Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BBLR (BERAT BADAN


LAHIR RENDAH)

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Proses Penilaian


Salah Satu Mata Ajar Keperawatan Anak

Dosen Pengampu : Ns. Zuhrotul Eka Yulis, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh: Kelompok 1


Dwi Indriani Damayanti NIM. 1811012003
Yanita Dewi Ayu Wardani NIM. 1811012008
Miftachul Safii NIM. 1811012010
Seby Prasasti Ritaningsih NIM. 1811012015

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, serta
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)” ini
dengan sebaik-baiknya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Ns. Zuhrotul
Eka Yulis, S.Kep., M.Kes selaku pementoring dan dosen mata kuliah
Keperawatan Anak di Universitas Muhammadiyah Jember Fakultas Ilmu
Kesehatan yang telah memberikan saran serta bimbingan kepada kami.
Kami berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada anak dengan berat badan lahir rendah.Kami juga
menyadari bahwa di dalam proposal ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran, kritik, dan usulan demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya terutama perawat dan tenaga kesehatan lainnya karena perawatan
pada anak dengan berat badan lahir rendah butuh penanganan khusus dan tepat.
Sekiranya proposal yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri
serta orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan proposal ini.

Jember, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1


A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3
A. Konsep Medis.................................................................................................3
B. Asuhan Keperawatan......................................................................................16
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................43
A. Kesimpulan.....................................................................................................43
B. Saran ..............................................................................................................43
Daftar Pustaka.......................................................................................................44

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor resikoyang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuhkembang selanjutnya, sehingga membutuhkan
biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angkakematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi,maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),
sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar
459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005).
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematianneonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam proposal ini antara lain:
1. Apa definisi dari BBLR?
2. Apa etiologi dari BBLR?
3. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari BBLR?
4. Apa gambaran klinis dari BBLR?
5. Bagaimana penatalaksanaan (medika mentosa) dari BBLR?
6. Apa saja pemeriksaan laboatorium yang dilakukan untuk BBLR?
7. Bagaimana asauhan keperawatan pada BBLR?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam proposal ini sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari BBLR.
2. Menyebutkan etiologi dari BBLR.
3. Menjelaskan patofisiologi dan WOC dari BBLR.
4. Menyebutkan gambaran klinis dari BBLR.
5. Menjelaskan penatalaksanaan (medika mentosa) dari BBLR.
6. Mengetahui pemeriksaan laboratorium dari BBLR.
7. Mengetahui asuhan keperawatan dari BBLR

D. Manfaat
Dengan disusunnya proposal ini diharapkan dapat memberi manfaat pada
pembaca khususnya dunia kesehatan untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan berat badan lahir rendah.Bahwasannya anak
dengan berat badan lahir rendah rentan atau berisiko sekali untuk terjadi masalah-
masalah yang dapat memperburuk kondisi si anak, oleh sebab itu perlu
penanganan yang khusus dan tepat.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram (Mahayana, 2015). Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Bayi yang berada dibawah
persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan.
Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari
badannya, kulit tipis, trasnparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah
dan jarang.
2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia
kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi 3,
yaitu:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500
gram sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

2. Etiologi

3
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010) dalam (Wardah, 2015), yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preeklamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), dan penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia< 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran terlalu dekat atau pendek (kkurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi terdpat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
c) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solution
plasenta, sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.

4
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama
pada bayi BBLR Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
5. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori

5
WOC BBLR
Fc resiko Kebiasaan Hidramnion Penyakit Kehamilan
ibu:malnutrisi merokok penyerta ganda
pada ibu hamil kehamilan

Hipoksia janin & Air ketuban > 2


vasokontriksi lliter Penegangan uterus
Kekurangan Kekurangan lemak
asupan protein khususnya omega yang berlebihan
Terganggunya oleh besarnya
(minggu ke 24-44) 3&6
Suplai darah ke proses fisiologis janin
Pengaliran air
plasenta menurun metabolisme 2 plasenta & air
ketuban
Mengurangi inti DNA & pertukaran gas ketuban yang
Ketidakseimbangan Ibu sehat terganggu
RNA pada janin lebih banyak
Mengganggu profil asam hormonal/penyerapan
lemak sehingga transfer tubuh kurang baik
zat gizi ke ibu terganggu Transportasi Keracunan
Konsentrasu faktor asam lemak ke kehamilan
Transfer lemak ke janin plasenta 40 %
pertumbuhan & produksi
tidak sempurna
neurotransmitter
Gangguan
Pertumbuhan janin transportasi lemak
Pertumbuhan terlambat ke plasenta
janin terhambat

Prematur

BBLR

6
B1 B2 BBLR B3 B4

Pernafasan Termoregulasi Persyarafan


Sistem
Deff.surfa Otot pernafasan Cadangan Pusat Aktivi perkemihan
ktan lemah lemak pengatura tas Imaturitas ginjal
subkutan, n suhu otot↓
Daya kembang paru↓ lemak SSP blm Usia gestasi
coklat << sempurna GFR tidak
Apnea,asfiksia,SGN
mencukupi
P↑
kehilangan Refleks Oliguria
Hipoksia,hipertensi, menggigil (-) Fungsi
panas tbh
hiperkapnia ginjal relatif
MK: Gangguan buruk
MK: MK: eliminasi urine
Ketidakefektifan Hipotermi
pola napas Hipernatremia Hiperkalemia
Produksi
urin sedikit
Na+ dlm sel Fungsi otot,
Ketidakmampuan ginjal saraf &
mengekskresikan beban jantung
cairan Rasa haus

Aliran
Asupan makan tidak adekuat
listrik
Kehilangan cairan karena diare,
jantung
demam & muntah

MK: Risiko Kematian


ketidakseimbangan
7 elektrolit
BBLR B8 B6
B5

Pencernaan Tidak adekuatnya Muskuloskeletal


reflek hisap bayi

Motilitas usus Volume Enzim Imaturitas organ Lemak Malnutrisi


menurun lambung << cerna << pencernaan Intake ASI subkutan tipis
menurun
Kelemahan
Suhu tubuh & otot
Waktu
pengosangan udara berbeda
MK:
lambung ketidakefektifan
pemberian ASI
Risiko
hipotermi
Ggn.
Pencernaan dan
penyerapan

MK:
ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

8
BBLR
B7 B9 B10

Ansietas Sistem Imunologik


Imunitas belum
matang Sistem
Stimulasi imunitas
puting blm
Hospitalisasi matang

Kadar Daya
Produksi Ig G↓ fagositosis↓
ASI Anak Orang tua
Daya
Perpisahan Kurang tahan
MK: tubuh thd
pengetahuan
Ketidakefektifan infeksi↓
pemberian ASI

MK: MK:Resiko
Ansietas infeksi

9
5. Gambaran Klinis
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
9. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
10. Kepala tidak mampu tegak
11. Pernapasan 60 kali/menit
12. Nadi 140-150 kali/menit

BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan


keadaannya lemah, yaitu sebagai berikut:
1. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB):
a. Kulit tipis dan mengkilap
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna
c. Lanugo masih banyak ditemukan terutama pada punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
e. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
f. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum
turun
g. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur
h. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah
2. Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):
a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang
dari 2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
d. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
e. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup
bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan.
6. Komplikasi
Komplikasi langsung yang terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
Hypotermia, hypoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia
(ikterus), sindrom gawat nafas, paten duktusarteriosus, infeksi, perdarahan
intravaskuler, apnea of prematuri, anemia.

