

dengan 4 (empat) diagnosa keperawatan lainnya tidak terjadi yaitu resiko

ketidakseimbangan nutrisi, termoregulasi tidak efektif, resiko infeksi, dan

resiko gangguan integritas kulit.

6. Semua tahap-tahap dari proses keperawatan ini telah didokumentasi sesuai

dengan ketentuan.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan dan ilmu

pengetahuan keperawatan dengan menambah fasilitas literature di

perpustakaan dan laboratorium serta mempersiapkan calon tenagan

keperawatan yang professional dalam menerapkaan pelayanan asuhan

keperawatan di lapangan kerja lainnya.

2. Bagi perawat dan peneliti sselanjutnya

Hendaknya perawat atau peneliti selanjutnya lebih terampil dan memiliki

cara kerja yang profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan di

lapangan kerja khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan dengan

berat badan lahir rendah.

72
73
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, Reni dan Dwi Ertiana. 2018. Anemia dalam Kehamilan. Jember: CV.
Pustaka Abadi

BPS, 2018. Internet. Badan Pusat Statistik Kota Tomohon.


https://tomohonkota.bps.go.id, diakses pada tanggal 15 Januari 2010

Mendri, 2015. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit & Bayi Risiko Tinggi.
I-Yogyakarta
Nursalam, 2013. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Kemenkes RI, 2018. Internet. Laporan Nasional Riskesdas : Badan Penelitian


Dan Pengembangan Kesehatan,
http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/201
8/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf, diakses pada tanggal 13
Januari 2020

Setiadi, 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.


Yogyakarta

Sembiring, 2019. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Sleman:
Deepublish Publisher

Undang-Undang RI Tentang Keperawatan No 38 Tahun 2014. Internet.


https://www.google.com/search?q=undang+undang+ri+no+38+tahun+201
4+tentang+keperawatan&oq=undang&aqs=chrome.0.69i59j69i57j0l2.223
6j0j7&client=ms-android-samsung-ga-rev1&sourceid=chrome-
mobile&ie=UTF-8, diakses pada tanggal 06 Januari 2020
Wagiyo, 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir,
Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: Andi.

Walyani dan Purwoastuti, 2015. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Wong L. Donna, 2010. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:


EGC.

World Health Organisation, 2016. Internet. https://ppmrs.org/aktualisasi-


keselamatan-bayi-bblr-di-rumah-sakit, di akses pada tanggal 06 Januari
2020.

74

Anda mungkin juga menyukai