Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

BBLR ( BAYI BARU LAHIR RENDAH ) DAN PREMATUR

Dosen Pembimbing:
Intan Fazrin, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh Kelompok :

1. Eva Indri Yana (1811B0028)


2. Farhan Nur Arif (1811B0030)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2020

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “ BBLR ( Bayi Baru Lahir Rendah ) Dan Prematur ” yang diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

Makalah ini berisikan informasi penjelasan tentang BBLR (Bayi Baru Lahir
Rendah) Dan Prematur. Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam makalah
ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak yang telah
membaca, sangat kami harapkan untuk menghasilkan makalah yang lebih baik untuk
masa mendatang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini mulai dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.

Kediri, 12 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN SAMPUL…………………………………………....................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Rendah ................................................................. 3
2.2 Etiologi Bayi Baru Lahir Rendah ..................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis Bayi Baru Lahir Rendah ..................................................... 4

2.4 Patofisiologi Bayi Baru Lahir Rendah .............................................................. 5

2.5 Pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah .............................................................. 6

2.6 Pemeriksaan Penunjang Bayi Berat Lahir Rendah............................................ 6

2.7 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah........................................................ 8


BAB III PEMBAHASAN................................................................................................... 10
3.1 Issu Terkait Bayi Berat Lahir Rendah............................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 13
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13
4.2 Saran.................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah di bidang kesehatan
terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup
bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/premature merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perawatan yang memadai. Kejadian BBLR di Indonesia masih merupakan
masalah yang harus kita perhatikan secara bersama, karena bayi berat badan lahir rendah
dapat mengalami dampak pada tumbuh kembang selanjutnya. (Nurlaila,2015)
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, berat badan lahir
merupakan prediktor yang baik untuk pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya.
Seorang bayi yang cukup bulan pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gram atau
lebih. BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Angka kematian BBLR akibat
ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan menimbulkan
komplikasi seperti asfiksia, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi (Proverawati
Atikah,2010)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah
Keperawatan Anak II antara lain :
1. Apa yang di maksud dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) ?
2. Apa penyebab bayi berat lahir rendah (BBLR) ?
3. Apa saja tanda dan gejala bayi berat lahir rendah (BBLR) ?
4. Apa patofisiologi bayi berat lahir rendah (BBLR)?
5. Apa saja pencegahan bayi berat lahir rendah (BBLR)?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang bayi berat lahir rendah (BBLR)?
7. Apa saja penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mempelajari konsep secara Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) Dan Prematur umum.

1.3.2 Tujuan Khusus :


1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu bayi berat lahir rendah
2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab bayi berat lahir rendah
3. Mahasiwa dapat mengetahui tanda dan gejala bayi berat lahir rendah
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu patofisiologi bayi berat lahir rendah
5. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan bayi berat lahir rendah
6. Mahasiwa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang bayi berat lahir rendah
7. Mahasiwa dapat mengetahui penatalaksanaan bayi berat lahir rendah
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Sebagai acuan maupun sebagai penambah ilmu pengetahuan khususnya
dalam mempelajarai Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dan
Prematur.
1.4.2 Bagi pembaca
Dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang Konsep Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) Dan Prematur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Rendah ( BBLR )

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam
tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan
hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi Prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu , tanpa memprhatikan berat badan lahir. Prematur dan bayi berat badan
lahir rendah biasanya terjadi secara bersama, terutama diantara bayi dengan
berat badan 1500 gram atau kurang saat lahir, keduanya berkaitan dengan
terjadinya peningkatan mobilitas neonates (Wong, 2007).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah di bedakan:

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.

3
2.2 Etiologi Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1. Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b.Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d.Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4
2.3 Manifestasi Klinis Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani,
2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.

2.4 Patofisiologi Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
5
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

2.5 Pencegahan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


Data penunjang untuk kasus BBLR dapat diperoleh dari pemeriksaan sebagai
berikut Menurut Green dan Judith (2012: 867)
1. Pemeriksaan skor ballard
Ballard merupakan penilaian maturitas  neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan
fisik.
Tabel 2.2 Ciri Kematangan Fisik Menurut Ballard