10
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri
yaitu :
a. Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih
sangat muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga
akan muncul komplikasi/penyakit sebagai berikut :
b. Asfiksia perinatal
c. Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin ,
apnea rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
d. Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
e. Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
f. Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan
terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
g. Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat
berhubungan dengan adanya kelainan kongenital, selama intrauterin tidak
tumbuh optimal dan lahir BBLR.
Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai berikut :
a. Depresi perinatal
b. Aspirasi mekonium
c. Perdarahan paru
d. Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
e. Hipoksemia, hiperglikemi, hipokalsemia, hiponatremia, polisitemia.

7. Manajemen Nutrisi
Masalah nutrisi merupakan salah satu dari beberapa masalah serius pada
bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini sangat erat berkaitan dengan berbagai
kondisi ataupun komplikasi pada berbagai sistem atau organ tubuh seperti
saluran nafas, susunan saraf pusat, saluran cerna, hati, ginjal, dan lainnya.
Disatu pihak nutrisi merupakan kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup
serta tumbuh kembang yang optimal ataupun pencegahan komplikasi, oleh
karena itu diperlukan manajemen nutrisi pada BBLR. Berikut ini manejemen
nutrisi pada BBLR:
A. Kebutuhan Nutrisi
Pada masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar
dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk
mencapai tumbuh kembang optimal. Pertumbuhan BBLR yang direfleksikan
per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga

11
BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada umumnya BBLR dengan berat lahir kurang dari
1500 g, memerlukan nutrisi parenteral segera sesudah lahir. Belum ada
standar kebutuhan nutrien yang disusun secara tepat untuk BBLR, sebanding
dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh dan komposisi tubuh
janin normal sesuai masa gestasi serta mempertahankan kadar normal nutrien
dalam darah dan jaringan tubuh.
1. Energi
Kebutuhan energi yang dihitung berdasarkan ekspenditur,
pertumbuhan/sintesis, cadangan dan ekskresi, diperkirakan sebesar 90-120
kkal/kgbb/hari. Adanya variasi individual, anjuran asupan energi untuk nutrisi
enteral sebesar 105-130 kkal/kgbb/hari agaknya mampu untuk BBLR
mencapai pertumbuhan yang memuaskan.
2. Protein
Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan tidak
toksik. Kebutuhan yang diperkirakan berdasarkan untuk penambahan berat
badan janin adalah 3.5-4.0 g/kgbb/hari. Pada umumnya bayi yang mendapat
formula predominant whey menunjukkan indeks metabolik dan komposisi
asam amino plasma mendekati bayi yang mendapat ASI. Bayi dengan asupan
protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari
menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan janin.1
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan
masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena
komposisi asam lemak serta asam palmitat dalam posisi β di samping adanya
lipase pada ASI. Lemak pada formula untuk bayi prematur mengandung
campuran lemak rantai sedang (MCT) medium chain triglyevide dan lemak
tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida
rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial paling
sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan asam
linolenat. Terdapat laporan yang tidak menganjurkan konsentrasi MCT
sebesar 40-50% karena hal ini mungkin melebihi kapasitas β-oksidasi pada

12
mitokondria. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang bersifat
esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi
dengan kedua zat tersebut.
4. Karbohidrat
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau
setara dengan 10-14 g/kgbb/ hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna
Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas
enzim laktase; sehingga dapat terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun
secara di klinik jarang menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada
BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain
itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus,
sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan osmolalitas
kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung 50%
laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan gangguan
penyerapan mineral di usus.
5. Densitas kalori dan kebutuhan cairan
Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67
kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama
dapat digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi
yaitu 81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz) seringkali lebih disukai. Formula ini
memungkinkan pemberian kalori lebih banyak dengan volume lebih kecil,
menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi memerlukan
restriksi cairan dan mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan
elektrolit dari formula.
Panduan pemberian minum berdasarkan BB :
Berat <1000 g 1000-1500 g 1500-2000 g 2000-2500 g
Lahir
Minum melalui Pemberian Pemberian Apabila
pipa lambung. minum melalui minum melalui mampu
pipa lambung pipa lambung sebaiknya
Pemberian (gavage (gavage diberikan
minum awal : < feeding). feeding). minum per
10 mL/kg/hari oral.
Pemberian Pemberian

13
ASI perah/ minum awal : < minum awal : < ASI perah/
term formula/ 10 mL/kg/hari. 10 mL/kg/hari. term
half strength formula.
preterm ASI perah/ ASI perah/
formula. term formula/ term formula/
half strength half strength
Selanjutnya preterm preterm
minum formula. formula.
ditingkatkan
jika Selanjutnya Selanjutnya
memberikan minum minum
toleransi yang ditingkatkan ditingkatkan
baik: tambahan jika jika
0,5-1 mL, memberikan memberikan
interval 1 jam, toleransi yang toleransi yang
setiap > 24 jam. baik: tambahan baik: tambahan
1-2 mL, 2-4 mL, interval
Setelah 2 interval 2 jam, 3 jam, setiap >
minggu: ASI setiap > 24 jam. 12-24 jam.
perah + HMF
(human milk Setelah 2 Setelah 2
fortifier)/ full minggu: ASI minggu: ASI
strength perah + HMF perah + HMF
preterm (human milk (human milk
formula.sampai fortifier)/ full fortifier)/ full
berat badan strength strength
mencapai 2000 preterm preterm
g. formula.sampai formula.sampai
berat badan berat badan
mencapai 2000 mencapai 2000
g. g

6. Pemilihan jenis nutrisi


Pemilihan jenis nutrisi yang akan diberikan pada awal minggu-minggu
pertama kehidupan sangat penting mengingat kemampuan toleransi bayi
terutama juga untuk dampak jangka panjang. Merupakan kesepakatan global
bahwa ASI adalah pilihan utama karena berbagai keunggulannya. Apabila
ASI tidak ada, maka formula merupakan pilihan berikutnya. Beberapa pusat
melakukan pengenceran pada awal pemberian, tetapi hal ini dikatakan tidak
rasional dan tidak terbukti manfaatnya bahwa formula yang diencerkan tidak

14
memacu maturasi motilitas usus. Formula prematur kini terus disempurnakan
agar makin menyerupai komposisi nutrien ASI, misalnya dengan
menambahkan glutamat (mengurangi kejadian sepsis) dan nukleotida
(perbaikan pertumbuhan linear dan lingkar kepala). Yang perlu diperhatikan
dan dicegah pada penambahan berbagai nutrien ini adalah terjadinya
hiperosmolaritas yang dapat memicu terjadinya NEC (Necrotizing
Enterocolitis) merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada usus besar
atau usus halus, dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera
mendapatkan penanganan medis.
7. Pemberian nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (NP) merupakan salah satu alternatif dukungan nutrisi
yang telah terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak selama sakit. NP
diindikasikan untuk anak sakit yang tidak boleh atau tidak dapat
mengkonsumsi makanan secara oral/enteral. Mengingat komplikasinya maka
pemberian NP harus benar-benar memperhitungkan risk and benefit. Langlah-
langkah pada tatalaksana NP meliputi: penentuan status nutrisi (klinik,
antropometrik & laboratorik), perhitungan kebutuhan nutrisi (energi, cairan
dan nutrien), pemilihan dan perhitungan cairan yang akan digunakan serta
cara pemberiannya (masing-masing atau all in one/three in one), penentuan
akses NP (sentral atau perifer), pelaksaan pemberian dan pemantauan
komplikasi.

8. Medika Mentosa
a. Pemberian vitamin K1:
1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
b. Mempertahankan suhu tubuh normal
1. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan
setempat.
2. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
3. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.
c. Pemberian minum
1. ASI merupakan pilihan utama.

15
2. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
bayi menghisap sehari sekali.
3. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
4. Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih menginginkan beri
lagi (ad libitum).
5. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang
tidak stabil, fungsi usus belum berfungsi/ terdapat anomali mayor saluran
cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir <1000 g.
6. Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan
selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa
normal.

Bayi sakit
1. Pemberian minum awal:10mL/kg/hari
2. Selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik:
tambahan 3-5 mL, interval 3 jam, setiap > 8 jam.

8. Laboratorium
Menurut Pantiawati (2010) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian

16
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa medis BBLR
adalah sebagai berikut :
a) Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa.
b) Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan orang
tua, alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua.
c) Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang


paling dirasakan oleh klien sehingga dibawa ketempat
pelayanan kesehatan. \
2. Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien
disaat melakukan pengkajian.
3. Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah
diderita pada masa-masa dahulu.
4. Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang
riwayat kesehatan keluarga, apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit.

d) Riwayat Kehamilan / persalinan.

A. Prenatal
1. Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan dengan
kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah darah, dan kalisium
laktat.
2. Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum persalinan.
3. Perubahan berat badan sebelum melahirkan.
4. Riwayat imunisasi TT.
5. Keluhan ibu pada saat ANC.
6. Riwayat antenatal care.
B. Natal
1. Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana tempat
melahirkan, dibantu oleh siapa.
2. Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan bayi saat baru
lahir.
3. Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR skor
4. Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau tidaknya
lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir.
5. Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada.
C. Post Natal

17
Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada masalah
kesehatan atau tidak.

e) Riwayat Imunisasi
Pengkajian tentang imunisasi apakah klien sudah mendapatkan imunisasi
lengkap atau tidak.

f) Data BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL.
1. Pernapasan
Bagaimana pernapasan sebelum dan sesudah sakit, apakah ada kontraksi
dinding dada dan cuping hidung, Respirasi dalam batas normal (40-
60x/m) atau tidak.
2. Nutrisi dan cairan
Pemasukan intake makanan dan minuman, terdiri dari frekuensi, dan
proporsi dalam waktu sehari.
3. Eliminasi
BAB : warna, frekuensi, konsistensi, dan bau. BAK : warna, frekuensi,
konsistensi, dan bau.
4. Aktifitas
Gejala : kegiatan yang dapat dilakukan, apakah mandiri atau dibantu
orang lain.
5. Istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat tidur, lama tidur, frekuensi tidur dalam waktu sehari.
6. Personal hygene
Mengkaji kebersihan meliputi, kuku kaki, kuku tangan, kebersihan
mulut, dan badan.

7. Lakukan pengkajian fisik

i. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, lemah
Kesadaran : compos mentis, apatis, delirium, Somnolen,
stupor, atau coma.
Vital sign : Suhu:35,6 Nadi:120 sampai 160 RR: 40-50 kali/menit.
ii. Pemeriksaan Head to toe:
i) Kepala
Inspeksi: bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
Palpasi: apakah ada lesi dan benjolan
ii) Mata
Inspeksi: bentuk simetris, cornea jernih, iris simetris, conjungtiva pucat,
sclera jernih, koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu mengikuti
pergerakan benda.
Palpasi: apakah ada nyeri.

18
iii)Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, adanya pernafasan menggunakan cuping
hidung, apakah ada tanpak secret, apakah kotor atau bersih.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
iv)Telinga
Inspeksi: bentuk simetris, apakah bersih atau kotor.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan, pemeriksaan tes wibber dan winer.
v) Mulut
Inspeksi: simetris, bersih, tidak sumbing, gigi, mukosa bibir, laring dan
faring.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
vi) Leher
Inspeksi: bentuk normal, apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, apakah
terdapat pembesaran vena jagularis, apakah ada benjolan.
Palpasi: apakah ada nyeri tekan.
vii) Dada/thorax
Inspeksi: bentuk simetris, apakah ada tanpak pernapasan abdomen dan
retraksi dinding dada, frekwensi pernafasan.
Palpasi: apakah ada teraba masa dan nyeri tekan.
viii) Abdomen
Inspeksi: bentuk simetris, jaringan perut.
Palpasi: masa dan nyeri tekan.
ix) Integument / kulit
Inspeksi: warna kulit, kelembaban kulit, turgor munurun.
Palpasi: turgor kulit kembali dalam 2 detik.

x) Genetalia
labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan
klitoris menonjol, testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak
atau tidak pada skrotum

g) Diagnosa Keperawatan
a. Hipotermia berhubungan dengan imaturitas kontrol dan pengatur suhu

tubuh serta berkurangnya lemak subcutan di dalam tubuh.


b. Resiko Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran

cerna).
c. Resiko infeksi berhubungan ketidakadekuatan kekebalan tubuh.
d. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ketidakadekuatan

reflek menghisap bayi

19
B. Pengkajian B1- B10
PENGKAJIAN DENGAN FORMAT BODY SYSTEM

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK KEPERAWATAN ANAK


KOMPREHENSIF
DIADAPTASI DARI NIKMAH’S THE TREE MODEL OF
PEDIATRIC BODY SYSTEM ASSESSMENT (N-PBSA TREE MODEL)
Nama: By. Ny. S Penanggung Jawab: No regester: 57.15.33
UMUM

Umur: 1 hari Ayah DX. Medis : BBLR


Agama: Islam Alamat: Jember Tgl/jam MRS:
Pekerjaan ortu:
18 Mei 2019/08.00 WIB
Wiraswasta
Tgl/jam pengkajian:
18 Mei 2019/08.00 WIB
Keluhan utama:
Kedinginan atau suhu tubuh rendah
Riwayat Penyakit:
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minggu, berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5
menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6
kegawatan sedang, dan 7-10 normal
B1 Airway: Breathing:
□ Jalan napas bersih □ nyeri dada saat □ Merintih
√ RR: 60 x/menit; batuk/napas □ ekspansi dada
√ Sumbatan jalan napas √ Kesulitan adekuat/inadekuat
√ronchi bernapas □ skore
√wheezing □ batuk down…………………..
√ stridor produktif/ tidak √ Sianosis perifer/central
produktif √ pernafasan cuping
√barell cest hidung
□ pigeon cest □ lain-
√ Retraksi lain……………………

20
dinding dada

dyspnea/orthopn
ea/apnea
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas menyebabkan daya
kembang paru menurun dan bayi mengalami hipoksia sehingga pola nafas bayi
tidak efektif. Pada kejadian yang lebih parah, hipoksia menyebabkan aliran
darah ke otak meningkat yang berakibat terjadinya perdarahan intraventrikuler
dan menimbulkan cedera pada bayi.

B2 Blood/kardiovaskuler: Sirkulasi: Imunitas:


√ nadi : 150 x/menit √ akral : dingin □ imunisasi HB0
□ tensi √ CRT : > 2 detik □ imunisasi BCG
………………..mmHg √ suhu : 35,6 ˚C □ imunisasi DPT 1,2,3
□ BJ 1-BJ2 tunggal □ mata □ imunisasi Polio, 1,2,3,4
√ murmur ………………… □ imunisasi campak
□ nyeri dada ……….. □ reaksi imunisasi
□ pucat/sesak saat √ turgor : < 2 …………….
aktifitas detik
Hematologi: □ …………………………
□ perdarahan dari haus…………… ……
…………… … □ tidak pernah imunisasi
□ jumlah darah □ UUB □ alasan:
…………….cc ………………… ………………………
□ ptecie ……….. …………………………
□ rumple leed test □ intake cairan ……...
posistif ………………..c …………………………
c ……..
□ output cairan
………………..c
c
□ cairan balans
………………...
cc
□ dehidrasi □
overhidrasi □
edema
Pusat pengaturan suhu SSP belum sempurna sehingga refleks menggigil tidak
terbentuk menyebabkan bayi mengalami hipotermi, suhu bayi dibawah rentang
normal dan termoregulasi bayi tidak efektif.