Nilai 0 1 2 3 4 5
Kulit Merah Merah Permukaan Daerah Seperti Retak-
seperti muda mengelupas pucat retak- kertas, retak,
agar licin/ halus dengan/ retak, vena retak lebih mengerut
transparan tampak tanpa ruam, jarang dalam,
vena sedikit vena tidak ada
menipis vena
Lanugo Tidak ada Banyak Menipis menghilang Umumnya
6
tidak ada
Lipatan Tidak ada Tanda Hanya Lipatan 2/3 Lipatan
plantar merah lipatan anterior diseluruh
sangat anterior telapak
sedikit yang
melintang
Payudara Hampir Areola Areola Areola lebih Areola
tidak ada datar, seperti titik, jelas, penuh
tidak ada tonjolan 1-2 tonjolan 3-4 tonjolan 5-
tonjolan mm mm 10 mm
Daun Datar, Sedikit Bentuknya Bentuk Tulang
telinga tetap melengku lebih baik, sempurna, rawan
terlipat ng, lunak lunak, membalik tebal,
lambat mudah seketika telinga
membalik membalik kaku
Kelamin Skromum Testis turun, Testis Testis
laki-laki kosong, sedikit ruga dibawah, bergantun
tidak ada ruganya g, ruganya
ruga bagus dalam
Kelamin Klitoris Labia Klitoris dan
perempu dan labia mayor dan labia
an minor minor sama minora
menonjol menonjol ditutupi
labia
mayora

2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.


3. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
4. Darah rutin
Darah rutin merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada BBLR
untuk mendeteksi anemia atau kehilangan darah (penurunan Hematrokrit dan
Hemoglobin), penurunan sel darah mereh dan trombosit serta abnormalitas
hitung sel darah putih dan diferensial yang dapat mengindikasikan infeksi.
5. Kadar elektrolit serum
pemeriksaan kadar elektrolit serum dilakukan untuk menentukan kalium,
natrium, magnesium dan kadar elektrolit lainnya.
6. Analisa gas darah
pemeriksaan analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui perubahan PH,
PO2, PCO2 atau HCO3 yang mengidentiikasi asidosis, sepsis, dan masalah
pernafasaan.

7
7. Foto dada ataupun babygram
diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dan
mengalami sindrom gangguan napas.
8. Analisis Feses
untuk mendeteksi darah samar, yang mungkin merupakan tanda NEC (Feses
pertama biasanya positif karena darah tertelan selama pelahiran).

2.7 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)


Adapun penatalaksanaan pada bayi BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
a. Penatalaksanaan Medis
1. Medikamentosa, Pemberian vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali
pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
2. Diatetik, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui
karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan
pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala
dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada puting.
3. Suportif, Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan
suhu tubuh normal : Gunakan salah satu cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit,
kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat
yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
2. Pemberian oksigen

8
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang
diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi
O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

c. Penatalaksanaan gizi atau nutrisi


Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai
dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama
jika bayi mampu mengisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada
bayi yang tidak cukup mengisap.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya
udara dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap
dan sianosis ketika minum melalui botol atau menekan pada ibunya, makanan
diberikan melalui Naso Gastric Tube (NGT). Jadwal pemberian makanan
disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih
rendah.
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang. Sedngkan kebutuhan protein 3 sampai 5
gr/kgBB dan kalori 110 gr/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
sedikit yang lebih sering.

9
BAB 3
PEMBAHASAN

ISSUE TERKAIT BBLR DAN PREMATUR

1. Hubungan Kehamilan Pada Usia Remaja Dengan Kejadian


Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah Dan Asfiksia

Lutfatul Latifah, Mekar Dwi Anggraeni. Jurnal Kesmasindo Volume 6, Nomor 1 Januari
2013, Hal. 26-34

Berdasarkan hasil penelitian ini, Karakteristik responden ibu remaja berusia rata-rata 17,8
tahun dengan pendidikan terbanyak SMP dan pekerjaan sebagai IRT. Terdapat hubungan
antara kehamilan remaja dengan prematuritas dimana nilai p=0,012 dengan OR 3,58.Terdapat
hubungan antara kehamilan remaja dengan kejadian BBLR dimana nilai p=0,001 dengan OR
7. Tidak ada hubungan antara kehemilan remaja dengan asfixia dimana nilai p>0,05.

Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Thato, Rachukul & Sopajaree (2004) ibu
hamil remaja juga memiliki angka kelahiran prematur (OR 1.21, CI 1.01, 1.75) dan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (2931 gr dan 3077 gr, p<0.001). Hasil penelitian
ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kehamilan remaja dengan
kelahiran prematur dan BBLR dengan nilai OR 3,86 dan 7.

2. Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) untuk


Mengoptimalkan Tumbuh Kembang

Dian Isti Anggraini, Salsabila Septira . Journal Majority Vol. 5 No. 3 September 2016
hal.152

10
Berdasarkan hasil ini penelitian, Pemberian nutrisi yang tepat secara dini dapat membantu
mencegah gangguan tumbuh kembang pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Pemberian nutrisi untuk mengejar pertumbuhan bayi BBLR dapat dilakukan dengan
pemberian ASI, susu formula BBLR, dan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral
yang dapat diberikan adalah glukosa, protein, lipid, dan zat besi. Setelah pemberian nutrisi
parenteral selesai untuk membantu meningkatkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan maka
diberikan ASI terfortifikasi sebagai ASI tambahan.

Bayi BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gam. Tatalaksana untuk
bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih berada di Neonatal Intensive
Care Unit(NICU). Hal ini dapat diperoleh dengan Total Parenteral Nutrition (TPN) dan Air
Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk membatasi extrauterin growth restriction dan untuk
mengejar pertumbuhan post-term( Lafeber HN, 2013 ). Bayi BBLR yang diberi susu formula
BBLR akan mengalami kenaikan berat badan dengan rata rata 171,8 g/minggu pada satu
bulan pertama. Bayi BBLR yang berumur 1-2 bulan mengalami kenaikan berat badan dengan
rata rata 242,4 g/minggu.18 Namun pemberian susu formula BBLR terlalu dini pada bayi
BBLR dapat meningkatkan tingkat kesakitan (morbiditas) ( Reeves A, 2013).

3. Hubungan HDK Dengan Angka Kejadian BBLR Diwilayah Kerja Di


Rsud Indrasari Rengat Tahun 2015

11
Julia, Veny Riswiyanti , Abdul Khodir Jaelani. Journal Endurance 1(2) June 2016 (57-62).

Berdasarkan hasil ini penelitian, Sebagian besar ibu hamil yang mengalami hipertensi yaitu
pada umur <20 tahun 61,68%, primigravida 54,20%, kehamilan aterm (37-42 minggu) 69,
13%. Ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dalam kehamilan (HDK) dengan berat
badan janin sehingga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Saifuddin dan Rachimhadhi, (2010), yang
menyatakan faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR antara lain umur dan jarak
kehamilan, karakteristik ibu, serta komplikasi dalam kehamilan seperti preeklampsi atau
hipertensi dalam kehamilan.
Menurut (Manuaba, 2007), BBLR dapat terjadi karena adanya hambatan pertumbuhan saat
dalam kandungan. Retardasi pertumbuhan intra uterin berhubungan dengan keadaan yang
mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin
atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen
dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi Prematur
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu , tanpa
memprhatikan berat badan lahir. Ada 3 penyebab yang biasanya mengikuti bayi BBLR :
Faktor Ibu, Faktor Janin, Faktor Plasenta . Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR0 ada beberapa salah satunya untuk menangani kebiasaan
buruk sang ibu dan melakukan check up kehamilan secara berkala.

3.2 Saran
a. Bagi Penulis
Agar makalah ini menjadi suatu pembelajaran dan pengetahuan yang baru
agar penunlis dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang bayi baru lahir
rendah dan prematur
b. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Makalah tersebut diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang baru bagi
masyarakat agar lebih mengetahui tentang bayi baru lahir rendah dan
premature serta hubungannya agar dapat megetahui upaya pencegahan nya.
dan juga masyarakat dapat memiliki kesadaran untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin disarana pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, I. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
Mediaka

13
Hartiningrum, Indri. 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Provinsi Jawa Timur Tahun
2012-2016. 7(2) : hal. 97-04
Anggraini, D. I., & Septira, S. (2016). Nutrisi bagi bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
untuk mengoptimalkan tumbuh kembang. Jurnal Majority, 5(3), 151-155.
Indrasari, N. (2016). Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 8(2), 114-123.
Utami, E. E., Ernawati, S., & Irwanti, W. (2016). Hubungan frekuensi kunjungan antenatal
care (ANC) dengan kejadian prematur. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia, 2(1), 27-31.
UTAMI, Zulfi Retnaning, et al. (2019). Hubungan Hamil Usia Dini Dengan Kejadian Bblr
Di Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung kidul tahun 2018. PhD Thesis.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Permana, P., & Wijaya, G. B. R. (2019). Analisis faktor risiko bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Kesehatan Masyarakat
(Kesmas) Gianyar I tahun 2016-2017. Intisari Sains Medis, 10(3), 674-678.
Kusparlina, E. P. (2019). Hubungan Antara Umur dan Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran
Lingkar Lengan Atas Dengan Jenis BBLR di Puskesmas Tawangrejo Kota
Madiun. Jurnal Delima Harapan, 6(1), 7-16.

14

Anda mungkin juga menyukai