21
B3 Brain/Persyarafan: Persyarafan: Persepsi sensoris:
□ KU menangis lemah Pupil:□ isokor□ Gangguanindera:
□ GCS: unisokor□ □penghidu□penglihatan□p
√ CM□ Apatis midriasis□ erabaan□pendengaran,
□ Somnolent □ Sopor□
miosis□ □pengecapan
Coma□ kejang Istirahat-tidur:tidur:
unrespon
□kakukuduk□ tremor
Reflek: □ .....jam/ hari
□ rewel□ gelisah
normal□ □ insomnia □
abnormal□ enuresis
parese ┼ □ plegi □tidak segar sewaktu
┼ bangun
□ nyeri kepala□
nyeri di ……….

PQRST………
…………………
B4 Bladder/Perkemihan:
√BAK: <1ml/kg/jam √dysuria □kateter□cytostomy
□ pyuria
□warna ......................... √pancaran urine lemah
........ □hematuria □phymosis□sirkumsisi
□ poliuri
□bau.............................. Lain-lain :
□ inkontinensia 1. hipernatremia
........ □ PU
√ oligouria
………… ..........cc/hari 2. hiperkalemia
□anuria
□retensiurin
Pada fungsi perkemihan, bayi BBLR fungsi ginjalnya masih relatif buruk
sehingga produksi urin sedikit, terjadi hipernatremia dan hiperkalemia. Ginjal
menjadi tidak mampu mengekskresikan beban cairan dan natrium dalam sel
menjadi meningkat, maka timbul rasa haus pada bayi yang berlebihan
menyebabkan cairan dan elekrolit dalam tubuh tidak seimbang.
B5 Bowel/Pencernaan: Pencernaan: Nutrisi:
□bibirmerah cerry √ asites□ melena √ ASI
√bibir/sudut pecah □spider √ susu formula □bubur
□gusi bengkak nevi□bising usus halus□bubur kasar□ sari
√lidah kotor buah□sonde□retensi
naik
□gigi susu tumbuh
□nyerimc burney …………………….cc
□gigi susu lepas □ intake(I) ………..
□nyeri ulu hati
□ caries gigi,
□ nyeri supra ….kkal/hari
□gigi berlubang
pubis □ kebutuhan
□moniliasis
□ copliks spot (K)............kkal/hari□ I-K=
□psudomembran Nutrisi : …………..........kkal/hari
□ tonsil membesar □anoreksia√ □ diet …………………..
√bibir kering mual …….
√ muntah□ nyeri □makananantangan………

22
telan□colostomy ….. □alergimakanan…….
□ nyeri perut□ ………..
kembung.□BAB Lain-lain :
.......Kph, □ 1. terpasang OGT
diare/darah+ □ 2. bayi tidak dapat
konstipasi menetek ibu
□ sariawan 3. terpasang IVFD D5%
4. residu 0,5-2 cc/3 jam

Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan sehingga proses


pencernaan dan penyerapan bayi terganggu. Koordinasi antara refleks hisap dan
menelan belum berkembang dengan baik, akibatnya bayi tidak mampu
menghisap ASI dari ibu sehingga pemenuhan nutrisi bayi tidak adekuat
mengakibatkan bayi kekurangan nutrisi.
B6 Bone/ Muskuloskletal: Integument
√Sendi: /perawatan diri: □ AKL bersih/kotor
bebas/kontraktur √rambut □iritasi perianal
□ terbatas pada □ meconium +
bersih/kotor
□lubang anus +
………………. □ lanugo+
□mandiri/parsial
□ radang□nyeri □ketombe□kutu□ □mandi/berpakaian/makan
□ tulang rontok□hidung /
intak/open/close bersih/kotor toileting/instrumental
frak.di ........................... √mulut
dibantu
..............… bersih/kotor □jejas……….
□ eksternal fiksasi di √kulit
.............. bersih/kotor
....................................... □kulit intak
......... □tali pusat blm
√ kekuatan otot: lepas
kuat/lemah. □ icterus
Lain-
lain : .............................
...
B7 Breast: seksualitas Data anak: Data anak:
Data Ibu: Perinatal: periksa female:□ menarche
Payudara ibu : √ lunak kehamilan…...ka □ Menstruasi teratur/tidak
□ keras □ nyeri tekan li teratur
□ benjolan (fixed/ Usia □ menorrhagia
bergerak) kehamilan…… □metrorraghia
Puting : √ menonjol□ □dysmenorrea □
……………mmg
datar √ Komplikasi amenorrhea
□tenggelam□ lecet/luka kehamilan: KPD □ keputihan □ gatal
ASI : Payudara klien: □ lunak □

23
√ keluar sedikit/ tidak lahir keras□ nyeri tekan
keluar ditolong……… □ benjolan (fixed/
□ menyusui ………………. bergerak)
√ tidak menyusui BBL : 1580 gram
AS…………
male:
□ mimpi
basah□suara
berubah
□tumbuh jakun□
sex pranikah
□homosex□mero
kok
B8 Bonding attachment: Psikologis anak: Development:
√ IMD √ ASI □ takut □ new ballard score………
ekslusif □ menangis mgg□ KMK □ SMK
√kunjungan keluarga □ menjerit □ BMK
√kelahiran diharapkan □ menolak (Reflek primitive)
√keluarga responsive √reflek hisap kuat/lemah
perawat □
√ tidak ada kekerasan □reflek rooting +/-
sedih
fisik/non □reflek genggam
□ cemas □ □reflek babinski +/-
Fisik
gelisah □ □ reflek moro +/-
Psikologis orangtua:
marah □kunj.
□ ortu
□meronta posyandurutin/tidakrutin
menangis/unkooperatif □menolak □ KPSP (S/M/G) □ TDD
□ berduka □ tindakan (N/G) □ TDL (N/G)
kehilangan □ingin pulang
□ CHAT (N/G)
□ depresi √ panic □berduka
□kehilangan □KMME (N/G) □ GPPH
√ cemas □
□depresi (N/G)
banyak Tanya
□panik □ Aktifitas bermain baik
□ menyalahkan diri
□rendah diri □ malas bermain
sendiri □malu □ lain-lain:
□ menyalahkan orang □menunduk
………………………
lain □kontak mata
□ tidak menghiraukan negatif
anak □sulit bicara
□ □menarik diri
……………………… Growth:
√ BBL: < 2500
………
gram
√ BBS: 1580
gram
□ BBD………..
□ BBI………..

24

□ status
gizi……….…
(…….%)
√ LK < 33cm
(N/L/K)
□ LILA
……………..cm
(N/L/K)
Psikologi ibu pada saat ini sangat terganggu yang dipengaruhi kondisi bayi yang
tidak normal atau mengalami gangguan. Ibu menjadi cemas dan panik dengan
ditunjang kurangnya pengetahuan ibu dalam perawatan bayi dengan berat badan
lahir rendah.
B9 Behavior and Spiritual value: Cultural value:
community: □belum □memercayai nilai dalam
√peran berhubungan mencapai Masyarakat tentang
dengan internalisasi
keluarga/sebaya/lingkun nilai baik- …………………………
gan buruk ……
terganggu □memahami nilai
□minum alcohol beragama …………………………
□narkoba □melaksanakan ……
√kebutuhan belajar: kegiatan ibadah□ □melaksanakan
perawatan bayi distress spiritual ritual/tradisi
budaya ……….
Ibu klien tampak ………………
gelisah
. …………………………
…………………… …….
…….. □ mempunyai adat-istiadat
□lingkungan keluarga/ tentang kesehatan
sekolah/kelompok
……………
social/
masyarakat tidak sehat
…………………….. …………………………
……. …….

B10 Blood examination Pemeriksaan Terapi/medikasi:


√ Laboratorium penunjang: (tanggal/ nama obat
(tanggal/hasil/satuan) □ Radiologi dengan lengkap/ dosis
pilih yang focus dan (tanggal/hasil) pemberian/ cara
sesuai: ............................ pemberian)
pemeriksaan darah ............................ Pemberian vitamin K1:
rutin, glukosa darah .... a. Injeksi 1 mg IM sekali
□ ECG pemberian, atau

25
HB = 16 gram/dL (tanggal/hasil) b. Per oral 2 mg sekali
Hematokrit= 43,1 ............................ pemberian atau 1 mg 3
................ kali pemberian (saat
Leukosit= 7500 UL √ lain-lain: lahir, umur 3-10 hari,
Trombosit- 77 a. Pemeriksaan dan umur 4-6 minggu).
Eritrosit= 4,30 skor ballard
b. Tes kocok
MDV= 11,1
(shake test)
PDW= 17.3 c. Foto dada
PCT= 0,1 ataupun
GDA= 60 mg/dL babygram

Sistem imun pada bayi BBLR belum matang sehingga daya fagositas dan kadar
Ig G menurun, daya tahan tubuh bayi juga menurun ditunjang oleh hasil
pemeriksaan leukosit yang tidak normal menyebabkan bayi rentang terjadinya
infeksi.

26
1. Analisis Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS : - Hipotermi Peningkatan
DO : kebutuhan oksigen
a. Suhu : 35,6 0 C
b. RR: 60 x/menit
c. Akral dingin
d. N: 150 x / menit
e. CRT > 2 detik
2 DS : - Risiko infeksi Malnutisi
DO :
a. BB: 1580 gram
b. Leukosit : 7500 UL
c. HB: 16 gram/dL
d. KPD
3 DS : - Ketidakseimbangan Asupan diet kurang
DO : nutrisi : kurang dari
a. BB: 1580 gram kebutuhan tubuh
b. Bibir kering
c. Bayi tidak dapat menetek
ibu
d. Kurang informasi ibu
menyusui bayi
4 DS: - Ketidakefektifan Suplai ASI tidak
DO: pemberian ASI cukup
a. reflek hisap bayi lemah
b. bayi tidak dapat menetek
ibu
c. ASI keluar sedikit
5 DS: - Ketidakefektifan pola Imaturitas
DO: napas neurologis
a. RR: 60 x/menit
b. Pernafasan cuping hidung
c. Retraksi dinding dada

6 DS: - Risiko Kekurangan volume


DO: ketidakseimbangan cairan
a. Muntah elektrolit
b. Hipernatremia
c. Hiperkalemia
7 DS: - Gangguan eliminasi Imaturitas
DO: urin

27
No Data Masalah Penyebab
a. Disuria
b. Oliguria
8 DS: ibu klien mengatakan Ansietas Stressor
peran berhubungan dengan
keluarga terganggu
DO:
a. tampak gelisah
b. kurang pengetahuan
perawatan bayi

2. Diagnosis Keperawatan.
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas neurologis
ditandai dengan RR 60 x/menit, pernafasan cuping hidung dan retraksi
dinding dada.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan diet kurang ditandai dengan BB 1580 gram, bibir kering,
bayi tidak dapat menetek ibu.
c. Hipotermi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen ditandai
dengan suhu 35,6 oC dan akral dingin.
d. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI tidak
cukup ditandai dengan refleks hisap bayi lemah, bayi tidak dapat menetek
ibu dan ASI keluar sedikit.
e. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan imaturitas ditandai dengan
disuria dan oliguria.
f. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan peran berhubungan
dengan keluarga terganggu, tampak gelisah dan kurang pengetahuan
perawatan bayi.
g. Risiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi.
h. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan kekurangan
volume cairan.

28
3. Perencanaan Keperawatan

Nama : By. Ny “S” Dx Medis : BBLR


Umur : 1 hari RM : 57.15.33
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan pola Tujuan: pola napas efektif 1. Lakukan manjemen pola 1. Penatalaksanaan yang baik
napas berhubungan nafas: menjamin keberhasilan:
dengan imaturitas Kriteria hasil: a. Berikan oksigen sesuai a. Terapi oksigen dapat membatu
neurologis ditandai a. RR: 30-40 x/menit anjuran dokter untuk memenuhi kebutuhan
dengan RR 60 x/menit, b. Tidak ada pernafasan oksigen pasien
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan pola nafas yang efektif
pernafasan cuping cuping hidung
terhadap: diketahui dengan monitoring:
hidung dan retraksi c. Tidak ada retraksi
a. RR a. RR yang normal pada bayi
dinding dada. dinding dada
menjadi tanda pola nafas
menjadi efektif
b. Ada tidaknya pernafasan b. Tidak adanya pernafasan cuping
cuping hidung mengindikasikan pola nafas
stabil dan efektif
c. Retraksi dinding dada c. Otot bantu pernafasan yang
tidak tampak menandakan pola
nafas yang efektif
3. Profesionalisme lebih tepat:
3. Laksanakan hasil kolaborasi:
a. Membantu mempertahankan
a. Pemberian oksigen sesuai

29
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
anjuran dokter pemenuhan oksigen agar pola
nafas menjadi efektif

2 Ketidakseimbangan Tujuan: nutrisi pasien 1.Lakukan manajemen nutrisi: 1. Penatalaksanaan yang baik
nutrisi kurang dari seimbang menjamin keberhasilan:
kebutuhan tubuh a. Lakukan perawatan mulut a. Memberikan kenyamanan pada
berhubungan dengan Kriteria hasil : bayi
a. Tidak ada penurunan b. Lakukan pengecekan b. Mengetahui kapasitas lambung
asupan diet kurang
BB: 1580 gram residu lambung bayi
ditandai dengan BB c. Ajarkan ibu cara
b. Bibir lembab c. Mencegah kerusakan ASI untuk
1580 gram, bibir kering, c. Bayi dapat menetek ibu menyiapkan ASI yang mencukupi kebutuhan nutrisi
bayi tidak dapat d. Ibu dapat menyusui bayi benar bayi
menetek ibu. dengan tepat d. Berikan intake ASI tiap 3 d. Nutrisi yang sedikit tapi sering
jam melalui OGT untuk lambung yang belum
matur
2.Montoring dan evaluasi
2. Perubahan status pemenuhan
terhadap:
nutrisi diketahui dengan monitoring
a. BB yang adekuat:
a. Tidak adanya penurun BB
menandakan nutrisi pada bayi
b. Keadaan bibir terpenuhi
b. Keadaan bibir yang lembab
menunjukan tidak ada

30
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
c. Bayi dapat menetek pada kekurangan nutrisi
ibu c. Bayi yang dapat menetek dapat
meningkatkan pemenuhan
d. Ibu dapat menyusui nutrisi melalui ASI
d. Pemenuhan nutrisi bayi dapat
maksimal dengan pemberian
3.Jelaskan pada ibu pasien dan
ASI oleh ibu
keluarga tentang perawatan 3. Pengetahuan yang adekuat
pemenuhan nutrisi merupakan modal yang baik bagi
4.Laksanakan hasil kolaborasi:
perilaku sehat yang lebih permanen
a. Kelola pemberian IVFD
4. Profesionalisme lebih tepat:
D5% a. Memberi tambahan asupan
nutrisi

3 Hipotermi berhubungan Tujuan: hipotermi tidak 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
dengan peningkatan terjadi pada bayi hipotermi: menjamin keberhasilan
kebutuhan oksigen Kriteria hasil : a. Anjurkan ibu penggunaan a. Menjaga kehangatan bayi dan
ditandai dengan suhu a. Suhu normal 36,1-37,7 kangguru mother care dapat meningkatkan berat badan
o
35,6 C dan akral dingin. o
C setelah keadaan bayi stabil bayi
b. RR: 30-40 x/menit b. Tempatkan bayi dalam b. Inkubator menjaga suhu bayi
c. Akral hangat inkubator tetap normal untuk mengurangi
d. N: 140 x / menit resko hipotermia
e. CRT < 2 detik c. Mandikan bayi dalam c. Menjaga kebersihan bayi

31
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
inkubator secara sponge dengan tetap mempertahankan
bath dengan air hangat kehangatan
d. Berikan oksigen kepada d. Terapi Oksigen diperlukan untuk
bayi sesuai dengan anjuran memenuhi kebutuhan oksigen
dokter pada bayi
e. Peiksa alat pemberian e. Pemerikasan alat diperlukan
oksigen yang terpasang untuk memastikan bayi
pada bayi mendapat terapi oksigen dengan
baik
2. Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan status hipotermi
terhadap: diketahui dengan monitoring yang
adekuat:
a. Suhu tubuh a. suhu tubuh yang normal
menandakan bayi tidak
b. RR mengalami hipotermi
b. RR yang normal menandakan
bayi cukup mendapatkan
c. Akral oksigen
c. Akral hangat menandakan bayi
d. Nadi tidak mengalami hipotermi
d. Nadi normal sebagai tanda
e. CRT hipotermi tidak terjadi
e. CRT < 2 detik menandakan

32
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
sirkulasi baik dan tidak terjadi
3.Jelaskan pada ibu pasien dan hipotermi
keluarga tentang perawatan 3. Pengetahuan yang adekuat
hipotermi merupakan modal yang baik bagi
4.Laksanakan hasil kolaborasi: perilaku sehat yang lebih permanen
a. Suhu inkubator sesuai 4. Profesionalisme lebih tepat
program terapi kolaborasi a. Menjaga bayi tetap hangat
b. Pemberian oksigen sesuai
anjuran dokter b. Menjaga bayi untuk tetap
terpenuhi kebutuhan oksigen
yang diperlukan

4 Ketidakefektifan Tujuan: pemberian ASI 1.Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik


pemberian ASI pada bayi efektif pemberian ASI: menjamin keberhasilan:
berhubungan dengan a. Ajarkan teknik menyusui a. Teknik menyusui dengan benar
suplai ASI tidak cukup Kriteria hasil: dengan benar pada ibu dapat meningkatakan pemberian
ditandai dengan refleks a. Reflek hisap bayi kuat ASI pada bayi
b. Motivasi ibu untuk selalu b. Motivasi merupakan cara yang
hisap bayi lemah, bayi b. Posisi bayi sejajar dan
menyusui bayinya bagus untuk membangkitkan
tidak dapat menetek ibu menempel dengan baik
dan ASI keluar sedikit. c. Penempatan lidah tepat semangat ibu untuk selalu
saat menetek menyusui bayinya
c. Fasilitasi bantuan untuk
c. Dengan menfasilatasi bantuan
d. Jumlah ASI cukup membantu

33
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
mempertahankan kepada diharapkan proses
keberhasilan dalam proses pemberian ASI menjadi efektif
pemberian ASI
d. Lakukan pijat oksitosin
pada ibu d. Pijat oksitosin dapat
meningkatkan produksi ASI dan
2. Monitoring dan evaluasi memperlancar ASI
terhadap: 2. Keberhasilan pemberian ASI pada
a. Reflek hisap bayi bayi dapat diketahui dengan:
a. Kemampuan reflek hisap yang
baik meningkatkan pemberian
b. Posisi bayi saat menetek ASI yang efektif
b. Posisi menentukan keberhasilan
pemberian ASI
c. Penempatan lidah saat
c. Penempatan lidah yang tepat
menetek
memicu pengeluaran ASI
d. Jumlah ASI d. Pengeluran ASI yang cukup
menandakan produksi ASI
3.Berikan konseling tentang meningkat
3. Konseling laktasi sangat efektif
laktasi
untuk mendukung keberhasilan
menyusui

34
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
5 Gangguan eliminasi urin Tujuan: eliminasi urin 1. Lakukan manajemen 1. Penatalaksanaan yang baik
berhubungan dengan adekuat eleminasi urin menjamin keberhasilan:
imaturitas ditandai a. Timbang berat badan tiap a. Mendeteksi dini penurunan
dengan disuria dan Kriteria hasil: harinya berat badan akibat kurangnya
oliguria. a. Tidak terjadi disuria asupan cairan
b. Tingkatkan intake /asupan b. Intake asupan yang adekuat
b. Tidak terjadi oliguria
cairan per oral melalui menurunkan gangguan elemnasi
c. Hidrasi cairan adekuat
NGT/OGT urin
c. Identifikasi faktor-faktor c. Identifikasi dini mencegah
yang berkontribusi terjadinya gangguan eleminasi
terhadap terjadinya urin
inkontinensia urin
d. Jaga pencatatan intake dan d. Mencegah terjadinya
output yang akurat kekurangan/kelebihan asupan
cairan yang diberikan
2. Monitor dan evaluasi 2. Perubahan status eleminasi urin
terhadap :
a. Adanya disuria a. Mengetahui indikasi gangguan
eleminasi urin
b. Ada tidaknya oliguria b. Indikasi terjadinya gangguan
eleminasi urin
c. Hidrasi c. Mengetahui tanda dari
dehidrasi atau kurangnya

35
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
hidrasi yang menyebabkan
3. Jelaskan kepada keluarga gangguan eleminasi urin
pasien tentang alasan hidrasi 3. Pengetahuan yang adekuat
cairan merupakan modal untuk
meningkatkan pemahaman
keluarga tentang tindakan yang
4. Lakukan hasil kolaborasi
diberikan
a. Pemberian cairan
4. Provesionalisme lebih tepat
parenteral / IVFD a. Hidrasi yang kuat menurunkan
gangguan eleminasi urin
6 Ansietas berhubungan Tujuan: ansietas teratasi 1.Lakukan manajemen ansietas: 1. Penatalaksanaan yang baik
dengan stressor ditandai menjamin keberhasilan:
dengan peran Kriteria hasil: a. Dorong keluarga a. Berbagi informasi membentuk
berhubungan dengan e. Tidak ada keluhan peran pasien/orang terdekat dukungan atau kenyamanan dan
keluarga terganggu, hubungan dengan untuk mengkomunikasikan dapat menghilangkan tegangan
tampak gelisah dan keluarga terganggu dengan seseorang, berbagi terhadap kekhawatiran yang
kurang pengetahuan f. Tidak gelisah pernyataan dan masalah. tidak diekspresikan.
b. Berikan informasi b. Mengetahui kondisi bayi
perawatan bayi. g. Memahami cara
mengenai keadaan bayi menurunkan kecemasan
perawatan bayi
saat ini, apa yang dapat orangtua.
membuat lebih baik, dan
apa yang membuat lebih
buruk

36
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
c. Ajarkan dan anjurkan ibu c. Memberikan kontrol situasi,
pasien teknik relaksasi meningkatkan perilaku positif.
dengan nafas dalam.

2.Monitoring dan evaluasi 2. Perubahan status pemenuhan


terhadap: nutrisi diketahui dengan monitoring
yang adekuat:
a. Keluhan peran hubungan a. Peran hubungan yang adekuat
dengan keluarga mengurangi tingkat kecemasan
b. Kegelisahan ibu klien b. Sikap tenang mengurangi
ansietas
c. Pemahaman cara c. Pemahaman perawatan pasien
perawatan bayi mengurangi kecemasan pada ibu

3.Jelaskan pada ibu pasien dan 3. Pengetahuan yang adekuat


keluarga tentang perawatan merupakan modal yang baik bagi
ansietas perilaku sehat yang lebih permanen

7 Risiko infeksi Tujuan: pasien tidak 1.Lakukan manajemen risiko 1. Penatalaksanaan yang baik
berhubungan dengan mengalami infeksi infeksi menjamin keberhasilan
malnutrisi. a. Lakukan perawatan tali a. Mencegah terjadinya infeksi dan
Kriteria hasil: pusat mempercepat pengeringan tali
a. Tidak ada penurunan pusat
b. Anjurkan ibu mencuci

37
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
BB: 1580 gram payudara sebelum b. Meminimalkan terjadinya
b. Leukosit : 9000-30000 memeras ASI, kontak infeksi silang ibu dan bayi
UL dengan bayi
c. HB: 17-22 gram/dL c. Berikan nutrisi (ASI)
sesuai kebutuhan bayi c. ASI dapat meningkatkan
d. Berikan terapi antibiotik imunitas pada bayi
sesuai anjuran dokter d. Antibiotik berfungsi untuk
mencegah infeksi terjadi pad
2.Monitoring dan evaluasi bayi
terhadap: 2. Perubahan status risiko infeksi
dikatehui dengan monitoring yang
a. BB adekuat
a. Tidak adanya penurunan berat
badan atau peningkatan berat
badan menunjukkan infeksi
b. Jumlah Leukosit
tidak terjadi
b. Jumlah leukosit yang normal
c. HB sebagai tanda risiko infeksi tidak
terjadi
c. Peningkatan HB dalam batas
normal sebagi indikator infeksi
3.Jelaskan pada ibu pasien dan tidak terjadi
keluarga tentang perawatan

38
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
risiko infeksi 3. Pengetahuan yang adekuat
merupakan modal yang baik bagi
4.Laksanakan hasil kolaborasi: perilaku sehat yang lebih
a. Pemeriksaan darah
permanen
lengkap terutama leukosit 4. Profesionalisme lebih tepat
b. Pemberian antibiotik d. Leukosit tinggi
mengindikasikan adanya
infeksi
e. Antibiotik dapat mencegah
infeksi

8 Risiko Tujuan: elektrolit bayi tetap 1. Lakukan manjemen 1. Penatalaksanaan yang baik
ketidakseimbangan seimbang elektrolit: menjamin keberhasilan:
elektrolit berhubungan a. Berikan terapi cairan a. Terapi cairan sangat diperlukan
sesuai anjuran dokter untuk memenuhi kebutuhan
dengan kekurangan Kriteria hasil:
volume cairan. a. Bayi tidak muntah cairan pasien
b. Pertahankan kepatenan b. Kepaten akses IV
b. Tidak terjadi akses IV mempermudah memberikan dan
hipernatremia memantau cairan dan obat yang
c. Tidak terjadi masuk
hiperkalemia c. Berikan makanan sesuai c. Makanan yang sesuai diet
d. Tidak ada tanda diet dengan masalah sangat membantu utuk
elektrolit klien memenuhi kebutuhan energy
dehidrasi
dan elektolit pasien

39
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
2. Monitoring dan evaluasi 2. Keberhasilan manajemen elektrolit
terhadap: pada bayi dapat diketahui dengan:
a. Bayi tidak muntah a. Muntah sedikit atau banyak
dapat menentukan tinkat
ketidakseimbangan elektrolit
b. Kadar natrium dalam darah b. Kadar natrium yang tinggi, bayi
akan mengalami mual, lemah,
haus yang menyebabkan
ketidakseimbangan elektolit
c. Kadar kalium dalam darah c. Kadar kalium yang tinggi dalam
darah sehingga bayi mengalami
mual, muntah, lemas yang
menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
d. Tanda dehidrasi d. Tanda-tanda dehidrasi sangat
diperlukan untuk menentukan
bayi kekurangan cairan atau
tidak
3. Jelaskan kepada keluarga 3. Memberikan informasi untuk
mengenai jenis, penyebab, keluarga tentang pencegahan resiko
dan pengobatan apabila ketidakseibangan elektrolit
terdapat ketidakseimbangan
elektrolit
4. Profesionalisme lebih tepat:
4. Lakukan hasil kolaborasi:
a. pemberian cairan yang tepat

40
No Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional
a. pemberian cairan sesuai dapat mememenuhi kebutuhan
anjuran dokter eletrolit bayi

41
4. Implementasi
No
Tgl/ Jam Tindakan Paraf
Diagnosis
18-5-2019 1,3 1. Memberikan oksigen kepada bayi
09.00 WIB sesuai dengan anjuran dokter
09.05 WIB 3 2. Memeriksa alat pemberian oksigen
yang terpasang pada bayi
09.10 WIB 1 3. Monitoring dan evaluasi RR, RR
pasien 58 x/menit
4. Monitoring dan evaluasi adanya
09.15 WIB 1
pernafasan cuping hidung
5. Monitoring dan evaluasi adanya
09.15 WIB 1
retraksi dinding dada
6. Memberikan terapi cairan sesuai
09.20 WIB 8 anjuran dokter
7. Mempertahankan kepatenan akses
09.20 WIB 8 IV
8. Mendorong keluarga pasien/orang
09.30 WIB 6 terdekat untuk
mengkomunikasikan dengan
seseorang, berbagi pernyataan dan
masalah.
9. Memberikan informasi mengenai
09.40 WIB 6 keadaan bayi saat ini, apa yang
dapat membuat lebih baik, dan apa
yang membuat lebih buruk.
10. Mengajarkan dan menganjurkan
09.50 WIB 6 ibu pasien teknik relaksasi dengan
nafas dalam: ibu pasien melakukan
nafas dalam dengan menarik nafas
dari hidung, ditahan 3 detik dan
dihembuskan melalui mulut,
dilakukan sampai ibu pasien
tenang.
11. Menganjurkan ibu penggunaan
10.00 WIB 3 kangguru mother care setelah
keadaan bayi stabil: ibu melakukan
metode kangguru pada bayinya
12. Menjelaskan pada ibu pasien dan
keluarga tentang perawatan
10.10 WIB 3
termoregulasi
13. Memonitoring dan mengevaluasi
ketenangan ibu pasien: ibu pasien
10.15 WIB 6

42
No
Tgl/ Jam Tindakan Paraf
Diagnosis
masih tampak tidak tenang
14. Mengevaluasi kecemasan: ibu
10.20 WIB 6 pasien melaporkan masih merasa
cemas
15. Mengevaluasi pemahaman
10.30 WIB 6 perawatan pasien: ibu pasien
masih belum memahami
perawatan pasien
16. Menganjurkan ibu mencuci
payudara sebelum memeras ASI,
10.40 WIB 7
kontak dengan bayi: ibu mencuci
payudara hingga bersih
17. Menjelaskan teknik menyusui
dengan benar pada ibu
11.00 WIB 4 18. Mengajarkan teknik menyusui
dengan benar pada ibu (ibu dapat
11.15 WIB 4 mepratekkan teknik menyusui
dengan benar)
19. Memotivasi ibu untuk selalu
menyusui bayinya
11.20 WIB 4 20. Memfasilitasi bantuan (pompa
ASI) untuk mempertahan
11.30 WIB 4 keberhasilan pemberian ASI
(terkadang ibu menggunakan
pompa asi untuk memenuhi nutrisi
bayinya)
21. Mengajarkan ibu cara menyiapkan
ASI yang benar
11.40 WIB 4 22. Memonitoring dan mengevaluasi
produksi ASI: produksi ASI tetap
12.00 WIB 4 23. Melakukan pengecekan residu
lambung: ada residu lambung
24. Memberikan makanan sesuai diet
12.05 WIB 2
dengan masalah elektrolit klien
25. Memberikan nutrisi (ASI) sesuai
12.10 WIB 8
kebutuhan bayi
26. Memberikan intake ASI tiap 3 jam
12.15 WIB 7 melalui OGT: ASI diberikan
sedikit tapi sering
12.15 WIB 2,5 27. Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap bayi muntah
setelah makan atau minum ASI

43
No
Tgl/ Jam Tindakan Paraf
Diagnosis
12.20 WIB 8 28. Mengelola pemberian IVFD D5%
29. Menjelaskan pada ibu pasien dan
keluarga tentang perawatan
12.25 WIB 2,5 pemenuhan nutrisi
12.30 WIB 2 30. Menjelaskan pada ibu pasien dan
keluarga tentang perawatan
ansietas
31. Memonitoring suhu tiap 6 jam:
14.00 WIB 6
suhu tubuh pasien 36,4 oC
32. Memonitoring dan mengevaluasi
akral: akral pasien dingin
14.10 WIB 3,7 33. Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap tanda dehidrasi
14.15 WIB 3 34. Mengevaluasi respon menggigil
atau kepanasan: pasien kadang
14.15 WIB 8 menggigil dan kadang kepanasan
35. Mengevaluasi pucat: pasien
14.20 WIB 3 tampak pucat/anemis
36. Mengidentifikasi faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap
14.30 WIB 3 terjadinya inkontinensia urin
37. Menjaga pencatatan intake dan
15.00 WIB 5 output yang akurat
38. Menjelaskan pada ibu pasien dan
keluarga tentang perawatan risiko
15.00 WIB 5 infeksi
39. Mengevaluasi kadar leukosit:
kadar leukosit pasien 10.000
15.05 WIB 7
sel/mm
40. Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap kadar natrium
15.15 WIB 7
dalam darah
41. Melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap kadar kalium
15.15 WIB 8 dalam darah
42. Menjelaskan kepada keluarga
mengenai jenis, penyebab, dan
15.15 WIB 8 pengobatan apabila terdapat
ketidakseimbangan elektrolit
43. Memberikan terapi antibiotik
15.25 WIB 8 sesuai anjuran dokter
44. Memandikan bayi dalam inkubator

44
No
Tgl/ Jam Tindakan Paraf
Diagnosis
secara sponge bath dengan air
hangat
15.35 WIB 7 45. Melakukan perawatan mulut
46. Mengevaluasi kelembaban bibir
15.40 WIB 3 pasien: bibir pasien kering
47. Melakukan perawatan tali pusat
48. Memonitor dan evaluasi terhadap
adanya disuria
15.40 WIB 2 49. Memonitor dan evaluasi terhadap
15.45 WIB 2 adanya oliguria
50. Memonitor dan evaluasi terhadap
15.45 WIB 7 hidrasi
15.55 WIB 5 51. Menimbang BB setiap hari: BB
pasien 1580 gram
15.55 WIB 5 52. Mempatkan bayi dalam inkubator
53. Mengkondisikan suhu inkubator
16.55 WIB 5 sesuai program terapi kolaborasi
54. Menjelaskan kepada keluarga
16.00 WIB 2,5 pasien tentang alasan hidrasi
cairan
16.05 WIB 3
16.05 WIB 3

16.10 WIB 5

5. Evaluasi
No
Tgl/jam Evaluasi Paraf
Dx
1 18-5-2019 S: -
10.30 WIB O: 1. RR: 58 x/menit

45
No
Tgl/jam Evaluasi Paraf
Dx
5. Pernafasan cuping hidung
6. Retraksi dinding dada
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2 dan 3 dilanjutkan
2 18-5-2019 S: -
11.10 WIB O: 1. BB tetap: 1580 gram
2. Bibir kering
3. Bayi masih tidak dapat menetek ibu
4. Ibu belum bisa menyusui bayi
dengan tepat
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2,3 dan 4
dilanjutkan
3 18-5-2019 S: -
15.00 WIB O: 1. Suhu 36,4 oC
2. RR: 58 x/menit
3. Akral hangat
4. N: 142 x / menit
5. CRT < 2 detik
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2,3 dan 4
dilanjutkan
4 18-5-2019 S: -
16.0 WIB O: 1. Reflek hisap bayi masih lemah
2. Posisi bayi sejajar tapi belum
menempel dengan baik
3. Penempatan lidah belum tepat saat
mentek
4. Jumlah ASI belum cukup
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2 dan 3 dilanjutkan
5 18-5-2019 S: -
16.00 WIB O: 1. Masih terjadi disuria
2. Masih terjadi oliguria
3. Hidrasi cairan belum adekuat
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2,3 dan 4
dilanjutkan
6 18-5-2019 S: Ibu pasien masih mengeluhkan peran
16.20 WIB hubungan dengan keluarga terganggu
O: 1. Ibu pasien masih tampak gelisah
2. Belum memahami cara perawatan

46
No
Tgl/jam Evaluasi Paraf
Dx
bayi sepenuhnya
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2 dan 3 dilanjutkan
7 18-5-2019 S: -
18.00 WIB O: 1. BB tetap: 1580 gram
2. Leukosit : 8000 UL
3. HB: 18 gram/dL
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2,3 dan 4
dilanjutkan
8 18-5-2019 S: -
18.20 WIB O: 1. Bayi tidak muntah
2. Terjadi hipernatremia
3. Terjadi hiperkalemia
A: Masalah belum teratasi
P: Rencana tindakan 1,2,3 dan 4
dilanjutkan

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

47
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (Sarwono, Prawironardio, 2006).
Faktor penyebab bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor ibu, kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromoson, infeksi, faktor
lingkungan, tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan faktor plasenta. Secara
umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut: berat kurang dari
2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih
besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, pernapasan tak
teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus,
kepala tidak mampu tegak, pernapasan 60 kali/menit, dan nadi 140-150
kali/menit. Pada umumnya bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami
keluhan suhu tubuh rendah atau kedinginan. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain pola nafa tidak
efektif, thermoregulasi, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan risiko infeksi.

3.2 Saran
Disarankan agar setiap pembaca terutama perawat memahami betul isi
proposal ini karena pentingnya penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
secara tepat. Serta bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi
bayi dengan berat badan lahir rendah ini agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
parah

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


Keenam. Yogyakarta: Mocomedia.

48
Keliat, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2018-2020. Jakarta: EGC

Mahayana, dkk. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 4(3), 664-673.

Moorhead, S. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.


Yogyakarta: MocoMedia.

Mutianingsih, Rosa. 2014. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan
Kejadian Ikterus, Hipoglikemi Daninfeksi Neonatorum Di RSUP NTB
Tahun 2012. Malang: Universitas Brawijaya

Muyawan, Handry. 2009. Gambaran Kejadian BBLR. Jakarta: FKM UI.

Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2018. Dokumentasi Proses Keperawatan


Pendekatan: KKNI, NANDA, Dan SDKI. Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember.

Sitohang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Sumatera Utara: USU Digital Library.

Wardah, Yulia. 2015. Laporan Pendahuluan (LP) Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruang Perinatologi RSUD Kota Semarang. Semarang:
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

https://www.academia.edu/28562229/BAYI_BERAT_LAHIR_RENDAH_BBLR_
, diakses tanggal 17 Mei 2019 jam 11.40 WIB.

https://freyadefunk.wordpress.com/tag/tanda-tanda-vita-vital-sign/, diakses
tanggal 26 Juni 2019 jam 09.43 WIB.

49
50

Anda mungkin juga menyukai